You are on page 1of 68

ISSN 0126 – 3463

METAL INDONESIA
Vol. 35 No. 2, Desember 2013

Pemimpin Umum : Kepala Balai Besar Logam dan Mesin


Ir. Eddy Siswanto, MAM

Pemimpin Redaksi : Kepala Bidang Penelitian dan Pengembangan


Dr. Ir. Mufid Djoko Purwanto, MSc

Dewan Redaksi : 1. Dr. Sri Bimo Pratomo, ST, M.Eng. (Teknik Metalurgi)
2. Dr. Shinta Virdhian, ST, M.E.Eng (Teknik Metalurgi)
3. Tarmizi, ST, MT (Teknologi Las dan Metalurgi)
4. Ir. Lilis Yuliasetiawati, MT (Metalurgi dan Pelapisan Logam)

Mitra Bestari : 1. Dr. Ir. Taufiq Rochim (Teknik Mesin dan Industri)
2. Prof. Dr. Ir. Bambang Sunendar (Teknik Material)
3. Ir. Hafid Abdullah, MT (Teknologi dan Manajemen Industri)
4. Ir. Mochamad Furqon, MM (Teknik Metalurgi )
5. Kuntari Adi Suhardjo (Teknik Kimia dan Industri)

Sekretaris Redaksi : Dewi Apriliani S.Sos

Tata Usaha : Ir. Junadi Marki, MT.

Design & Layout : Drs. Endro Y. Susanto

Sirkulasi : Urusan Perpustakaan

Alamat Redaksi : Jl. Sangkuriang No. 12, Bandung 40135, Telp.(022) 2504107,-
2503171, Fax (022) 2503978, E-mail : info@bblm.go.id

Riwayat Penerbitan : STT SK Men. Pen. R.I. No. 019/SK/Dirjen P.G.S. tanggal 20 Januari 1976
ISSN 0126-3463
Terakreditasi LIPI No. 24/Akred-LIPI/P2MBI/9/2006
Terakreditasi LIPI No. 226/AU1/P2MBI/08/2009
ISSN 0126 – 3463

PENGANTAR REDAKSI

METAL INDONESIA merupakan Dalam Jurnal Metal Indonesia (MI) Vol. 35 No.
wadah untuk menyampaikan hasil 2, Desember 2013 menyajikan 7 (tujuh)
penelitian dan pengembangan berupa makalah hasil karya ilmiah dari para peneliti
informasi teknik dan argumentasi guna dan perekayasa Metal Industries Development
membentuk interaksi antar lembaga, Centre (MIDC/BBLM) Bandung, perekayasa
universitas, industri terutama sektor Kementerian Perindustrian Jakarta dan dosen
logam mesin dan konsumen sebagai Polman Bandung. Makalah pertama Penelitian
salah satu upaya menciptakan iklim Bahan High Permanen Magnet Dengan Proses
sektor industri yang andal. Nano Teknologi. Makalah kedua menampilkan
tulisan Keseragaman Distribusi Perlit dan
Kekerasan Pada Crankshaft dengan Bahan FCD
700 Paduan Cu Dengan Bantuan Software
Pengutipan dari METAL INDONESIA Simulasi. Makalah ketiga membahas Proses
dapat dilakukan secara bebas dengan Nitriding Cair Pada Baja Paduan Rendah CrNi
menyebut sumbernya dan mengirim Terhadap Kekerasan dan Ketebalan Permukaan.
kutipan tersebut ke METAL Makalah keempat membahas Penentuan
INDONESIA. Kondisi Operasi Pelapisan Chrom Keras Pada
Logam Kuningan. Makalah kelima
menampilkan pembahasan Pengaruh
Pengelasan Untuk Mendukung Analisa
METAL INDONESIA diterbitkan oleh Komposisi Kimia Dengan Metode
Balai Besar Logam Mesin (BBLM) / Spektrometer. Makalah selanjutnya adalah
Metal Industries Development Centre Pengembangan Produk Steel Casting Link
(MIDC) Track Pada Alat Berat Excavator Batu Bara
Terbit 2 (dua) kali setahun, bulan Juni Bukit Asam Lampung Sebagai Produk
dan Desember. Substitusi Impor. Sementara itu pembahasan
mengenai Pengendalian Mutu Produksi Di PT. I
Sebagai Upaya Peningkatan Kepuasan
Pelanggan ditampilkan sebagai makalah
Alamat Redaksi/Tata Usaha penutup.
METAL INDONESIA
JL. SANGKURIANG No. 12 Semoga Jurnal edisi kali ini dapat memberikan
PO BOX 1154 – BANDUNG 40135 manfaat bagi peneliti, dunia usaha dan litbang
Telp. (022) 2503172 – 2504107 serta perguruan tinggi terkait untuk dapat
Fax.(022) 2503978 memberikan kontribusi dalam membangun
masyarakat ilmiah dan pengembangan teknologi
logam dan mesin di Indonesia.

E-mail : Akhir kata, kami mengharapkan komentar,


info@bblm.go.id. kritik dan saran yang konstruktif atas penerbitan
Jurnal ini, baik terhadap substansi maupun
redaksi untuk perbaikan Jurnal MI dimasa-masa
yang akan datang.

Redaksi

BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN


KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 i


ISSN 0126 – 3463

METAL INDONESIA
Vol. 35 No.2, Desember 2013

DAFTAR ISI
Halaman
Pengantar Redaksi i
Daftar Isi ii

1. Penelitian Bahan High Permanen Magnet Dengan Proses Nano Teknologi, 62 – 70


Lilis Yuliasetiawati

2. Keseragaman Distribusi Perlit dan Kekerasan Pada Crankshaft dengan Bahan 71 – 78


FCD 700 Paduan Cu Dengan Bantuan Software Simulasi, Oyok Yudianto

3. Proses Nitriding Cair Pada Baja Paduan Rendah CrNi Terhadap Kekerasan 79 – 84
dan Ketebalan Permukaan, M. Furqon

4. Penentuan Kondisi Operasi Pelapisan Chrom Keras Pada Logam Kuningan, 85 – 93


Azhar Arsianto dan Hafid

5. Pengaruh Pengelasan Untuk Mendukung Analisa Komposisi Kimia Dengan 94 – 103


Metode Spektrometer, Mahaputra dan Tarmizi

6. Pengembangan Produk Steel Casting Link Track Pada Alat Berat Excavator 104 – 112
Batu Bara Bukit Asam Lampung Sebagai Produk Substitusi Impor, Darma
Firmansyah Undayat dan M. Achyarsyah

7. Pengendalian Mutu Produksi Di PT. I Sebagai Upaya Peningkatan Kepuasan 113 – 125
Pelanggan, Hafid dan Sony Harbintoro

ii METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


ISSN 0126 – 3463

PENELITIAN BAHAN HIGH PERMANEN MAGNET


DENGAN PROSES NANO TEKNOLOGI

Lilis Yuliasetiawati1
1
Metal Industries Development Centre Indonesia (MIDC), Kementerian Perindustrian
Jl. Sangkuriang No.12 Bandung 40135
E-mail: lilis yuliasetiawati@bblm.go.id

Abstrak
Material magnet barium ferrite nano-kristalin berhasil disintesis dengan metode sol-gel
dengan bantuan cetyltrimethylammonium bromide (CTAB) sebagai surfaktan. Perbandingan molar
3+ 2+
Fe /Ba diatur pada 10,6. Konsentrasi surfaktan CTAB yang digunakan divariasikan sebagai
0,025M, 0,05M, 0,075M, dan 0,1M. Proses hidrolisis dilakukan dengan menambahkan kalium
hidroksida (KOH) dengan jumlah tertentu. Hasil yang terbentuk dikalsinasi pada temperatur 900ºC
selama 3 jam. Sampel yang terbentuk kemudian dikarakterisasi dengan menggunakan X-Ray
Diffraction (XRD) dan Scanning Electron Microscope (SEM). Dari hasil XRD masih ditemui fasa
α-Fe O yang terbentuk. Hal ini mengindikasikan bahwa komposisi barium yang digunakan
2 3
mencukupi. Pengaruh penambahan CTAB terlihat dari besarnya ukuran kristal yang terbentuk
sebagai fungsi dari konsentrasi CTAB. Dengan mensintesis barium ferrite melalui metode ini
didapatkan bahwa ukuran kristal yang terbentuk cenderung membesar seiring dengan
meningkatnya konsentrasi CTAB dan akan kembali menurun ketika konsentrasi CTAB sama
dengan 0,1M. Dalam penelitian ini, ukuran kristal yang diperoleh berkisar pada 28-33 nm, jauh
lebih kecil jika dibandingkan dengan barium ferrite yang disintesis dengan metode sol-gel
konvensional, yang umunya berkisar pada 150-250 nm. Penambahan surfaktan ditengarai
mempengaruhi ukuran kristal dari barium ferrite dikarenakan kemampuannya untuk menurunkan
tegangan permukaan antara larutan dan padatan.

Kata kunci: barium ferrite, sol-gel, cetyltrimethylammonium bromide, surfaktan.

Abstract
Nanocrystalline barium ferrite magnetic material has been successfully synthesized by
surfactant mediated sol-gel method with cetyltrimethylammonium bromide (CTAB) as a surfactant.
3+ 2+
The molar ratio of Fe /Ba was set at 10.6. The concentration of CTAB was varied by 0.025M,
0.05M, 0.075M and 0.1M. The hydrolisis process of mixing solution was caried out by the addition
of potasium hydroxide (KOH) with appropriate amount. The result specimens was calcined at
900ºC for 3 hours. Prepared sample was then characterisized by means of X-Ray Diffraction
(XRD) and Scanning Electron Microscope (SEM). From XRD results, it was shown that the
appearance of α-Fe O indicates lack amount of barium in synthesis. The influence of CTAB was
2 3
shown in the difference of crystallite size as a fuction of CTAB’s concentration. As the increase of
CTAB’s concetration, the crystallite size was also increased, but decreased rapidly when the
CTAB’s concentration reached 0,1M. However, the crystallite size of barium ferrite about 28-33
nm, prepared by this method is much lower than that of prepared by conventional sol-gel method,
typically around 150-250 nm. The addition of surfactant was presumed influencing the crystallite
size due to its ability to reduce surface tension between liquids and solids.

Key words: barium ferrite, Sol-gel, cetyltrimethylammonium bromide, surfactant.

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 62


PENDAHULUAN terhadap ukuran kristal dan morfologi yang
Kegiatan penelitian bahan high terbentuk. Sifat-sifat dari material barium
permanen magnet dengan proses nano ferrite dikarakterisasi dengan analisis X-ray
teknologi, dilakukan untuk mendapatkan bahan Diffraction (XRD) dan Scanning Electron
yang bisa digunakan pada pembuatan Microscope (SEM).
permanen magnet yang menghasilkan daya
magnet tinggi melalui proses nano teknologi. LANDASAN TEORI
Bahan yang dipilih adalah Barium ferrite. Barium ferrite (BaFe O )
12 19
Menilai dari tingginya kekuatan magnet yang Metode konvensional untuk
diinginkan, maka perlu diadakannya penelitian mensintesis barium ferrite adalah dengan
guna mendapatkan bahan baku permanen menggunakan solid state reaction dengan
magnet yang sesuai. mencampurkan material oksida dengan
Barium ferrite dikenal luas sebagai material karbonat dan kemudian
material magnet permanen. Barium ferrite mengkalsinasinya pada temperatur lebih dari
sangat menarik bagi dunia ilmu pengetahuan 1200ºC. Kelemahan dari metode ini adalah
dan teknologi dikarenakan memiliki tingginya temperatur yang dibutuhkan yang
temperatur Curie yang tinggi, koersivitas yang akan mengakibatkan agglomerasi yang tinggi,
tinggi, medan magnetik anisotropik yang ukuran partikel yang kasar, dan komposisi
tinggi, dan juga memiliki stabilitas kimia yang yang tidak homogen. Oleh karena itu, metode
baik. Walaupun barium ferrite memiliki sintesis barium ferrite yang dapat
kekuatan magnetik yang lebih rendah jika menghasilkan serbuk dengan ukuran yang baik
dibandingkan dengan magnet yang berbahan menjadi perhatian yang serius.
dasar material rare earth, barium ferrite masih Telah banyak penelitian dilakukan
sering digunakan dikarenakan faktor untuk mensintesis barium ferrite selain
keekonomisannya. Barium ferrite banyak menggunakan metode solid state reaction,
diaplikasikan sebagai komponen pengeras diantaranya: metode co-precipitasi,
suara, altenator, dan bahkan sebagai media hidrotermal, self combustion, microemulsion ,
perekam berbasis magnet. Untuk aplikasi dan sol-gel. Namun, masih sedikit penelitian
media perekam, ukuran partikel yang besar tentang sintesis barium ferrite dengan bantuan
akan memiliki kelemahan dalam hal surfaktan. Surfaktan memiliki peranan penting
demagnetisasi karena struktur domain untuk mereduksi ukuran partikel dikarenakan
magnetnya yang tidak beraturan. Oleh karena kemampuannya dalam menurunkan tegangan
itu, ukuran partikel dari barium ferrite perlu permukaan antara larutan dan padatan. Selain
dibuat homogen dengan ukuran yang kecil. itu surfaktan dapat berperan pula sebagai
Bentuk heksagonal yang datar dari barium template untuk membentuk morfologi dari
ferrite sangat cocok apabila digunakan sebagai partikel. Pembentukan morfologi ini dapat
media perekam dikarenakan di dalam media dilakukan dengan mengatur konsentrasi
perekam, partikel harus disusun di atas suatu surfaktan dan kondisi lingkungannya, seperti
bidang substrat sedemikian rupa sehingga temperatur, tekanan, dan pH. Dengan
bidang aksis-c dapat tegak lurus terhadap memvariasikan kondisi-kondisi tersebut,
bidang substrat. morfologi partikel dapat diatur untuk
Kegiatan penelitian ini dimaksudkan membentuk: tetrapod, flower-like , nanobelt ,
untuk mendapatkan bahan high permanen nano-cube, nanorod , dll. Surfaktan tidak
magnet melalui proses nano teknologi, yang hanya sebatas membentuk suatu template bagi
pemanfaatnya sangat luas salah satunya untuk partikulat, namun juga mempengaruhi
pembuatan generator listrik permanen magnet. mekanisme pembentukan partikel. Surfaktan
Sedangkan tujuan kegiatan ini adalah memiliki peranan penting dalam pembentukan
mendapatkan teknologi pembuatan bahan high partikel nano barium ferrite.
permanen magnet dengan proses nano Barium ferrite merupakan material
teknologi. keramik yang termasuk ke dalam kelompok
Dalam penelitian ini, kristal barium material ferimagnetik, sehingga material ini
ferrite dengan ukuran sekitar 28-33 nm menunjukkan sifat magnetik spontan pada
berhasil diperoleh. Dipelajari pula mengenai temperatur kamar. Barium ferrite merupakan
pengaruh konsentrasi dari surfaktan, jenis magnet permanen yang berbasis pada
cetyltrimethylammonium bromide (CTAB), material besi oksida yang umumnya dijumpai

63 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


pada komponen pengeras suara, altenator, dan Teori Sol-Gel
bahkan sering juga dijumpai sebagai media Sol-gel merupakan suatu metode
perekam berbasis magnet. Selain itu, barium material padatan atau semi padatan dengan
ferrite dapat digunakan sebagai perangkat pemrosesan fasa cair. Pemrosesan dengan
microwave dan perangkat pelindung dari menggunakan fasa cair memungkinkan reaksi
gelombang eletrokmagnet. Barium ferrite terjadi pada skala molekular, sehingga reaksi
memiliki beberapa karakteristik yang menarik terjadi lebih homogen dan dapat dilakukan
sebagai material magnet, yaitu : secara multikomponen. Metode sol-gel
1. Anisotropi kristalin magnet yang tinggi memberikan penawaran yang unik pada
6 3
(3,3×10 ergs/cm ). fabrikasi material keramik pada temperatur
2. Koersivitas intrinsik yang tinggi (17 kOe). yang rendah, bahkan pada temperatur kamar
3. Intensitas magnetisasi saturasi yang tinggi sekalipun. Akhir-akhir ini metode sol-gel
(380 emu/cm3). sering digunakan untuk memproduksi berbagai
4. Temperatur Currie yang tinggi (450ºC). jenis material, seperti dari keramik monolit dan
5. Kekerasan mekanik yang tinggi (7 Mohs). gelas menjadi serbuk, lapisan tipis, serat
6. Kestabilan kimia yang baik. keramik, mikroporus membran, dan material
7. Ketahanan korosi yang baik. aerogel yang porus. Dengan metode sol-gel,
reaksi terjadi pada fasa cair. Bahan utama
(prekursor) yang digunakan dalam proses sol-
gel ini dapat berupa alkoksida logam (seperti,
Si(C H O) , Ti(C H O) , dll.), garam-garam
2 5 4 4 13 4
nitrate (seperti, Fe(NO ) , Ba(NO ) ,
3 3 3 2
ZrO(NO ) , dll.), atau garam-garam chloride
3 2
(seperti, NiCl , FeCl , BaCl , dll.).
2 3 2
Dengan motede sol-gel, larutan
prekursor tersebut dapat langsung di-coating
untuk nantinya dijadikan lapisan tipis, atau
dapat juga dihidrolisis terlebih dahulu agar
Gambar 1. Struktur heksagonal barium ferrite; menjadi larutan sol lalu kemudian di-coating.
Hijau = Ba, Biru = Fe, Merah = O [11] Dari larutan sol ini, dapat juga dibentuk
bermacam-macam bentuk material keramik,
Dari beberapa karakteristik diatas, mulai dari material keramik yang padat,
disebutkan bahwa barium ferrite memiliki aerogel, partikel-partikel yang homogen,
koersivitas intrinsik yang tinggi, yaitu 17 kOe. bahkan dapat juga dibentuk menjadi serat-serat
Namun nilai koersivitas intrinsik yang tinggi keramik. Inti dari metode sol-gel adalah
ini masih sebatas teori. Dari penelitian- hidrolisis dan kondensasi atau polimerisasi.
penelitian yang ada mengenai barium ferrite, Hidrolisis merupakan bereaksinya logam-
besar koersivitas intrinsik yang ada saat ini logam prekursor dengan air membentuk
tidak pernah melebihi sepertiga dari teori. hidroksida logam. Sedangkan kondensasi atau
Meskipun demikian barium ferrite memiliki polimerisasi adalah proses bereaksinya dua
keunggulan di segi keekonomisannya dan hidroksida logam menjadi oksida logam. Ada
stabilitas kimianya. dua cara kondensasi, yaitu kondensasi air dan
Barium ferrite memiliki formula kimia kondensasi alkohol. Kondensasi air adalah
BaO.6Fe O yang memiliki struktur kondensasi yang produk sampingnya air
2 3
heksagonal. Satu satuan sel heksagonal barium sedangkan kondensasi alkohol merupakan
ferrite tersusun dari dua molekul terdiri dari 64 kondensasi yang produk sampingnya alkohol.
atom. Struktur heksagonal dari barium ferrite, Untuk lebih jelasnya dapat dilihat skema
seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 1, mengenai metode sol-gel pada Gambar 2.
memiliki hubungan arah a = b ≠ c, dengan a =
0,588 nm dan c = 2,32 nm. Perbedaan panjang
inilah yang menyebabkan adanya sifat
anisotropi kristal magnet barium ferrite.

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 64


Surfaktan
Surfaktan merupakan senyawa yang
berperan untuk menurunkan tegangan
permukaan dari larutan, antar dua larutan, atau
antara larutan dengan padatan. Komponen
penyusun surfaktan disebut amphiphiles.
Amphiphiles merupakan molekul yang
tersusun dari kepala yang bersifat hidrofilik
dan ekor yang bersifat hidrofobik sehingga
memungkinkannya untuk berinteraksi dengan
senyawa yang polar maupun nonpolar. Dengan
Gambar 2. Reaksi yang terjadi pada proses sol-gel
jumlah molekul tertentu, amphiphiles dapat
membentuk suatu bentuk tertentu (micelles)
Dalam penelitian ini, barium ferrite,
apabila jumlahnya telah melebihi batas
BaFe O memiliki formulasi kimia sebagai
12 19 minimumnya. Batas minimum tertentu tersebut
paduan antara BaO dan Fe O dengan rumus biasa disebut dengan critical micellar
2 3
kimianya adalah BaO·6Fe O . Sehingga disini, concentration (CMC). Bentuk dari micelles
2 3
akan berbeda-beda tergantung dari jumlah
komposisi barium ferrrite terdiri dari
amphiphiles yang ada dan kondisi
BaO:Fe O =1:6. Reaksi hidrolisis dan
2 3 lingkungannya. Berikut, merupakan bentuk-
kondensasi yang terjadi pada Fe O dan BaO bentuk yang mungkin terjadi pada micelles
2 3
ditunjukkan pada Gambar 3 dan Gambar 4. seperti yang ditampilkan pada Gambar 5 di
bawah ini.
Secara umum, reaksi hidrolisis dan
kondensasi pada proses sol-gel dari Fe O dan
2 3
BaO sama dengan yang ditunjukkan pada
Gambar 2. Perbedaannya adalah proses sol-gel
yang terjadi pada Fe O dan BaO tersebut tidak
2 3
mengalami kondensasi alkohol dikarenakan
prekursor yang digunakan bukan dalam
golongan alkoksida logam, melainkan berasal
dari garam-garam nitrat, sehingga kondensasi
alkohol tidak akan terjadi.
Gambar 5. Skematik pembentukan micelles

Pada Gambar 5 di atas, ada lima


jenis bentuk micelles, yaitu: spherical
micelles, reverse micelles, monolayer,
bilayer, dan vesicles. Vesicles sendiri
terdapat dua jenis, yaitu multilamelar
vesicles dan unilamelar vesicles. Yang
Gambar 3. Reaksi hidrolisis dan kondensasi ditunjukkan oleh Gambar 5 merupakan
pada pembentukan Fe O dengan metode sol-gel. unilamelar vesicles. Micelles akan
2 3
membentuk bentuk yang spherical setelah
mencapai nilai CMC-nya dengan tingkat
dispersi yang relatif kecil. Dengan
meningkatkan konsentrasi dari micelles,
bentuk lain seperti bentuk yang menyerupai
batang (rodlike) dapat diperoleh dan
kemudian disusul dengan bentuk heksagonal
seiring dengan meningkatnya konsentrasi.
Gambar 4. Reaksi hidrolisis dan kondensasi pada- Setiap bentuk dari micelles memiliki ukuran
pembentukan BaO dengan metode sol-gel. sendiri-sendiri.

65 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


Umumnya spherical micelles 6. Melakukan evaluasi hasil penelittian.
memiliki ukuran berkisar pada 3-7 nm, 7. Menyusun laporan hasil penelitian.
sedangkan unilamellar vesicles memiliki
ukuran sekitar 25 nm, dan multilamelar
vesicles memiliki ukuran sekitar 1000 nm. HASIL DAN PEMBAHASAN
Material dan Instrumen
Seperti yang telah disebutkan di atas, selain
Material yang dipakai dalam penelitian
dipengaruhi oleh konsentrasi, pembentukan
ini adalah besi (III) klorida (FeCl , kemurnian
micelles juga dipengaruhi oleh lingkungan 3

sintesisnya, seperti temperatur, tekanan, dan ≥98%), barium klorida dihidrat (BaCl .H O,
2 2
tingkat keasaman atau pH. Dalam kemurnian ≥98%), kalium hidroksida (KOH,
mekanismenya, surfaktan tidak hanya kemurnian ≥85%), cetyltrimethylammonium
sebatas membentuk suatu template bagi bromide (CTAB, kemurnian ≥99%), larutan
partikulat, namun juga mempengaruhi amonia 25%, aquabidest, dan chitosan 2%.
mekanisme pembentukan partikelnya mulai Instrumen yang digunakan untuk karakterisasi
dari nukleasi, pertumbuhan, koagulasi, dan adalah X-Ray Diffraction (XRD), Philips
flokulasi. PANalytical X-Ray, CuKα, λ=1.54060 Å,
yang digunakan untuk mengidentifikasi fasa
METODOLOGI PENELITIAN yang terbentuk, dan Scanning Electron
Sebagai indikator keluaran kegiatan ini Microscope (SEM), JEOL JSM 6360LA
adalah didapatnya kesesuaian karaskteristik Analytical SEM, yang digunakan untuk
dari bahan baku untuk pembuatan permanen mengkarakterisasi morfologi dari serbuk
magnet berkekuatan tinggi, sedangkan barium ferrite yang terbentuk.
keluarannya adalah di dapatkannya data-data
engineering dan teknologi untuk mendapatkan Sintesis Barium ferrite
bahan high permanen magnet dengan proses Barium ferrite disintesis dengan metode
nano teknologi. sol-gel dengan tambahan CTAB sebagai
Proses kegiatan penelitian bahan high surfaktan. Sejumlah CTAB dilarutkan ke
permanen magnet dengan proses nano dalam 400 ml aquabidest dengan variasi
teknologi dilakukan di workshop pemesinan konsentrasi 0,025M, 0,05M, 0,075M, dan
dan pengelasan Balai Besar Logam dan Mesin 0,1M dan ditambahkan larutan ammonia 25%
dan bekerjasama dengan laboratorium sebanyak mol dari CTAB. Prekursor FeCl dan
3
Material Teknik Fisika ITB, kegiatan BaCl .H O dengan perbandingan molar
2 2
dilakukan selama 10 bulan dari bulan Januari 3+ 2+
2011 sampai dengan Oktober 2011. Fe /Ba =10,6 dimasukkan ke dalam larutan
CTAB sambil diaduk dengan menggunakan
Tahapan penelitian adalah sebagai berikut : magnetic stirrer. Selanjutnya larutan prekursor
1. Pendalaman kepustakaan untuk dan CTAB ditambahkan 5 ml larutan 2%
menentukan ciri-ciri, keunggulan dan chitosan dan diaduk kembali selama 30 menit.
kelemahan, sifat fisik material, dalam Agar terjadi hidrolisis dan terbentuk presipitat,
kaitannya untuk pemanfaatan material high perlu ditambahkan 30 ml larutan KOH 13M
permanen magnet. Serta studi kepustakaan secara perlahan-lahan sambil diaduk, dan di
yang sesuai. aging selama 24 jam. Kemudian presipitat
2. Survey industri pembuatan permanen dipisahkan dari pelarut dengan cara disaring
magnet untuk mengetahui data empiris dengan menggunakan kertas saring dan dicuci
yang dibutuhkan. menggunakan aquabidest sebanyak 1000 ml
3. Merancang/merencanakan proses untuk menghilangkan sisa ion-ion berlebih dan
pembuatan. selanjutnya dikeringkan. Presipitat kemudian
4. Melakukan analisa dan perhitungan dikalsinasi pada temperatur 900ºC selama 3
keteknikan untuk menentukan spesifikasi jam. Serbuk yang tebentuk selanjutnya
teknik, dari : dikarakterisasi dengan menggunakan XRD dan
a. Jenis material yang akan digunakan. SEM.
b. Jenis komponen yang dipilih
5. Menentukan kinerja output dari susunan
(Total Integrasi System Output).

