You are on page 1of 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sistem saraf tepi menuju efektor yang berfungsi sebagai pencetus jawaban akhir.
Jawaban yang terjadi dapat berupa jawaban yang dipengaruhi oleh kemauan (Volunter)
dan jawaban yang tidak dipengaruhi oleh kemauan (Involunter). Meningitis tergolong
penyakit serius dan bisa mengakibatkan kematian. Penderita meningitis yang bertahan
hidup akan menderita kerusakan otak sehingga lumpuh, tuli, epilepsi, retardasi mental.
Penyakit meningitis dan pneumonia telah membunuh jutaan balita di seluruh dunia. Data
WHO menunjukkan bahwa dari sekitar 1,8 juta kematian anak balita di seluruh dunia
setiap tahun, lebih dari 700.000 kematian anak terjadi di negara kawasan Asia Tenggara
dan Pasifik Barat.
Ada tiga bakteri penyebab meningitis, yaitu Streptococcus pneumoniae,
Haemophilus influenzae tipe b, dan Niesseria meningitides. Dari ketiga bakteri itu,
Streptococcus pneumoniae (pneumokokus) adalah bakteri yang paling sering menyerang
bayi di bawah usia 2 tahun. Masa inkubasi (waktu yang diperlukan untuk menimbulkan
gejala penyakit) kuman tersebut sangat pendek yakni sekitar 24 jam. Bakteri
pneumokokus adalah salah satu penyebab meningitis terparah. Penelitian yang
diungkapkan konsultan penyakit menular dari Leicester Royal Infirmary, Inggris, Dr
Martin Wiselka, menunjukkan bahwa 20-30 persen pasien meninggal dunia akibat
penyakit tersebut, hanya dalam waktu 48 jam. Angka kematian terbanyak pada bayi dan
orang lanjut usia. Pasien yang terlanjur koma ketika dibawa ke rumah sakit, sulit untuk
bisa bertahan hidup. Infeksi pneumokokus lebih sering terjadi pada anak dibanding orang
dewasa karena tubuh anak belum bisa memproduksi antibodi yang dapat melawan bakteri
tersebut. Sebanyak 50 persen pasien meningitis yang berhasil sembuh biasanya menderita
kerusakan otak permanen yang berdampak pada kehilangan pendengaran, kelumpuhan,
atau keterbelakangan mental. Komplikasi penyakit tersebut akan timbul secara perlahan
dan semakin parah setelah beberapa bulan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari meningitis ?
2. Bagaimana penyebab terjadinya meningitis ?
3. Apa saja tanda dan gejala dari meningitis ?
4. Apa saja klasifikasi dari meningitis?
5. Bagaimana patofisiologi meningitis ?
6. Bagaimana WOC meningitis?
7. Apa saja Pemeriksaan diagnostik penyakit meningitis ?
8. Bagaimana penatalaksanaan medis untuk klien meningitis ?
9. Bagaimana Komplikasi penyakit meningitis ?
10. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien yang mengalami meningitis ?
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengatahui asuhan keperawatan manigitis .
2. Tujuan khusus
a) Dapat mengetahui pengertian dari meningitis.
b) Mengetahiu penyebab terjadinya meningitis.
c) Dapat memahami tanda dan gejala dari meningitis.
d) Dapat mengatahui dan menjelaskan patofisiologi meningitis.
e) Mengatahui Pemeriksaan diagnostik penyakit meningitis.
f) Untuk memahami Komplikasi dari penyakit meningitis.
g) Dapat mengetahui bagaimana penatalaksanaan medis untuk klien meningitis.
h) Dapat mengetahui asuhan keperawatan pada klien yang mengalami meningitis.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Meningitis adalah Peradangan pada susunan saraf, Radang umum pada araknoid
dan piameter, disebabkan oleh bakteri, virus, riketsia atau protozoa, yang dapat terjadi
secara akut dan kronis (Arief Mansjoer : 2000)
Meningitis adalah peradangan yang hebat pada selapus otak.Peradangan itu
mungkin terjadi sesudah serangan otitis media,radang mastoid,abses otak ,malahan
radang tonsil. Sesuatu retak pada tengkorak atau suatu luka kepala yang menembus
mungkin mengakibatkan radang selaput otak (Clifford R Anderson : 1975)
Meningitis adalah Infeksi akut pada selaput meningen (selaput yang menutupi
otak dan medula spinalis). Infeksi ini dapat disebabkan oleh : Bakteri, seperti
pneumococcus, meningecoccus, stapilococcus, streptococcus, salmonella, dll. Virus,
seperti Hemofilus influenza dan herpes simplex (Depkes : 1995)
Meningitis / Radang selaput otak adalah Infeksi pada cairan serebrospinal (CSS)
disertai radang pada pia dan araknoid; ruang subaraknoid, jaringan superficial otak dan
medulla spinalis, kuman-kuman dapat masuk ke setiap bagian ruang subaraknoid dan
dengan cepat sekali menyebar ke bagian yang lain, sehingga leptomening medulla
spinalis terkena. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa meningitis selalu merupakan
suatu proses serebrospinal (Harsono : 1996)

