Professional Documents
Culture Documents
Tekstil sebagai bahan sandang ( pakaian ) maupun sebagai bahan industri merupakan
benda yang sangat penting bagi kita. Bahan tekstil berupa pakaian merupakan salah satu
kebutuhan primer manusia. Tanpa kita sadari , semua manusia memerlukan bahan tekstil
dalam kehidupan sehari-hari ,mulai saat manusia lahir ke dunia hingga dewasa akhirnya
menjadi tua dan meninggal . Semua tahapan dalam hidup manusia memerlukan bahan tekstil
untuk kebutuhannya , melindungi tubuh dengan pakaian , kebutuhan akan gaya hidup dan
mode serta kenyamanan hidup sehari-hari.
Tekstil sebagai bahan sandang dan bahan industri harus memenuhi persyaratan
tertentu. Misalnya mempunyai kekuatan tarik yang baik agar tidak mudah sobek, terasa
dingin atau basah bila dipakai , kain handuk harus mempunyai daya serap yang baik dan
banyak macam lagi persyaratan lainnya. Oleh karena itu dilakukan proses kostisasi.
1.2. Maksud :
Dapat mengetahui proses kostisasi pada kain kapas putih metode exhaust dengan
variasi suhu.
1.3. Tujuan :
2. TEORI DASAR
Serat kapas merupakan serat alam yang berasal dari serat tumbuh-tumbuhan yang
tergolong kedalam serat selulosa alam yang diambil dari buahnya. Serat kapas dihasilkan dari
rambut biji tanaman yang termasuk dalam jenis Gossypium. Species yang berkembang
menjadi tanaman industri kapas ialah Gossypium hirstum, yang kemudian dikenal sebagai
kapas Upland atau kapas Amerika. Serat kapas merupakan sumber bahan baku utama
pembuat kain katun termasuk kain rajut bahan pembuat kaus.
Komposisi serat kapas:
Tabel 2.1 Komposisi Serat Kapas
Susunan Persen terhadap berat kering
Selulosa 94
Pektin 1,2
Protein 1,3
Lilin 0,6
Debu 1,2
Pigmen dan zat-zat lain 1,7
2.1.1. Sifat kimia serat kapas:
Penampang melintang
Penampang melintang serat kapas berbentuk sangat bervariasi hampir bulat tetapi
pada umumnya berbentuk seperti ginjal.
Penampang membujur
Penampang membujur serat kapas berbentuk seperti pita terpuntir. Kedewasaan serat
kapas dapat dilihat dari tebal tipisnya dinding serat,makin dewasa makin tebal dinding
seratnya, dimana lebih besar dari setengah lumennya. Serat-serat yang belum dewasa
kekuatannya rendah dan dalam pengolahan menimbulkan banyak limbah, misalnya timbul
nep yaitu sejumlah serat yang kusut membentuk bulatan-bulatan kecil yang tidak dapat
diuraikan kembali.
Proses merserisasi dan kostisasi selain memberikan kilau yang tinggi juga
memberikan efek lainnya antara lain yaitu:
Proses kostisasi yang dilakukan tanpa tegangan hasilnya akan memberikan daya serap
yang bertambah, hal ini disebabkan oleh reorientasi rantai-rantai molekul selulosa sehingga
bagian amorf lebih banyak dibandingkan daerah kristalinnya. Sehingga penyerapan kain yang
sudah dikostisasi akan lebih cepat menyerap cairan.
% mengkeret lusi dan pakan menunjukan banyaknya benang pada kain yang berubah
susunannya karena pengerjaan dengan alkali. Rumusnya :
Uji daya serap kain menunjukan lamanya waktu kain dapat menyerap air (dalam detik)
dengan cara meneteskan air pada kain yang telah dipasang alat berupa pembidangan agar
kain dalam keadaan tegang, kemudian dihitung berapa waktu penyerapannya
3. PERCOBAAN
Alat : Bahan:
- Baskom - CH3COOH
- Bak wadah NaOH - Air panas
- Bejana/panci
3.2. Resep
- NaOH = 29⁰BE
- Waktu = 45 detik
B. Resep Penetralan
- Suhu = Ruang
peregangan
Merendam kain grey dan kain kapas putih dalam larutan NaOH pada suhu
kamar dengan waktu 30 detik
1. Kain kapas putih dan kapas grey dibuat gambar kotak di tengah kain sebesar
10x10 cm.
2. Kain diregangkan pada frame merser.
3. Kain direndam dalam larutan NaOH 29⁰BE dengan suhu ruang, 15⁰C dan 18⁰C
dalam waktu 45 detik.
4. Kain dinetralkan dengan menggunakan larutan CH3COOH dengan konsentrasi
3-5 ml/l dengan suhu ruang
5. Kain dicuci panas dan dicuci dingin.
6. Kain dikeringkan pada mesin stenter.
7. Dilakukan evaluasi stabilitas dimensi, daya serap, mengekeret kain, kekuatan
tarik dan mulur.
