You are on page 1of 24

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN

PROSES PENYEMPURNAAN KOSTIASI PADA KAIN KAPAS PUTIH METODE


EXHAUST VARIASI SUHU

NAMA/NRP : MEDYA LEACILIA D (17020052)


M. AKMAL JAKA (17020057)
NURNAILAH INAS S (17020065)
RAKA AL-FARISY (17020071)
GRUP : 2K3
KELOMPOK : 4 (EMPAT)
DOSEN : WULAN S.,S.ST,M.T.
ASISTEN : MIA K.,S.ST
DESIRIANA

POLITEKNIK STTT BANDUNG


2019
1. MAKSUD DAN TUJUAN

1.1. Latar Belakang

Tekstil sebagai bahan sandang ( pakaian ) maupun sebagai bahan industri merupakan
benda yang sangat penting bagi kita. Bahan tekstil berupa pakaian merupakan salah satu
kebutuhan primer manusia. Tanpa kita sadari , semua manusia memerlukan bahan tekstil
dalam kehidupan sehari-hari ,mulai saat manusia lahir ke dunia hingga dewasa akhirnya
menjadi tua dan meninggal . Semua tahapan dalam hidup manusia memerlukan bahan tekstil
untuk kebutuhannya , melindungi tubuh dengan pakaian , kebutuhan akan gaya hidup dan
mode serta kenyamanan hidup sehari-hari.

Bila memperhatikan kehidupan kita sehari-hari , maka banyak bahan-bahan tekstil


yang digunakan , misalnya : kemeja lengan panjang atau pendek , celana panjang , celana
pendek , t-shirt , jacket , jeans , jas pria , dasi, kaus kaki , kaus tangan , sapu tangan,
selendang, pakaian wanita , rok pendek , pakaian tidur , stocking , tas , sprei , selimut ,
handuk , bantal , guling , tirai jendela, alas meja , serbet , topi , tenda , parasut , jok mobil ,
interior mobil , bendera , spanduk , dan banyak lagi jenisnya.

Tekstil sebagai bahan sandang dan bahan industri harus memenuhi persyaratan
tertentu. Misalnya mempunyai kekuatan tarik yang baik agar tidak mudah sobek, terasa
dingin atau basah bila dipakai , kain handuk harus mempunyai daya serap yang baik dan
banyak macam lagi persyaratan lainnya. Oleh karena itu dilakukan proses kostisasi.

Kostisasi dapat didefinisikan sebagai pengolahan kapas dengan larutan naOH


sehingga kapas itu menyusut dan menjadi lebih berat, kuat, dan tebal, serta mudah diberi
warna (memiliki daya serap yang tinggi). untuk kain yang mempunyai kekuatan tarik rendah,
sebaiknya dikerjakan proses kostisasi sebelum dimasak, sehingga dapat diperoleh
penambahan kekuatan secepat mungkin, hal ini dilakukan untuk menghindari kerusakan
kain pada proses lanjutnya. Selain itu proses pemasakannya digunakan alkali dengan
konsentrasi yang lebih rendah.

1.2. Maksud :

Dapat mengetahui proses kostisasi pada kain kapas putih metode exhaust dengan
variasi suhu.
1.3. Tujuan :

1. Mengetahui proses kostisasi pada kain kapas metode exhaust


2. Mengetahui pengaruh variasi suhu terhadap proses kostisasi kain kapas metode exhaust
3. Untuk mengetahui daya serap kain, % mengkeret dan mulur kain kapas yang telah
dilakukan proses kostisasi.

1.4. Identifikasi Masalah


Pada proses kostisasi memerlukan NaOH dalam prosesnya, sehingga akan terjadi
penggelembungan pada serat kapas yang menyebabkan perubahan pada derajat orientasi serat
kapas sehingga mempengaruhi daya serap, kekuatan tarik, dan stabilitas dimensi pada kain.
NaOH sangat dipengaruhi oleh suhu, sehingga kinerja NaOH sangat dipengaruhi oleh
suhu proses, salah satunya pada saat proses kostisasi, ketika melakukan proses kostisasi
memerlukan temperatur yang baik sehingga hasil dari proses tersebut memiliki kualitas yang
baik.