B. Anatomi fisiologi otak


a. Meningen
Meningen adalah ketiga lapisan jaringan ikat non neural yang menyelubungi otak
dan medulaspinalis, berindak sebagai peredam syok atau “syok absosber” dan
berisikan cairan serebrospinalis. Cairan serebospinalis ditemukan pada sistem
ventrikel dan rongga sub arakhnoid. Ketiga lapisan meningen terdiri dari :
1. Duramater atau Dura (pakimenings)
Duramater merupakan lapisan terluar meningen, berupa membran yang
padat, kuat dan tidak lentur. Berlapis dua sekitar otak dan berlapis satu sekitar
medulla spinalis. Lapisan luar bertindak sebagai periosteum dan terikat kuat pada
tulang. Lapisan dalam terdapat dalam rongga subdural. Lapisan dalam duramater
terpisah dari lapisan luar tempat terbentuknya sinus dura.
2. Arakhnoid
Arakhnoid adalah lapisan tengah dari meningen yang avaskular, rapuh,
tipis dan transparan. Seperti halnya dengan duramater, menyebrangi sulki dan
hanya menuju kedalam fisura-fisura utama saja. Dari membran arakhnoid banyak
trabekula halus menjurus kearah pia sehingga memberi gambaran sebagai sarang
laba-laba.
Lapisan luar arakhnoid terdiri dari sel yang menyerupai endotel disebut
sebagai meningotelial atau sel arakhnoid. Inti sel-sel tersebut tersusun dalam
lapisan tunggal, ganda atau multipel menghadap kearah rongga sub dural. Lapisan
dalam arakhnoid dan trabekula ditutup oleh sel mesotelial yang dapat
memberikan respon terhadap berbagai rangsangan dan dapat membentuk fagosit.
Granulasi arakhnoid adalah proyeksi pia-arakhnoid yang masuk kedalam
sinus sagitalis superior. Granulasi ini disebut juga badan pacchioni, masing-
masing terdiri dari sejumlah villi arakhnoid yang berfungsi sebagai katup satu
arah yang melewatkan bahan-bahan dari cairan serebrospinal masuk kedalam
sinus-sinus.
3. Piamater atau Pia (Leptomenings)
Piamater adalah lapisan meningen terdalam yang melekat erat dengan
jaringan otak dan medulla spinalis, yang mengikuti setiap kontur (sulki dan fisura)
sambil membawa pembuluh darah kecil yang memberi makanan pada jaringan
saraf dibawahnya.
Membran pia-glial dibentuk oleh eritrosit “end feet” yang berakhir di pia.
Piamater nampaknya berperan sebagai barrier atau penghalang masuknya benda-
benda dan organisme yang dapat merusak.
b. Rongga Sub Arakhnoid
Rongga sub arakhnoid merupakan rongga leptomeningeal yang terisi cairan
serebrospinal. Semua pembuluh darah, saraf otak serta medulla spinalis melewati
cairan tersebut, sehingga bilamana terjadi infeksi pada rongga ini, maka pembuluh
darah dan saraf dapat terkena proses peradangan. Arteritis dan flebitis dapat
menyebabkan iskemi atau nekrosis jaringan otak.
Rongga sub arakhnoid tidak berhubungan dengan rongga sub dural, karena itu
leptomeningitis tidak menyebar kedalam rongga sub dural kecuali pada meningitis
oleh haemofilus influenza.
c. Sisterna Rongga Sub Araknoid
Rongga sub arakhnoid yang mengelilingi otak dan medulla spinalis memiliki
variasi-variasi setempat. Pada dasar otak dan sekitar batang otak, pia dan arakhnoid
memisah dan membentuk beberapa rongga besar yang disebut sisterna sub araknoid.
Tiga sisterna pada aspek ventral batang otak :
1. Sisterna khiasmatika yang berada didaerah khiasma optika.
2. Sisterna interpendunkularis yang berada di fosa interpedunkularis dari
mesensefalon.
3. Sisterna pontin yang berada pada pertemuan pons dengan medula atau “Pons
medullary junction”.
Dua sisterna di aspek posterior batang otak :
a) Sisterna serebromedularis (sisterna magna) yang merupakan salah satu sisterna
terbesar, sisterna ini berada diantara pleksus khoroid medulla dan serebelum.
Foramina ventrikel IV membuka kedalam sisterna ini.
b) Sisterna superior (sisterna ambiens) sisterna ini mengelilingi permukaan superior
dan lateral mesensefalon didalam sisterna ini ditemukan vena serebri magna,
arteri serebri posterior dan serebeli superior
d. Sistem Ventrikel
Sistem ventrikel merupakan suatu seri rongga-rongga di dalam otak yang saling
berhubungan, dilapisi ependima dan berisi cairan serebrospinal yang dihasilkan dari
darah oleh pleksus khoroid.Rongga-rongga dalam sistem ini terdiri dari sepasang
venterikel lateralis (kiri dan kanan), ventrikel III dan ventrikel IV. Kedua rongga ini
dihubungkan oleh aquaduktus silvii.
Kedua ventrikel lateralis berada di dalam hemisfer serebri dan masing-masing
dihubungkan dengan ventrikel III melalui foramen interventrikularis dari monro.
Setiap ventrikel lateralis terdiri dari 4 bagian yaitu :
1) Kornu anterior
2) Sela media
3) Kornu inferior atau temporal
4) Kornu posterior
Ventrikel ventrikel III adalah suatu rongga ventrikel tipis di garis tengah, diantara
pasangan ventrikel lateralis. Ventrikel IV berhubungan dengan rongga sub arakhnoid
melalui kedua foramina dari luscka dan foramina magendi. Kedua foramen dari
luscka terletak dalam sudut pons dan medulla. Foramen magendi terletak sebelah