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 66


Analisis X-Ray Diffraction agglomerasi yang terjadi pada Fe(OH) dan
3
menyebabkan pertumbuhan partikel yang tidak
terkendali sehingga ukuran partikel menjadi
besar. Dalam proses sol-gel yang
menggunakan media air sebagai pelarut, sangat
rentan sekali terhadap agglomerasi pada saat
proses hidrolisis dikarenakan ikatan hidrogen
yang sangat kuat dari gugus hidroksil. Oleh
karena itu, untuk mengurangi tingginya
aglomerasi pada Fe(OH) , perlu ditambahkan
3
suatu aditif, yaitu suatu surfaktan dengan
konsentrasi yang sesuai.
Penambahan surfaktan berperan untuk
menurunkan tegangan permukaan antara
Gambar 6. Karakterisi XRD sampel barium ferrite larutan dan padatan sehingga gaya tarik-
dengan variasi konsentrasi CTAB sebanyak: (a) menarik antar molekulnya dapat dikurangi 2+
0,025M, (b) 0,05M, (c) 0,075M, dan (d) 0,1M dengan γ- Fe2O3 yang merupakan fasa yang
tidak stabil dari material ferrites. Disisi lain,
Gambar 6 di atas memperlihatkan hasil fasa γ- Fe2O3 akan bertransformasi ke fasa
karakterisasi XRD barium ferrite yang di stabilnya, yaitu α- Fe2O3 pada pemanasan
sintesis dengan perbedaan konsentrasi CTAB sekitar 400-700ºC. Oleh karena itu, agar γ-
yang digunakan; (a) CTAB = 0,025M, (b) Fe2O3 tidak bertransformasi menjadi α-Fe2O3
CTAB = 0,05M, (c) CTAB = 0,075M, dan (d) maka γ-Fe2O3 ini harus segera direaksikan
CTAB = 0,1M. Dari hasil karakterisasi XRD dengan ion Ba2+, sehingga komposisi ion
di atas memperlihatkan bahwa fasa BaFe O Ba2+ harus memadai. Ion Ba2+ tidak akan
12 19
merupakan fasa paling dominan yang serta merta bereaksi dengan γ- Fe2O3,
terbentuk untuk semua sampel. Dari hasil dikarenakan ion Ba2+ merupakan fasa terlarut.
karakterisasi XRD di atas juga diperlihatkan Oleh karena itu, ion Ba2+ ini harus
fasa dari hematite α-Fe O , namun dengan membentuk terlebih dahulu fasa lain yang
2 3
intensitas yang kecil. Keberadaan fasa α-Fe O dapat berinteraksi dengan γ-Fe2O3. Dalam
2 3 metode sol-gel, umumnya ion Ba2+ akan
ini memperlihatkan bahwa komposisi Fe dan terhidrolisis untuk membentuk fasa Ba(OH)2,
Ba yang digunakan masih belum memadai. sementara ferrites, sebelum menjadi γ-Fe2O3,
Penggunaan komposisi Fe/Ba pada penelitian akan membentuk amorphous-Fe(OH)3.
ini mengacu pada pustaka yang digunakan oleh Kesulitan mendasar dalam sintesis
W. Roos yang menyatakan bahwa komposisi barium ferrite ini terletak pada proses
tersebut telah memadai untuk membentuk fasa hidrolisis barium dikarenakan tingkat
tunggal BaFe O dan juga memberikan kelarutannya yang sangat rendah. Oleh karena
12 19
performansi magnetik yang paling baik. itu, komposisi Fe dan Ba dalam sintesis
Dalam sintesis barium ferrite, komposisi barium ferrite dibuat tidak stoikiometri.
antara Fe dan Ba memegang peranan penting Komposisi barium yang sangat berlebih
dalam pembentukan fasa tunggal BaFe O . memungkinkan juga untuk membentuk fasa
12 19
Perlu diketahui bahwa barium ferrite terbentuk barium oksida (BaO) karena tidak ada lagi
antara ion Ba. Seperti yang telah disebutkan di senyawa γ- Fe2O3 untuk bereaksi. Jika hal ini
atas, pH merupakan salah satu faktor yang terjadi, selain fasa tunggal BaFe12O19 tidak
mempengaruhi terjadinya proses hidrolisis. akan tercapai, keberadan BaO ini juga akan
3+ mempengaruhi sifat kemagnetan dari
Proses hidrolisis ion Fe untuk membentuk BaFe12O19. Oleh karena itu, komposisi yang
Fe(OH) berawal di pH = 3, sedangkan proses tepat dari Fe dan Ba sangat diperlukan untuk
3
2+
hidrolisis ion Ba untuk membentuk Ba(OH) membentuk fasa tunggal BaFe12O19.
2
diperlukan pH yang sangat tinggi. Apabila
proses hidrolisis dilakukan secara bersamaan,
hal ini akan berakibat pada tingginya

67 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


Mikrostruktur
Morfologi dari barium ferrite yang
disintesis dikarakterisasi dengan menggunakan
SEM. Gambar 8 di atas memperlihatkan
morfologi barium ferrite yang disintesis
dengan memvariasikan konsentrasi CTAB
yang digunakan. Dari hasil karakterisasi
tersebut memperlihatkan jika butir partikel
memiliki bentuk yang spherical dan ada juga
yang memiliki bentuk yang memanjang namun
Gambar 7. Hubungan antara konsentrasi CTAB dengan jumlah yang sangat sedikit.
Gambar dengan ukuran kristal barium ferrite pada Berdasarkan hasil SEM, semakin besar
bidang planar konsentrasi dari CTAB yang digunakan terlihat
bahwa ukuran partikel semakin membesar
Gambar 7 di atas memperlihatkan namun kembali mengecil pada konsetrasi
hubungan antara konsentrasi surfaktan dengan CTAB sama dengan 0,1M.
ukuran kristal dari barium ferrite yang
dihitung dengan menggunakan persamaan
scherrer. Dari grafik di atas terlihat bahwa
profil ukuran kristal dari barium ferrite
memiliki kecenderungan semakin membesar
seiring dengan meningkatnnya konsentrasi
CTAB yang digunakan, namun kembali
menurun tajam saat konsentrasi CTAB
mencapai 0,1M. Secara keseluruhan ukuran
kristal yang diperoleh barium ferrite yang
disintesis melalui metode sol-gel dengan
tambahan CTAB jauh lebih kecil jika
dibandingkan dengan metode sol-gel
konvensional seperti yang pernah dilaporkan
oleh beberapa peneliti sebelumnya, umumnya Gambar 8. Karakterisasi SEM barium ferrite
berkisar antara 150-250 nm. Hubungan dengan variasi konsentrasi CTAB; (a) 0,025M,
pembentukan partikel dengan penambahan (b) 0,05M, (c) 0,075M, (d) 0,1M
suatu surfaktan sangatlah kompleks. Proses
pembentukan partikel melibatkan proses Secara kasar, ukuran butir partikel
pengintian, pertumbuhan, koagulasi dan barium ferrite ditampilkan pada tabel 1 di
flokulasi. Penambahan surfaktan ditengarai bawah untuk memberikan Gambaran rentang
dapat mempengaruhi proses pengintian saat ukuran butir pada setiap sampel. Dari tabel
kristalisasi. Setelah proses pengintian, tersebut terlihat bahwa ukuran butir terkecil
surfaktan juga masih mempengaruhi proses diperoleh ketika konsentrasi CTAB 0,1M
pertumbuhan, dan selanjutnya proses koagulasi digunakan. Namun pada konsentrasi tersebut
dan proses flokulasi. Oleh karena itu terlihat bahwa rentang antara ukuran butir
penambahan CTAB sebagai surfaktan terkecil dan terbesarnya sangatlah lebar,
memegang peranan penting dalam sintesis bahkan lebih lebar daripada ketika konsentrasi
partikel berukuran nano. CTAB sama dengan 0,025M. Sedangkan
ketika digunakan CTAB dengan konsentrasi
0,05M, ukuran butir meningkat dan diikuti
oleh penambahan CTAB dengan konsentrasi
0,075M.
Perbedaan ukuran butir yang terjadi
pada penelitian ini ditengarai dipengaruhi oleh
konsentrasi dari CTAB yang digunakan.
Seperti yang telah dijelaskan di atas, surfaktan
juga dapat mempengaruhi pembentukan
partikel yang mana di dalamnya melibatkan

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 68


proses pengintian, pertumbuhan, koagulasi, Penambahan dari barium sebaiknya
dan flokulasi. Namun dalam penelitian ini, janganlah terlalu berlebih karena akan
pembahasan masih dilakukan sebatas pada dikhawatirkan memunculkan fasa yang lain,
suatu aspek yang dapat digunakan untuk yaitu fasa BaO, yang tentunya akan
mensintesis material pada ukuran nano, yang berpengaruh pada karakteristik magnetik dari
berkaitan dengan penambahan surfaktan, yaitu barium ferrite. Pengaruh dari varisasi
konsentrasi dari surfaktan. Faktor-faktor yang konsentrasi CTAB dapat dilihat pada ukuran
mempengaruhi pertumbuhan partikel dan kristal dari barium ferrite, yang mana ukuran
ukuran kristal akibat dari penambahan kristal barium ferrite memiliki kecenderungan
surfaktan tersebut, saat ini masih dalam tahap semakin membesar seiring meningkatnya
penelitian dan pengembangan lebih lanjut. konsentrasi dari CTAB, namun akan kembali
menurun ketika konsentrasi CTAB sama
Tabel 1. Pengukuran kasar ukuran butir dengan 0,1M. Ukuran kristal dari barium
berdasarkan hasil karakterisasi SEM ferrite yang disintesis dengan penambahan
Ukuran butir partikel CTAB ini, yaitu 28-33 nm, jauh lebih kecil
Konsentrasi CTAB
(nm) jika dibandingkan dengan barium ferrite yang
0,025M 128-233 disintesis melalui metode sol-gel konvensional
0,05M 134-310
seperti yang telah dilaporkan pada penelitian
0,075M 182-346
sebelumnya. Profil dari ukuran kristal sebagai
0,1M 97-265
fungsi dari konsentrasi CTAB juga memiliki
kesamaan dengan ukuran butir yang diukur
KESIMPULAN DAN SARAN secara kasar dari hasil karakterisasi SEM. Dari
Sintesis material barium ferrite dengan hasil karakterisasi SEM, ukuran butir
metode sol-gel dan dengan penambahan memperlihatkan bahwa barium ferrite yang
surfaktan berupa CTAB telah berhasil disintesis masih dalam skala nanometer, yaitu
dilakukan. Dengan menggunakan komposisi antara 97-346 nm. Penambahan surfaktan
Fe/Ba= 10,6 yang mengacu pada pustaka ditengarai mempengaruhi bentuk serta ukuran
masih ditemukan fasa selain fasa BaFe O , baik butir maupun kristal dari barium ferrite,
12 19 namun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
yaitu fasa α-Fe O , walaupun dalam intensitas hal-hal tersebut masih dalam tahap penelitian
2 3
yang kecil. Hal ini menandakan bahwa dan pengembangan lebih lanjut.
komposisi tersebut menunjukkan jika jumlah
barium yang digunakan masih belum
mencukupi, sehingga komposisi barium
tersebut perlu ditambahkan.

69 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


DAFTAR PUSTAKA 6. Drofenik, M; Kristl, M.; Žnidaršič, A.;
1. Tyagi, S.; Agarwala, R.C.; Argawala, V, Lisjak, D, 2007, Barium hexaferrite
2009, A comparative study on the prepared by hydrothermal synthesis;
morphology of barium and strontium Materials Science Forum.
hexaferrite nanoparticles synthesized by co- 7. Trif, L; Molnár-Vörös, N; Tolnai, G.; Sajó,
precipitation method; Advance Material I.; Mészáros, S.; Kálmán, E, 2008,
Research. Preparation and characterization of
2. Ding, J.; Miao, W.F.; McCormick, P.G.; nanostructured ferrite materialsby a nitrate-
Street, R. 1998, High coercivity ferrite citrate self-combustion sol-gel synthesis;
magnets prepared by mechanical alloying; Materials Science Forum.
Journal of Alloys and Compounds. 8. Xu, P; Han, X; Wang, M., 2007, Synthesis
3. Mali, A.; Ataie, 2005, Structural and magnetic properties of BaFe O
12 19
characterization of nanocrystalline hexaferrite nanoparticles by a reverse
BaFe O powderssynthesized by sol-gel microemulsion technique; Journal of
12 19
combustion route, Scripta Materialia. Physical Cemistry.
4. Topal, Ogur, 2008, Factors influencing the 9. Li, Yaowen; Wang, Qin; Yang, Hua; 2009,
remanent properties of hard magnetic Synthesis, characterization and magnetic
barium ferrites: Impurity phases and grain properties on nanocrystalline BaFe O
12 19
sizes, Journal of Magnetism and Magnetic ferrite. Current Applied Physics.
Materials. 10. Ko, W.Y.L.; Bagaria, H.G.; Asokan, S.;
5. Jacobo, S.E.; Domingo-Pascual, C; Lin, Kuan-Jin; Wong, M.S.; 2010, CdSe
Rodriguez-Clemente, R.; Blesa, M.A, 2007, tetrapod synthesis using
Synthesis of ultrafine particles of barium cetyltrimethylammonium bromide and
ferrite by chemical coprecipitation, Journal heat transfer fluids; Journal of Material
of Materials Science. Chemistry.

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 70


ISSN 0126 – 3463

VALIDITAS SOFTWARE SIMULASI UNTUK MELIHAT KESERAGAMAN


DISTRIBUSI PERLIT DAN KEKERASAN PADA CRANKSHAFT DENGAN BAHAN
FCD 700 PADUAN CU

Oyok Yudiyanto1
1
Dosen Politeknik Manufaktur Negeri Bandung
Jl Kanayakan No. 21 – Dago, Bandung - 40135
Email: oyok@polman-bandung.ac.id

Abstrak
Crankshaft dengan bahan FCD 700 memiliki matrik strukturnya perlit, untuk mendapatkan
struktur mikro perlit, proses perlitisasinya menggunakan proses perlakuan panas. Pada penelitian ini
akan dibuat Crankshaft dengan bahan FCD 700 paduan Cu, dengan menghasilkan perlitis tanpa
melewati proses perlakuan panas. Paduan Cu yang ditambahkan divariasikan besarnya, yaitu 0,8%,
1,2% dan 1,5%. Hasil simulasi menyimpulkan paduan Cu yang mendekati hasil keseragaman perlit
dan karakteristik bahan FCD 700 adalah paduan Cu 1,2%. Keseragaman distribusi kekerasan dan
distribusi perlit hasil uji coba dilapangan menunjukkan adanya kemiripan dengan hasil simulasi,
walaupun terjadi perbedaan yang besar di beberapa tempat. Tapi secara umum penggunaan software
simulasi untuk menentukan keseragaman kekerasan dan perlit dapat tercapai. Perbedaan selalu terjadi
antara simulasi dan kondisi di lapangan. Perbedaan ini umumnya dipengaruhi oleh banyak faktor yang
tidak dapat didefinisikan oleh software, atau sebaliknya kondisi software tidak sesuai dengan kondisi
lapangan.

Kata kunci : FCD 700 paduan Cu, software simulasi, perlit.

Abstract
A Crankshaft made of FCD 700 having a matrix of pearlite. To obtain the pearlite matrix a
proper heattreatment process has usually to be applied. In this research, the FCD 700 material will be
processed by adding Cu, which can consequently avoid any required heattreatment process. Cu were
added in varies procentage, ie 0.8%, 1.2% and 1.5%. Due to the simulation results, it can be conclude
that 1.2% Cu addition produce better uniformity in term of pearlite and material characteristics.The
distribution hardness and perlite as resulted from the field trial shows a similarity to those of
simulation results, despite the large differences in some places. But in general the use of simulation
software to determine the uniformity of hardness and perlite can be achieved. Differences always
occur between the simulated and field conditions. These differences are generally influenced by many
factors that can not be defined by software, or otherwise not match with the conditions of the software
field conditions

Key word : FCD 700 Cu alloy, simulation software, pearlite.

PENDAHULUAN mendapatkan keseragaman kekuatan. Salah


Crankshaft merupakan salah satu satu caranya produk coran selanjutnya
produk cor dengan bahan FCD 700 yang dilakukan proses perlakuan panas untuk
digunakan pada otomotif. Crankshaft mendapatkan bahan yang homogen.
merupakan bagian dari mesin yang sangat vital. Bahan yang digunakan pada
Kondisi kerja Crankshaft cukup berat dengan Crankshaft mengacu pada penggunaan
putaran tinggi dan torsi yang besar. sebelumnya adalah FCD 700, besi cor nodular
Berdasarkan beban kerja dan dengan matriks perlitis memiliki kekuatan tarik
lingkungan kerja maka salah satu tuntutan minimum 700 N/mm2. Perlitisasi pada bahan
teknis Crankshaft adalah keseragaman ini melalui proses perlakuan panas.
kekuatan, sehingga Crankshaft tidak Selanjutnya pada penelitian ini perlitisasi akan
mengalami kegagalan pada saat dilakukan tanpa proses perlakuan panas.
penggunaannya. Proses perlitisasi dicapai dengan
Produk coran memiliki karakteristik menambahkan paduan Cu pada FCD 700,
yang tidak homogen sehingga sulit untuk besarnya paduan Cu di variasikan untuk

71 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


mendapatkan distribuasi yang seragam. Pada Matriks Besi Cor Nodular
penelitian ini penentuan paduan Cu yang tepat Karakteristik besi cor nodular
dapat ditanggulangi dengan menggunakan tergantung dari matriks yang terbentuk.
software simulasi, sehingga mengurangi resiko Matriks yang terbentuk tergantung dari
kerugian yang relatif besar. komposisi kimia dan laju pendinginan besi cor.
Jika tercapai keseragaman perlit Matriks dari besi cor nodular adalah ferritic,
dengan batasan minimum 90%, maka pearlitic, bainitic, martensitic dan austenitic.
diharapkan akan tercapai keseragaman Dalam satu material masih mungkin bisa
kekuatannya dalam hal ini keseragaman terbentuk lebih dari satu matriks. Variasi
kekerasan. matriks yang terbentuk akan mempengaruhi
sifat-sifat material tesebut.
LANDASAN TEORI Berdasarkan jenis matriks yang terbentuk, besi
Besi Cor Nodular (Ductile iron) cor nodular ini dibagi beberapa tipe.
Besi cor nodular adalah salah satu tipe  Ferritric Ductile iron
dari besi cor (cast iron), tipe lainnya yaitu besi  Pearlitic Ductile iron
cor putih (white iron), besi cor kelabu (gray  Ferritic-Pearlitic Ductile iron
iron) dan besi cor tempa (malleable iron).  Martensitic Ductile iron
Perbedaan tipe ini didasarkan pada jenis grafit.  Bainitic Ductile iron
Besi cor putih tidak memiliki grafit yang  Austenitic Ductile iron
terbentuk hanya karbida. Besi cor kelabu
 Austemper Ductile iron (ADI)
memiliki grafit serpih (lamellar graphit). Besi
cor tempa memiliki grafit temper. Besi cor
Pengaruh Unsur Paduan
nodular memiliki grafit bulat. Gambar 1
Karbon dan Karbon Ekivalen
memperlihatkan tipe-tipe besi cor tersebut.
Tidak seperti pada Besi cor kelabu,
karbon ekivalen pada besi cor nodular
memiliki pengaruh yang kecil terhadap sifat
mekanik. Hal ini terjadi karena ada
kecenderungan penggunaan karbon ekivalen
yang tinggi, sehingga menambah fluiditas dan
menurunkan kecenderungan rongga susut.
Tetapi jika karbon ekivalen terlalu tinggi dapat
menyebabkan flotasi hiper-eutektik grafit bulat,
(a) Besi cor putih (b) Besi cor kelabu
yang dapat mempengaruhi sifat mekanik.

Silicon
Silicon meningkatkan jumlah ferrit dan
menahan formasi karbon, sehingga terjadi
peningkatan keuletan tetapi akan mengurangi
kekuatan dan kekerasan.

c) Besi cor tempa (d) Besi cor nodular Mangan


(1) Mangan merupakan unsur penambah jumlah
Gambar 1. Tipe-tipe besi cor
pearlit dan juga memiliki pengaruh
Karakteristik dari tipe-tipe besi cor tersebut menstabilkan karbida, mendukung terjadinya
yaitu : pembekuan putih pada bagian yang tipis dan
 Besi cor putih : getas tapi memiliki karbida intercellular pada bagian yang tebal.
ketahanan gesek yang tinggi.
 Besi cor kelabu : getas, mampu pemesinan Phosfor
yang bagus, meredam getaran, dan licin Pada besi cor nodular, Phosfor harus
bersifat pelumas sendiri (self lubricating) dipertimbangkan sebagai unsur yang tidak
 Besi cor tempa : mampu tempa diinginkan dan untuk matrik ferirtis
Besi cor nodular : mampu tariknya tinggi dan kandungannya tidak boleh lebih dari 0,05%,
mempunyai elongasi. jika lebih akan menyebabkan terbentuknya

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 72


phosfid karbida intercellular yang akan Tembaga terlarut dalam besi cor pada batasan
menurunkan pemuluran dan mampu impak. sampai dengan 2,5%.

Sulfur dan Magnesium METODOLOGI PENELITIAN


Kelebihan kandungan magnesium akan Metodologi penelitian yang
meningkatkan jumlah karbida tetapi tidak akan dilaksanakan merupakan kombinasi metode
mempengaruhi struktur matriks. Begitu juga reverse engineering dan kajian referensi yang
ketika sulfur bergabung dengan magnesium, kemudian di verifikasi dengan adanya langkah-
tidak akan mempengaruhi struktur matriks, langkah percobaan dan pengujian.
tetapi kandungan yang tinggi pada base iron Penelitian yang dilakukan adalah :
yang tidak dapat dihindari, magnesium akan Penentuan nilai paduan Cu pada FCD 700
meningkatkan resiko cacat. dengan software simulasi, paduan Cu sebagai
variabel dalam menghasilkan matriks perlitis.
Molibdenum Poin-poin metodologi kegiatan penelitian
Molibdenum sedikit meningkatkan jumlah dilakukan sebagai berikut:
pearlit, meningkatkan mampu tarik, kekerasan 1. Penentuan nilai-nilai paduan Cu pada FCD
dan sifat mekanik pada temperatur tinggi serta 700, dan disimulasikan dengan software.
membentuk karbida intercellular terutama pada 2. Analisis hasil simulasi
bagian yang tebal. 3. Uji coba rancangan dan bahan di bengkel
pengecoran.
Nickel 4. Pengujian laboratorium (struktur mikro
Nickel ditambahkan pada besi cor nodular dan uji kekerasan).
pada kisaran 0,536%. Penambahan nickel 5. Evaluasi dan langkah penyempurnaan.
bertujuan : 6. Membuat kesimpulan
 Untuk mampu dikeraskan, menghindari
transformasi ke pearlit (digunakan pada Langkah-langkah proses simulasi dengan
kisaran 0,5 – 4%) komputer simulasi.
 Sebagai promot matriks austenit stabil 1. Pembuatan model 3D dengan menggunakan
(digunakan pada kisaran 18 – 36%) software CAD system
 Untuk aplikasi pada temperatur rendah 2. Eksport file 3D menjadi file yang
dalam mendapatkan kekuatan yang tinggi kompatibel terhadap software simulasi
dengan matriks feritik yang kandungan (STL, IGES, Parasolid, Step)
silikonnya rendah (digunakan pada kisaran 3. Import file 3D ke dalam software simulasi
1 – 2%) dan definisikan material yang digunakan.
4. Meshing model 3D
Chrom 5. Setup parameter simulasi
Chrom sangat potensial dalam pembentukan 6. Proses Simulasi
karbida dan promot pearlit dalam besi cor 7. Hasil Simulasi
nodular. Dalam besi cor nodular dengan
matriks pearlitis kandungan chrom yang
ditolerir sebesar 0,1%. Prosesntase ini
tergantung dari pembulatan grafit dan waktu
pembekuan. Chrom akan tersegregasi dan
masuk ke daerah intercellular dan dapat
menyebabkan pembentuk karbida intercellular.

Tembaga
Tembaga merupakan promot pearlit dan
promot grafit. Tembaga umumnya digunakan
untuk bahan dengan matrik struktur mikronya
perlitis. Tembaga juga sebagai promot matriks
austenit stabil seperti halnya nickel. Sehingga
sering digunakan untuk menggantikan nickel
dalam pembuatan austenitic ductile iron.

73 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


Gambar 2 memperlihatkan diagram alir proses HASIL DAN PEMBAHASAN
simulasi Distribusi Perlit
Paduan Cu 0,8 % memiliki distribusi perlit
M U LA I dengan rentang 50 – 90%, paduan Cu 1,2%
memiliki distribusi perlit dengan rentang 74 –
G AM B AR 100% dan ada sebagian kecil dengan 80%
PR O D U K
perlit, paduan Cu 1,2 % memiliki distribusi
perlit dengan rentang 95 – 100%.
M O D E L 3D C A D

S T L F iles

P R E P R O C E S S IN G

M E S H IN G

S IM U L A S I

A N A LIS A H A S IL
S IM U L A S I

SE LESA I

Gambar 2. Diagram alir proses simulasi Gambar 4. Distribusi perlit

Simulasi Bahan FCD 700 Paduan Cu Distribusi Kekerasan


Gambar 3 adalah Gambar model 3D dari Paduan Cu 0,8 % memiliki distribusi
rancangan coran Crankshaft, yang akan kekerasan dengan rentang 250–295 HB,
diinputkan pada komputer simulasi dengan paduan Cu 1,2 % memiliki distribusi kekerasan
bahan FCD 700 paduan Cu. Paduan Cu yang dengan rentang 278–322 HB, paduan Cu 1,5 %
akan disimulasikan antara lain sebesar 0,8 %, memiliki distribusi kekerasan dengan rentang
1,2 % dan 1,5%. Berikut ini adalah hasil 335–350 HB. Lebih jelasnya dapat dilihat
simulasinya. pada Gambar 5.