2. TEORI DASAR

2.1. Serat Kapas

Serat kapas merupakan serat alam yang berasal dari serat tumbuh-tumbuhan yang
tergolong kedalam serat selulosa alam yang diambil dari buahnya. Serat kapas dihasilkan dari
rambut biji tanaman yang termasuk dalam jenis Gossypium. Species yang berkembang
menjadi tanaman industri kapas ialah Gossypium hirstum, yang kemudian dikenal sebagai
kapas Upland atau kapas Amerika. Serat kapas merupakan sumber bahan baku utama
pembuat kain katun termasuk kain rajut bahan pembuat kaus.
Komposisi serat kapas:
Tabel 2.1 Komposisi Serat Kapas
Susunan Persen terhadap berat kering
Selulosa 94
Pektin 1,2
Protein 1,3
Lilin 0,6
Debu 1,2
Pigmen dan zat-zat lain 1,7
2.1.1. Sifat kimia serat kapas:

 Tahan terhadap penyimpanan,pengolahan dan pemakaian yang normal.


 Kekuatan menurun oleh zat pengoksidasi, karena terjadi oksi selulosa,
biasanya dalam pemutihan berlebihan, penyinaran dalam keadaan lembab atau
pemanasan yang lama pada suhu diatas 1400C.
 Kekuatan menurun oleh zat penghidrolisa, asam dapat menyebabkan
terjadinya hidro-selulosa.
 Alkali berpengaruh sedikit terhadap serat, kecuali alkali kuat dengan
konsentrasi yang tinggi dapat menyebabkan penggelembungan serat.
 Kapas mudah diserang jamur dan bakteri dalam keadaan lembab dan pada
suhu hangat.

2.1.2. Sifat fisika serat kapas:

 Warna tidak putih tetapi kecoklat-coklatan.


 Kekuatan serat kapas dipengaruhi oleh kadar selulosa dalam serat.
 Kekuatan dalam keadaan basah lebih kuat dari pada dalam keadaan kering.
 Kekuatan mulur serat kapas 13-14% rata-rata 7%.
 Keliatan serat kapas relatif tinggi dibandingkan serat wol dan sutera.
 Mempunyai moisture regain 7-8%.
 Berat jenis 1.5-1.56.
 Indeks bias 1.58 dalam keadaan sejajar sumbu serat dan 1.53 melintang pada
sumbu.

2.1.3. Penampang serat kapas:

 Penampang melintang
Penampang melintang serat kapas berbentuk sangat bervariasi hampir bulat tetapi
pada umumnya berbentuk seperti ginjal.

 Penampang membujur

Penampang membujur serat kapas berbentuk seperti pita terpuntir. Kedewasaan serat
kapas dapat dilihat dari tebal tipisnya dinding serat,makin dewasa makin tebal dinding
seratnya, dimana lebih besar dari setengah lumennya. Serat-serat yang belum dewasa
kekuatannya rendah dan dalam pengolahan menimbulkan banyak limbah, misalnya timbul
nep yaitu sejumlah serat yang kusut membentuk bulatan-bulatan kecil yang tidak dapat
diuraikan kembali.

Gambar 2.1 Penampang Serat Kapas


Serat selulosa merupakan serat hidrofil yang strukturnya berupa polimer selubiosa, dengan
derajat polimerisasi (DP) bervariasi, contoh DP kapas sekitar 3000. Makin rendah DP daya
serap airnya makin besar, contoh : moisture regain (MR) kapas 7-8 %.
Gugus –OH primer pada selulosa merupakan gugus fungsi yang berperan untuk
mengadakan ikatan dengan zat warna direk berupa ikatan hidrogen. Serat selulosa umumnya
lebih tahan alkali tapi kurang tahan suasana asam, sehingga pengerjaan proses persiapan
penyempurnaan dan pencelupannya lazim dilakukan dalam suasana netral atau alkali.

2.2. Proses Kostisasi


Proses kostisasi hampir mirip dengan merserisasi. Yang berbeda dari keduanya hanyalah
ada atau tidaknya peregangan pada kain saat dilakukan perendaman pada soda kostik. Proses
kostisasi dilakukan dengan mengerjakan benang atau kain kapas dalam larutan kostik
soda (NaOH) atau alkali kuat lainnya dengan konsentrasi 28-32° Be, pada suhu rendah
selama 20-30 detik, yang kemudian diikuti dengan proses netralisasi dengan Asam Cuka
(CH3COOH) dan pencucian panas serta dingin. Selama proses kostisasi bahan tidak
mengalami peregangan. Proses ini bertujuan untuk menghasilkan kilau yang tinggi. Kilau
yang tinggi ini disebabkan karena diameter serat kapas menjadi bertambah bulat dan
pengurangan atau penghilangan puntiran pada serat.