belakang medulla dan menghadap sisterna magna.
Setiap ventrikel mempunyai pleksus khoroid, yang paling besar adalah pleksus
khoroid ventrikel lateralis.
e. Pleksus Khoroid dan Cairan Serebrospinal
1. Pleksus khoroid
Pleksus khoroid merupakan anyaman kaya dari pembuluh-pembuluh darah
piamater yang menjorok kesetiap rongga ventrikel, membentuk filter semi
permeabel antara darah arteri dan cairan serebrospinal. Setiap pleksus khoroid
diliputi oleh satu lapisan epitel ependima.
Tela khoroidea dari ventrikel lateralis adalah suatu membran tipis seperti
jaring laba-laba yang melalui foramen interventrikularis, berhubungan langsung
dengan pleksus khoroid ventrikel III. Tela ini dibentuk oleh invaginasi ependima
oleh lipatan-lipatan vaskular.
2. Cairan serebrospinal
Cairan serebrospinal adalah filtrat darah yang jernih tidak berbau dan
hampir bebas protein. Cairan serebrospinal dibentuk di ventrikel-ventrikel dan
beredar didalam rongga sub arakhnoid. Fungsi cairan serebrospinal adalah
menunjang dan membantali susunan saraf pusat terhadap trauma.
f. Peredaran Darah Otak
1. Peredaran darah arterial
Suplai peredaran darah arterial kestruktur-strukur intra kranial pada
dasarnya berasal dari cabang-cabang kedua arteri karotis interna dan kedua arteri
vertebralis.
2. Arteri karotis interna
Arteri karotis interna keluar dari percabangan karotis komunis leher.
Pembuluh darah ini naik menuju basis kranii, membelah sebagai suatu pembuluh
bentuk sigmoid di dalam sinus kavernosus.
Arteri karotis interna hanya memberi cabang di rongga tengkorak, terdiri dari :
1. Arteri optalmika
Arteri ini mempunyai cabang penting yaitu arteri sentralis retinae yang
berjalan ditengah-tengah nervus optikus dan berakhir diretina.
2. Arteri khoroidalis anterior
Arteri khoroidalis anterior mengikuti traktus optikus sampai pada
ketinggian korpus genikulatum lateralis dan kemudian menjadi bagian dari
pleksus khoroid ventrikel lateralis.
Pembuluh darah ini juga memberi cabang-cabang ke pedunkulus serebri,
kapsula interna, nukleus kaudatus, hipokampus dan traktus optikus.
3. Arteri serebri anterior dan media
Kedua arteri ini merupakan cabang terminal dari arteri karotis interna.
Arteri serebri anterior memberi suplai darah pada lobus frontalis. Didalam
fisura longitudinalis serebri dapat ditemukan arteri komunikans anterior.
Cabang-cabang arteri serebri anterior berjalan menuju sisi medial lobus
frontalis dan parietalis, substansia perforata anterior, septum pellusidum dan
sebagian dari korpus kalosum. Arteri striata medialis memberi darah pada
nukleus kaudatus, putamen dan bagian anterior kapsula interna.Arteri serebri
media memberi cabang-cabang kesisi lateral lobus temporal dan parietal.
Arteri striata lateralis memperdarahi ganglia basalis dan kapsula interna.
Arteri komunikans posterior bersatu dengan ramus serebri posterior arteri
basilaris. Dalam perjalanannya memberi cabang ke kapsula interna dan
talamus
C. Etiologi
1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok),
Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa
2. Penyebab lainnya lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan
4. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
5. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan
sistem persarafan
D. Tanda dan Gejala
Gejala meningitis diakibatkan dari infeksi dan peningkatan TIK :
1. Sakit kepala dan demam (gejala awal yang sering
2. Perubahan pada tingkat kesadaran dapat terjadi letargik, tidak responsif, dan koma.
3. Iritasi meningen mengakibatkan sejumlah tanda sebagai berikut:
a. Rigiditas nukal ( kaku leher ). Upaya untuk fleksi kepala mengalami kesukaran
karena adanya spasme otot-otot leher.
b. Tanda kernik positip: ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam keadan fleksi
kearah abdomen, kaki tidak dapat di ekstensikan sempurna.
c. Tanda brudzinki : bila leher pasien di fleksikan maka dihasilkan fleksi lutut dan
pinggul. Bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada salah satu sisi
maka gerakan yang sama terlihat peda sisi ektremita yang berlawanan.
4. Mengalami foto fobia, atau sensitif yang berlebihan pada cahaya.
5. Kejang akibat area fokal kortikal yang peka dan peningkatan TIK akibat eksudat
purulen dan edema serebral dengan tanda-tanda perubahan karakteristik tanda-tanda
vital(melebarnya tekanan pulsa dan bradikardi), pernafasan tidak teratur, sakit kepala,
muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
6. Adanya ruam merupakan ciri menyolok pada meningitis meningokokal.
7. Infeksi fulminating dengan tanda-tanda septikimia : demam tinggi tiba-tiba muncul,
lesi purpura yang menyebar, syok dan tanda koagulopati intravaskuler diseminata.
E. KLASIFIKASI
Meningitis dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan perubahan yang terjadi pada
cairan otak, yaitu :