4. DATA PERCOBAAN
4.4 Mulur
15
18
30
Kain
blanko
5. PERHITUNGAN
Kain Ruang
panjang awal− panjang akhir
%Lusi= x 100 %
panjang awal
10 cm−8,1 cm
¿ x 100 %
10
= 19%
panjang awal− panjang akhir
%Pakan= x 100 %
panjang awal
10 cm−8,2 cm
¿ x 100 %
10
= 18%
Kain 180C
panjang awal− panjang akhir
%Lusi= x 100 %
panjang awal
10 cm−8,5 cm
¿ x 100 %
10
= 15%
panjang awal− panjang akhir
%Pakan= x 100 %
panjang awal
10 cm−7,7 cm
¿ x 100 %
10
= 23%
Kain 150C
panjang awal− panjang akhir
%Lusi= x 100 %
panjang awal
10 cm−8,5 cm
¿ x 100 %
10
= 15%
panjang awal− panjang akhir
%Pakan= x 100 %
panjang awal
10 cm−7,7 cm
¿ x 100 %
10
= 22%
5.2 Kekuatan tarik
15,5+16+15 46,5
Kekuatan tarik rata – rata = = = 15,5 kg/cm
3 3
10,5+10,5+12 33
Kekuatan tarik rata – rata = = = 11 kg/cm
3 3
13+12,5+13 38,5
Kekuatan tarik rata – rata = = = 12,83 kg/cm
3 3
5.3 Mulur
cm
% mulur sampel 1 = x 100 %
jarak jepit
2,5
= x 100 %
7,5
= 33,33%
cm
% mulur sampel 2 = x 100 %
jarak jepit
2,3
= x 100 %
7,5
= 30,66%
cm
% mulur sampel 3 = x 100 %
jarak jepit
2,7
= x 100 %
7,5
= 36%
33,33+30,66+36 %
% mulur rata - rata =
3
= 32,33%
cm
% mulur sampel 1 = x 100 %
jarak jepit
3,2
= x 100 %
7,5
= 42,66%
cm
% mulur sampel 2 = x 100 %
jarak jepit
2,6
= x 100 %
7,5
= 34,06%
cm
% mulur sampel 3 = x 100 %
jarak jepit
3
= x 100 %
7,5
= 40%
42,66+34,66+ 40
% mulur rata - rata =
3
= 39,10%
cm
% mulur sampel 1 = x 100 %
jarak jepit
3,9
= x 100 %
7,5
= 52%
cm
% mulur sampel 2 = x 100 %
jarak jepit
3
= x 100 %
7,5
= 40%
cm
% mulur sampel 3 = x 100 %
jarak jepit
3,7
= x 100 %
7,5
= 49,33%
52+ 40+ 49,33
% mulur rata - rata =
3
= 47,11%
cm
% mulur sampel 1 = x 100 %
jarak jepit
3,8
= x 100 %
7,5
= 50,66%
cm
% mulur sampel 2 = x 100 %
jarak jepit
3,5
= x 100 %
7,5
= 46,66%
cm
% mulur sampel 3 = x 100 %
jarak jepit
3,8
= x 100 %
7,5
= 50,66%
50,66+46,66+50,66
% mulur rata - rata =
3
= 49,32%
6. DISKUSI
6.1 Stabilitas Dimensi
20
%Mengkeret kain
15
10
0
Blanko Ruang 18 C 15 C
Suhu (0C)
Lusi Pakan
Gambar 6.1 Grafik Mengkeret Kain pada Posisi Lusi dan Pakan
Semakin rendah suhu yang diberikan pada larutan NaOH 29 0Be, maka mengkeret kain
akan semakin besar. Hal ini dikarenakan pada struktur kapas terjadi penggelembungan yang
disebabkan oleh NaOH, sehingga akan mempengaruhi kerapatan anyaman kain dan ukuran
molekul pada kain kapas. NaOH dalam proses ini berfungsi menggelembungkan serat kapas
sehingga ukuran molekul serat kapas akan membesar, ketika molekulnya membesar jarak
antar anyaman akan semakin rapat dan tidak adanya rongga, sehingga dapat terjadi
pengkeretan kain kapas dari posisi lusi ataupun pakan. Proses kostilasi ini, penggunaan
NaOH 290Be dengan suhu dingin akan memiliki kerataan hasil yang baik sehingga proses
mengkeret kain akan terjadi secara merata, hal ini ditujukan pada besarnya mengkeret yang
terjadi pada suhu 150C
6.2 Daya Serap
10
8
Waktu Serap (s)
0
Blanko Ruang 18 C 15 C
Suhu (0C)
12
10
8
6
4
2
0
Blanko Ruang 18 C 15 C
Suhu (0C)
7. KESIMPULAN
1. Semakin rendah suhu yang diberikan pada larutan NaOH 290Be, maka mengkeret
kain akan semakin besar.
2. Semakin rendah suhu maka kekuatan tarik akan semakin besar
3. Semakin rendah suhu maka akan semakin tinggi daya serap yang dimiliki
4. Semakin rendah suhu maka akan semakin banyak ukuran molekul pada serat kapas
yang membesar dan seragam
5. Suhu dapat mempengaruhi kinerja NaOH untuk menggelembungkan serat kapas
6. Hasil evaluasi yang terbaik terjadi pada suhu 150C
8. SARAN
1. Sebaiknya, untuk mendapatkan hasil kostisasi yang baik perlu menggunakan NaOH
yang memiliki kadar 320Be
7.
DAFTAR PUSTAKA
http://tekstilpunyatsabit.blogspot.com/2018/03/struktur-dan-sifat-sifat-serat-kapas.html
Diakses pada Kamis, 7 Februari 2019)
https://dokumen.tips/documents/proses-merserisasi-dan-kostisasi-nyeh.html
(Diakses pada Kamis, 7 Februari 2019)
Yulianti, Intan. 2012. ‘Pengaruh Natrium Hidroksida pada Proses Merserisasi dan
Kostisasi Terhadap Hasil Proses Flat Biofinishing Kain Denim yang Telah dicelup Dengan
Zat Warna Indigo
Lampiran