Gambar 5. Distribusi kekerasan

Gambar 3 Rancangan coran

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 74


Distribusi Kekuatan Tarik Hasil Uji Coba di Lapangan
Paduan Cu 0,8 % memiliki distribusi kekuatan Pada Gambar 7 diperlihatkan hasil coran
tarik dengan rentang 620–780 Mpa, paduan Cu crankshaft
1,2 % memiliki distribusi kekuatan tarik
dengan rentang 750–840 MPa, paduan Cu
1,2 % memiliki distribusi kekuatan tarik
dengan rentang 870–900 Mpa. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 7. Coran crankshaft

Gambar 6. Distribusi kekuatan tarik Pengujian


Sampel diambil dari tiga coran, masing-masing
Tabel 1. Perbandingan harga distribusi perlit, coran di potong pada posisi yang sama seperti
kekerasan dan kekuatan tarik Gambar 8. Pada permukaan sampel ditandai
Kekuatan dengan membagi menjadi 4 kuadran (Gambar
Paduan Perlit Kekerasan
No. Tarik 9). Posisi pengujian diambil pada jarak
Cu (%) (HB)
(Mpa) masing-masing 5 mm. Pengujian kekerasan
1 0,8 % 50 – 90 250 – 295 620 – 780
menggunakan metoda Rockwell.
2 1,2 % 74 – 100 278 – 322 750 – 840
3 1,5 % 95 – 100 335 – 350 870 – 900

Tabel 1, memperlihatkan rangkuman hasil


simulasi yang dilihat dari distribusi perlit,
distribusi kekrasan dan distribusi kekuatan
tarik. Dari data tersebut dapat disimpulkan
bahwa dengan paduan Cu sebesar 0,8%
distribusi perlit belum tercapai, paduan 1,2%
dan 1,5% memiliki distribusi yang hampir
seragam. Sementara dari batasan kekuatan
tarik FCD 700 paduan dengan 1,5% Cu
memiliki kekuatan yang relatif besar dan lebih
mendekati ke dalam Grade FCD 800. Sehingga Gambar 8. Posisi pemotongan sampel uji
disimpulkan bahwa paduan yang dipilih adalah
sebesar 1,2% Cu. Pengujian Kekerasan
Pada Gambar 10 diperlihatkan perbandingan
hasil pengujian kekerasan dan hasil simulasi.
Sedangkan Gambar 11 diperlihatkan
perbandingan hasil pengujian struktur mikro
dan hasil simulasi.

75 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


Pengujian Struktur Mikro
Sampel A Sampel B Sampel C

0
1
2 0
3 1
4 2 0 1
5 3 2 3
4 4
5

Gambar 9. Posisi pengujian kekerasan

(a) Potongan A

Sampel 1A Sampel 2A Sampel 3A


Rata-rata
POS I II III IV I II III IV I II III IV
0 271 271 301 281
1 275 282,5 271 267,5 271 279 279 279 294 294 311 301 284
2 279 279 271 267,5 279 271 286 279 290 286 301 290 282
3 279 282,5 279 271 286 279 286 279 301 286 301 294 285
4 279 282,5 279 279 282,5 286 286 282,5 294 286 286 286 284
5 279 279 271 286 282,5 275 279 279 282,5 279 279 282,5 279

(a) Potongan A

(b) Potongan B

Sampel 1B Sampel 2B Sampel 3B


Rata-rata
POS I II III IV I II III IV I II III IV
0
1
2
3 271 279 264 271 275 271 279 275 286 275
4 279 279 282,5 279 275 275 279 271 286 279 279 271 278
5 271 279 282,5 279 279 271 271 271 264 282,5 279 279 276

(b) Potongan B

(c) Potongan C

Gambar 11. Perbandingan hasil pengujian struktur


mikro dan hasil simulasi

Sampel 1C Sampel 2C Sampel 3C


Rata-rata
POS I II III IV I II III IV I II III IV
0 271 279 286 279
1 279 279 279 279 286 290 290 294 297,5 286 301 294 288
2 279 279 294 279 294 294 286 301 301 294 301 297,5 292
3 286 294 294 286 301 286 301 301 311 294 301 301 296
4 294 294 294 301 306 301 306 301 306 297,5 301 311 301

(c) Potongan C
Gambar 10. Perbandingan hasil pengujian
kekerasan dan hasil simulasi

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 76


Dari Tabel 4 perbedaan maksimum sebesar
16,5%, rata-rata perbedaan secara keseluruhan
sekitar 9,5%.

Tabel 4. Analisis pada potongan B


POS Sampel B Simulasi Perbedaan %Perbedaan
0
1
2
3 275 278,6 4 1,5
4 278 307,1 29 10,5
5 276 321,4 46 16,6

Gambar 12. Contoh hasil pengujian struktur mikro


pada sampel C di posisi pusat Analisis Pada Potongan C (Gambar 2.9.c)
Dari data diatas perbedaan maksimum sebesar
Tabel 2 Perbandingan hasil struktur mikro 14,1%, rata-rata perbedaan secara keseluruhan
sekitar 10,2%.
Potongan Posisi Simulasi Real Perbedaan % Perbedaan
0 78,6 84,0 5,4 6,5
1 78,6 95,5 16,9 17,7 Analisis Struktur Mikro
2 82,9 91,9 9,0 9,8
A
3 87,1 92,0 4,9 5,4
Analisis Pada Potongan A (Gambar 2.10.a)
4 91,4 93,7 2,3 2,5 Tabel 2 memperlihatkan perbedaan
5 95,7 93,1 2,6 2,8 prosentase struktur mikro antara hasil simulasi
0 74,3 86,4 12,1 14,0
1 82,9 89,7 6,8 7,5 dengan uji coba di lapangan. Prosentase perlit
B
2 91,4 88,8 2,6 2,9 hasil simulasi berbeda dengan hasil kenyataan,
3 95,7 89,3 6,4 7,1
0 95,7 92,8 2,9 3,1 perbedaannya relatif kecil, prosentase tingkat
1 95,7 97,7 2,0 2,1 perbedaan terbesar sekitar 17,7%. Tapi secara
C 2 95,7 96,0 0,3 0,3
3 100 92,0 8,0 8,6
keseluruhan perbedaan rata-ratanya sebesar
4 100 96,3 3,7 3,8 7,4%.
Rata-rata 89,7 92,0 2,2 2,4

Analisis Pada Potongan B (Gambar 2.10.b)


ANALISIS Prosentase perlit hasil simulasi berbeda dengan
Analisis Hasil Uji Coba uji coba di lapangan, perbedaannya relatif kecil,
Analisis Distribusi Kekerasan prosentase tingkat perbedaan terbesar sekitar
14%. Tapi secara keseluruhan perbedaan rata-
Dari Tabel 3 perbedaan maksimum sebesar ratanya sebesar 7,9%.
15%, rata-rata perbedaan secara keseluruhan
sekitar 6,5%. Analisis Pada Potongan B (Gambar 2.10.c)
Prosentase perlit hasil simulasi berbeda dengan
Tabel 3. Analisis pada potongan A uji coba di lapangan, perbedaannya relatif kecil
jika dibandingkan pada potongan A dan
POS Sampel A Simulasi Perbedaan %Perbedaan potongan B. Tingkat perbedaan terbesar sekitar
0 281 278,6 2,4 0,9 8,6%, perbedaan rata-rat secara keseluruhan
1 284 292,9 9 3,3 sebesar 3,6%.
2 282 292,9 11 4,0
3 285 307,1 22 7,6
4 284 307,1 23 8,1 Dari keseluruhan struktur mikro, hasil
5 279 321,4 42 15,0 kenyataan memiliki tingkat perlitis yang lebih
tinggi dibanding hasil simulasi. Pada sampel
potongan C hasil simulasi hampir mendekati
hasil nyatanya.
Perbedaan yang terjadi antara hasil simulasi
dan dilapangan dapat dikarenakan oleh
perbedaan beberapa paramater simulasi dengan
dilapangan. Kemungkinan parameter yang
paling utama adalah heat transfer coeficient
antara software dengan dilapangan berbeda.

77 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA
Keseragaman kekerasan dan perlitisasi 1. AFS. 1993. “ Ductile iron Handbook “,
dicapai dengan bahan FCD 700 paduan Cu Illionis, USA.
1,2%. Keseragaman distribusi kekerasan dan 2. ASM Handbook Vol 1, 2001
distribusi perlit hasil simulasi dan di lapangan 3. Flinn,R.A. 1963. “ Fundamentals of Metal
menunjukkan adanya kemiripan, walaupun Casting ”, Addison Wesley, London.
terjadi perbedaan yang relatif besar di 4. Heine,R.W. 1967. “ Principles of Metal
beberapa tempat. Tapi secara umum Casting “, Mc Graw Hill, New York.
penggunaan software simulasi untuk 5. Karsay, Stephen I. 1969. “ Ductile iron I ”,
menentukan keseragaman kekerasan dan perlit Quebec Iron and Titanium Corporation,
dapat tercapai. Sorel.
6. Karsay, Stephen I. 1971. “ Ductile iron II ”,
Quebec Iron and Titanium Corporation,
Sorel.
7. Karsay, Stephen I. 1981. “ Ductile iron III ”,
Quebec Iron and Titanium Corporation,
Sorel.
8. Surdia, Tata. 1991. ” Teknik Pengecoran
Logam “, PT Pradnya Paramita, Jakarta.
9. Wlodawer, Robert. 1992. “ Gelenkte
Erstarrung von Gueisen “, Gisserei Verlag,
Dusseldorf.
10. http://www.ductile.org

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 78


ISSN 0126 – 3463

PROSES NITRIDING CAIR PADA BAJA PADUAN RENDAH Cr-Ni TEHADAP


KEKERASAN DAN KETEBALAN PERMUKAAN

M. Furqon1
1
Perekayasa Bidang Metalurgi, Kementerian Perindustrian, Jakarta
E-mail : furqon-bblm@yahoo.com

Abstrak
Pada penelitian telah dilakukan proses Nitriding cair pada baja paduan rendah Cr-Ni, terhadap
kekerasan permukaan dan ketebalan lapisan nitriding dengan melakukan variasi suhu nitriding dan
waktu penahanan. Proses nitridjng cair menggunakan media garam NaCN rendah. Proses nitriding
dilakukan pada rentang suhu 520-590oC dan waktu penahanan antara 2 sampai 6 jam. Kekerasan
minimum : 402 Hv dan ketebalan lapisan nitriding minimum: 0,005 mm diperoleh pada suhu 520oC
dengan waktu penahanan 2 jam. Kekerasan maksimum : 1020 Hv dan ketebalan lapisan nitriding
maksimum : 0,117 mm diperoleh pada suhu nitriding 590oC dan waktu penahanan 6 jam,tetapi pada
suhu nitriding tersebut terlihat adanya retak halus. Kondisi optimum dan kondisi lapisan tidak terjadi
retakan diperoleh pada suhu nitriding 570oC dan holding time 6 jam,dihasilkan kekerasan 1012 Hv
dan kedalaman kekerasan 0,115 mm.

Kata kunci : nitriding cair, baja paduan rendah Ni-Cr, waktu penahanan.

Abstract
In this study conducted liquid nitriding process in Low alloy steel Cr-Ni, to the surface
hardness and layer depth nitriding with to conduct variation on nitriding temperature and holding
time. Liquid nitriding is using low NaCN salt. Nitriding process is conducted at temperature in
between 520- 590oCand holding ime 2 – 6 hours. Minimum hardness : 420 Hv and layer depth is
0,005 mm obtained at temperature 520oCand holding time 2 hours, Maximum hardness : 1020 Hv
and layer depth : 0,117 mm is obtained at nitriding temperature 590C and holding time is 6 hours,
but at this process condition shown is micro crack. Therefore optimum condition, where is no micro
crack at nitriding layer , obtained at nitriding process temperature 570oC nad holding time 6 hours,
this results hardness is 1012 ang lyer depth 0,0115 mm.

Keywords : liquid nitriding, low alloy steel Ni-Cr, holding time.

PENDAHULUAN karena proses ini memiliki kemampuan


Komponen mesin dan peralatan yang mempertahankan dalam kestabilan dimensi.
mengalami gesekan selama dioperasikan, Proses prlakuan permukaan melalui difusi
seperti perkakas potong, cam, roda gigi, dies unsur nitrogen.1
dan mould, perlu memiliki kekerasan dan Seperti proses perlakuan permukaan lain,
ketahanan gesek tinggi, agar umur pakai dari seperti proses karburisasi, nitrokarburisasi,
komponen tersebut lama. Terkadang boronisasi dan lainnya, proses ini merupakan
komponen meskipun sudah dikeraskan dengan proses perlakuan termokimia dalam
cara pengerasan cepat (quench hardening) menghasilkan kekerasan tinggi. Perbedaannya
masih memiliki kekerasan yang belum sesuai dengan proses diatas adalah pada suhu
dengan kebutuhan. pelaksanaannya berlangsung dibawah suhu
Salah satu cara untuk meningkatkan austenitisasi yaitu pada suhu 500-590oC.
kekerasan dan ketahanan gesek komponen Benda kerja dipanaskan pada suhu tersebut
mesin, perkakas dan peralatan dilakukan dalam lingkungan cairan garam yang
perlakuan permukaan nitriding. mengandung nitrogen tinggi, kemudian
berdifusi dan membentuk lapisan nitrida besi.
Proses nitriding cair Karena proses nitriding berlangsung pada
Proses nitriding cair adalah proses posisi ferit, maka proses nitriding
perlakuan pengerasan permukaan sub kritis dikatagorikan sebagai proses termokimia
material baja. Proses ini dimungkinkan feritik.
merupakan proses perlakuan permukaan akhir

79 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


Proses nitring cair dilakukan untuk METODE PENELITIAN
tujuan memperbaiki ketahanan aus atau Bahan baja
ketahanan gesek ,ketahanan lelah dan Bahan baja yang digunakan pada
ketahanan korosi baja. penelitian ini adalah baja paduan rendah Cr-Ni,
Faktor yang penting dari proses nitriding dengan komposisi kimia utama seperti pada
adalah proses difusi nitrogen dari lingkungan tabel 1, dibawah ini :
yang kaya nitrogen ke daerah kurang memiliki
nitrogen. Proses difusi sangat dipengaruhi oleh Tabel 1.Hasil uji komposisi kimia
suhu dan waktu, semakin tinggi suhu nitridasi baja paduan rendah Cr-Ni.
semakin tebal, karena kecepatan difusi Standar AISI
Unsur Hasil Uji
semakin tinggi. Proses nitriding optimal jika 4337
Kimia (%)
terjadi gradient komposisi yang berbeda antara (%)
permukaan dan kedalaman benda kerja. Untuk C 0,38- 0,43 0,41
Cr 0,70-0,90 0,82
menghasilkan gradient komposisi nitrida pada
Ni 1,65-2,00 1,41
permukaan perlu pertimbangan waktu proses
Mo 0,20-0,30 0,20
yang sesuai dengan kebutuhan. Secara
Mn 0,60-0,80 0,76
matematik ,Ficks telah mengemukakan bahwa Si 0,20-0,35 0,32
jarak rata-rata difusi adalah :
Bahan garam nitriding
Dimana :
X : Jarak rata-rata difusi (cm)
Bahan garam yang dipergunakan pada
D : Kooefisien difusi (cm2/det) penelitian ini adalah jenis bahan garan sianid
T : waktu (detik) rendah, komposisi garam adalah sebagai
berukut :
Untuk mementukan laju difusi, hukum NaCNO : 30%
Ficks I menyatakan bahwa : NaCO3 : 28 %
NaCN : 0,5 %
KCl : 41,5 %.
Dimana :
J : laju difusi ( g/cm2 detik) Tungku prosses nitriding
Δc : Konsentrasi (g/cm3)
Tungku nitriding untuk proses nitriding
Δx : Jarak (cm).
adalah tungku garam, dengan spesifikasi
Untuk menghasilkan perpindahan atom
sebagai berikut :
dari suatu posisi ke posisi lain,maka perlu
Tipe : Tungku garam batch
pemutusan ikatan atom. Untuk itu dibutuhkan
Ukuran ruang bakar tungku : Diameter 300
energi panas untuk mengatasi energy aktivasi
mm tinggi 800 mm
yang besar, sehingga factor penting dalam
Pemanas : Heating element
menentukan laju difusi nitrogen adalah suhu
pemanasan. Difusifitas atom akan meningkat
Skema penelitian
sebanding eksponensial terhadap kebalikan
Skema penelitian dapat dilihat pada
suhu, seperti persamaan dibawah ini :
Gambar 1 dibawah ini :

Dimana :
D : Difusivitas (cm2/det)
Do : Kooefisien difusi (cm2/det)
Q : Energi aktivasi (Jmol)
R : Konstanta Bolzman (8,314J/molK)
T : Suhu (K)
Diameter atom Nitrogen : 0,6 A jauh
lebih kecil dari diameter atom Fe :1,4 A, oleh
karena itu difusi atom N dalam atom Fe
dikagorikan sebagai difusi enterstisi. Difusi
interstisi mempunyai energi aktivasi lebih kecil Gambar 1. Skema penelitian
dibandingkan dengan energi aktivasi difusi
substitusi.

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 80


Parameter proses yang divariasikan
terdiri dari 2 parameter yaitu suhu : 520oC,
540oC, 570oC dan 590oC, waktu penahanan : 2,
4 dan 6 jam.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil pengujian kekerasan
Data hasil pengujian kekerasan dan
kedalaman kekerasan pada variasi suhu dan
waktu penahan dapat diliat pada Gambar 2, 3
dan 4 dan ketahanan aus pada Gambar 5. Hasil
uji struktur mikro pada Gambar 8 dan Gambar
9 dibawah ini.
Gambar 4. Hubungan hasil uji kekerasan dan
kedalaman kekerasan dengan waktu penahanan 6
jam
5700C

Gambar 2. Hubungan hasil uji kekerasan dan


kedalaman kekerasan dengan waktu penahanan 2
jam
Gambar 5. Hubungan antara kehilangan berat uji
aus terhadap waktu penahanan

Pembahasan
Pengaruh kekerasan dan kedalaman
kekerasan
Berdasarkan data hasil pengujian maka
dapat dilihat bahwa semakin tinggi suhu proses
nitriding maka semakin tinggi kekerasan yang
dihasilkan, misalnya pada waktu penahanan
yang sama 6 jam kekerasapermukaan yang
diperoleh adalah sebagai berikut :
T : 520oC, kekerasan : 401 Hv
T : 540oC,kekerasan : 460 Hv
T : 570oC, kekerasan : 1012 Hv
Gambar 3. Hubungan hasil uji kekerasan dan T : 590oC, kekerasan : 1022 Hv
kedalaman kekerasan dengan waktu penahanan 4
Pada kekerasan antara suhu 520oC dan
jam o
570 C terlihat adanya peningkatan kekerasan
yang sangat tinggi. Hal ini terjadi karena laju
difusi nitrogen pada suhu yang lebih tinggi
menunjukan semakin tinggi,sehingga
pembentukan lapisan Nitrida pada permukaan
semakin besar. Sedangkan pada suhu antara
570-590oC peningkatan kekerasannya tidak

81 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


terlalu besar, hal ini disebabkan pembentukan
nitride lambat dibandingkan pada suhu rendah
ke suhu tinggi. Kondisi ini terjadi karena
energy bebas pembentukan nitrida pada suhu
tinggi lebih positif. Pada suhu lebih tinggi akan
lebih jelas lagi pengaruh energi bebas terhadap
pembentukan nitrida.

Pembesaran 500X
Gambar 9. Struktur mikro hasil nitriding, suhu
590oC, Waktu penahanan 6 jam

Kekerasan hasil nitriding pada suhu


Pembesaran 500X 590oC merupakan kekerasan yang paling tinggi
Gambar 6. Struktur mikro bahan baja paduan CR- (1024 Hv), tetapi pada permukaan terlihat
NI AISI4337 adanya retakan halus (micro crack) lihat pada
Gambar 9. Hal in terjadi karena celup cepat
(quenching) setelah proses nitriding.
Kekerasan yang tinggi pada permukaan yang
mengalami celup cepat mengakibatkan
terjadinya retakan halus.
Kekerasan dan kedalaman kekerasan
sangat erat dengan kehilangan berat pada uji
keausan. Pada nitriding suhu rendah 540oC
kekerasan yang dicapai rendah kehilangan
beratnya tinggi (>0,0005%) sedangkan
nitriding pada suhu tinggi 570 dan
590oC,kekerasan yang dicapai sangat tinggi
Pembesaran 500X dan kehilangan berat pada uji aus rendah
Gambar 7. Struktur mikro hasil nitriding suhu terutama pada waktu penahanan 6 jam
520oC, Waktu penahanan 6 jam (<0,0003%). Oleh karena itu suhu nitriding
570oC dan waktu penahanan 6 jam sesuai
untuk diaplikasikan pada komponen yang
bergesekan.
Pengaruh waktu penahanan pada
kekerasan dan kedalaman kekerasan.
Proses nitriding pada suhu rendah (520
dan 540oC) kedalaman lapisann nitride pada
permukaan kecil waktu proses. Olehkarena itu
pada suhu proses rendah, kedalaman lapisan
keras kecil meskipun waktu penahan lama
tidak banyak mengalami penambahan lapisan
keras yang berarti. Sedangkan suhu nitriding
tinggi, difusivitas tinggi, maka penambahan
waktu penahanan memberikan pengaruh
kedalaman kekerasan yang besar, seperti pada
Pembesaran 500X data kedalaman keras dibawah ini :
Gambar 8. Struktur mikro hasil nitriding suhu
570oC, waktu penahaan 6 jam

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 82


Suhu nitriding 520oC : kekerasan meningkat, tetapi ketebalan lapisan
0,005 mm waktu penahanan 2 jam, nitride lebih kecil.
kedalaman keras
⍙ : 0,003 mm KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan.
0,008 mm waktu penahanan 4 jam, Berdasarkan hasil penelitiian yang telah
kedalaman keras dilakukan dan pembahasan , maka dapat
⍙ : 0,004 mm diambil kesimpulan sebagai berikut :
 Bahan baja AISI 4337 adalah baja paduan
0,012 mm waktu penahanan 6 jam. rendah Cr-Ni, memiliki kemampuan
kedalaman keras diproses nitriding cair yang baik, sehingga
memiliki kekerasan permukaan tinggi.
Suhu nitriding 590 C : Bahan ini cocok dipergunakan untuk
0,067 mm waktu penahanan 2 jam, komponen yang bergesekan pada saat
kedalaman keras dioperasikan.
 Suhu nitriding cair pada suhu rendah 520
⍙ : 0,024 mm dan 540 C (< 500Hv ) sehingga tidak
0,091 mm sesuai untuk dilpergunakan untuk
waktu penahanan 4 jam, komponen yang bergesekan. Untuk proses
kedalaman keras nitriding pada suhu 570 dan 590 oC
kekerasan hasil nitriding sangat tinggi (>
0,117 mm ⍙ : 0,026 mm 1000Hv) kekerasan ini sesuai dengan
kekerasan untuk komponen yang
waktu penahanan 6 jam. mengalami gesekan selama dioperasikan
kedalaman keras  Difusifitas pada proses nitriding
dipengaruhi oleh suhu nitriding, pada
Pengaruh unsur khrom (Cr) pada baja nitriding suhu rendah dan waktu
Baja AISI adalah baja paduan rendah penahanan lama, kedalaman lapisan
Cr-Ni, dengan kandungan Cr antara 0,70 nitriding rendah. Nitriding pada suhu
sampai 0,90%. Unsur Cr merupakan tinggi (570oC dan 590oC) difusifitasnya
pembentuk nitrida yangcukup kuat. Sehingga tinggi, sehingga kedalaman kekerasan
nitriability baja sangat ditentukan oleh pada waktu lama 6 jam, menunjukan
kandungan Cr. Semakin tinggi kandungan Cr, kedalaman lapisan nitriding yang besar.
semakin tinggi kemampuan untuk di nitriding
dan kekerasan yang dicapai. Saran
Nitrogen yang berdifusi kedalam baja Suhu ntriding cair yang optimal adalah
paduan Cr, segera membentuk nitride suhu 570oC, karena proses pada suhu tersebut
denganCr, karena afinitas Cr lebih tinggi lapisan nitrida tidak mengalami retak halus,
dibandingkan unsure besi, hal ini terjadi dari sedangkan pada suhu nitriding 590oC.
energy bebas pembentukannya. Struktur krom meskipun kekerasan yang dapat dicapai lebih
nitride dibandingkan besi nitride., karena tinggi tetapi lapisan keras yang dihasilkan
ikatannya lebih kuat dan strukturnya lebih menunjukan adanya retakan halus. Oleh karena
komplek. itu disarankan suhu proses nitriding cair
Pada pemanasan selama nitriding, unsur dilakukan pada suhu 570oC.
Cr, kemungkinan bisa menjadi presifitat
menjadi paduan karbida Cr (Cr7C3 dan
Cr23C6) di dalam baja. Pengaruh ini dapat
meningkatkan kekerasan baja.
Demikian juga dengan adanya unsur
krom pada baja dapat menghalangi difusi
nitrogen karena nitrogen akan segera diikat
membentuk nitride. Nitrida dan karbida akan
segera mengendap pada batas butir atau bidang
kristal, sehingga dapat menghambat difusi
lebih lanjut. Dengan demikian meskipun

83 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


DAFTAR PUSTAKA 6. ASM,Metals Handbook Volume 8, 2002,
1. ASM, Metals Handbook Volume 4, 2001, Atlas Microstructure of Industrial Alloys,
Heat Treating, The Material Information The Material Information Socety.
Society. 7. George Dieter E, 1998, Mechanical
2. ASM, Liquid Nitriding, 2002, The Material Metalurgy, Material Science Metallurgy.
Information Society. 8. Tjipto Suyitno, Sujatmoko, Suprapto, 2008,
3. James W Laird, 2002, Salt batch Surface Hardening of High Speed Steel
Equipment, ASM, The Material using Nitiding Technique, Centre for
Information Society. accelerator and Material Process
4. Tuffride, 1998, Liquid Salt Bath Technology-National Nuclear Energy
Nitriding, Noncyanide Salt Processing. Agency.
5. Wullff J, Rorialbert M. Rose, Jere H. 9. WIlliam Goward, 2002, Diffusion Coating
Brophy, 1998, Thermodinamic of Structure, for Gas turbine Engine Hot Section Parts,
Volume II, John Wley & Son,New York. University of New York.

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 84


ISSN 0126 – 3463

PENENTUAN KONDISI OPERASI PELAPISAN CHROM KERAS


PADA LOGAM KUNINGAN

Azhar Arsianto1 dan Hafid2


1
Tenaga Ahli Pelapisan Logam & Konsultan Free Lance MIDC
2
Metal Industries Development Centre Indonesia (MIDC), Kementerian Perindustrian
Jl. Sangkuriang No.12 Bandung 40135
E-mail :hafid@bblm.go.id; hafidochan@yahoo.com

Abstrak
Penelitian kondisi operasi pelapisan chrom keras pada logam kuningan telah dilakukan.
Berdasarkan perkembangan jenis produk dalam industri khususnya produk yang sering mengalami
pergesekan, maka produk tersebut harus mempunyai kekuatan dan kekerasan yang tinggi terutama
pada permukaannya yang sering bergesekan. Untuk mendapatkan sifat-sifat yang diinginkan tersebut
di atas dapat dilakukan dengan cara pengerasan permukaan yaitu dengan proses lapis listrik chrom
keras (hard chrom). Parameter yang akan diteliti pada penelitian ini yaitu memvariasikan rapat arus
dan waktu proses pelapisan. Berdasarkan parameter tersebut dapat diketahui pengaruhnya dan
perubahan-perubahan yang terjadi pada material dasar (kuningan) terutama terhadap sifat kekerasan,
ketahanan korosi dan lain-lainnya. Dari penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada
proses lapis listrik chrom keras dengan komposisi larutan electrolyt yaitu chromic acid 250 gr/l dan
asam sulfat 2,50gr/l dengan kondisi kerja temperatur tetap yaitu 55oC, waktu proses pelapisan 70
menit dapat menghasilkan kekerasan yang tertinggi yaitu 831 Hv.