Proses merserisasi dan kostisasi selain memberikan kilau yang tinggi juga
memberikan efek lainnya antara lain yaitu:

1. Bahan menjadi mengkeret


2. Kekuatan bahan bertambah tinggi
3. Daya serap terhadap air dan zat warna bertambah tinggi
4. Stabilitas dimensi yang makin baik
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil merserisasi dan kostisasi yaitu:

1. Zat yang digunakan


2. Konsentrasi zat
3. Suhu larutan
4. Tegangan yang diberikan
5. Lama perendaman kain
Dalam proses ini terdapat suatu mekanisme kerja. Bahan kapas yang direndam dalam
larutan NaOH dengan konsentrasi tinggi akan menggelembungkan serat kearah melintang
dan kearah membujur. Penampang melintang serat kapas yang awalnya berbentuk ginjal
akan berubah menjadi elips dan kemudian jadi bundar. Hal ini mengakibatkan meningkatnya
kemampuan serat dalam memantulkan cahaya sehingga bahan akan kelihatan lebih
berkilau. Puntiran serat kapas membuka sehingga serat akan lebih mengembang. Pada saat
serat kapas menyerap kostik, mula-mula serat selulosa berubah menjadi alkali selulosa dan
pada pencucian berulang serat berubah menjadi hidroselulosa dimana serat lebih banyak
mengandung gugus -OH yang dapat menyerap air lebih banyak dan demikian serat lebih
mudah dimasuki oleh zat warna. Faktor yang paling berpengaruh dalam proses ini
adalah konsentrasi NaOH, suhu larutan, waktu perendaman, peregangan arah lusi dn
pakan, zat basah atau penetrasi, kondisi kain sebelum proses apakah kain grey atau kain
yang telah dihilangkan kotorannya melalui penghilangan kanji dan atau pemasakan.

Proses kostisasi yang dilakukan tanpa tegangan hasilnya akan memberikan daya serap
yang bertambah, hal ini disebabkan oleh reorientasi rantai-rantai molekul selulosa sehingga
bagian amorf lebih banyak dibandingkan daerah kristalinnya. Sehingga penyerapan kain yang
sudah dikostisasi akan lebih cepat menyerap cairan.

Gambar 2.2 Perubahan Penampang Serat Kapas

2.3. Proses Pengujian


 % Mengkeret Lusi dan Pakan

% mengkeret lusi dan pakan menunjukan banyaknya benang pada kain yang berubah
susunannya karena pengerjaan dengan alkali. Rumusnya :

% mengkeret = (panjang awal - panjang akhir) : panjang awal x 100%

 Daya Serap Kain

Uji daya serap kain menunjukan lamanya waktu kain dapat menyerap air (dalam detik)
dengan cara meneteskan air pada kain yang telah dipasang alat berupa pembidangan agar
kain dalam keadaan tegang, kemudian dihitung berapa waktu penyerapannya

3. PERCOBAAN

3.1. Alat dan Bahan

Alat : Bahan:

- Mesin stenter - Kain kapas putih

- Frame merser - Kain kapas grey

- Nampan plastik - NaOH 29⁰BE

- Baskom - CH3COOH
- Bak wadah NaOH - Air panas

- Bejana/panci

3.2. Resep

A. Resep Proses Merserisasi

- NaOH = 29⁰BE

- Suhu = Ruang, 15⁰C, 18⁰C

- Waktu = 45 detik

B. Resep Penetralan

- CH3COOH = 3-5 ml/l

- Suhu = Ruang

3.3. Fungsi Zat

1. NaOH = zat yang berperan dalam penggelembungan serat selulosa.


2. CH3COOH = zat yang penetralisir pH kain (NaOH yang terkandung di dalam
kain) setelah proses merserisasi.

3.4. Skema Proses

peregangan

Perendaman pencucian penetralan pengeringan


3.5. Diagram Alir

Mengukur dan memberi tanda pada kain sebesar 10 x 10 cm

Merendam kain grey dan kain kapas putih dalam larutan NaOH pada suhu
kamar dengan waktu 30 detik

Lakukan penetralan menggunakan CH3COOH

Lakukan cuci panas dan cuci dingin

Mengeringkan kain pada mesin stenter

Mengevaluasi kain dengan stabilitas dimensi, daya


serap, mengekeret kain, kekuatan tarik dan mulur.