1. Meningitis serosa
Adalah radang selaput otak araknoid dan piameter yang disertai cairan otak yang
jernih. Penyebab terseringnya adalah Mycobacterium tuberculosa. Penyebab lainnya
lues, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia.
2. Meningitis purulenta
Adalah radang bernanah arakhnoid dan piameter yang meliputi otak dan medula
spinalis. Penyebabnya antara lain : Diplococcus pneumoniae (pneumokok), Neisseria
meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus aureus,
Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Peudomonas
aeruginosa.
F. Patofisiologi
Otak dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan
otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui sub
arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang belakang,
direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam lapisan
subarachnoid.
Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis, memasuki
cairan otak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret
hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat
menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan
lingkungan (dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak
melalui ruangan subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan
penyebab peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel.
Meningitis bakteri dimulai sebagai infeksi dari orofaring dan diikuti dengan
septikemia, yang menyebar ke meningen otak dan medula spinalis bagian atas.
Faktor predisposisi mencakup infeksi jalan nafas bagian atas, otitis media, mastoiditis,
anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, prosedur bedah saraf baru, trauma kepala dan
pengaruh imunologis. Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian
tengah dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen;
semuanya ini penghubung yang menyokong perkembangan bakteri.
Organisme masuk ke dalam aliran darah dan menyebabkan reaksi radang di dalam
meningen dan di bawah korteks, yang dapat menyebabkan trombus dan penurunan aliran
darah serebral. Jaringan serebral mengalami gangguan metabolisme akibat eksudat
meningen, vaskulitis dan hipoperfusi. Eksudat purulen dapat menyebar sampai dasar otak
dan medula spinalis. Radang juga menyebar ke dinding membran ventrikel serebral.
Meningitis bakteri dihubungkan dengan perubahan fisiologis intrakranial, yang terdiri
dari peningkatan permeabilitas pada darah, daerah pertahanan otak (barier oak), edema
serebral dan peningkatan TIK.
G. WOC