Kata kunci : lapis listrik, chrom keras, rapat arus, waktu proses.

Abstract
Research operating conditions at the metal plating hard chrome brass has been done. Based
on the development of products in a particular industry often experience friction products, the product
must have high strength and hardness, especially in the frequent rubbing surface. To obtain the
desired properties mentioned above can be done in a way that the electroplating process of hardening
chrome (hard chrome). Parameters to be investigated in this study is time varying current density and
coating process. Based on these parameters to determine its effect and the changes that occur in the
base material (brass) mainly to the properties of hardness, corrosion resistance and others. From the
research conducted it can be concluded that the electroplating process with a hard chrome electrolyt
composition is chromic acid solution of 250 g/l sulfuric acid and 2.50 g/l with the working conditions
of constant temperature is 55oC, coating process time of 70 minutes can produce the highest hardness
ie 831 Hv.

Key words :electroplating, hard chrome, brass, coating.

PENDAHULUAN korosi, keausan, afinitas terhadap benda cair


Setiap tahun korosi dan keausan suatu sangat kecil dan kekerasan tidak akan berubah
produk yang terjadi diberbagai lingkungan bila beroperasi dibawah temperatur kerja
industri cukup menimbulkan kerugian yang 500oC.
besar, sehingga perlu dicari cara-cara untuk Penelitian ini dilakukan pada
menanggulanginya. Salah satu cara untuk komponen mesin tekstil yaitu selubung
menanggulangi tersebut adalah dengan pembagi benang yang terbuat dari bahan
memberikan suatu lapisan logam tertentu kuningan yang banyak menerima beban
sebagai lapis lindung dengan cara proseslapis gesekan secara terus menerus, sehingga akan
listrik (electroplating). menyebabkan keausan yang selanjutnya akan
Proses lapis listrik yang banyak mengakibatkan korosi.
digunakan untuk menganggulangi hal tersebut
di atas adalah proses pelapisan chrom keras.
Hal ini dikarenakan lapisan chrom keras
mempunyai sifat tahan terhadap kekusaman,

85 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


Untuk menghindari hal tersebut maka LANDASAN TEORI
diperlukan upaya pencegahan yaitu dengan Proses Pelapisan
pelapisan chrom keras pada selubung tersebut, Lapis listrik (electroplating) adalah
sehingga dapat meningkatkan umur pakai dari suatu proses pengendapan logam (ion-ion
bahan tersebut. logam) pada elektro katoda dengan cara
Temperatur larutan dan waktu proses eletrolisa. Terjadinya endapan karena adanya
pelapisan chrom keras merupakan variabel ion-ion yang berpindah dari larutan elektrolit
yang sangat penting untuk mendapatkan mutu dan elektroda anoda.
lapisan yang baik, karena mempengaruhi Selama proses pengendapan
kecepatan pengendalian ion logam pelapis. berlangsung terjadi reaksi kimia pada elektroda
Tingginya temperatur menyebabkan dan elektrolit baik reaksi reduksi pada anoda
daya larut bertambah besar dan terjadi maupun reaksi oksida pada katoda.
penguraian logam sehingga mengakibatkan
tingginya konduktivitas dan mobilitas ion Reaksi reduksi dan oksidasi merupakan reaksi-
logam yang membuat sirkulasi ion logam reaksi yang berlangsung secara bersamaan dan
semakin cepat. terus menerus selama proses pelapisan, dimana
Tujuan penelitian ini adalah reaksi reduksi akan menerima elektron,
menentukan parameter waktu proses dan rapat sedangkan reaksi oksidasi akan mengeluarkan
arus yang tepat dalam upaya menghasilkan ion, sehingga pada reaksi oksidasi akan
lapisan chrom keras dengan mutu yang baik menyebabkan bertambahnya bilangan elektron
seperti meningkatkan kekerasan, daya tahan dan pada reaksi reduksi akan kekurangan
terhadap korosi dan sifat-sifat lain. bilangan oksidasi. Kejadian ini dapat
Komposisi larutan yang digunakan dijelaskan seperti contoh berikut ini :
pada penelitian ini adalah campuran chromic Reaksi oksidasi :H H+e
acid dengan asam sulfat yaitu 250 gr/l chromic Reaksi reduksi : Cl- + e Cl
acid dan 2,50 gr/l asam sulfat dengan Ion-ion logam yang larut dari anoda
kekentalan asam sulfat 18-22o Be dan akan mengendap pada katoda, kemudian ion-
temperatur larutan tetap yaitu 55oC. ion logam ini direduksi menjadi atom,
Metoda pengerasan permukaan dengan selanjutnya membentuk kristal dan akhirnya
cara pelapisan chrom secara listrik yang secara keseluruhan membentuk lapisan logam.
diterapkan pada permukaan bahan dasar
kuningan untuk mesin tekstil ini, diharapkan 1. Proses perlakukan permukaan
dapat menghasilkan permukaan yang keras dan a. Pembentukan permukaan
tahan korosi, sehingga umur pakainya bisa Sebelum dilakukan proses pelapisan
meningkat dan biaya produksi menurun serta secara listrik, permukaan benda kerja
meningkatkan keuntungan. (spesimen) harus benar-benar dalam
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas, keadaan bersih agar didapat lapisan
maka hasil penelitian ini dapat digunakan logam yang daya lekatnya baik, untuk
untuk membantu perbaikan pada komponen itu diperlukan perlakuan permukaan
mesin tekstil, terutama yang mendapat gesekan untuk menghilangkan/membersihkan
secara terus menerus, sehingga diperoleh kotoran dari permukaan spesimen.
keuntungan tinggi dalam Proses ini mencakup pencucian lemak
perbaikan/maintenance. (degreasing) dan pencucian dengan
asam (picling). Pencucian lemak
(degreasing) bertujuan untuk
menghilangkan atau membersihkan
spesimen dari noda lemak, minyak dan
kotoran lainnya.
Metode pembersihan dilakukan dalam
pelarut organik, benzine,
trichloroethylene, sedangkan pencucian
asam (picling) adalah proses
pembersihan oksida secara kimia dan
berfungsi juga untuk menetralisir

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 86


kemungkinan adanya sisa-sisa alkali
yang menempel pada spesimen.
b. Proses pengetsaan
Proses pengetsaan merupakan salah satu
proses yang sangat penting dalam
pengerjaan permukaan untuk persiapan
proses pelapisan chrom keras, karena
proses pengetsaan akan menentukan
daya lekat (adhesi) lapisan chrom keras
pada spesimen. Tujuan proses
pengetsaan adalah menghilangkan sisa-
sisa oksida yang kemungkinan masih
ada serta membentuk permukaan kasar
dan struktur yang teratur pada Gambar 1. Hubungan pH larutan dengan
konsentrasi chromic acid.
permukaan logam yang akan dilapis.
b. Rapat arus
2. Proses pelapisan chrom keras
Seperti pada proses-proses pelapisan
Komposisi larutan dan kondisi operasi
secara listrik lainnya, rapat arus sangat
proses pelapisan chrom keras harus benar-
erat hubungannya dengan kecepatan
benar diperhatikan, karena akan
pelapisan (plating speed), begitu pula
menentukan berhasil tidaknya proses
pada proses pelapisan chrom keras,
pelapisan dan kualitas lapisan yang
prinsip tersebut tetap berlaku.
dihasilkan.
Makin tinggi rapat arus, makin tinggi
a. Larutan elektrolit
pula kecepatan pelapisan, tetapi
Ion-ion chrom tidak dapat diendapkan
sebaliknaya akan terjadi hal yang tidak
hanya dari larutan chromic acid (CrO3)
diinginkan yaitu bila terlalu tinggi akan
saja, tetapi harus ditambahkan satu atau
menyebabkan lapisan terbakar.
dua macam asam radikal yang bertindak
Hubungan rapat arus dan kecepatan
sebagai katalis. Umumnya asam yang
pelapisan pada pelapisan chrom keras
banyak digunakan adalah asam sulfat,
dengan konsentrasi chromic acid 250
asam silikat, karena lebih efektif.
gr/l dan 400 gr/l dapat dilihat pada
Kedua jenis asam ini mempunyai
Gambar 2 dan 3 berikut ini :
karakteristik masing-masing baik dalam
kondisi operasinya, kontrol larutan dan
hasil lapisan yang akan terjadi.
Dalam pelaksanaan pelapisan chrom
keras perbandingan asam radikal perlu
dijaga, karena terlalu sedikit akan
menyebabkan lapisan tidak merata dan
berwarna brown oxide, sebaliknya bila
jumlah konsentrasi asam terlalu tinggi
menyebabkan throwing power rendah
dan lapisan tidak merata, hal ini
dikarenakan defolarizing/pembentukan
chromium trivalent terlalu cepat. Untuk
lebih jelasnya pada Gambar 1 dibawah
ini diperlihatkan hubungan pH dengan
konsentrasi chromic acid pada
temperatur 25oC.

Gambar 2. Hubungan rapat arus dan


kecepatan pelapisan dengan konsentrasi
CrO3 = 250 gr/l.

87 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


Untuk itu terhadap benda kerja sebelum
dilakukan proses pelapisan terlebih
dahulu dipanaskan, sehingga dengan
adanya proses ini akan mengurangi
terbentuknya hal tersebut di atas.
Dalam operasi pelapisan makin rendah
temperatur operasi, makin rendah
kecepatan pelapisan dan lapisan yang
terbentuk suram, sebaliknya makin
tinggi temperatur operasi makin cepat
pelapisan dengan hasil lapisan
mengkilap dan cenderung terbakar.
Hubungan temperatur larutan dan rapat
arus terhadap tampak rupa lapisan
diperjelaskan pada Gambar 5 berikut
Gambar 3. Hubungan rapat arus dan ini.
kecepatan pelapisan dengan konsentrasi
CrO3 = 400 gr/l

Pada pelapisan chrom keras lebih


disukai kondisi operasi rapat arus tinggi,
sedangkan temperatur berkisar 50-55oC,
karena akan membuat peningkatan
current efisiensi lebih besar dari 80%.
Hubungan rapat arus dan waktu
pelapisan terhadap tebal lapisan dapat
dilihat pada Gambar 4 berikut ini.

Gambar 5. Hubungan temperatur larutan


dan rapat arus terhadap tampak rupa lapisan

3. Pengerjaan akhir
Pada proses pelapisan chrom keras,
pengerjaan akhir perlu dilakukan, karena
selama proses pelapisan larutan elektrolit
akan menghasilkan gas oksigen dan
hidrogen yang berlebihan, sehingga akan
mempengaruhi sifat-sifat lapisan.
Gas oksigen akan menguap sedangkan gas
Gambar 4. Hubungan rapat arus dan waktu hidrogen sebagian menguap dan sebagian
pelapisan terhadap tebal lapisan. lagi akan mempengaruhi lapisan yang akan
menimbulkan tegangan, sehingga membuat
c. Temperatur lapisan rapuh/hydrogen embritlement.
Kondisi operasi seperti temperatur Untuk mengatasi hal tersebut, maka
larutan dan temperatur benda kerja dilakukan pengerjaan akhir seperti
sebaiknya mendekati atau sama. Hal ini penghilangan tegangan (degassing) dan
untuk menghindari terbentuknya gas pemolesan (polishing).
hydrogen dan tegangan permukaan
yang akan mengakibatkan terjadinya
hydrogen embritlement dan tegangan
sisa pada permukaan lapisan.

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 88


a. Penghilangan tegangan : 2. Material (spesimen) percobaan
Setelah proses pelapisan selesai, benda Material yang digunakan adalah kuningan
kerja dipanaskan hingga temperatur sesuai dengan spesifikasi UNS Number C
180-260oC, lalu didinginkanke dalam 28.000 dan QQ.B-613 dengan komposisi
oli selama 45-60 menit, kemudian kimia seperti berikut : Copper (Cu) : 59-
diangkat dan didinginkan diudara 63%; timbal (Pb) : 0,3 max besi (Fe) : 0,07
terbuka. Pemanasan diusahakan tidak max dan zinc (Zn) sisanya. Sedangkan
melebihi dari 260oC, karena bila terlalu dimensi spesimen dijelaskan pada Gambar
tinggi akan mengakibatkan turunnya 7 berikut ini.
kekerasan lapisan.
b. Pemolesan (polishing) :
Oleh karena ada kemungkinan hasil
lapisan chrom keras kasar dan melebihi
dimensi yang diinginkan, maka untuk
mendapatkan permukaan yang halus dan
ukuran yang tepat perlu dilakukan
pengerjaan pemolesan.
Bahan polesdapat digunakan kain wol
atau bahan dari kulit dengan bahan pasta
aluminium oksida dan lain-lainnya,
sesuai dengan bahan dasar benda kerja.
Gambar 7. Dimensi spesimen percobaan
METODOLOGI PENELITIAN
1. Skema penelitian 3. Pekerjaan persiapan (pendahuluan) :
Skema penelitian yang dilakukan a. Pencucian lemak (degreasing) :
ditunjukkan pada Gambar 6. Pengerjaan pencucian lemak bertujuan
untuk membersihkan benda kerja
(kuningan)dari lemak atau minyak-
Material minyak yang menempelakibat
Kuningan (Cu-Zn) pengerjaan sebelumnya.
Pencucian lemak perlu dilakukan karena
Persiapan Permukaan lemak maupun minyak tersebut akan
mengganggu proses pelapisan yaitu
Etsa mengurangi daya hantar listrik dan
kontak antara lapisan dengan logam
kuningan.Pencucian dilakukan dengan
Pelapisan Krom Keras cara dipping benda kerja kuningan
(Hard Crom) kedalam larutan dengan komposisi dan
T = 55 ± 5oC, T = 50-70 menit
kondisi kerja seperti berikut :
I = 15-45 Amp/dm2
Caustik soda (NaOH) : 50 gr/l
Sodium metasilikat (Na4SiO3) : 10 gr/l
Pengujian dan Pemeriksaan Surfactant : 50 gr/l
Kekerasan & Ketebalan Temperatur : 55oC
Laju Korosi, Daya Lekat
Waktu pencucian : 10 menit
Tanpak Rupa
b. Pencucian asam (pickling) :
Pencucian dengan asam untuk
Data membersihkan permukaan benda kerja
dari oksida dan sisa-sisa bahan kimia
Analisis dn Pembahasan dari proses cuci lemak.
Proses pencucian dilakukan dengan cara
Kesimpulan dan saran direndam dalam larutan asam chlorida
dengan komposisi kerja seperti berikut :
Asam chlorida (HCl) : 15% x volume
Gambar 6. Skema penelitian pelapisan chrom keras
Temperatur : Temperatur kamar
pada kuningan
Waktu pencucian : 8 menit

89 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


Reaksi yang terjadi pada proses ini a. Percobaan I :
adalah sebagai berikut : Chromoc acid (CrO3) : 250 gr/l
ZnO + 2HCl ZnCl2 + H2O Asam sulfat (H2SO4) : 2,50 gr/l
CuO + 2HCl CuCl2 + H2O Kekentalan larutan : 18o Be
Oleh karena reaksi berjalan secara terus Temperatur : 55oC
menerus, maka permukaan benda kerja Rapat arus : 15 A/dm2
(kuningan) yang berasal dari panduan Waktu pelapisan : 50, 60 dan 70 menit
Cu + Zn akan membentuk permukaan b. Percobaan II :
yang bersih. Chromoc acid (CrO3) : 250 gr/l
Dipilihnya larutan asam chlorida pada Asam sulfat (H2SO4) : 2,50 gr/l
proses cuci asam, karena larutan ini Kekentalan larutan : 18o Be
akan memberikan keuntungan bila Temperatur : 55oC
dilihat dari : Rapat arus : 30 A/dm2
- Permukaan yang dihasilkan berwarna Waktu pelapisan : 50, 60 dan 70 menit
kelabu muda dan merata c. Percobaan III :
- Efektifitas picling tetap sampai Chromoc acid (CrO3) : 250 gr/l
konsentrasi garam besi (Fe) 13% Asam sulfat (H2SO4) : 2,50 gr/l
- Dilakukan pada temperatur rendah Kekentalan larutan : 18o Be
(temperatur kamar) Temperatur : 55oC
- Mudah dibilas dan lebih aman Rapat arus : 45 A/dm2
- Kemungkinan terjadinya over picling Waktu pelapisan : 50, 60 dan 70 menit
kecil Dari ketiga percobaan yang dilakukan,
- Daya lekat (adhesi) tinggi reaksi yang terjadi dari tiap-tiap percobaan
c. Proses etsa (etching) : yaitu sama seperti berikut ini :
Proses pengetsaan merupakan salah CrO3 + H2O H2CrO4
satu proses yang sangat penting dalam H2CrO4 H2Cr2O7 + H2O
persiapan proses pelapisan chrom H2Cr2O7 + 14H2 + 2E 2Cr + 7H2O
keras, karena akan menentukan daya
lekat (adhesi) lapisan yang terbentuk.
Dengan adanya proses etsa, maka
permukaan benda kerja akan menjadi
porous dan membentuk struktur kristal
yang teratur, sehingga memudahkan
logam pelapis berdifusi dengan baik.
Proses etsa dilakukan dalam larutan
dengan komposisi dan kondisi kerja
seperti berikut :
Caustic soda (NaOH) : 50 gr/l
Rapat arus : 15 A/dm2
Waktu proses etsa : 10 menit
Adapun reaksi yang terjadi selama
proses etsa berlangsung adalah seperti
berikut ini :
CuZn + NaOH NaZn + Cu(OH)2
4. Proses pelapisan chrom keras (hard
chrom) :
Proses pelapisan dilakukan sesuai dengan
variabel yang akan dilakukan yaitu
memvariasikan waktu pelapisan dan rapat
arus, sedangkan temperatur dan komposisi
dan kekentalan larutan tetap.
Dengan memvariasikan waktu pelapisan
dan rapat arus, maka komposisi larutan dan
kondisi kerjanya adalah sebagai berikut :

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 90


HASIL DAN PEMBAHASAN Adapun hasil uji ketebalan dan hubungan
Hasil Pengujian rapat arus dan waktu proses terhadap
1. Pengujian ketebalan ketebalan dapat dilihat pada Tabel 1 dan
Pengujian ketebalan lapisan didasarkan Gambar 8 berikut ini :
pada standar ASTM B-244 yaitu dengan
menggunakan metode Eddy-Current.

Tabel 1. Hasil uji ketebalan lapisan


Benda Kerja Ketebalan lapisan (m)
Temperatur Rapat Arus Waktu Operasi Rata-
No Kode t-1 t-2 t-3 t-4 t-5
(oC) (A/dm2) (Menit) rata
1 A 50 10,1 13 8,7 10,9 11,1 10,76
B 15 60 12,5 9,8 10,4 11,2 8,7 10,52
C 70 11,7 15,8 15,4 13,1 12,9 13,78
2 A 50 13,6 12,5 13,1 15,7 11,9 13,36
B 55 30 60 14,1 14,1 16,8 19,2 16,3 16,1
C 70 17,4 18,4 20,1 17,4 16,3 17,92
3 A 50 17,1 17,9 19,5 16 14,1 16,92
B 45 60 16,8 17,9 14,1 16,6 13,6 15,8
C 70 17,9 20,1 23 22,7 20,6 20,86

2. Pengujian kekerasan
Pengujian kekerasan lapisan dilakukan
dengan menggunakan alat mikro Vickers
dengan beban 10 gram dan waktu
penekanan selama 15 detik.
Hasil uji kekerasan dan hubungan rapat
arus dan waktu proses terhadap laju korosi
dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 9.

Gambar 8. Hubungan rapat arus dan waktu proses


terhadap ketebalan

Tabel 2. Hasil uji kekerasan lapisan


Benda Kerja Ketebalan lapisan (m)
Temperatur Rapat Arus Waktu Operasi Rata-
No Kode t-1 t-2 t-3 t-4 t-5
(oC) (A/dm2) (Menit) rata
1 A 50 623 627 626 626 627 625,8
B 15 60 680 682 680 681 687 682
C 70 705 704 707 705 706 705,4
2 A 50 709 713 713 712 710 711,4
B 55 30 60 801 805 807 805 803 804,2
C 70 820 826 820 823 821 822
3 A 50 734 739 738 737 738 737,2
B 45 60 814 826 823 822 822 822,4
C 70 830 831 830 828 832 830,2

91 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


Gambar 9. Hubungan rapat arus dan waktu
proses terhadap kekerasan Gambar 10. Hubungan rapat arus dan waktu proses
terhadap laju korosi

Tabel 3. Hasil uji ketahanan korosi


Benda Kerja Ketebalan lapisan (m)
Temperatur Rapat Arus Waktu Operasi Selisih Berat Laju Korosi
No Kode
(oC) (A/dm2) (Menit) (mg) (mdd)
1 A 50 2,15 4,30
B 15 60 1,85 3,70
C 70 1,70 3,40
2 A 50 2,45 4,90
B 55 30 60 2,80 5,60
C 70 3,10 6,20
3 A 50 4,30 8,60
B 45 60 4,60 9,20
C 70 4,05 8,1

3. Pengujian ketahanan korosi


Pengujian ketahanan korosi lapisan chrom Pengujian dilakukan dengan cara memasukkan
keras dilakukan dengan metode benda kerja kedalam minyak (palm oil) yang
penyemprotan kabut garam yang panasnya mencapai temperatur 245-260oC
didasarkan pada standar JIS H-8502 yaitu selama 5-8 menit kemudian didinginkan secara
dengan metode Copper Acclereted Acetic cepat kedalam air.
Acid Salt Spray Test (CASS). Hasil uji Apabila lapisan tidak mengelupas maka
ketahanan korosi dan hubungan rapat arus dinyatakan daya lekat lapisan baik. Hasil uji
dan waktu proses pelapisan dijelaskan pada daya lekat dijelaskan pada Tabel 4 berikut ini.
Tabel 3 dan Gambar 10 berikut ini :

4. Pengujian daya lekat (adhesi)


Faktor yang penting untuk mendapatkan
mutu lapisan yang baik, sampai sejauh
mana kekuatan/daya lekat lapisan, maka
dilakukan pengujian daya lekat (adherent
test) dengan menggunakan metode
pengujian panas sesuai dengan JIS H-8504.

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 92


Tabel 4. Hasil uji daya lekat lapisan
Spesimen Hasil pengujian daya lekat
Temperatur Rapat Arus Waktu Operasi
No Kode Daya lekat Visual
(oC) (A/dm2) (Menit)
1 A 50 Baik Baik
B 15 60 Baik Baik
C 70 Baik Baik
2 A 50 Baik Baik
B 55 30 60 Baik Baik
C 70 Baik Baik
3 A 50 Baik Baik
B 45 60 Baik Baik
C 70 Baik Baik

KESIMPULAN DAN SARAN


Pengerjaan pendahuluan sangat 3. F.A. Lowenhein, 1978, Electroplating, Mc.
menentukan daya lekat lapisan, karena apabila Graw Hill Book Company.
masih terdapat pengotor pada permukaan 4. JICA, 2002, Industrial Hard Chromium
benda kerja, maka akan menghasilkan lapisan Plating.
yang bergelombang dan mudah terkelupas. 5. Logozzo Athur, 1990, Chromium Plating,
Proses etsa cukup menentukan Metal Finishing Guide Book & Directory.
pengendapan ion-ion chrom untuk 6. Nagoya, 1989, Metal Finishing Engineering,
menghasilkan kekuatan ikatan benda kerja Japan International Cooperation Agency.
dengan lapisan chrom. 7. Dubpernell George, 1989, Chromium
Untuk menghasilkan lapisan yang Modern Electroplating, New York.
optimum, maka didapat pada kondisi operasi 8. Denny A. Jones, Principle and Prevention
dengan rapat arus 45 A/dm2, waktu proses 70 of Corrosion.
menit dan temperatur 55oC dan konsentrasi 9. Metal Hand Book, 2005, Atlas of
larutan chromic acid 250 gr/l dan asam sulfat Microstructures of Industrial Alloy (8th
2,5 gr/l. Edition Vol 7).
10. Metal Hand Book Ninth Edition Vol.5,
DAFTAR PUSTAKA 2005, Surface Cleaning, Finishing and
1. Green Wood David J, 1991, Hard Coating.
Chromium Plating, Robert Draper Ltd 11. JIS Hand Book Standard, 1993, Non Ferro
Tedding. Metals & Metallurgy.
2. F.A. Lowenhein, 1974, Modern 12. ASTM Hand Book Standard, 1989, General
Electroplating, John Wiley and Sons Inc. Test Metallurgy.
New York.

93 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


ISSN 0126 – 3463

PENGARUH PENGELASAN TIG TERHADAP ANALISA KOMPOSISI


KIMIA MEMAKAI METODE SPEKTROMETER

Mahaputra dan Tarmizi1


1
Balai Besar Logam Mesin (BBLM/MIDC) – Kementerian Perindustrian
Jl. Sangkuriang No. 12 Bandung 40135
E-mail : mahaputra@bblm.go.id ; mizi@bblm.go.id

Abstrak
Penelitian pengaruh pengelasan untuk mendukung analisa komposisi kimia dengan metode
spektrometer telah dilakukan. Spektrometer adalah alat yang digunakan untuk menguji komposisi
kimia suatu logam. Komposisi kimia suatu logam diperlukan untuk menentukan kelas material logam
tersebut, sehingga hasil uji komposisi kimia harus tepat. Pengujian komposisi kimia dengan metoda
spektrometer menggunakan gas argon sebagai media untuk emisinya, dan sangat penting bahwa ketika
pengujian dengan metoda spektrometer, gas argon tidak bocor agar hasilnya tepat. Terkadang sampel
yang akan diuji spektrometer memiliki ukuran yang terbatas seperti terlalu kecil sehingga akan terjadi
kebocoran gas argon ketika diuji, atau terlalu tipis sehingga emisi akan tembus, dan hasil ujinya
menjadi tidak tepat. Pada penelitian ini, penulis menggunakan metoda pengelasan untuk mendukung
pengujian komposisi kimia dengan metoda extended size dan added thickness. Hasil pengujian awal
dan setelah dikondisikan extended size dan added thickness, analisa komposisi kimia logam hasilnya
sama.

Kata kunci: spektrometer, komposisi kimia, pengelasan.