3.6. Cara Kerja

1. Kain kapas putih dan kapas grey dibuat gambar kotak di tengah kain sebesar
10x10 cm.
2. Kain diregangkan pada frame merser.
3. Kain direndam dalam larutan NaOH 29⁰BE dengan suhu ruang, 15⁰C dan 18⁰C
dalam waktu 45 detik.
4. Kain dinetralkan dengan menggunakan larutan CH3COOH dengan konsentrasi
3-5 ml/l dengan suhu ruang
5. Kain dicuci panas dan dicuci dingin.
6. Kain dikeringkan pada mesin stenter.
7. Dilakukan evaluasi stabilitas dimensi, daya serap, mengekeret kain, kekuatan
tarik dan mulur.
4. DATA PERCOBAAN

4.1 Stabiltas Dimensi

Tabel 4.1 Data Pengamatan Stabilitas Dimensi

Kostisasi suhu Kostisasi suhu Kostisasi suhu


Kain kapas putih
ruang 18oC 15oC
Panjang sisi 1 10 cm 8,2 cm 7,8 cm 7,7 cm
Panjang sisi 2 10 cm 8,1 cm 8,5 cm 8,5 cm
Panjang sisi 3 10 cm 8,2 cm 7,8 cm 7,7 cm
Panjang sisi 4 10 cm 8,1 cm 8,5 cm 8,5 cm

4.2 Daya Serap

Tabel 4.2 Data Pengamatan Daya Serap

Titik 1 (s) Titik 2 (s) Titik 3 (s) Rata-Rata (s)


Kain kapas blanko 10 11 10 10,33
Kostisasi suhu
5 5 5 5
ruang
Kostisasi suhu
3 3 3 3
18oC
Kostisasi suhu
2 2 2 2
15oC

4.3 Kekuatan Tarik

Tabel 4.3 Data Pengamatan Kekuatan Tarik

Sampel 1 Sampel 2 Sampel 3 Rata-Rata


Kain kapas blanko 15,5 16 15 15,5
Kostisasi suhu
10,5 10,5 12 11
ruang
Kostisasi suhu
13 12,5 13 12,83
18oC
Kostisasi suhu
14 14 14,5 14,16
15oC

4.4 Mulur

Tabel 4.4 Data Pengamatan Daya Mulur

Sampel 1 (%) Sampel 2 (%) Sampel 3 (%) Rata-Rata


Kain kapas blanko 33,33 30,66 36 32,33
Kostisasi suhu
42,66 34,66 40 39,10
ruang
Kostisasi suhu
50,66 46,66 50,66 47,11
18oC
Kostisasi suhu
52 40 49,33 49,32
15oC
4.5 Mikroskop

Tabel 4.5 Data Pengamatan Mikroskop

Variasi Penampang membujur Penampang melintang


suhu
(oC)

15

18

30
Kain
blanko
5. PERHITUNGAN

5.1 Stabilitas Dimensi

Kain Ruang
panjang awal− panjang akhir
%Lusi= x 100 %
panjang awal
10 cm−8,1 cm
¿ x 100 %
10
= 19%
panjang awal− panjang akhir
%Pakan= x 100 %
panjang awal
10 cm−8,2 cm
¿ x 100 %
10
= 18%

Kain 180C
panjang awal− panjang akhir
%Lusi= x 100 %
panjang awal
10 cm−8,5 cm
¿ x 100 %
10
= 15%
panjang awal− panjang akhir
%Pakan= x 100 %
panjang awal
10 cm−7,7 cm
¿ x 100 %
10
= 23%

Kain 150C
panjang awal− panjang akhir
%Lusi= x 100 %
panjang awal
10 cm−8,5 cm
¿ x 100 %
10
= 15%
panjang awal− panjang akhir
%Pakan= x 100 %
panjang awal
10 cm−7,7 cm
¿ x 100 %
10
= 22%
5.2 Kekuatan tarik