H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Analisis CSS dari fungsi lumbal :
a) Meningitis bakterial : tekanan meningkat, cairan keruh/berkabut, jumlah sel darah
putih dan protein meningkat glukosa meningkat, kultur positip terhadap beberapa
jenis bakteri.
b) Meningitis virus : tekanan bervariasi, cairan CSS biasanya jernih, sel darah putih
meningkat, glukosa dan protein biasanya normal, kultur biasanya negatif, kultur
virus biasanya dengan prosedur khusus.
2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil
( infeksi bakteri )
5. Elektrolit darah : Abnormal .
6. ESR/LED : meningkat pada meningitis
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat
infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak
ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.

I. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan medis lebih bersifat mengatasi etiologi dan perawat perlu menyesuaikan
dengan standar pengobatan sesuai tempat bekerja yang berguna sebagai bahan kolaborasi
dengan tim medis. Secara ringkas penatalaksanaan pengobatan meningitis meliputi
pemberian antibiotic yang mampu melewati barier darah otak ke ruang subarachnoid
dalam konsentrasi yang cukup untuk menghentikan perkembangbiakan bakteri. Baisanya
menggunakan sefaloposforin generasi keempat atau sesuai dengan hasil uji resistensi
antibiotic agar pemberian antimikroba lebih efektif digunakan.