ABSTRACT
A research of welding effects to support the chemical composition with spectrometer method
has been done. Spectrometer is an instrument used to examine the chemical composition of a metal.
The chemical composition is needed to determine the material grade, so that the chemical
composition test results must be precise. The spectrometer method is using argon gas as a medium for
its emissions, and it is essential that when testing , argon gas is not leak so the results are right.
Sometimes the sample to be tested have such limited size such as small size so argon gaswould be
leak when tested, orthe sample is very thin so that emissions would be translucent, and the test results
to be incorrect. In this study, the authors use welding methods to support testing of chemical
composition by the method of extended size and added thickness. Results of initial testing and after
extended size condition and added thickness, chemical composition analysis are the same.

Keywords : spectrometer, chemical composition, welding.

PENDAHULUAN Salah satu metoda pengujian komposisi


Mutu material logam dan paduannya kimia logam adalah dengan metoda optical
sangat penting bagi kinerja peralatan produksi, emission spectrometer. Metoda ini adalah
fasilitas teknik serta bahan penunjang lainnya. metoda pengujian komposisi kimia dengan
Data pengujian kualitas material yang terbuat menggunakan optical emission dengan cara
dari logam sangat diperlukan dalam pemilihan burn atau spark. Media untuk melaksanakan
bahan dan pemeliharaan peralatan industri. proses burn atau spark ini adalah dengan
Salah satu metoda untuk pengujian kualitas menggunakan gas yaitu argon UHP.
material adalah pengujian komposisi kimia. Dikarenakan metoda pengujian komposisi
Pengujian komposisi kimia adalah suatu kimia, metoda optical emission spectrometer
metoda untuk mengetahui komposisi ini menggunakan media gas, maka hasil
kandungan unsur-unsur yang terdapat pada pengujian komposisi kimia dengan cara ini
suatu material, dimana dari kandungan- sangat tergantung kondisi gas yang melakukan
kandungan unsur-unsur tersebut dapat burn atau spark tersebut terjadi kebocoran atau
diketahui grade material tersebut atau tidak. Hasil pengujian komposisi kimia akan
termasuk pada kelompok material mana logam makin tepat jika tidak ada gas yang bocor.
tersebut. Sehingga ada dua faktor yang mempengaruhi

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 94


hasil uji komposisi kimia dengan metoda ini, diperlakukan pengelasan untuk extended size
yaitu posisi probe/gun dari alat uji dan added thickness.
spektrometer, dimana posisinya tegak lurus
sedemikian rupa sehingga tidak ada gas yang LANDASAN TEORI
bocor dan kondisi ukuran sampel yang cukup Proses Pengelasan Logam
untuk menutupi seluruh bagian probe/gun Pengelasan adalah proses penyambungan
sehingga tidak ada gas yang bocor. Untuk material dengan menggunakan energi panas
faktor yang pertama telah banyak sehingga menjadi satu dengan atau tanpa
ditanggulangi oleh pabrikan alat uji optical tekanan.
emission spectrometer dengan merancang Pengelasan dapat dilakukan dengan pemanasan
probe/gun sedemikian rupa agar gas tidak tanpa tekanan, pemanasan dengan tekanan, dan
bocor. Sedangkan untuk faktor kedua yaitu tekanan tanpa memberikan panas dari luar
ukuran material, harus dicari metoda yang (panas diperoleh dari dalam material itu
tepat dan tidak mempengaruhi hasil pengujian. sendiri).
Metoda yang diambil oleh penulis adalah Disamping itu pengelasan dapat dilakukan :
metoda extended size dan added thickness. tanpa logam pengisi dan dengan logam
Metoda extended size adalah dengan pengisi.
menyambung material yang ukurannya kecil Proses pengelasan sangat penting baik
dengan material yang sejenis dengan cara ditinjau secara komersial maupun teknologi,
dilas, sehingga ukuran material menjadi makin antara lain karena :
besar. Metoda added thickness adalah metoda 1. Merupakan penyambungan yang permanen
dengan penambahan ketebalan material dengan dan sambungannya dapat lebih kuat
cara dilas. Metoda ini untuk menanggulangi daripada logam induknya. Bila digunakan
kondisi material yang tipis sehingga ketika logam pengisi yang memiliki kekuatan
diperlakukan pengujian komposisi kimia lebih besar dari pada logam induknya;
dengan optical emission spectrometer , proses 2. Merupakan cara yang paling ekonomis
burn/spark akan menembus materialnya, dilihat dari segi penggunaan material dan
sehingga hasilnya tidak tepat. biaya fabrikasi. Metode perakitan mekanik
Pengujian komposisi kimia dengan yang lain memerlukan pekerjaan
metoda Optical Emission Spectrometry adalah tambahan, misalnya pengencang
metoda analisa komposisi kimia dengan sambungan (rivet dan baut);
menggunakan media gas, dalam hal ini gas 3. Dapat dilakukan dalam pabrik atau
Argon UHP untuk mengeksitasikan energi dilapangan.
secara Spark atau Arc. Hasil pengujian sangat Meskipun demikian pengelasan juga memiliki
tergantung intensitas eksitasi energi dalam hal keterbatasan dan kekurangan, yaitu :
ini berkaitan dengan intensitas gas yang 1. Kebanyakan operasi pengelasan dilakukan
digunakan. secara manual dengan upah tenaga kerja
Pada suatu kondisi terkadang yang mahal;
ditemukan keadaan dimana ukuran sampel 2. Kebanyakan proses pengelasan berbahaya
yang kecil dan tebal sampel yang tipis. karena menggunakan energi yang besar;
Sehingga, untuk sampel dengan ukuran yang 3. Pengelasan merupakan sambungan
kecil akan terjadi kebocoran gas ketika permanen sehingga rakitannya tidak dapat
dilakukan Spark atau Arc, sehingga intensitas dilepas. Jadi metode pengelasan tidak
eksitasi energi akan berkurang dan cocok digunakan untuk produk yang
menyebabkan analisa komposisi kimia menjadi memerlukan pelepasan rakitan (misalnya
tidak tepat. Sedangkan untuk kondisi sampel untuk perbaikan atau perawatan);
yang tipis, ketika terjadi spark atau Arc, akan
tembus, sehingga pada sampel tidak terjadi Sambungan las dapat menimbulkan
eksitasi energi, dan hasil uji komposisi kimia bahaya akibat adanya cacat yang sulit
menjadi tidak tepat. dideteksi. Cacat ini dapat mengurangi
Berdasarkan permasalahan tersebut di atas kekuatan sambungannya.
penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk Pengelasan dapat dibagi menjadi dua
menganalisa hasil uji komposisi kimia material kelompok utama, yaitu :
logam pada kondisi awal dan setelah

95 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


1. Pengelasan lebur (fusion welding) pengaruh tekanan aksial, kemudian
Proses pengelasan lebur menggunakan salah satu diputar sehingga pada
panas untuk mencairkan logam induk. permukaan kontak akan timbul panas
Beberapa operasi menggunakan logam (mendekati titik cair logam), maka
pengisi dan yang lain tanpa logam pengisi. setelah putaran dihentikan akan
Pengelasan lebur dapat dikelompokkan terbentuk sambungan logam.
sebagai berikut : c. Pengelasan ultrasonik
a. Pengelasan busur Dilakukan dengan menggunakan
Dilakukan dengan memanaskan logam tekanan tertentu antara dua bagian
pengisi dan bagian sambungan dari logam yang akan disambung,
logam induk sampai mencair dengan kemudian diberi getaran osilasi dengan
memakai sumber panas busur listrik. frekuensi ultrasonik dalam arah yang
b. Pengelasan resistansi listrik sejajar dengan permukaan kontak.
Permukaan lembaran logam yang Gaya getar tersebut akan melepas
disambung ditekan satu sama lain dan lapisan tipis permukaan kontak
arus yang cukup besar dialirkan melalui sehingga dihasilkan ikatan atomik
sambungan tersebut. Pada saat arus antara ke dua permukaan tersebut.
mengalir dalam logam, panas tertinggi
timbul di daerah yang memiliki Sambungan Las
resistansi listrik terbesar, yaitu pada Sambungan las adalah pertemuan dua
permukaan kontak kedua logam; tepi atau permukaan benda yang disambung
c. Pengelasan gas dengan proses pengelasan.
Sumber panas diperoleh dari hasil Terdapat lima jenis sambungan yang
pembakaran gas dengan oksigen biasa digunakan untuk menyatukan dua bagian
sehingga menimbulkan nyala api dengan benda logam, yaitu
suhu yang dapat mencairkan logam 1. Sambungan tumpu
induk dan logam pengisi. Gas yang Kedua bagian benda yang akan disambung
lazim digunakan adalah gas alam, diletakkan pada bidang datar yang sama
asetilen, dan hidrogen. dan disambung pada kedua ujungnya;
d. Proses pengelasan lebur yang lain 2. Sambungan sudut
misalnya pengelasan berkas elektron Kedua bagian benda yang akan disambung
(electron beam welding),dan pengelasan membentuk sudut siku-siku dan
berkas laser (laser beam welding). disambung pada ujung sudut tersebut;
2. Pengelasan padat (slid state welding) 3. Sambungan tumpang
Proses penyambungan logam dihasilkan Bagian benda yang akan disambung saling
dengan tekanan tanpa memberikan panas menumpang (overlapping) satu sama
dari luar, atau tekanan dan memberikan lainnya;
panas dari luar. 4. Sambungan T
Pengelasan padat dapat dikelompokkan Satu bagian diletakkan tegak lurus pada
sebagai berikut : bagian yang lain dan membentuk huruf T
a. Pengelasan difusi yang terbalik;
Dua pemukaan logam yang akan 5. Sambungan tekuk
disambung disatukan, kemudian Sisi-sisi yang ditekuk dari ke dua bagian
dipanaskan dengan temperatur yang akan disambung sejajar, dan
mendekati titik lebur logam sehingga sambungan dibuat pada kedua ujung
permukaan yang akan disambung bagian tekukan yang sejajar tersebut.
menjadi plastis dan dengan memberi Berdasarkan geometrinya, lasan dapat
tekanan tertentu maka terbentuk dikelompokkan sebagai berikut :
sambungan logam; a. Lasan jalur
b. Pengelasan gesek Digunakan untuk mengisi tepi pelat pada
Penyambungan terjadi akibat panas sambungan sudut, sambungan tumpang,
yang ditimbulkan oleh gesekan antara dan sambungan T. Logam pengisi
dua bagian logam yang disambung. digunakan untuk menyambung sisi
Kedua bagian logam yang akan melintang bagian yang membentuk segitiga
disambung disatukan dibawah siku-siku;

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 96


b. Lasan alur 3. Daerah pengaruh panas (heat effective
Ujung bagian yang akan disambung dibuat zone, HAZ),
alur dalam bentuk persegi, serong (bevel), Mendapat pengaruh panas dengan suhu di
V, U, dan J pada sisi tunggal atau ganda. bawah titik lebur, tetapi cukup tinggi
Logam pengisi yang biasanya dilakukan untuk merubah mikrostruktur logam
dengan pengelasan busur dan pengelasan padat. Komposisi kimia pada HAZ sama
gas; dengan logam dasar, tetapi akibat panas
c. Lasan sumbat dan lasan slot yang dialami telah merubah
Digunakan untuk menyambung pelat datar. mikrostrukturnya, sehingga sifat
Dengan membuat satu lubang atau lebih mekaniknya mengalami perubahan pula
atau slot pada bagian pelat yang diletakkan dan pada umumnya merupakan pengaruh
paling atas, dan kemudian mengisi lubang yang negatif karena pada daerah ini sering
tersebut dengan logam pengisi sehingga terjadi kerusakan.
kedua bagian pelat melumer menjadi satu. 4. Daerah logam dasar tanpa pengaruh panas
d. Lasan titik dan lasan kampuh (uneffective base metal zone).
Digunakan untuk sambungan tumpang. Daerah ini tidak menagalami perubahan
Lasan titik adalah manik las yang kecil metalurgi, tetapi karena dikelilingi oleh
antara permukaan lembaran atau pelat. HAZ maka daerah ini memiliki tegangan
Lasan titik diperoleh dari hasil pengelasan sisa yang besar akibat adanya penyusutan
resistansi listrik. Lasan kampuh hampir dalam daerah lebur, sehingga mengurangi
sama dengan lasan titik, tetapi lasan kekuatannya. Untuk menghilangkan
kampuh lebih kontinu dibandingkan tegangan sisa tersebut biasa dilakukan
dengan lasan titik. perlakuan panas yaitu memanaskan
e. Lasan lekuk dan lasan rata kembali daerah lasan tersebut hingga
Lasan lekuk dibuat pada ujung dua atau temperatur tertentu, kemudian temperatur
lebih bagian yang akan disambung, dipertahankan dalam beberapa waktu
biasanya merupakan lembaran logam atau tertentu, selanjutnya didinginkan secara
pelat tipis, paling sedikit satu bagian perlahan.
ditekuk. Lasan datar tidak digunakan untuk
menyambung bagian benda, tetapi Las TIG
merupakan lapisan ganjal logam pada Las gas tungsten (las TIG) adalah
permukaan bagian dasar. proses pengelasan dimana busur nyala listrik
ditimbulkan oleh elektroda tungsten (elektroda
Ciri-ciri Penyambungan Pengelasan Lebur tak terumpan) dengan benda kerja logam.
Pada umumnya sambungan las diawali Daerah pengelasan dilindungi oleh gas lindung
dengan meleburnya di daerah sekitar (gas tidak aktif) agar tidak berkontaminasi
pengelasan. Sambungan las yang di dalamnya dengan udara luar. Kawat las dapat
telah ditambahkan logam pengisi terdiri dari ditambahkan atau tidak tergantung dari bentuk
beberapa daerah (zone) : sambungan dan ketebalan benda kerja yang
1. Daerah lebur (fusion zone), akan dilas.
Terdiri dari campuran antara logam
pengisi dengan logam dasar yang telah Perangkat yang dipakai dalam
melebur secara keseluruhan. Daerah ini pengelasan las gas tungsten adalah:
memiliki derajat homogenitas yang paling 1. Mesin, Mesin las AC/DC merupakan mesin
tinggi diantara daerah-daerah lainnya. las pembangkit arus AC/DC yang
2. Daerah antarmuka las (weld interface digunakan di dalam pengelasan las gas
zone) tungsten. Pemilihan arus AC atau DC
Merupakan daerah sempit berbentuk pita biasanya tergantung pada jenis logam yang
(band) yang memisahkan antara daerah akan dilas.
lebur dengan HAZ . Daerah ini terdiri dari 2. Tabung gas lindung adalah tabung tempat
logam dasar yang melebur secara penyimpanan gas lindung seperti argon dan
keseluruhan atau sebagian, yang segera helium yang digunakan di dalam mengelas
menjadi padat kembali sebelum terjadi gas tungsten.
proses pencampuran.

97 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


3. Regulator gas lindung adalah adalah Dengan demikian cahaya pada pada panjang
pengatur tekanan gas yang akan digunakan gelombang tersebut jelas menunjukan sifat
di dalam pengelasan gas tungsten. Pada unsur Natrium, dan intensitas cahaya tersebut
regulator ini biasanya ditunjukkan tekanan sebanding dengan jumlah atom Na, yang
kerja dan tekanan gas di dalam tabung. berarti dengan mengukur cahaya yang
Flow meter untuk gas dipakai untuk dipancarkan tadi, kita dapat menentukan
menunjukkan besarnya aliran gas lindung jumlah (kadar) dari unsur Natrium tersebut.
yang dipakai di dalam pengelasan gas Prinsip OES berkaitan dengan ilmu
tungsten. spektroskopi. Spektroskopi adalah bidang ilmu
4. Selang gas dan perlengkapan pengikatnya pengetahuan yang mempelajari hal-hal yang
berfungsi sebagai penghubung gas dari berkaitan dengan pengamatan, pengukuran dan
tabung menuju pembakar las. Sedangkan penafsiran tentang radiasi gelombang
perangkat pengikat berfungsi mengikat elektromagnetik yang dipancarkan atau diserap
selang dari tabung menuju mesin las dan oleh materi. Pada kegiatan spektroskopi,
dari mesin las menuju pembakar las. radiasi gelombang elektromagnetik diuraikan
5. Kabel elektroda dan selang berfungsi menjadi barbagai panjang gelombang yang
menghantarkan arus dari mesin las menuju disebut spektra dan diukur intensitasnya.
stang las, begitu juga aliran gas dari mesin Selanjutnya dari spektra-spektra ini dapat
las menuju stang las ditafsirkan sifat dari bahan tersebut, dengan
6. Kabel masa berfungsi untuk penghantar demikian spektroskopi dapat dimanfaatkan
arus ke benda kerja untuk mengetahui komposisi bahan. Dalam
7. Stang las (welding torch) berfungsi untuk analisa kimia, cara ini biasa disebut analisa
menyatukan sistem las yang berupa Spektrometri.
penyalaan busur dan perlindungan gas Cahaya polikromatik dari suatu
lindung selama dilakukan proses sumber cahaya dibuat paralel dengan
pengelasan. menggunkan suatu lensa optik. Bila seberkas
8. Elektroda tungsten berfungsi sebagai cahaya polikromatik melalui sebuah prisma,
pembangkit busur nyala selama dilakukan maka akan diperoleh spektrum yang terdiri
pengelasan.Elektroda ini tidak berfungsi dari berbagai warna. Laju cahaya bergantung
sebagai bahan tambah pada medium yang dilaluinya, akibatnya suatu
9. Kawat las berfungsi sebagai bahan tambah. berkas sinar akan dibelokan ketika melalui
Tambahkan kawat las jika bahan dasar yang batas antara dua medium. Karena cahaya
dipanasi dengan busur tungsten sudah dengan panjang gelombang yang berbeda,
mendekati cair. maka cahaya polikromatik tadi akan
10. Assesories pilihan dapat berupa sistem didispersikan menjadi spektrum warna ketika
pendinginan air untuk pekerjaan pengelasan keluar dari medium prisma. Selanjutnya
berat, rheostat kaki, dan pengatur waktu apabila sumber cahaya polikromatik tersebut
busur. diganti dengan busur elektrik yang diisi
dengan suatu senyawa atau suatu unsur
Pengujian komposisi kimia dengan Optical tertentu, maka ketika dialirkan listrik senyawa
Emission Spectrometry (OES) atau unsur tadi akan teratomisasi lalu
Optical Emission Spectrometry (OES) tereksitasi sehingga memancarkan suatu
adalah salah satu metoda untuk menentukan spektrum yang khas bagi unsur tersebut.
komposisi kimia suatu logam, dalam arti OES Spektrum radiasi gelombang
dapat menentukan persentase unsur-unsur yang elektromagnetik berasal dari atom atau
terdapat dalam suatu material logam. molekul yang mengalami perubahan pada
Kandungan suatu material logam dapat keadaan susunan elektron yang mengelilingi
dideteksi berdasarkan spektrum warna dari inti. Menurut teori kuantum tiap atom atau
suatu material. Karena tiap-tiap unsur akan molekul mempunyai berbagai tingkat energi
memiliki sifat fisik khas dalam hal warna yang bergantung pada susunan (konfigurasi)
spektrumnya. Sebagai contoh untuk unsur elektron nya. Apabila suatu atom yang
Natrium (Na) jika dipanaskan akan elektronnya dalam keadaan stabil diberi energi
mengeluarkan cahaya yang berwarna kuning maka elektron tersebut akan berpindah ke level
(pada panjang gelombang sekitar 760μm) yang enegi yang lebih tinggi sambil menyerap
hanya dikeluarkan oleh unsur Natrium. energi yang diterima, selanjutnya apabila

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 98


energi tersebut dihilangkan maka elektron tadi dari OES bisa didapat dari nyala api gas atau
akan kembali kedalam keadaan semula sambil busur listrik, biasa disebut “ARC” atau
memancarkan radiasi elektromagnetik. Radiasi “SPARK”.
yang dipancarkan ini biasanya terdiri dari Prinsip dasar dari analisa OES ini
berbagai panjang gelombang yang disebut yaitu : apabila atom suatu unsur ditempatkan
spektrum, spektrum ini dapat dipisahkan atas dalam suatu sumber energi kalor (sumber
spektra-spektra yang hanya terdiri dari satu pengeksitasi), maka elektron di orbital paling
jenis panjang gelombang (monokromatis). luar atom tersebut yang tadinya dalam keadaan
Spektrum elektromagnetik adalah dasar atau ‘ground state’ akan tereksitasi ke
sederetan energi sinar yang disusun menurut tingkat-tingkat energi elektron yang lebih
perubahannya, misalnya bertambahnya nilai tinggi. Karena keadaan tereksitasi itu
panjang gelombang. Spektrum merupakan keadaan yang sangat tidak setabil
elektromagnetik digolongkan dalam berbagai maka elektron yang tereksitasi itu secepatnya
“daerah spektrum”, dimana sinar kosmik akan kembali ke tingkat energi semula yaitu
merupakan daerah spektrum dengan nilai kekeadaan dasarnya (ground state). Pada
panjang gelombang paling kecil tetapi waktu atom yang tereksitasi itu kembali ke
mempunyai energi paling besar, sebaliknya tingkat energi lebih rendah yang semula, maka
gelombang radio mempunyai panjang kelebihan energi yang dimilikinya sewaktu
gelombang paling besar tetapi energinya kecil. masih dalam keadaan tereksitasi akan
Pada daerah sinar tampak (Visible ray), ‘dibuang’ keluar berupa ‘emisi sinar’ dengan
mencakup daerah spektrum / panjang panjang gelombang karakteristik bagi unsur
gelombang yang paling sempit yaitu sekitar yang bersangkutan.
400 nm sampai dengan 700 nm. Sinar tampak Untuk sumber pengeksitasi atom suatu
(Visible ray) ini adalah sinar elektromagnetik unsur diperlukan suatu sumber energi kalor
yang mendasari analisa “Spektrofotometri”. yang mampu mengeksitasikan elektron di
Parameter-parameter gelombang adalah : orbital paling luar dari atom tersebut ke tingkat
1. Panjang Gelombang (λ), yaitu jarak antara energi atom yang lebih tinggi. Pada
dua puncak gelombang atau jarak tempuh spektrofotometri Emisi nyala, sumber
gelombang tiap-tiap periode waktu. pengeksitasinya adalah nyala api gas, tetapi
Satuannya adalah A (Angstrom). 1 A = 10-8 kelemahan dari nyala api ini adalah energi
Cm = 10-9m = 1 nm kalor yang dihasilkannya relatif rendah.
2. Frekuensi (ν), adalah jumlah gelombang Misalnya campuran gas Acetilen dan O2 murni
penuh atau jumlah siklus yang melewati hanya akan menghasilkan suhu sekitar 3000oC.
suatu titik tertentu dalam satuan waktu. Dengan kombinasi gas ini maka unsur-unsur
Satuannya adalah Hertz (Hz), 1 Hz = 1 yang dapat dieksitasikan dengan menghasilkan
siklus per detik . intensitas sinar emisi yang baik biasanya
adalah logam-logam alkali (Na, K, Li, Ca dll).
Sedangkan untuk mengeksitasikan atom
logam-logam yang lebih berat maka diperlukan
nyala api dengan kombinasi gas lain yang
dapat memberikan suhu lebih tinggi dan juga
memberikan energi kalor yang lebih tinggi.
Oleh karena itu telah diusahakan
adanya sumber-sumber pengeksitasi atom yang
dapat menghasilkan energi kalor yang lebih
tinggi. Ada suatu jenis sumber pengeksitasi
yang mampu memberikan energi kalor dan
Gambar 1. Ikhtisar panjang gelombang suhu yang lebih tinggi, yaitu ‘bunga api
listrik’ yang disebut ‘Arc’ atau “Spark”. Dalam
Optical Emission Spectrometry (OES) penelitian ini yang digunakan sebagai sumber
adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk pengeksitasi adalah dengan menggunakan gas
analisa logam secara kuantitatif yang Argon UHP.
didasarkan pada pemancaran atau emisi sinar Yang dimaksud dengan bunga api
dengan panjang gelombang karakteristik untuk listrik atau awan muatan listrik (electrical
unsur yang dianalisa. Sumber dari pengeksitasi discharge) adalah loncatan muatan listrik

99 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


antara ujung batang elektroda dan sampel
dimana ujung elektroda dan sampel tidak
saling bersentuhan dan apabila antara
keduanya diberikan tegangan listrik yang
tinggi, maka akan terjadi loncatan muatan
elektron dan akan menimbulkan tahanan
sehingga hal ini akan menimbulkan kalor yang
sangat tinggi, Suhu yang dihasilkan oleh
muatan listrik tersebut berkisar antara 4000oC
sampai dengan 7000oC. Jadi jauh lebih tinggi
dari pada yang dihasilkan oleh nyala api gas
acetilen dan O2. Gambar 2. Skema OES modern
Untuk analisa kuantitatif, dibuat
beberapa cuplikan standar unsur X dengan Secara umum persyaratan untuk
komposisi kimia yang sudah diketahui, sampel standar adalah sebagai berikut :
kemudian tiap cuplikan standar itu dieksitasi 1. Komposisi kimia untuk setiap elemen harus
dalam “Spark” sehingga diperoleh spektrum mencakup rentang sampel yang akan
emisi X tersebut pada tabung penggandaan dianalisa
foto (Photo Multi Plier Tube/ PMT). Dari 2. Struktur kimia dan sifat-sifat secara
berbagai garis spektrum yang dihasilkan pada metalurgis harus sesuai dengan sampel
foto tersebut, kemudian dipilih salah satu garis yang akan dianalisa
yang intensitasnya kuat dan diukur derajat 3. Komposisi kimia untuk setiap elemen harus
kehitamannya. Semakin tinggi konsentrasi X betul-betul sudah dianalisa dan bersertifikat
maka semakin hitam garisnya (dan dari badan yang berhak mengeluarkan
sebaliknya). Sehingga dapat disimpulkan sertifikat sampel standar
tingkat kehitaman garis spektrum emisi itu 4. Harus homogen dan bebas dari segregasi
berbanding lurus dengan Intensitas (I) garis 5. Mempunyai base elemen yang sama
emisi itu. Densitometer memberikan langsung 6. Jumlah sampel standar harus cukup untuk
nilai Intensitas untuk berbagai konsentrasi. membentuk kurva kerja
Sehingga dapat dibuat kurva hubungan antara
Intensitas dan Konsentrasi pada suatu panjang METODE PENELITIAN
gelombang yang diukur. Letak suatu garis Perancangan Sistem
hitam, yang berasal dari suatu logam, pada Dalam penelitian ini, sampel yang
film foto, menentukan nilai panjang digunakan adalah material Stainless Steel kelas
gelombang yang khas bagi logam yang martensitic dengan grade 420F. Komposisi
bersangkutan. Suatu logam tertentu dapat kimia standar sebagai berikut (dalam %) :
menghasilkan banyak sekali garis hitam pada Carbon : 0,26 – 0,40 ; Silicon : max 1,00;
film foto, dengan Intensitas yang berbeda. Mangan: max 1,25; Phospor : max 0,060 ;
Penentuan kadar secara kuantitaip Sulfur : min 0,15 ; Nickel : ± 0,60 ; Chrom :
dengan analisa OES adalah sebuah metoda 12-14 ; Molybdenum : ± 0,60.
yang relatif. Pada dasarnya metoda ini Sampel yang digunakan pada
membandingkan intesitas dari sampel yang penelitian ini adalah pelat Stainless Steel
belum diketahui komposisinya dengan dengan tebal 5 mm, panjang 300 mm dan lebar
intensitas dari sample standar yang nilai 25 mm. pertama-tama sampel tersebut diuji
komposisinya sudah diketahui dengan pasti. komposisi kimianya dengan menggunakan alat
Oleh karena itu, untuk menghasilkan analisa uji Optical Emission Spectrometer dan media
yang akurat tergantung dari stabilitas alat dan gas Argon UHP. Hasil uji komposisi kimia
sampel standar. Lebih jelasnya ditunjukkan tersebut adalah sebagai hasil uji komposisi
pada Gambar 2. kimia awal ketika belum diperlakukan
extended size dan added thickness.
Dari pelat tersebut kemudian dipotong
tiga bagian masing-masing panjang 20 mm.
Satu bagian digunakan untuk pengujian
komposisi kimia setelah diperlakukan extended
size, dan dua bagian lainnya digunakan untuk