Kain kapas blanko

15,5+16+15 46,5
Kekuatan tarik rata – rata = = = 15,5 kg/cm
3 3

Kostisasi suhu ruang

10,5+10,5+12 33
Kekuatan tarik rata – rata = = = 11 kg/cm
3 3

Kostisasi suhu 18oC

13+12,5+13 38,5
Kekuatan tarik rata – rata = = = 12,83 kg/cm
3 3

Kostisasi suhu 15oC

14+14+ 14,5 42,5


Kekuatan tarik rata – rata = = = 14,16 kg/cm
3 3

5.3 Mulur

Kain kapas blanko

cm
% mulur sampel 1 = x 100 %
jarak jepit

2,5
= x 100 %
7,5

= 33,33%
cm
% mulur sampel 2 = x 100 %
jarak jepit

2,3
= x 100 %
7,5

= 30,66%

cm
% mulur sampel 3 = x 100 %
jarak jepit

2,7
= x 100 %
7,5

= 36%

33,33+30,66+36 %
% mulur rata - rata =
3

= 32,33%

Kostisasi suhu ruang

cm
% mulur sampel 1 = x 100 %
jarak jepit

3,2
= x 100 %
7,5

= 42,66%

cm
% mulur sampel 2 = x 100 %
jarak jepit

2,6
= x 100 %
7,5

= 34,06%
cm
% mulur sampel 3 = x 100 %
jarak jepit

3
= x 100 %
7,5

= 40%

42,66+34,66+ 40
% mulur rata - rata =
3

= 39,10%

Kostisasi suhu 18oC

cm
% mulur sampel 1 = x 100 %
jarak jepit

3,9
= x 100 %
7,5

= 52%

cm
% mulur sampel 2 = x 100 %
jarak jepit

3
= x 100 %
7,5

= 40%

cm
% mulur sampel 3 = x 100 %
jarak jepit

3,7
= x 100 %
7,5

= 49,33%
52+ 40+ 49,33
% mulur rata - rata =
3

= 47,11%

Kostisasi suhu 15oC

cm
% mulur sampel 1 = x 100 %
jarak jepit

3,8
= x 100 %
7,5

= 50,66%

cm
% mulur sampel 2 = x 100 %
jarak jepit

3,5
= x 100 %
7,5

= 46,66%

cm
% mulur sampel 3 = x 100 %
jarak jepit

3,8
= x 100 %
7,5

= 50,66%

50,66+46,66+50,66
% mulur rata - rata =
3

= 49,32%
6. DISKUSI
6.1 Stabilitas Dimensi

Grafik Mengkeret Kain


25

20
%Mengkeret kain

15

10

0
Blanko Ruang 18 C 15 C
Suhu (0C)

Lusi Pakan

Gambar 6.1 Grafik Mengkeret Kain pada Posisi Lusi dan Pakan

Semakin rendah suhu yang diberikan pada larutan NaOH 29 0Be, maka mengkeret kain
akan semakin besar. Hal ini dikarenakan pada struktur kapas terjadi penggelembungan yang
disebabkan oleh NaOH, sehingga akan mempengaruhi kerapatan anyaman kain dan ukuran
molekul pada kain kapas. NaOH dalam proses ini berfungsi menggelembungkan serat kapas
sehingga ukuran molekul serat kapas akan membesar, ketika molekulnya membesar jarak
antar anyaman akan semakin rapat dan tidak adanya rongga, sehingga dapat terjadi
pengkeretan kain kapas dari posisi lusi ataupun pakan. Proses kostilasi ini, penggunaan
NaOH 290Be dengan suhu dingin akan memiliki kerataan hasil yang baik sehingga proses
mengkeret kain akan terjadi secara merata, hal ini ditujukan pada besarnya mengkeret yang
terjadi pada suhu 150C
6.2 Daya Serap

Grafik Daya Serap


12

10

8
Waktu Serap (s)

0
Blanko Ruang 18 C 15 C
Suhu (0C)

Gambar 6.2 Grafik Daya Serap Kain


Pada evaluasi daya serap, kain yang dilakukan pengerjaan kostisasi pada suhu 15oC
memiliki waktu serap yang paling cepat jika dibandingkan dengan pengerjaan kostisasi pada
suhu yang lainnya. Mula-mula serat selulosa berubah menjadi alkali selulosa, dan pada
pencucian berulang serat menjadi hidroselulosa, dimana serat lebih banyak mengandung
gugus OH yang dapat menyerap air lebih banyak dan dengan demikian serat lebih mudah
dimasuki oleh zat warna. Pada saat dilakukan kostisasi maka bagian amorfnya akan lebih
banyak dibanding kristalin karena proses kostisasi ini dilakukan tanpa peregangan. Dengan
meningkatnya bagian amorf maka daya serapnya pun semakin cepat karena cairan lebih
mudah dan lebih cepat memasuki daerah amorf dibandingkan bagian kristalin.
6.3 Kekuatan Tarik