Obat anti-infeksi (meningitis tuberkulosa):

1. Isoniazid 10-20 mg/kgBB/24 jam, oral, 2x sehari maksimal 500 mg selama 1


setengah tahun.
2. Rifampisin 10-15 mg/kgBB/24 jam, oral, 1 x sehari selama 1 tahun.
3. Streptomisin sulfat 20-40 mg/kgBB/24 jam, IM, 1-2 x sehari selama 3 bulan.

Obat anti-infeksi (meningitis bakterial):

1. Sefalosporin generasi ketiga


2. Amfisilin 150-200 mg/kgBB/24 jam IV, 4-6 x sehari
3. Klorafenikol 50 mg/kgBB/24 jam IV 4 x sehari.
Pengobatan simtomatis:

1. Antikonvulsi, Diazepam IV; 0,2-0,5 mgkgBB/dosis, atau rectal: 0,4-0,6


mg/kgBB, atau fenitoin 5 mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari atau Fenobarbital 5-7
mg/kgBB/24 jam, 3 x sehari.
2. Antipiretik: parasetamol/asam salisilat 10 mg/kgBB/dosis.
3. Antiedema serebri: Diuretikosmotik (seperti manitol) dapat digunakan untuk
mengobati edema serebri.
4. Pemenuhan oksigenasi dengan O2.
5. Pemenuhan hidrasi atau pencegahan syok hipovolemik: pemberian tambahan
volume cairan intravena.

J. KOMPLIKASI

1. Hidrosefalus obstruktif
2. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorder
BAB III
ASKEP TEORITIS

1. Idenentitas Klien
Biodata klien yang penting meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku dan
gaya hidup.

2. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama .
.Pada umumnya akan ditemukan klien merasakan nyeri kepala, demam disertai dengan
penurunan tingkat kesadaran

b. Riwayat kesehatan sekarang


Biasanya pasien mengeluh nyerii kepala, demam, muntah, pernafasan tidak teratur.

c. Riwayat kesehatan masa lalu


Biasanya pasien pernah terinfeksi bakteri Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus
pneumoniae (pneumokok), Neisseria meningitis (meningokok),
Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir kehamilan
Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injury yang berhubungan dengan sistem
persarafan
d. Riwayat kesehatan keluarga
biasanya tidak ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit yang sama dengan klien.

3. Pemerikasaan Fisik
a. Keadaaan Umum
Kesadaran : Biasanya terjadi penurunan kesadaran
Tinggi badan : Biasanya tidak terdapat kelainan
Berat badan : Biasanya berat badan pasien menurun
Tanda-tanda vital
TD : Biasanya tekanan darah pasien menurun
N : Biasanya terdapat peningkatan nadi
P : Biasanya pernafasan pasien pendek dan dangkal
S : Biasanya suhu tubuh meningkat

b. Kepala
1. Rambut
Biasanya warna rambut klien hitam, keadaan rambut bersih, tidak terdapat ketombe
2. Wajah
Biasanya wajah klien, tidak terdapat oedema, tidak terdapat lesi namun wajah pasien
tampak pucat
3. Mata
Biasanya mata klien simetris kiri dan kanan, konjungtiva anemis, sclera tidak
terdapat icterik, pupil respon cahaya baik, penglihatan pasien kabur.
4. Hidung
Biasanya sputum hidung simetris, tidak terdapat oedema, dan lesi pada hidug
penciuman baik.
5. Mulut
Bibir : Biasanya mukosa bibir pasien pucat, bibir pecah- pecah

Gigi : Biasanya, gigi pasien tidak terdapat karies

Lidah : Biasanya, lidah pasien sedikit kotor

6. Telinga
Biasanya, telingga pasien simetris kiri dan kanan, tidak terdapat gangguan
pendengaran pada telinga.

7. Leher .

tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, terdapat nyeri tekan pada punggung leher.