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 100


analisa metoda added thickness. Ilustrasi permukaan sampel tidak terdapat minyak,
perancangan sistem seperti pada Gambar 4. grease, kerak-kerak yang dapat
mengganggu uji komposisi kimia.
2. Pengujian komposisi kimia sampel awal
Setelah dipreparasi, sampel diuji komposisi
kimia dengan optical emission
spectrometer. Pengujian komposisi kimia
dilakukan di laboratorium uji kimia Balai
Besar Logam dan Mesin Bandung.
Sebelumnya dilakukan kontrol sampel
standar untuk memastikan bahwa alat uji
tersebut dapat menganalisa komposisi
kimia sampel standar, dalam hal ini yang
digunakan adalah sampel standar dan
program untuk Stainless Steel. Sampel
kemudian ditembak dengan OES. Sampel
ditembak beberapa kali sampai
Gambar 4. Langkah percobaan – 1 ( material utuh mendapatkan tiga data komposisi kimia
 dipotong 4 bagian ) yang stabil. Kemudian tiga data tersebut
diambil nilai rata-ratanya. Hasil dari uji ini
dijadikan sebagai data nilai komposisi
kimia awal material penelitian, untuk
dibandingkan dengan nilai komposisi kimia
material setelah dilakukan extended size
dan added thickness.
3. Pemotongan sampel tiga bagian
Selanjutnya sampel awal dipotong, diambil
tiga bagian dengan masing-masing panjang
25 mm. Pemotongan sampel menggunakan
gergaji potong, tanpa menggunakan panas.
Potongan bagian pertama digunakan
sebagai sampel untuk diperlakukan metoda
extended size. Sedangkan dua bagian
lainnya digunakan untuk metoda added
thickness.
1. Pengelasan sampel
Selanjutnya adalah proses pengelasan.
Sampel bagian pertama dipotong kembali
menjadi dua bagian, masing –masing
panjang 10 mm. Pemotongan juga
menggunakan gergaji potong tanpa
menggunakan panas. Setelah dipotong
sampel bagian pertama yang telah menjadi
Gambar 5. Langkah percobaan – 2 ( bagian-bagian dua bagian tersebut dilas dengan
potongan  extended size dan added thickness ) menggunakan las TIG. Sampel ini akan
dijadikan sebagai sampel untuk metoda
Langkah Percobaan extended size. Sedangkan dua bagian
Pada penelitian ini terdapat 7 (tujuh) sampel lainnya juga dilas dimana salah satu
langkah percobaan, yaitu: sampel berada di atas sampel lainnya.
1. Preparasi awal sampel Pengelasan juga menggunakan las TIG.
Langkah pertama adalah preparasi awal Sampel ini dijadikan sampel untuk metoda
sampel untuk dilakukan uji komposisi added thickness.
kimia awal. Sampel sebelumnya diampelas
pada bagian yang akan diuji dengan OES.
Preparasi ini untuk memastikan bahwa pada

101 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


2. Preparasi sampel extended size dan added Hasil uji komposisi kimia sampel setelah
thickness untuk uji komposisi kimia dilakukan extended size dan added thickness
Setelah sampel dilas, terdapat kerak-kerak Hasil uji komposisi kimia terhadap
sisa pengelasan. Kerak-kerak ini dapat sampel yang telah dilakukan extended size dan
mengganggu pengujian komposisi kimia, added thickness. Diketahui komposisi kimia
sehingga harus dihilangkan. Penghilangan sampel tersebut juga mendekati sampel standar
kerak-kerak ini dengan menggunakan Stainless Steel kelas Martensitic Grade 420F.
gerinda. Setelah dipastikan tidak terdapat Dengan hasil uji (dalam %) : Carbon : 0,402 ;
kerak lagi, maka sampel siap diuji Silicon : 0,435; Mangan: 0,406; Phospor:
komposisi kimia. 0,0810; Sulfur: 0,0424; Nickel: 0,320;
3. Pengujian komposisi kimia sampel Chrom: 12,6; Molybdenum: 0,463.
extended size dan added thickness Untuk hasil uji komposisi kimia
Langkah selanjutnya adalah pengujian sampel yang dilakukan added thickness.
komposisi kimia sampel yang telah Diketahui mendekati sampel standar Stainless
diperlakukan extended size dan added Steel kelas Martensitic Grade 420F. Dengan
thickness. Pengujian komposisi kimia hasil uji (dalam %) : Carbon : 0,428 ; Silicon
dilakukan dengan menembak beberapa kali : 0,467; Mangan: 0,411; Phospor: 0,0674;
sampai ditemukan tiga data komposisi Sulfur: 0,0553; Nickel: 0,332; Chrom: 12,6;
kimia yang stabil. Kemudian diambil nilai Molybdenum: 0,462.
rata-ratanya. Data hasil uji komposisi kimia Analisa perbandingan komposisi kimia awal
ini digunakan sebagai hasil uji komposisi terhadap sampel yang dilakukan extended
kimia untuk sampel extended size dan size dan added thickness
added thickness. Dari hasil pengujian komposisi kimia
4. Analisa hasil uji terhadap sampel pada kondisi awal ketika
Langkah terakhir adalah pembandingan sampel belum diperlakukan apa-apa dengan
hasil uji sampel awal yang tidak sampel yang sudah dilakukan extended size
diperlakukan apa-apa dengan hasil uji dan added thickness, dapat dibandingkan hasil
komposisi kimia setelah sampel uji komposisi kimianya seperti Tabel 1.
diperlakukan extended size dan added
thickness. Selanjutnya hasil pembandingan Tabel 1. Perbandingan hasil uji komposisi kimia
tersebut dianalisa. Komposisi Kimia (%)
Unsur Sampel Extended Added
HASIL DAN PEMBAHASAN Awal Size Thickness
Hasil uji komposisi kimia sampel awal Fe 84,7 85,0 84,9
Hasil uji komposisi kimia sampel awal C 0,447 0,402 0,428
Si 0,499 0,435 0,467
yang belum diperlakukan extended size dan
Mn 0,423 0,406 0,411
added thickness. Diketahui hwa sampel uji
P 0,0717 0,0810 0,0674
paling dekat masuk Stainless Steel kelas
S 0,237 0,0424 0,0553
Martensitic grade 420F, dimana sampel Cr 12,4 12,6 12,6
standar dengan komposisi kimia (dalam %) : Mo 0,466 0,463 0,462
Carbon : 0,26 – 0,40 ; Silicon : max 1,00; Ni 0,354 0,320 0,332
Mangan: max 1,25; Phospor: max 0,060; Al < 0,0010 < 0,0010 < 0,0010
Sulfur: min 0,15; Nickel: ± 0,60 ; Chrom: 12- Co 0,0320 0,0261 0,0308
14; Molybdenum: ± 0,60. Cu 0,0573 0,0491 0,0374
Sedangkan hasil uji (dalam %) : Carbon : Nb 0,0213 0,0059 0,0123
0,447; Silicon : 0,499; Mangan: 0,423; Ti 0,0040 < 0,0020 < 0,0020
Phospor: 0,0717; Sulfur: 0,237; Nickel: V 0,0749 0,0648 0,0768
0,354; Chrom: 12,4; Molybdenum: 0,466. W 0,0985 < 0,0250 < 0,0250
Hasil uji komposisi kimia tidak persis sama Pb < 0,0100 < 0,0100 < 0,0100
dengan sampel standar dikarenakan sampel
yang diuji tidak homogen sehingga persentase
unsur-unsur di dalamnya tidak sama persis
dengan sampel standar, tetapi paling
mendekati.

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 102


Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa UCAPAN TERIMA KASIH
secara umum hasil uji komposisi kimia suatu Terima kasih disampaikan kepada : (1)
material ketika diperlakukan kondisi extended Laboratorium Pengujian Komposisi Kimia,
size dan added thickness tidak memiliki Balai Besar Logam dan Mesin Bandung, (2)
perubahan yang signifikan, kecuali unsur semua pihak yang telah memberikan
Sulfur seperti yang diarsir pada tabel di atas sumbangan pemikiran dan diskusi yang
yang memiliki perbedaan persentase cukup berguna.
signifikan,tetapi tidak merubah
pengelompokan material secara umum. Hal ini DAFTAR PUSTAKA
dapat diakibatkan oleh ketidakhomogenan dari 1. ASM International Handbook
material yang diuji. Committee., 2005. ASM Handbook,
Voume 1,Properties and Selection: Irons,
KESIMPULAN DAN SARAN Steels, and High Performance Alloys ,
Kesimpulan ASM International, pp. 1305 -1313, USA.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari 2. The American Society for Testing and
pembahasan di atas yaitu : Materials., 2012. ASTM E1086-08,
1. Metoda yang dapat dipakai ketika menguji Standard Test Method for Optical
komposisi kimia dengan Optical Emission Emission Vacuum Spectrometric Analysis
Spectrometry. Dalam hal mengantisipasi of Stainless by the Point-to-Plane
kondisi sampel yang memiliki dimensi dan Excitation Technique, ASTM
ketebalan yang terbatas adalah dengan International, pp. 1-10, PA, USA.
extended size dan added thickness. 3. Seshadri Seetharaman., 2005.
2. Hasil uji komposisi kimia antara kondisi Fundamentals of Metallurgy, Woodhead
awal sampel tanpa diperlakukan apa-apa Publishing in Materials, pp.118, 145-146,
dengan sampel yang dikondisikan extended Cambridge, England.
size dan added thickness, perubahan 4. K. Ishizaki, N. Araki and H. Murai, 1965.
komposisi kimia tidak terlalu signifikan, Interfacial Tension Theory on The
sehingga hasil uji komposisi kimia relatif Phenomena of Arc Welding (Chapter 9), J.
tidak berubah. Jpn Weld.Soc, pp.146-153, Japan.
Saran
Saran tindak lanjut atas simpulan di atas :
1. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan
menggunakan sampel dari kelas material
lain atau dari grade lain, sehingga dapat
dibandingkan.
2. Penelitian ini dapat diterapkan pada
bidang-bidang yang berkaitan dengan
pengujian komposisi kimia dengan metoda
Optical Emission Spectrometry, seperti
pada pipa baja, pelat baja, baja tulangan
dan lain-lain yang memiliki keterbatasan
ukuran dan tebal atau diameter.

103 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


ISSN 0126 - 3463

PENGEMBANGAN PRODUK STEEL CASTING LINK TRACK PADA ALAT BERAT


EXCAVATOR BATU BARA BUKIT ASAM LAMPUNG SEBAGAI
PRODUK SUBSTITUSI IMPOR

Darma Firmansyah Undayat1, M. Achyarsyah1


1
Dosen Jurusan Teknik Pengecoran Logam Politeknik Manufaktur Negeri Bandung)
Jl. Kanayakan No. 21 Dago, Bandung 40135
E-mail: darmafirmansyah@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini berisikan pengembangan produk substitusi impor Link Track yang digunakan di
industri hulu batu bara yang telah direkomendasikan PT Bukit Asam Muara Enim Sumatera Selatan
sebagai penggunanya. Dalam tahap awal pengembangannya, standard operation procedure telah
menunjukkan arah yang benar. Review awal dengan menggunakan perangkat lunak simulasi
menunjukkan modulus thermal dan hotspot telah berada pada daerah yang baik. Pengembangan lebih
lanjut diperlukan pada hal-hal yang berkaitan dengan porositas penyusutan, dan homogenitas matriks.
Salah satu pencapaiannya adalah dengan mendapatkan pembekuan terarah (directional solidification).
Pada tahap pengembangannya, peran perangkat lunak pengecoran logam canggih sangat besar dan
menjadi yang utama. Seluruh desain dan parameter terukur disimulasikan dan dianalisis secara iteratif.
Kemudian hasil optimal diuji coba pada pengecoran sesungguhnya. Diharapkan dengan cara ini desain
pengecoran dapat tercapai optimal dan efisien. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh
kesimpulan bahwa sound casting pada Link Track diperoleh dengan menggunakan perancangan coran
Desain Perbaikan 2, dan Program Simulasi Pengecoran Logam Magmasoft dan Solidcast efektif
membantu perancangan coran dengan kalibrasi dan penggunaan yang tepat serta sesuai dengan kondisi
praktek di bengkel pengecoran.

Kata kunci: Baja cor paduan rendah, link track, magmasoft.

Abstract
This research concern with the development of the Track Link for import substitution product.
This product is used in primery coal industry and has been recommended by PT Bukit Asam Muara
Enim in South Sumatra. In the early stages of development, standard operation procedure has shown
the right way. Preliminary review by using simulation software indicates that modulus of thermal and
hotspot are located in the right area. Further development is needed on matters relating to the
shrinkage porosity, and homogeneity of the matrix. One of the results was to obtain directional
solidification. At this stage of development, the role of advanced metal casting software is significant
and become a major factor. The entire design and measurable parameters are simulated and analyzed
iteratively. Then the optimum results will be trialed in the actual casting. It is Expected that this way
can be lead to the optimum and efficient final result. Based on research conducted, it is concluded that
sound casting for Track Link is obtained by using 2nd alternative of design, and The Simulation
Program Solidcast and Magmasoft help designing castings optimally, since the parameter are
calibrated and matched to the conditions in the casting workshop practice.

Key words: low alloy steel castings, metal casting simulation, link track, magmasoft.

PENDAHULUAN khusus, dimensi coran yang tebal, dan


Produk asli Link Track merupakan bentuknya yang relatif sulit dalam perancangan
salah satu bagian pada Bucket Wheel coran, merupakan aspek-aspek yang
Excavator di Bukit Asam, Lampung yang menjadikan produk ini perlu mendapatkan
selama ini selalu diperoleh dengan cara perhatian dan penelitian lanjut menganai
diimpor dari Jerman atau India. Spesifikasi usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk dapat
teknis yang tinggi dan tingkat kesulitan memproduksi Link Track yang memenuhi
produksi yang relatif tinggi menjadikan produk spesifikasi standar.
ini memerlukan perhatian dan perancangan
khusus dalam memproduksinya. Jenis baja cor

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 104


Pengembangan yang dilakukan dalam 1. Pengisian rongga cetakan secepat mungkin
penelitian ini menitikberatkan pada pemecahan 2. Meminimalkan turbulen
masalah penyusutan, yang merupakan salah 3. Pencegahan erosi cetakan dan inti
satu masalah utama dalam memproduksi coran 4. Gradien termal yang teratur
Link Track ini. 5. Yield yang maksimal
Untuk itu, diperlukan suatu penelitian
lanjut untuk mendapatkan seluruh aspek Riser Samping Dengan Efek Zona Ak(2)
perancangan coran, sehingga coran yang Feeding Distance yang dinormalisasi,
benar-benar bebas dari cacat penyusutan dapat FD/T, untuk bagian coran dengan riser sebagai
dicapai. Pada akhirnya, dari keberhasilan sebuah fungsi dari rasio lebar-ke-ketebalan,
memproduksi barang substitusi impor ini, W/T. Tidak seperti FD/T pada riser atas,
industri-industri yang menggunakan produk perhitungan feeding distance untuk riser
coran dapat memenuhi kebutuhan akan spare samping tidak dapat digambarkan dengan
part mesinnya dari produk dalam negeri, yang hanya satu kurva. Namun, FD/T juga
memiliki kualitas bersaing dengan harga yang merupakan fungsi dari diameter riser yang
tentunya lebih murah. dinormalisasi, DR/T. Hal ini disebabkan dari
rumitnya jalannya suplai cairan yang melalui
LANDASAN TEORI sudut riser, tidak seperti riser atas yang hanya
State of The Art Bidang yang Diteliti memiliki aliran lurus, dengan jalur radial.
Berikut ini landasan ilmiah yang Kurva dengan label kurva “Feeding
digunakan sebelum, dan selama penelitian ini Distance Untuk W = DR” adalah kurva
berjalan. Meskipun banyak sumber landasan pembatas yang penting. Ketika W=DR, coran
ilmiah dalam perancangan coran, terutama dengan riser samping diasumsikan sama
sumber-sumber dari Jerman, namun sebagian dengan coran riser atas yang diletakkan di
besar landasan ilmiah yang digunakan pada samping coran, seperti sketsa paling atas pada
penelitian ini mengacu pada SFSA (Steel Gambar 20. Pada kurva pembatas ini, FD/T
Founders’ Society of America). Sumber untuk riser samping sama dengan FD/T untuk
pustakan dan bahan kajian dari SFSA ini riser atas. Garis putus-putus adalah panjang
dinilai lebih baru, sederhana dan selalu normalisasi konstan, L/T. Jika Feeding
menggunakan referensi dan simulator dalam Distance, Diameter riser, dan bagian coran
setiap bahasan perancangannya. Beberapa diketahui, panjang bagian coran dapat dihitung
diantaranya adalah Feedering and Risering berdasarkan:
Guidelines for Steel Casting yang dirilis tahun
2001, dan Development of New Feeding- L  (0.5 D R  FD ) 2  0.25W 2  0.5 D R … (1)
Distance Rules Using Casting Simulation: Part
I. Methodology dan Part II. The New Rules.
Garis L/T ini juga dapat menunjukkan bahwa
(1) akan terjadi perubahan pada nilai L bila terjadi
Variabel Perancangan Coran
perubahan parameter lain. Dengan
Metoda-metoda yang digunakan
memperhatikan kurva DR/T = 2, sebagai
sebagai variabel perancangan yang dijelaskan
contoh, ketika W/T = DR/T = 2, nilai FD/T
di bawah ini sering kali terjadi konflik antara
adalah 5,0 sama dengan nilai W/T = 2 pada
efek perancangan satu dengan yang lainnya.
kurva riser atas. Ketika W/T naik dari titik ini,
Contohnya, prinsip dasar pengocoran logam
kurva DR/T mendekati parallel dengan
adalah dengan penuangan cairan logam ke
garisL/T = 4,9. Oleh karena itu, ketika W/T
dalam cetakan secepat mungkin. Tetapi hal ini
naik sepanjang kurva DR/T = 2, nilai L/T
sangat bertentangan dengan prinsip
mendekati konstan, yang berarti bagian coran
pencegahan terjadinya erosi, dimana cairan
manjadi lebih lebar. Nilai FD/T naik bersama
yang melintasi setiap rongga cetak harus
nilai W/T hingga W/T mencapai nilai
setenang mungkin. Oleh karena itu, setiap
maksimumnya pada 14,5, dimana nilai kurva
perancangan yang dilakukan secara umum
FD/T pada titik ini berbelok tajam ke bawah
akan mempertimbangkan aspek yang lebih
dan nilai W/T mulai turun. Nilai W/T = 14,5
utama dan penting diantara konflik yang
menunjukkan lebar maksimum bagian coran
terjadi tersebut, yang dirangkum dalam
yang dapat disuplai sempurna tanpa ada-
beberapa variabel perancangan coran sebagai
berikut:

105 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


rongga susut dengan sebuah riser berdiameter Kondisi tertentu di bawah nilai tersebut
DR/T = 2. menunjukkan adanya cacat pada coran. Nilai
dalam kurung di atas biasanya digunakan
Perancangan Sistem Saluran sebagai satuan dalam software simulasi coran
Sistem saluran dirancang untuk memenuhi (Magmasoft dan AFSolid). Pada sebuah coran,
beberapa tujuan dari sistem saluran(3), yaitu: kriteria Niyama dihitung pada akhir
1. Mengisi rongga cetak dengan cepat tanpa pembekuan. Niyama dkk. mendefinisikan
temperature pengecoran yang terlalu tinggi. akhir pembekuan sebagai waktu ketika
2. Mengurangi atau menghindari terjadinya temperatur tepat pada Ts. Pada perhitungan
turbulensi, aplikasi, kriteria Niyama dihitung pada
3. Mencegah masuknya kotoran, terak (slag), temperatur yang lebih tinggi, sama dengan
dan pasir yang tererosi. temperatur solidus ditambah dengan 10 persen
4. Menghindari terjadinya terhisapnya udara dari interval antara temperatur solidus dan
atau gas dari cetakan ke dalam cairan logam. likuidus: T = Ts + 0,1(Tl – Ts). Perhitungan
5. Mencegah tererosinya inti (core). kriteria Niyama pada temperatur yang lebih
6. Menciptakan terjadinya pembekuan terarah tinggi menghasilkan nilai Niyama kritis yang
(directional solidification), dan lebih rendah dari yang dilakukan oleh Niyama
meminimalkan terdadinya distorsi pada dkk., tetapi hubungan fungsional antara nilai
coran. ini dan porositas penyusutan adalah sama.
7. Mendapatkan yield (rasio berat total dengan Penelitian Niyama dkk. memfokuskan pada
berat part coran) yang maksimum, dan centerline shrinkage yang terbentuk di dalam
mendapatkan biaya pemotongan dan daerah yang memiliki gradient temperatur
pembersihan yang minimum. yang rendah. Aturan dalam menentukan
8. Memudahkan pengecoran, terutama dalam feeding distance dalam coran dibuat untuk
hal penggunaan ladel dan crane. mengantisipasi terbentuknya penyusutan jenis
Namun demikian tujuan tersebut tidak ini.
dapat dipenuhi seluruhnya, dan oleh karenanya
dimungkinkan dilakukan perubahan-perubahan METODOLOGI PENELITIAN
yang disesuaikan dengan tujuan yang Penelitian ini termasuk penelitian
diinginkan. Teknik dan perhitungan sistem pengembangan yang menggunakan pendekatan
saluran diuraikan pada beberapa literatur Research and Development yang akan
dengan cara perhitungan dan persamaan- diselesaikan dalam dua tahap penelitian.
persamaan yang berbeda. Namun demikian, Masing-masing tahap akan memiliki teknik
pada beberapa kasus pengecoran didapati pengembangan yang saling mendukung dan
menghasilkan coran yang sempurna (sound melengkapi.
casting) dengan perancangan yang buruk. Penelitian akan difokuskan pada
Kasus coran lain dapat tetap bermasalah penyempurnaan kualitas produk yang belum
meskipun segalanya telah dihitung dengan didapatkan pada penelitian sebelumnya.
teliti. Oleh karena itu, alih-alih menerapkan Modifikasi desain atau desain ulang pada
segala teori perhitungan perancangan sistem produk ini akan dilakukan, terutama pada hal
saluran, setiap desainer hendaklah mengetahui mengatasi masalah-masalah; turbulensi cairan,
dan menguasai fenomena-fenomena fisik yang masih terdapat cacat centerline shrinkage dan
terjadi pada cairan logam ketika ia mengecor masalah casting yield yang masih rendah.
baja cor dan seberapa spesifik pengaruh
geometri sistem saluran rancangannya
terhadap kualitas akhir coran(4).

Kriteria Niyama (5)



Kriteria Niyama didefinisikan sebagai G/ T ,
dimana G adalah gradient temperatur dalam
K/mm dan T adalah laju pendinginan dalam
K/s. Niyama dkk memberikan nilai kritis
kriteria ini dengan G/ T = 1.0K1/2min1/2cm-1

(0.775 K1/2s1/2mm-1)

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 106


Mulai

Perumusan masalah : Turbulensi, porositas, dan yield coran

Penetapan tujuan penelitian: mendapatkan produk casting yang bebas rongga susut.

Review penelitian sebelumnya: Pengumpulan data, dan analisis parameter yang digunakan

Perancangan perbaikan Sistem Saluran: rancang bangun 3D gating system

Perancangan perbaikan dan optimalisasi feeder atau penambah: rancang bangun riser

Proses simulasi perancangan dengan simulator Magmasoft

Tidak Perancangan pada simulator


efektif dan efisien serta
bebas porositas

Ya
Percobaan di bengkel Pengecoran logam : Pembuatan prototype hasil simulasi

Pembersihan dan pemotongan

Pengujian dan Analisis

Tidak Hasil percobaan baik, sesuai


dengan spesifikasi dan
standar produk

Ya
Produksi Link Track

Selesai

Gambar 1. Diagram alir pemecahan masalah secara umum

Pada tahap pertama ini perancangan


coran akan kembali di lakukan dengan HASIL DAN PEMBAHASAN
membangun grafis 3D produk lengkap dengan Pra Desain
gating system-nya yang telah diperhitungkan, Berdasarkan geometri dan posisi
dianalisis, dan sesuai dengan seluruh kaidah produk seperti yang ditunjukkan pada Gambar
pengecoran baja yang kemudian diekspor ke 2, maka kecenderungan porositas terjadi pada
dalam program simulasi Magmasoft. Proses daerah atas produk. Porositas ini normal terjadi,
iterasi simulasi harus dilakukan dengan dan akan dikompensasi oleh penggunaan
mempertimbangkan parameter optimal untuk penambah pada daerah terserbut.
diperoleh produk yang benar-benar bebas Perhatian lebih harus ditujukan pada
porositas (sound casting). porositas di bagian tengah produk seperti
Kemudian seluruh parameter yang digunakan ditunjukkan pada Gambar 2 Porositas ini harus
pada simulasi diterapkan pada pembuatan dikompensasi oleh pengendalian pembekuan.
prototipe di bengkel pengecoran, dan hasilnya Pengendalian pembekuan yang terarah,
di analisis dan dibandingkan dengan hasil barakhir pada porositas.
simulasi

107 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


Thermal
modulus :

Thermal
modulus :

M]

Gambar 2. Porositas pada produk

Acuan desain pengecoran diambil dari


hasil simulasi berikut di bawah ini.