Grafik Kekuatan Tarik


18
16
14
Kekuatan tarik (kg/cm)

12
10
8
6
4
2
0
Blanko Ruang 18 C 15 C
Suhu (0C)

Gambar 6.3 Grafik Kekuatan Tarik Pada Kain


Semakin rendah suhu maka kekuatan tarik dan mulur akan semakin besar karena bahan
kapas yang direndam dalam larutan NaOH dengan konsentrasi tinggi akan
menggembungkan serat ke arah melintang dan menciut ke arah membujur. Penampang
melintang serat kapas yang awalnya berbentuk ginjal akan berubah menjadi elips dan
kemudian jadi bundar, yang mengakibatkan terjadinya pembesaran pada ukuran serat
sehingga meningkatnya derajat orientasi dan kristalinitas pada kain yang menyebabkan
kekuatan tarik dan mulur bertambah. Tetapi pada kasus ini, semua kain kapas yang dilakukan
proses kostisasi memiliki hasil kekuatan tarik yang lebih rendah dari kain kapas blanko yaitu
dibawah 15,5 kg/cm. Hal ini terjadi karena pada proses kostisasi tidak dilakukan peregangan
sehingga terjadi reorientasi rantai-rantai molekul serat, yang menyebabkan bagian amorfnya
lebih banyak dibandingkan dengan bagian kristalin sehingga derajat orientasi nya lebih
rendah dan kekuatan tarik yang didapatkan lebih rendah dari kain kapas blanko. Sedangkan
mulur hasil pengerjaan kostisasi lebih besar dibandingkan dengan kain kapas blanko karena
pengerjaan kostisasi dilakukan tanpa regangan.
6.4 Mikroskop
Pada evaluasi dengan menggunakan mikroskop dengan membandingkan kain
blangko,kain contoh uji yang dikostisasi dengan suhu 15 oC mengalami penggelembungan
serat yang maksimal dapat dilihat dari penampang membujurhampir tidak ada serat yang
berpilin seperti pita dan penampang melintangnya semua berbentuk bulat. Kain yang
dilakukan kostisasi dengan suhu 15 oC lebih baik hasilnya dibandingan dengan suhu yang
lebih panas hal ini dikarenakan pada proses ini reaksi yang berlangsung merupakan reaksi
eksoterm (melepaskan panas) yaitu sifat dari NaOH,Kenaikan suhu larutan akibat panas yang
dilepaskan reaksi antar alkali dan selulosa dapat secara signifikan mempengaruhi kerataan
hasil proses. Selain itu pengerjaan dengan suhu yang lebih rendah memberikan hasil yang
lebih baik yaitu penggembungan yang lebih besar dan jika tanpa tegangan akan membuat
daya serap semakin tinggi.

7. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum didapatkan :

1. Semakin rendah suhu yang diberikan pada larutan NaOH 290Be, maka mengkeret
kain akan semakin besar.
2. Semakin rendah suhu maka kekuatan tarik akan semakin besar
3. Semakin rendah suhu maka akan semakin tinggi daya serap yang dimiliki
4. Semakin rendah suhu maka akan semakin banyak ukuran molekul pada serat kapas
yang membesar dan seragam
5. Suhu dapat mempengaruhi kinerja NaOH untuk menggelembungkan serat kapas
6. Hasil evaluasi yang terbaik terjadi pada suhu 150C

8. SARAN
1. Sebaiknya, untuk mendapatkan hasil kostisasi yang baik perlu menggunakan NaOH
yang memiliki kadar 320Be

7.
DAFTAR PUSTAKA

 Purwanti, dkk. Pedoman Praktikum Pencapan dan Penyempurnaan. Institut Teknologi


Tekstil. 1987.

 http://tekstilpunyatsabit.blogspot.com/2018/03/struktur-dan-sifat-sifat-serat-kapas.html
Diakses pada Kamis, 7 Februari 2019)

 P.Soeprijono, dkk, 1973. Serat-Serat Tekstil, ITT, Bandung.

 https://dokumen.tips/documents/proses-merserisasi-dan-kostisasi-nyeh.html
(Diakses pada Kamis, 7 Februari 2019)
 Yulianti, Intan. 2012. ‘Pengaruh Natrium Hidroksida pada Proses Merserisasi dan
Kostisasi Terhadap Hasil Proses Flat Biofinishing Kain Denim yang Telah dicelup Dengan
Zat Warna Indigo
Lampiran

You might also like