Gambar 4. Penambah samping tidak berfungsi


sebagai pensuplai cairan pada benda

Uraian Desain Perbaikan 1


Pada desain perbaikan 1 ini, digunakan
5 penambah, yang terdiri dari 3 penambah atas
(1 bh diameter 180 mm dan 2 bh diameter 120
mm) dan 2 penambah samping dengan
diameter 90 mm. Gambar 5 menunjukkan
posisi, jumlah, dan besar penambah yang
Gambar 3. Critical position on thermal digunakan.
Perhitungan manual menunjukkan
Penambah samping harus di desain diperlukan 3 penambah atas saja. Namun, pada
ulang sehubungan dengan kurang berfungsinya perhitungan modulus thermal, ditemui bahwa
sistem pensuplaian. daerah di bawah penambah atas diameter 120
Gambar 4 menunjukkan thermal mm, ditemui hot spot. Daerah ini cenderung
modulus yang di gambarkan dalam skala membentuk porositas di akhir pembekuan.
warna. Riser yang kurang berfungsi Oleh karena itu, diperlukan kompensasi panas
ditunjukkan dengan nilai modulus pada riser yang lebih besar dari daerah tersebut. Dalam
tersebut yang rendah. hal ini di gunakan penambah samping dengan
Penambah samping pada sistem desain diameter 90 mm.
pengecoran telah diperbaiki dengan menaikkan Penambah atas besar dengan diameter
nilai modulusnya. Penambahan nilai modulus 180 mm seperti yang ditunjukkan pada
pada sistem ini menurunkan nilai yield namun Gambar 5 telah memenuhi ukuran suplai
masih dalam batas yang wajar untuk steel cairan yang cukup, modulus thermal yang
casting. cukup dan arah pensuplaian yang memadai.
Oleh karena itu, pada desain ini hanya
diperlukan satu penambah saja dengan letak.
Posisi, dan ukuran seperti pada gambar.
Berikut adalah proses pembekuan
yang disimulasikan dimulai tepat saat proses
pengisian rongga cetak berakhir. Critical
fraction solid pada sistem ini didapatkan pada
nilai 60%.

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 108


Gambar 5. Desain Perbaikan 1

Hasil Simulasi Desain Perbaikan 1


Porositas

Gambar 8. A. Modulus thermal pada bagian


tengah. Dan B. modulus thermal pada bagian
samping

Critical Fraction Solid Time


Gambar 9 menunjukkan terputusnya
suplai cairan penambah. hal ini disebabkan
daerah di bagian bawah produk memiliki nilai
modulus thermal yang lebih besar. Pemberian
ukuran penambah yang lebih besar tidak akan
Gambar 7. Porositas pada desain ini memecahkan masalah ini sebab daerah tengah
ditunjukkan oleh tanda panah produk memiliki modulus thermal yang besar.
Nilai modulus thermal daerah tengah tersebut
Modulus thermal harus diturunkan agar terjadi pembekuan
Daerah A pada Gambar 8 terarah dari produk ke penambah.
menunjukkan bagian pada produk yang
memiliki nilai modulus thermal yang lebih
besar dari dari daerah B. Nilai modulus yang
rendah pada daerah B menjadikan daerah
tersebut tercekik. Inilah yang mengakibatkan
daerah A terjadi porositas seperti ditunjukkan
pada Gambar 8. Porositas terjadi karena akhir
penyusutan terjadi pada daerah tersebut.

Gambar 9. Terputusnya suplai cairan


penambah atas seperti ditunjukkan pada
tanda panah

109 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


Desain Perbaikan 2
Untuk menurunkan nilai modulus
thermal pada dasain perbaikan 1, maka salah
satu caranya adalah pemberian pasir kromit
pada daerah dengan nilai modulus thermal
yang besar tersebut, dimana terjadi porositas
penyusutan. Pada Gambar 10 pemberian pasir
kromit ditunjukkan dengan warna merah.
Dengan pemberian pasir kromit ini,
diharapkan laju pendinginan akan dipercepat,
dan lebih cepat dari daerah disampingnya,
sehingga nilai modulus thermalnya menjadi
seperti ditunjukkan pada Gambar 8, sesuai
dengan kaidah pembekuan terarah.

Gambar 11. (A). Modulus thermal pada bagian


tengah dan (B). modulus thermal pada bagian
samping. Nilai modulus thermal pada kedua
bagian tersebut sama, sehingga urutan pembekuan
terarah lebih terjamin

Porositas
Gambar 10. Perbaikan desain dengan pemberian Penggunaan pasir kromit pada desain
pasir kromit pada bagian produk. Ditandai dengan ini telah membentuk pembekuan terarah,
warna merah pada gambar ini sehingga tidak lagi terjadi porositas pada
bagian tengah produk seperti pada Desain
Modulus Thermal Perbaikan 1 (ditunjukkan pada Gambar 12).
Gambar 11 menunjukkan nilai Artinya, pasir kromit berperan sebagai
modulus thermal yang sudah sesuai dengan pemberi efek chilling pada sistem tersebut,
kaidah pembekuan terarah. Pada desain ini, karena kapasitas panas dan konduktifitas panas
kecenderungan terjadinya porositas pada yang lebih tinggi daripada pasir green sand.
produk sudah diminimalisir. Nilai modul
dibagian tengah yang asalnya tinggi, kini
menjadi lebih rendah. Nilai tinggi rendahnya
modulus thermal ini pada gambar 11
ditunjukkan pada skala warna. Warna kuning
(warna lebih terang) menunjukkan nilai
modulus thermal yang lebih tinggi dari warna
orange (warna lebih gelap).

Gambar 12. Porositas pada Desain perbaikan 2.


Tidak ditemui adanya porositas pada produk

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 110


Percobaan Pengecoran (Trial)
Hasil simulasi pada desain perbaikan 2,
yang telah menunjukkan kriteria sebuah
produk casting yang baik, kemudian
diterapkan di workshop dengan menggunakan
seluruh parameter yang sama dengan
parameter simulasi. Gambar 13 menunjukkan
hasil dari trial pada peleburan baja di
Politeknik Manufaktur Negeri Bandung.
Pada gambar terlihat tinggi penambah Gambar 14. Pengujian porositas pada bagian kritis
yang lebih tinggi dibandingkan dengan Desain Produk
Perbaikan 2. Hal ini dikarenakan teknis di
lapangan yang lebih memungkinkan untuk
dibuat lebih tinggi. Namun demikian
perbedaan ini lebih menguntungkan dari segi
pencegahan porositas.

Gambar 15. Pengujian dye penetrant pada


potongan produk untuk menguji porositas di bagian
kritis. Tidak ditemukan indikasi terjadinya cacat
Gambar 13. Hasil percobaan pada desain porositas pada sample uji tersebut
perbaikan 2
KESIMPULAN DAN SARAN
Pengujian Berdasarkan penelitian yang dilakukan
Beberapa pengujian porositas yang diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
dilakukan pada produk ini adalah: 1. Sound casting pada link track diperoleh
1. Pengujian Ultrasonic, dengan menggunakan perancangan coran
2. Dye penetrant, dan Desain Perbaikan 2
3. Pemotongan produk pada daerah kritis 2. Program Simulasi Pengecoran Logam
porositas. Magmasoft dan Solidcast efektif membantu
Pemotongan produk pada Gambar 14 perancangan coran dengan kalibrasi dan
menunjukkan tidak terdapat porositas pada penggunaan yang tepat serta sesuai dengan
produk, sesuai dengan hasil simulasi kondisi praktek di bengkel pengecoran.
pengecoran logam. Pengujian potong ini
dilakukan untuk memperkuat hasil pengujian
ultrasonic dan pengujian dye penetrant.

111 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


DAFTAR PUSTAKA 6. Magmasoft V4.2 SP 2, 2004, GmBH,
1. Arnson, H.L., Lecture II: Gating Systems Aachen, Germany.
for Steel Castings in Gating and Risering 7. Plutshack, Lee A and Anthony L. Suschil.
– State of The Art, SFSA, hal 34 – 49 (1998). Riser Design. ASM Handbook
2. Beckermann, Christhope, Feeding and vol.15 Casting,ASM International.
Risering of Steel Casting, SFSA redbook, 8. Schulze, Manfred, Feeder design for
2002, hal 1 – 42 casting, 2002
3. Beeley, Peter BMet. (2001). Second 9. Svoboda, John M. (1982). Lecture I:
Edition, Foundry Technology, Fluid Mechanics and Solidification in
Butterworth -Heinemann, Oxford OX2 Gating and Risering – State of The Art,
8DP, hal 109 – 110 SFSA, hal 28 – 29
4. Flinn, Richard A. 1963). Fundamentals of 10. Wegst C.W. Stahlschlussel, 2001
Metal Casting. Addison-Wesley 11. Wieser, Peter F, Lecture III: Riser Design
Publishing Company, Inc., Michigan, hal for Steel Castings in Gating and Risering
41 – 63 – State of The Art, SFSA, hal 77 – 94
5. Hiene, Peter F. (1968). Principles of 12. Wlodawer. (1967). Die gelenkte
Metal Casting. Mc-Graw-hill, hal 384- Erstarrung von Shahlguss, Dusseldorf,
411 hal 50 - 96

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 112


ISSN 0126 - 3463

PENGENDALIAN MUTU PRODUKSI DI PT. I SEBAGAI UPAYA


PENINGKATAN KEPUASAN PELANGGAN

Hafid dan Sony Harbintoro1


1
Balai Besar Logam dan Mesin (BBLM), Kementerian Perindustrian
Jl. Sangkuariang No. 12 Bandung 40135
E-mail : hafidochan@yahoo.com

Abstrak
Dalam rangka meningkatkan kepuasan pelanggan, maka PT. I menyadari bahwa hal-hal yang
dapat mengakibatkan ketidakpuasan pelanggan harus dihindari. Berdasarkan data produksi yang ada,
salah satu hal yang menyebabkan manajemen PT. I merasa adanya kesulitan dalam memuaskan
pelanggan adalah mutu produk yang jelek. Makalah ini menyajikan hasil penelitian analisis faktor-
faktor penyebab terjadinya kerusakan produk atau No Good (NG) di PT. I sebagai upaya untuk
membantu manajemen perusahaan dalam meningkatkan kepuasan pelanggan. Tujuan penelitian adalah
untuk pengendalian mutu produksi di bagian battery carbon dan langkah-langkah perbaikannya. Cara
peningkatan melalui aplikasi metode QC seven tools, yang meliputi : (1) check sheet, (2) stratifikasi,
(3) pareto diagram, (4) histogram, (5) control chart, (6) fish bone diagram, (7) scatter diagram. Hasil
analisis dan usulan perbaikan diperoleh : (1) jenis NG inside crack ada di urutan ke-1 (78%) sehingga
menjadi masalah utama yang harus segera ditanggulangi, (2) penyebab NG produksi bermasalah
adalah karena operator, mesin dan peralatan, cara kerja dan lingkungan kerja, (3) melalui usulan
perbaikan dengan menurunkan NG menjadi 50% dapat dihemat biaya inside crack sekitar Rp. 2,5
juta/bulan.

Kata kunci : pengendalian mutu, 7 alat QC, kepuasan pelanggan.

Abstract
In order to improve customer’s satisfaction, the PT. I management realize that the things that
can lead to customer’s dissatisfaction should be avoided. Based on the production data, one thing
cause the management PT. I was difficult to in satisfying the consumer is quality products no good.
This paper presents the results on the factors that cause of rejected products in PT. I as an effort to
ensure customers satisfaction. The aim of research is the quality control (QC) of production in section
battery carbon and improvement process. The method uses QC seven tools, which covers, : (1) check
sheet, (2) stratification, (3) pareto diagram, (4) histogram, (5) control chart, (6) fish bone diagram,
(7) scatter diagram. The results of the analysis and recommen improvement obtained: (1) the type NG
crack inside there at number one (78%) so that it becomes a major problem that must be
countermeasured, (2) the cause of NG production problems are due to operator, machinery and
equipment, ways of working and work place, (3) through the proposed NG improvement by reducing
to 50% can be saved inside crack cost around Rp. 2.5 million/month.

Key words : quality control, QC seven tools, customer satisfaction.

PENDAHULUAN kualitas produk, harga yang wajar, waktu


Menghadapi era perdagangan bebas penyerahan yang tepat serta pelayanan purna
dan mulai diberlakukannya 1 Januari 2010, jual yang lebih baik merupakan persyaratan
Indonesia membuka pasar dalam negeri kepada yang harus dimiliki agar dapat bersaing.
negara-negara ASEAN (Indonesia, Thailand, Salah satu cara untuk meningkatkan
Malaysia, Singapura, Filipina dan Brunei keunggulan daya saing industri baterai
Darussalam) dengan Cina yang disebut dengan nasional agar dapat meraih pangsa pasar dalam
ASEAN-China Free Trade Agreement negeri yang sangat potensial serta mampu
(ACFTA). Berdampak kepada semakin mengekspor ke luar negeri, maka diperlukan
meningkatnya peluang sekaligus ancaman bagi permintaan kebutuhan bahan baku karbon dari
manufaktur di dalam negeri dari serbuan industri pembuat karbon di dalam negeri
produk asing dengan mutu dan harga yang dengan kualitas produk yang memenuhi
sangat bersaing. Oleh karena itu keunggulan standar yang diinginkan industri baterai.

113 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


Sehubungan hal tersebut di atas, PT. I Berdasarkan permasalahan tersebut
adalah sebuah perusahaan manufaktur yang diatas, maka penelitian ini memaparkan contoh
memproduksi pembuatan karbon untuk baterai kasus usulan perbaikan (improvement) cara
kering, gouging carbon dan karbon untuk meningkatkan kualitas hasil produksi industri
pengobatan. Perusahaan tersebut telah berdiri pembuat baterai karbon di dalam negeri
sejak tahun 1988. Lokasi pabrik perusahaan dengan menggunakan metode pengendalian
terletak di Bogor Jawa Barat. Modal kualitas terpadu. Diharapkan hasil penelitian
perusahaan saat ini mencapai ± US $ ini dapat berguna bagi para pembina atau
1,770,000 dengan luas tanah yang dimiliki ± pengelola perusahaan agar akses pasarnya
46,000 m2 dan luas bangunannya ± 11,000 m2. dapat terus ditingkatkan baik di tingkat
Perusahaan tersebut beroperasi 2 Shifts dan nasional, regional maupun di pasar
mempunyai jumlah karyawan ± 192 orang. internasional.
Adapun konsumen utamanya adalah :
Eveready Battery, ABC Battery, Panasonic TINJAUAN PUSTAKA
Battery, Energizer. Konsep dan Pengertian Pengendalian
Untuk memenuhi kebutuhan pesanan Kualitas
dari para konsumen atau mitra usaha PT. I, Usaha perdagangan suatu negara akan
maka sering timbul permasalahan dalam proses mampu menembus pasar manca negara atau
produksinya karena masih tingginya produk kawasan ekonomi lain, kalau produk yang
NG (No Good/tidak baik) di bagian Baterai ditawarkan memenuhi kebutuhan kebutuhan
Karbon PT. I. Untuk menghasilkan kualitas pasar, baik dari segi mutu, harga, biaya dan
produk yang sesuai dengan permintaan delivery time-nya. Dan itu dapat diwujudkan
konsumen diperlukan pengendalian kualitas dengan upaya sistem manajemen Pengendalian
(Quality Control/QC) di setiap tahapan proses, Kualitas Terpadu atau Total Quality Control
mulai dari masukan bahan baku sampai (TQC) dengan Quality Control Circle (QCC)-
menjadi keluaran produk jadi(1). Salah satu nya(2).
cara untuk meningkatkan produktivitas adalah Saat ini konsep TQC ala Jepang
dengan pengendalian produksi yang mengarah tekanannya adalah quality is every body's job
pada continuous improvement yang menunjang dan harus terus menerus diupayakan
perwujudan kepuasan konsumen secara total. meningkat. Hal ini terbukti dalam fakta sesuai
Prinsip dasar pengembangan QC penerapan yang membawa kemajuan bangsa
menurut Edward Deming(9) di dalam Jepang menjadi negara industri maju yang
perusahaan terdiri dari 4 kegiatan utama, yaitu dapat menguasai pasar dunia. PMT dapat
: (1) riset pasar, (2) desain produk, (3) proses diterapkan untuk setiap perusahaan besar atau
produksi, dan (4) pemasaran. Berdasarkan kecil, organisasi publik/swasta dan perusahaan
informasi dari hasil riset pasar tentang pemerintah/swasta. TQC mengarahkan
keinginan konsumen yang komprehensif perusahaan pada continuous improvement yang
diharapkan dapat didesain produk yang sesuai menunjang perwujudan kepuasan konsumen
dengan keinginan pelanggan. Dari desain secara total(2).
produk tersebut dapat dilakukan model dan Yang dimaksud dengan TQC adalah
spesifikasi produk yang harus diikuti oleh suatu sistem manajemen yang mengikut
bagian produksi dalam kegiatan proses sertakan seluruh pimpinan dan karyawan dari
produksinya. Bukan terbatas proses produksi semua tingkatan dalam menerapkan konsepsi
tapi bagian produksi harus mampu pengendalian mutu dengan metode statistik
meningkatkan efisiensi dan perbaikan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan
berkelanjutan (kaizen) agar diperoleh produk yang mengerjakannya(1).
yang berkualitas sesuai dengan desain yang Dalam pengertian TQC, mutu adalah
telah ditentukan berdasarkan riset pasar. kepuasan pelanggan atau "user satisfaction".
Kemudian untuk proses pendistribusian produk Pengertian mutu telah bergeser dimana standar
ke konsumen (distributor atau ke pengguna atau spesifikasi produk bukan lagi merupakan
akhir dari produk) dilakukan melalui bagian tujuan, tetapi merupakan sarana yang terus
pemasaran tentunya dengan pelayanan yang menerus dikembangkan untuk mencapai
baik dan harga yang kompetitif. Proses ini kepuasan pelanggan.
terus berulang kembali secara kontinyu
sepanjang waktu.

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 114


Manajemen TQC didefinisikan sebagai daya Tabel 1. 7 Tools dalam TQC
upaya untuk mengendalikan kegiatan No. Alat Kegunaan
1. Lembar  Pengumpul data
perbaikan (kaizen) sehingga menunjang Pengumpul  Memudahkan menganalis data
rencana kegiatan perusahaan. Sedangkan yang data (Check
dimaksud dengan QCC adalah kelompok kecil Sheet)
karyawan/anggota organisasi (4 - 10 orang) 2. Stratifikasi Pengelompokan data sejenis untuk
dari pekerjaan yang sejenis yang secara mempermudah menemukan
persoalan.
sukarela mengadakan pertemuan dengan 3. Histogram  Mengetahui distribusi yang ada
teratur diluar jam kerjanya untuk melakukan  Menentukan persoalan
perbaikan-perbaikan metoda kerja dan kualitas  Memeriksa hasil
produk di tempat kerjanya(1). 4. Diagram  Menemukan kemungkinan
Ide pokok di dibalik kegiatan QCC Sebab Akibat penyebab persoalan
antara lain : (a) menghormati individu dan (Cause &  Persiapan untuk dibahas lebih
Effect lanjut
membangun suatu tempat kerja yang Diagram)
menyenangkan, (b) memperlihatkan 5. Diagram  Menemukan persoalan utama
kemampuan individu sepenuhnya, dan Pareto  Mempelajari dan mencari faktor
akhirnya mengGambarkan adanya yang berpengaruh.
kemungkinan yang tidak terbatas, (c)  Menunjukkan perbandingan
sebelum dan sesudah perbaikan.
menyumbangkan kepada peningkatan dan
6. Diagram Mempelajari dan mencari
pengembangan perusahaan. Tebar (Scatter hubungan suatu penyebab yang
Dalam menerapkan QCC ada beberapa unsur Diagram) paling berpengaruh.
posisi organisasi penting, yaitu : 7. Peta Kendali  Melihat perubahan data dari
1. Fasilitator : Seseorang yang bertanggung (Control waktu ke waktu
Chart)  Menunjukkan penyimpangan
jawab untuk mengkoordinir &
Batas Atas VS Batas Bawah.
mengarahkan kegiatan-kegiatan circle di  Menemukan persoalan
suatu departemen/divisi/cabang dan
berperan sebagai koordinator, katalisator, Metode Kaizen
pembaharu, pelatih, promotor dan Kaizen adalah cara mengerjakan orang
penghubung. agar bekerja cerdas dan memahami tujuan
2. Circle leader : Seseorang yang bertanggung pekerjaan yang sebenarnya. Karena itu
jawab untuk melancarkan dan karyawan berani untuk mempertanyakan setiap
mengefektifkan circle. unsur dari tugas atau operasi guna
3. Notulis : Seseorang yang bertanggung memaksimalkan efisiensi(4). Sehingga kita
jawab atas pencatatan hasil-hasil yang akan terus menerus mempertanyakan “apakah
dibicarakan selama circle berlangsung. ada cara yang lebih baik untuk mengerjakan
Langkah pertama yang perlu dilakukan hal itu” ?
untuk memulai bekerjanya dari tim QCC Dengan kaizen mungkin sekali suatu
adalah sebagai berikut : unsur pekerja dikurangi atau bahkan
1. Memilih pimpinan QCC dan untuk tahap dihilangkan sama sekali, agar memperoleh
pertama disarankan pimpinan formal (unit) hasil yang lebih baik. Untuk mengubah cara
sebagai pimpinan QCC. kerja, atau meniadakannya sama sekali, maka
2. Mengidentifikasi masalah (problem) di kita perlu mengetahui tujuan yang jelas dari
tempat kerja. suatu pekerjaan.
3. Mengadakan pertemuan secara berkala Gambar 1(5) memperlihatkan prinsip
untuk memecahkan masalah dengan payung kaizen yang menjiwai sistem
menggunakan teknik QC. manajemen yang berkembang di Jepang saat
4. Mengevaluasi hasil yang dicapai dan ini, seperti : TQC, QCC, Kanban System, Zero
mempresentasikan ke manajemen. Defect dan lain-lain. Dengan prinsip inilah
Untuk menunjang keberhasilan TQC perbaikan yang melibatkan semua orang di
digunakan 7 alat (seven tools) yang merupakan seluruh jajaran perusahaan dilaksankan
teknik untuk menganalisis problem yang berkesinambungan dan konsisten. Agar
dihadapi. Teknik-teknik tersebut mudah perbaikan dapat dijalankan terus menerus, para
dimengerti, karena digunakan oleh semua karyawan harus belajar bagaimana
tingkatan manajemen dalam perusahaan. Tujuh mengidentifikasi masalah dan memikirkan
alat tersebut ditunjukkan pada Tabel 1(3,6). solusi-solusi yang sesuai dengan penyebabnya.

115 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


KAIZEN

• Customer oriented • Kanban


• 5S • Quality improvement
• TQC • JIT

• Robotics • Zero defects

• QCC • Small group activities

• Automation • Cooperative labour


management relations
• •
Gambar 1. Payung Kaizen.

METODOLOGI PENELITIAN 3. Survey industri, yang meliputi :


Metode penelitian ini menggunakan a. Identifikasi masalah QC di bagian
metode studi kasus yang berkonsentrasi pada Battery Carbon
analisis historis, deskriptif dan tindakan. b. Pengamatan aliran proses produksi,
Penelitian historis diperoleh dengan cara inspeksi dan QC.
mengumpulkan, memeriksan dan c. Wawancara dengan bagian produksi,
mengevaluasi proses dan hasil produksi bagian QC impregnation, QC produk jadi.
baterei karbon PT. I. Sedangkan penelitian d. Mendokumentasi kondisi awal sebelum
deskriptif bertujuan untuk mengetahui akar dan rencana perbaikannya.
penyebab terjadinya kerusakan produk baterai e. Meneliti faktor-faktor penyebab
karbon. Selanjutnya dengan penelitian kerusakan produk, yaitu : (1)
tindakan diharapkan dapat diketahui dan bahan/material, (2) produk jadi, (3)
ditanggulangi penyebabnya sehingga kualitas operator, (4) mesin & peralatan, (5)
produk baterai karbon dapat lebih ditingkatkan metode kerja, (6) lingkungan kerja (5S).
lagi melalui upaya pengembangan kemampuan f. Pemeriksaan dokumen-dokumen quality
dan ketrampilan para karyawannya. system : (1) check sheet, (2) laporan
Beberapa pendekatan yang digunakan produksi dan QC.
untuk pengambilan data primer dan sekunder g. Meneliti alat ukur QC yang digunakan
adalah melalui aplikasi metode pengendalian secara visual dan laboratorium.
kualitas terpadu di PT. I, dengan cara : (1) h. Memberikan/menyerahkan kuesioner
studi literatur dari berbagai terbitan, (2) diskusi yang diperlukan untuk analisis QC.
dengan operator, supervisor, manajer
perusahaan dan tenaga ahli quality control. 4. Pengolahan dan analisis data.
Sebagai kode etik penulisan dalam 5. Pembahasan dan evaluasi
tulisan ini, nama perusahaan yang menjadi 6. Pembuatan laporan.
objek penelitian hanya disebutkan inisialnya
saja dengan singkatan PT. I.
Langkah-langkah diagnosis yang
dilakukan pada PT. I adalah sebagai berikut :
1. Kajian kepustakaan yang berkaitan dengan
metode pengendalian mutu (Quality
Control).
2. Pembuatan kuesioner dan daftar pertanyaan
dalam rangka persiapan survey industri.

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 116


 95% merupakan bahan baku impor
HASIL DAN PEMBAHASAN mengakibatkan lead time yang relatif
Kondisi Saat Ini Perusahaan panjang dan perlu stock.
PT. I dipegang oleh Daiichi Carbon  Harga bahan baku berfluktuasi;
Co.,Ltd., Yokohama, Jepang sebagai share  Sudah bisa melakukan cost down
holder terbanyak yang memproduksi berbagai (25%) dengan mengganti bahan bakar
gouging carbon dan / atau ARC Carbon. PT. I minyak (BBM) menjadi gas (LNG =
memproduksi elektroda karbon yang dipakai Liquid Natural Gasses) dengan
pada baterai/elemen kering dan juga mengganti semua sistem yang
memproduksi gouging carbon, medical berkaitan dengan proses pemanasan
carbon, cinema carbon, gear carbon, treatmen yang dipakai untuk keperluan proses
carbon yang memiliki rupa ataupun spesifikasi produksi.
yang berbeda dengan elektroda karbon untuk b. Proses produksi
battery.  Produksi dilakukan berdasarkan Job
Dari jumlah produksi total elektroda To Order (JTO) namun tidak secara
karbon untuk dry cell battery, perusahaan murni karena masih ada stok bahan
mengekspor 75% ke berbagai negara seperti baku dan produk jadi. Konsumen
Brazil, Colombia, Guatemala, Pakistan, order pesanan dengan ukuran
Filippina, China, India, Sri Lanka, Vietnam, diameter dan panjang batang karbon
Kenya, Egypt, Mali, Senegal, Cameroon, yang berbeda untuk masing-masing
Tunisia, Marocco, Iran dan lainnya. Dan 25% yang berkaitan langsung dengan
untuk dijual di Indonesia, Panasonic Battery, setting dies mesin.
Energizer battery dan ABC Battery.  Return material yang bisa diproses
Untuk produksi total gouging carbon produksi ulang (logikanya
perusahaan mengekspor hampir 100% ke luar seharusnya tidak terjadi loss
negeri dan banyak digunakan untuk keperluan material).
pabrik baja dan sinema. Kapasitas produksi  Alur proses produksinya mengalir
elektroda karbon = 4,5 milyar pieces per tahun. dengan waktu proses yang relatif
Kapasitas produksi gouging carbon = 12 juta panjang (dalam hitungan hari).
pieces per tahun. Proses produksi ada yang telah
Berdasarkan hasil survey di PT. I, maka terotomatisasi, campuran dan
kondisi saat ini perusahaan dapat diuraikan manual.
sebagai berikut:
 Kapasitas terpakai baru 2/3 dari total
1. Perusahaan sudah berpengalaman dalam
kapasitas Baking Kiln terpasang.
memproduksi baterai karbon sebagai
c. Pasar
produk utama selain special karbon. Lokasi
 Mempunyai tingkat pemahaman
pabrik berada dalam satu kawasan industri
yang tinggi atas karakteristik pasar
sedangkan kantor pusat yang membidangi
yang punya jumlah pesaing terbatas
bagian keuangan dan pemasarannya berada
walaupun juga muncul pesaing-
di jakarta. Hal ini berhubungan dengan
pesaing baru (hal ini berkaitan
pemisahan struktur organisasi perusahaan
dengan besarnya ukuran kue pangsa
antara bagian produksi dengan bagian
pasar yang cenderung turun) dan
pemasaran dan keuangan.
pasar utamanya adalah negara-negara
2. Karakteristik unik untuk bahan baku dan
berkembang.
bahan bakar, proses produksi, pasar produk
 PLC (Product Life Cycle) datar dan
baterai karbon adalah sebagai berikut :
cenderung turun terhadap 3 jenis
a. Bahan baku dan bahan bakar
produk batere carbon ukuran 4 mm,
 Biaya paling besar diserap untuk
6 mm dan 8 mm.
keperluan pengadaan bahan baku dan
 Adanya produk substitusi sebagai
bahan bakar.
salah satu ancaman.
 Bahan baku memakai turunan batubara
 Melakukan kerja sama dengan pihak
(berbentuk serbuk) dan turunan aspal
ke-3 dalam hal ekspor (Marble, Co –
sebagai bahan baku utama yang sudah
Japan).
memenuhi standar JIS.

117 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


3. Aliran kebijakan perusahaan yang lebih Penggunaan QC Seven Tools
mengarah ke pola top-down. Kasus NG di bagian finished good
4. Visi dan misi perusahaan hanya berada untuk produk battery carbon di PT. I sudah
pada level Top Management sedangkan diketahui ± 5 %. Namun return NG di masing-
yang disosialisasikan berupa kebijakan masing proses bagian produksi belum
perusahaan menyangkut kualitas, keamanan dilakukan pencatatan hasil inspeksi secara rinci
dan lingkungan; (angka-angkanya) dan pengendaliannya
5. Adanya hubungan baik antara pihak terhadap faktor-faktor penyebab (mesin,
perusahaan dengan karyawan misalnya material, orang, cara kerja dan lingkungan
menyangkut JPK – Jaminan Pemeliharaan kerja) dan jenis kerusakan (a) crack (luar dan
Kesehatan – Mandiri, penghargaan The dalam), (b) chipping, (c) pinhole, (d) gucha
Best Employee of The Year kepada (budug), (e) carbon miring, (f) kebocoran
karyawan, tour serta hubungan baik dengan karbon, (g) bengkok, dll.
masyarakat sekitar. Selain itu perusahaan Untuk menurunkan produk NG di PT.
juga memberikan kebebasan kepada setiap I belum dilakukan analisis penanganan dan
karyawan untuk berkspresi mengeluarkan pencegahan yang optimal. Sehingga diperlukan
pikiran dan pendapat dalam bentuk slogan sistem pengendalian mutu (QC) pada proses
dan kebebasan berorganisasi. yang berpengaruh terhadap kerugian yang
6. Penerapan 5S (atau menurut istilah timbul (in-efisiensi). Seperti : besarnya biaya
perusahaan 6S) belum maksimal terutama yang diperlukan untuk return NG untuk
mulai dari ware house ke cutting diamond. pemakaian listrik, gas, tenaga kerja, mesin
7. Adanya morning briefing tiap pagi selama 5 yang digunakan, dll.
menit; Oleh karena itu arah perbaikannya
8. Kondisi di dalam gedung pabrik dan mesin adalah memperkenalkan metode kaizen untuk
peralatan yang sudah tua (menyangkut pengendalian mutu NG tertinggi produksi
kondisi lantai , ventilasi, pencahayaan, garis bermasalah di bagian battery carbon dengan
batas area produksi, kebisingan, bau) alat QC seven tools. Dilihat dari faktor-faktor
berisiko bagi kesehatan dan K3, ada proses- penyebab dan jenis kerusakannya.
proses yang perlu diberi perhatian Untuk melakukan analisis mengenai QC
(perbaikan) lebih yaitu mulai dari ware di PT. I dilakukan kunjungan lapangan dengan
house ke cutting diamond. Tingkat meneliti hal-hal sebagai berikut :
kesadaran karyawan untuk memakai 1. Pengamatan aliran proses produksi, inspeksi
perangkat keselamatan kerja masih perlu dan QC.
ditingkatkan. 2. Faktor-faktor penyebab kerusakan produk,
9. Kebijakan perusahaan atas ISO didasarkan yaitu : (1) bahan/material, (2) produk jadi,
pada pemahaman bahwa yang perlu adalah (3) operator, (4) mesin & peralatan, (5)
penerapannya dan masalah sertifikasinya metode kerja, (6) lingkungan kerja (5S).
disesuaikan dengan tuntutan konsumen. 3. Dokumen-dokumen quality system : (1)
Perusahaan sudah mampu memenuhi check sheet, (2) laporan produksi dan QC.
standar audit konsumen dengan baik. 4. Alat ukur QC yang digunakan secara visual
10. Space pabrik tidak memadai untuk dan laboratorium.
meletakkan work in process produk (ada Hasil survey di PT. I pada tahun 2011
lokasi peletakan yang berantakan) bahkan diketahui bahwa setiap bulannya membuat
banyak yang diletakkan di luar pabrik. puluhan ribu pcs battery produk (size).
11. Perusahaan menerapkan FIFO tetapi masih Sehingga diperlukan pengendalian mutu oleh
masih memiliki kendala dalam peletakkan bagian QC agar memenuhi standar yang
material baik menyangkut kualitas pallet ditetapkan para customer (buyer) baik untuk
maupun metode penyimpanan yang lokal maupun eksport, seperti : Everedy
berkaitan dengan indeks aktifasi; Battery, ABC Battery, Panasonic Battery,
12. Adanya rencana mengadakan pelatihan Energiser dll. Adapun data hasil produksi di
produksi dan preventive maintenance. bagian Battery Carbon, ditunjukkan pada
Gambar 2.

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 118


Jumlah produksi (million pcs) 2500 2270
Untuk mengetahui NG tertinggi
produksi bermasalah PT. I sudah
2000
menggunakan sebagian alat dari QC Seven
1500 Tools, yaitu lembar pengumpul data (check
1000 800 sheet) dan stratifikasi. Namun alat QC lainnya
360
belum digunakan. Untuk lebih jelasnya
500 240
25 5 penerapan QC Seven Tools di PT. I adalah
0 sebagai berikut :
R R R R R SM
25 20 14 6 03
(F
)
(D
)s
/R
12
(A
A)
/R
01
or
la
1. Lembar Pengumpul Data (Check Sheet)
si iz C si (A rg
ze e siz
e
ze AA
)s
er
si
ze
Check sheet merupakan alat bantu untuk
iz
e memudahkan pengumpulan data. Bentuk
Jenis produk dan isinya disesuaikan dengan kebutuhan
perusahaan. Sebagai contohnya dapat
Gambar 2. Hasil produksi perusahaan
dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.
Lembaran check sheet ini dapat digunakan
Dari hasil produksi battery carbon untuk melakukan pemeriksaan secara
yang dibuat tersebut, dilakukan pemeriksaan rasional dengan melakukan pengumpulan
terhadap prosentase NG tertinggi pada bulan data yang sederhana melalui pemberian
Mei 2011 dari ke 3 (tiga) jenis produk (size) tanda-tanda yang sederhana pula, sehingga
tertinggi yang dibuatnya, seperti ditunjukkan data-data yang ada akan lebih mudah untuk
pada Gambar 3. diolah, khususnya dalam pencatatan produk
defect atau reject.
Pada Tabel 2 dapat diketahui bahwa dari ke
5 jenis NG ternyata inside crack menduduki
15% peringkat tertinggi NG (dengan jumlah
9%
2.651 kg) dan produk R6 (Ø 4mm) (2.600
kg).
76%
Tabel 2. Check sheet NG tertinggi produksi
bermasalah (Mei 2011)
Produk Quantity
No Customer
(size) Pcs Kg
Gambar 3. Prosentasi NG produksi perusahaan 1 PGBI/Chung R6 210.240 2.270
Pak HK
Keterangan : 2 HI-WATT 4 x 46.9 630.720 630
1. R6(4 MM) = 76 % 3 Pinaco 4 x 47 420.480 420
2. R03 (3 MM) = 9 %
4 DMJ R20 140.160 480
3. R20 (8 MM) = 15 %
5 Mill Pakistan R 20 80.300 401
Selanjutnya setelah diketahui data 6 PGBI 8 x 57 24.000 240
produksi NG tertinggi produksi bermasalah di 7 Chung 3 x 42 600.600 299
Bagian Battery Carbon, maka prioritas utama Pak/HK
dalam pengendalian mutu adalah pada produk Total 3.316.100 4.670
NG dari jenis produk R6(4MM) adalah sebesar
Tabel 3. Check sheet data jenis terjadinya NG
76%. Yang selanjutnya dilakukan pemeriksaan
produk
terhadap jenis-jenis kerusakannya. No. Jenis NG Jumlah Produk Jumlah
Di dalam penerapan QC Seven Tools (kg) (size) (kg)
di bagian Battery Carbons PT. I, diperlukan 1 Inside 2.651 R6 (4 2.600
data jumlah produk NG tertinggi berdasarkan crack MM)
jenis kerusakannya. Namun karena ketebatasan 2 Miring 210 R 03 (3 299
waktu data yang diperoleh, maka data yang MM)
digunakan adalah data yang diperoleh bulan 3 Resistance 299 R 20 (8 521
Mei 2011. Diharapkan perusahaan dapat tinggi MM)
menggunakan metode QC Seven Tools sebagai 4 Pendek 140 - -
usaha dalam perbaikan atau kaizen terhadap 5 Budug 120 - -
NG tertinggi produksi bermasalah. (gucha)

119 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


2. Stratifikasi
Stratifikasi adalah menguraikan atau Setelah diketahui jumlah produksi yang
mengklasifikasikan persoalan menjadi bermasalah (NG) dari pesanan (buyer)
kelompok atau golongan sejenis yang lebih PGBI/Chung Pak HK berdasarkan data
kecil. Dalam diagnosis ini diuraikan bulan 1 Mei 2011, selanjutnya prioritas
menurut : (a) jenis NG, (b) produk atau size, pengendalian mutu difokuskan pada NG
dan (c) prosentase NG yang paling dominan produk yang mempunyai penyebab paling
di Bagian Battery Carbon berdasarkan tinggi. Lebih jelasnya ditunjukkan pada
catatan tanggal 1 Mei 20011. Pada Tabel 3 Tabel 5 dan Gambar 4.
dapat diketahui contoh stratifikasi kasus Berdasarkan Gambar 4, terlihat bahwa NG
jenis penyebab NG dan produk (size) yang tertinggi produksi bermasalah adalah yang
paling dominan dari produksi bermasalah : disebabkan oleh inside crack, dimana rasio
(a) 5 (lima) jenis NG dan (b) 3(tiga) produk persentasenya 78 %. Oleh karena itu maka
atau size-nya. selanjutnya akan diselidiki penyebab
Pada Tabel 4 diperlihatkan jenis NG inside adanya inside crack pada size R6 (4 MM)
crack dilihat dari prosentase yang paling di bagian masing-masing proses Battery
dominan, yaitu 78% sehingga menjadi Carbon karena memiliki persentase terbesar
prioritas pertama penanggulangan masalah. dan menjadi masalah utama.

Tabel 4. Stratifikasi kasus Jenis NG dan produk Tabel 5. Data prosentase jenis NG dan produk
yang paling dominan No. Jenis NG Prosentase Produk Prosentase
No. Jenis Prosentase Produk Prosent- (%) (size) (%)
NG (%) (size) ase (%) 1 Inside 78 R6 (4 76
1 Inside 78 R6 (4 76 crack MM)
crack MM) 2 Resistance 9 R 20 (8 15
2 Miring 6 R 03 (3 9 Tinggi MM)
MM) 3 Miring 6 R 03 (3 9
3 Resistan- 9 R 20 (8 15 MM)
ceTinggi MM) 4 Pendek 4 - -
4 Pendek 4 - - 5 Budug 3 - -
5 Budug 3 - -
(gucha)
Catatan : Jenis NG lainnya : (a) 100 100
chipping/gompal, (b) pinhole, karbon miring, (c) 78
Prosentase NG (%)

80 80
diameter kecil, (d) banyak wax,(e) B.Strength
rendah. 60 60

40 40
3. Diagram Pareto
Diagram pareto adalah diagram yang 20 9 6
20
4 3
merupakan gabungan antara grafik batang
0 0
yang diurutkan sesuai dengan besarnya Inside Resistance Miring Pendek Budug
jumlah kasus, nilai dan grafik garis yang crack Tinggi
berupa jumlah kumulatif dari hasil Jenis NG
klasifikasi permasalahan di lapangan untuk
masing-masing penyebab dan fenomena Gambar 4. Diagram pareto prosentase NG pada
masalahnya. produk (size) R6 (4 MM).
Penetapan target di PT. I perlu
menggunakan alat QC Seven Tools, yaitu 4. Histogram
diagram pareto. Kegunaannya adalah selain Tabel histogram digunakan untuk
untuk menunjukkan secara grafis jenis NG menemukan masalah atau penyimpangan
yang menjadi masalah utama yang perlu dari target. Berikut ini diperlihatkan contoh
menjadi prioritas penanggulangan juga dari histogram untuk cutting T Carbon yang
dapat digunakan untuk menunjukkan telah dibuat oleh PT. I.
perbandingan sebelum dan sesudah
perbaikan.

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 120


Tabel 6. Data pengukuran panjang pada cutting T Carbon
Length mm (n =100)
No
2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 2,72 3,40 4,69 5,98 6,56 7,06
2 2,96 3,29 4,43 5,66 6,05
3 2,74 3,40 4,16 5,24 6,69
4 2,92 3,24 4,30 5,74 6,60
5 2,54 3,28 4,06 5,20 6,12
6 2,33 3,97 4,07 5,53 6,04
7 2,50 3,71 4,90 5,69 6,15
8 2,58 3,51 4,44 5,06 6,20
9 3,73 4,79 5,80 6,43
10 3,45 4,82 5,73 6,84
11 3,77 4,06 5,15 6,07
12 3,02 4,79 5,97 6,06
13 3,62 4,18 5,97
14 3,51 4,04 5,24
15 3,98 4,44 5,95
16 3,61 4,16 5,15
17 3,24 4,73 5,51
18 3,80 4,02 5,71
19 3,85 4,57 5,69
20 3,90 4,00 5,33
21 3,06 4,00 5,37
22 4,79 5,36
23 4,89 5,57
24 4,86 5,90
25 4,26 5,91
26 4,85 5,20
27 4,87 5,43
28 5,46
29 5,78
30 5,19
31 5,51

Total 8 21 27 31 12 1
% 8% 92 % 0%
Spec Max.10 % Min 80 % Max 10 % Result
OK

35
30
25
Unit (%)

20
15
10
5
0
2mm 3mm 4mm 5mm 6mm 7mm 8mm 9mm 10mm
% 8 21 27 31 12 1 0 0 0
Length (mm)

Gambar 5. Histogram data cutting T Carbon

121 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


5. Peta Kendali (Control Chart) 6
eta kendali kegunaannya adalah untuk
5.8
mendeteksi adanya ketidak wajaran dalam 5.73
suatu proses. Hal itu dapat diketahui dengan 5.6

memplotkan data-data hasil pengolahan 5.4 5.34


5.21 5.44

Tingkat prosentase rusak (%)


5.3 5.2 5.21 5.19
kedalam peta kontrol. Jika ada data yang 5.2 5.28 5.23 5.18 GT
terletak diluar peta kontrol berarti ada 5.17
5 p(%)
ketidak wajaran dalam proses tersebut.
4.82 BKA
Sebagai contoh dalam diagnosis ini 4.8
4.72
4.8 4.79 4.79 4.81 (%)
4.7
digunakan Peta Kendali p dengan 4.6
menggunakan data yang diperoleh di PT. I, 4.4
4.34
4.32
yaitu :jumlah inspeksi dan jumlah NG pada
4.2
bulan Januasri s/d Juli 2011. Peta Kendali p
yang digunakan adalah peta p mengingat 4

jumlah produk yang diinspeksi tiap-tiap 1 2 3 4 5 6 7


Bulan
bulannya tidak sama.
Setelah Batas Kontrol Atas (BKA) dan
Gambar 6. Peta Kendali p produk jadi.
Batas Kontrol Bawah ditentukan. Kemudian
Peta Kendali p dapat diGambarkan, seperti
6. Diagram Sebab Akibat (Cause & Effect
ditunjukkan pada Gambar 6 dengan cara
Diagram)
menplotkan data-data pada Tabel 7.
Untuk menanggulangi NG produk (size) R6
Rumus yang digunakan dalam pembuatan
(4 mm) maka dianalisis faktor-faktor yang
peta kendali p adalah sebagai berikut :
menjadi penyebabnya, yaitu dilihat dari :
(1) Metode yang digunakan, (2) Manusia
1) P= jumlahcacat

 pn dan (3) Mesin/Peralatan. Oleh karena itu
jumlahyangdiinspeksi  n dalam menganalisis sebab akibat yang
berpengaruh terhadap NG tersebut faktor-
2) Garis Tengah = p faktor tersebut perlu diperhatikan, seperti
3) Batas Kontrol : BKA /BKB ditunjukkan pada Gambar berikut. Dari
p (1  p )
analisis sebab akibat kemudian ditentukan
(UCL/LCL) = p
n cara-cara penanggulangannya, sehingga
diupayakan dapat menghilangkan atau
Tabel 7. Batas-batas peta kontrol p mengurangi kerusakan. Adapun cara-cara
produk jadi rencana penanggulangan dan
Bulan Jumlah Jumlah P BKA BKB penanggulangannya dapat dilihat pada
inspeksi NG (%) (%) (%) Tabel 7.
Januari 55075 2952 5.36 5.28 4.72
Februari 48500 2780 5.73 5.3 4.7
Maret 105925 4584 4.33 5.2 4.8
April 100365 4340 4.32 5.21 4.79
Mei 96080 5029 5.23 5.21 4.79
Juni 132405 7203 5.44 5.18 4.82
Juli 116080 6003 5.17 5.19 4.81
Total 654430 32891 - - -

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 122


C A R A K E R JA M A N U SIA

Q ty l ot te r la lu K u r a n g p e r h a t ik a n k e s . k e r ja
b an ya k

A t t it u d e /S ik a p B a tt e ry
S aa t
p ro d u k s i C a rb o n
l a l a i/ k u r a n g d is i p l in C ra k
B e n tu r a n s er i n g
t er j a d i

(- ) S t a n d a r w a k t u & ja m k o m p o s is i k a n d u n g a n
p e m a k a i a n m e s in C am p uran
b a h a n kuran g K u ran g
M a in t e n a n c e m era ta
B ah a n b ak u
P an a s (- ) j a d w a l p e s a n b e lu m s t a n d a r
s p ar e p a r t Ad onan
S iru l a s i P ros es A la t
ud ar a ex tru d e r P ro s e s u ku r
c e n t e r le s s K a n d u n g a n a ir
k ot o r A s m ac e t S cr e w K al ib r a s i tid a k s ta n d a r
aus G e t ar a n c o n v e y o r in t e r n
tid a k n o r m a l
L IN G K U N G A N KE R JA M AC HINE/ALA T M A T E R IA L

Gambar 7. Diagram sebab akibat

Tabel 8. Cara penanggulangan NG tertinggi produksi bermasalah


Target Penanggulang
No. Masalah Cara Penanggulangan
(Waktu) Jawab
1. Inside Crack Screw pada proses ekstruder direpair sesuai September 2011 Maintenance dan
jadwal preventif maintenance, yang meliputi : produksi
 Standar waktu pemakaian mesin.
 Standar jam pemakaian
 Jadwal pemesanan suku cadang terencana.
Getaran conveyor di proses centerless harus
menggunakan standar vibrasinya untuk masing-
masing size produksi yang berbeda. QC
Kalibrasi alat ukur/uji oleh lembaga independent
(KAN)
Operator harus mempunyai kualifikasi standar
kompetensi berbasis CBT. Sehingga attitude, QC
(kedisiplinan, motivasi kerja, keselamatan kerja)
kompeten.
Dilakukan QC secara ketat untuk penentuan
komposisi bahan baku yang akan dipakai dalam QC
proses produksi.
Dilakukan pencampuran secara homogen dengan
pemakaian jumlah air sesuai standar.
Quantity lot harus disesuaikan standar dan
operator perlu kehati-hatian dalam penyusunan QC dan Produksi
produk kedalam basket.
Perlu sirkulasi udara yang cukup (ventilasi) dan
perlu penerapan 5S berkesinambungan Produksi

123 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013


7. Diagram Pencar (Scatter Diagram)
5000000
Diagram ini dipakai untuk melihat korelasi 4500000
(hubungan) dari suatu penyebab atau faktor 4000000
yang kontinu terhadap suatu karakteristik 3500000
kualitas atau faktor yang lain. Langkah- 3000000

Rp
2500000
langkah untuk membuat scatter diagram 2000000
adalah : 1500000
Dalam diagnosis ini diagram pencar tidak 1000000
500000
dapat dibuat karena data yang diperoleh 0
tidak lengkap. Inside crack Miring Budug(gucha)

Usulan Kaizen Jenis NG


Pada Gambar 8 diperlihatkan
Before Kaizen = Rp. 4418300 After Kaizen = (Rp) 2209150
penurunan biaya NG inside crack sebelum dan
sesudah perbaikan. Biaya inside crack pada Gambar 8. Penurunan biaya NG akibat inside crack
bulan ini sekitar Rp. 5 Juta (100% NG) dan (hasil kaizen)
apabila dilakukan kaizen dan turun NG-nya
menjadi 50%, maka dapat menghemat sekitar KESIMPULAN DAN SARAN
Rp. 2,5 juta/bulan. Berdasarkan hasil penelitian yang
Untuk mencapai kepuasan pelanggan telah dilakukan terhadap PT. I, maka didapat
(konsumen) yang menjadi mitra usahannya, beberapa kesimpulan dan saran-saran sebagai
maka PT. I disarankan untuk terus melakukan berikut :
perbaikan (improvement) terhadap 1. Pengendalian mutu NG tertinggi produksi
permasalahan-permasalahan yang bermasalah dilakukan untuk dilakukan
mempengaruhi mutu produk yang dihasilkan. penanggulangan NG inside crack di bagian
Usulan kaizen peneliti adalah sebagai berikut : battery carbon PT. I.
1. Lakukan preventive maintenance terhadap 2. Sebagai upaya peningkatan kepuasan
screw aus di mesin extruder, yang meliputi konsumen, PT I menerapkan metode QC
: standar waktu & jam pemakaian mesin seven tools, meliputi : (1) check sheet, (2)
serta jadwal pemesanan/repair suku cadang. stratifikasi, (3) pareto diagram, (4)
2. Analisa vibrasi di conveyor untuk histogram, (5) control chart, (6) fish bone
mengetahui standar kenormalan getaran diagram, (7) scatter diagram.
masing-masing pada produk (size). 3. Perlu dilakukan pencatatan hasil inspeksi
3. Kalibrasi alat ukur/uji kepada lembaga secara rinci (angka-angka) return NG di
yang independent (KAN). masing-masing proses produksi.
4. Melakukan standar kompetensi berbasis 4. Perlu dilakukan pencatatan data hasil
CBT untuk operator. inspeksi secara rinci di masing-masing
5. QC secara ketat untuk campuran komposisi bagian produksi (data jenis & penyebab)
bahan baku dan pemakaian jumlai air sesuai dan keluhan customer (buyer) agar dapat
standar. dilakukan analisa penyebab dan
6. Quntity lot di basket sesuai standar dan perbaikannya. Sehingga tidak terjadi
kehati-hatian operator agar tidak terjadi kesalahan yang sama berulang.
benturan.
7. Ventilasi udara yang cukup dan penerapan
5S yang berkesinambungan.

METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013 124


DAFTAR PUSTAKA 5. Imai Masaaki, 1986., Kaizen : The Key to
1. Anonim, 2000., Pedoman Astra Total Japan’s Competitive Success, Random
Quality Control (ATQC), Diktat, Astra, House, Inc.
Jakarta. 6. Vincent, Gaspersz, 1988., Statistical
2. Tresna P. Sumarno, 1995., Total Quality Process Control ; Penerapan Teknik-
Management, Majalah Usahawan, FE - UI, Teknik Statistikal Dalam Manajemen
No. 11/TH XXIV dan No. 12/TH XXIV, Bisnis Total, Penerbit Gramedia Pustaka
Jakarta. Utama, Jakarta.
3. Hafid, 2008, Analisa Mutu Produk 7. Akira Hatta, 2004., Production Control,
Komponen Otomotif Untuk Peningkatan Penerbit IDKM, Pusdiklat Indag. Dan
Daya Saing Perusahaan, Jurnal Metal JICA, Jakarta.
Indonesia, Vol.030/2008, Balai Besar 8. Toyota Astra Motor (TAM), 2006., Materi
Logam Mesin, Bandung. Training 5R, Human Resources Division,
4. Anonim, 1995., Mencapai Ekselensi Jakarta.
Dengan Kaizen Teian, Majalah 9. Dikdik Gunantara, 2002, Aplikasi Metode
Manajemen, ISSN : 0216-1400, No. 98 QFD Dalam Peningkatan Mutu Produk
Edisi Maret-April, Jakarta. Cylinder Liner, Vol.024/2002, Balai Besar
Logam Mesin, Bandung.

125 METAL INDONESIA Vol.35 No.2, Desember 2013

You might also like