c. Thorak/Dada
Inspeksi : Biasaya, pergerakan rongga dada simetris kiri dan kanan

tidak terdapat oedema, lesi, dan tidak ada kelainan

bentuk dada
Palpasi : Palpasi biasanya, pergerakan dan vokal premitus

simetris kiri dan kanan

Perkusi : Biasanya, pada perkusi thorak sonor

Auskultasi : Biasanya, bunyi nafas normal vesikuler

d. Jantung
Inspeksi : Biasanya ictus cordis tidak terlihat
Palpsi : Biasanya, ictus cordis teraba pada Ic v linea
midclavikuralis sinistra

Perkusi : Biasanya, perkusi jantug pekak

Auskultasi : Biasanya, bunyi jantung terdengar normal dan

Teratur

e. Abdomen/ Perut

Inspeksi : Biasanya, pada abdomen tidak ada pembengkakan,

Auskultasi : Biasanya, auskultsi pada abdomen bunyi bising

usus normal (5-35x/i )

Palpasi : Biasanya, pada palpasi abdomen terdapat

nyeri tekan,tidak terdapat pembesaran hepar

Perkusi : Biasanya, pada perkusi abdomen bunyi tympany.

f. Integumen

Biasanya, kulit tampak kering, tidak ada lesi pada kulit, tidak ada luka

g. Ektremitas

babinski positif dan tnada kernik positif.

h. Genitorinaria

Biasanya, pada ginitalia pasien tidak terdapat kelainan.


i. Pola Kebiasaan Sehari Hari
NO Pola Sehat Sakit
aktivitas

1 Nutrisi
Makan Biasanya, makan
Biasanya,
makan psien 2- pasien 2-3x/hari

3x/hari porsi porsi tidak habis,

habis karena mual


muntah dan tidak
nafsu makan.

Minum
Biasanya, minum
Biasanya, minum
pasien 2-3
2-4 liter/hari
liter/hari

2 Eliminasi
BAB Biasanya, 1x/hari, Biasanya,
BAB lancar, tidak 1x/haridan bahkan
konstipasi, bau jarang karena
khas, warna pasien mengalani
kuning susah untuk
defekasi, bau
khas, dan warna
peses berubah

BAK
Biasanya, BAK
Biasanya, BAK 6-
4-5x/hari, tidak 8x/hari, terasa
mengalami nyeri dan
kesulitan, dan kesulitan, bau
bau khas,warna khas,
kuning jernih

3 Istirahat Biasanya, Biasanya, waktu


dan tidur waktu tidur 7-8 tidur berkurang 5-
jam/ hari, tidak 6 jam/hari,
mengalami mengalami
kesulitan tidur kesulitan tidur
karena nyeri yang
dirasakan pada
perut pasien

j. Data Ekonomi
Dari segi ekonomi biasanya saat sakit, klien dan keluarga banyak menghabiskan
uang untuk biaya pengobatan pasien selama di rawat di rumah sakit maupun di rumah.
k. Data Psikososial
Biasanya, selama klien sakit klien merasa kurang percaya diri terhadaap
lingkungan sekitar dan klien merasa cemas terhadap penyakit nya.
l. Data Spritual
Biasanya, selama sakit aktivitas sholat pasien terganggu, karena susah nya untuk
bergerak dikarenakan terdapat myeri pada perut pasien.

B. Diagnosa Keperawatan

1. hipertermi berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme

2. nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis


3. ketidak efektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan peningkatan intra kranial

C. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa NOC NIC


o
1. Hipertermi berhubungan dengan Termoregulasi Perawatan demam
penyakit Indikator Aktivitas
1. Merasa 1. Pantau suhu
merinding dan tanda
saat dingin tanda vital
2. Berkeringat lainnya
saat panas 2. Monitor
3. Peningkatan warna kulit
suhu kulit dan suhu
4. Sakit kepala 3. Beri obat
5. dehidrasi atau cairan
IV(misal
antipiretik,
agen
antibakteri,
dan agen
anti
menggigil)
4. Tutup
pasien
dengan
selimut atau
pakai an
ringan,
tergantung
pada fase
demam(yait
u
memberikan
selimut
hangat
untuk fase
dingin,
menyediaka
n pakaiana
atau linen
tempat tidur
ringan
untuk
demam)
5. Fasilitasi
istrahat,
terapkan
pembatasan
aktivitas
jika
diperlukan
6. Mandikan
pasien
dengan spon
hangat
dengan hati-
hati(yaitu
berikan
untuk
pasien
dengan suhu
yang sangat
tinggi, tidak
memberikan
nya selama
fase
dingn,dan
hindari agar
pasien tidak
menggigil)
Pengaturan sushu
Aktivitas :
1. Monitor
suhu paling
tidak setiap
2 jam sesuai
kebutuhan
2. Monitor
nadi, dan
repirasi
sesuai
kebutuhan
3. Monitor
suhu dan
warna kulit
4. Tingkatkan
intake
cairan dan
nutrisi
adekuat
5. Sesuaikan
suhu
lingkungan
dengan
kebutuhan
pasien

2 Nyeri akut berhungan dengan agen a. Pain Level, Pain Management


cidera biologis. :
b. pain control, a. Lakukan
pengkajian nyeri
c. comfort level
secara

Setelah dilakukan komprehensif

tinfakan termasuk lokasi,


karakteristik,
kriteria hasil: durasi,
frekuensi,
a. Mampu
kualitas dan
mengontrol nyeri
faktor
(tahu penyebab
presipitasi
nyeri, mampu
menggunakan b. Observasi reaksi
tehnik nonverbal dari
nonfarmakologi ketidaknyamana
untuk mengurangi n
nyeri, mencari
bantuan) c. Bantu pasien
dan keluarga
b. Melaporkan untuk mencari
bahwa nyeri dan menemukan
berkurang dengan dukungan
menggunakan d. Kontrol
manajemen nyeri lingkungan yang
dapat
c. Mampu mengenali mempengaruhi
nyeri (skala, nyeri seperti
intensitas, suhu ruangan,
frekuensi dan pencahayaan
tanda nyeri) dan kebisingan

d. Menyatakan rasa e. Kurangi faktor


nyaman setelah presipitasi nyeri
nyeri berkurang
f. Kaji tipe dan
e. Tanda vital dalam sumber nyeri
rentang normal untuk
menentukan
f. Tidak mengalami
intervensi
gangguan tidur

Analgesik
Administration

g. Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi:
napas dala,
relaksasi,
distraksi,
kompres hangat/
dingin

h. Berikan
analgetik untuk
mengurangi
nyeri:

i. tingkatkan
istirahat

3. Perubahanperfusijaringanb.dinterupsi  Status  Kaji ulkus


aliran vena. sirkulasi; statis dan
Batasan karakteristik  aliran darah gejala selulitis
yang tidak Aktivitas-aktivitas:
 Perubahan sensasi obstruksi dan  Lakukan
 Perubahan karakteristik kulit satu arah, pengkajian
 Bruit pada tekanan komprehensif
 Perubahan tekanan darahpada yang sesuai terhadap
ekstremitas melalui sirkulasi perifer
 Klaudikasi pembuluh  Pantau tingkat
 Kelambatanpenyembuhan darah besar ketidaknyaman
 Nadi arteri lemah sirkulasi an atau nyeri
 Edema pulmonal saat melakukan
 Tanda human positif dan sistemik latihan fisik
 Kulit pucat saat elevasi, dan  Keparahan  Pantau status
tidak kembali saat diturunkan kelebihan cairan
 Diskolorasi kulit beban cairan; termasuk
 Perubahan suhu kulit keparahan asupan dan
 Nadi lemah atau tidak teraba kelebihan haluaran
cairan  Manajemen
didalam sensasi perifer
komparteme Aktivitas-aktivitas:
n intrasel dan  Pantau
ekstrasel perbedaan
tubuh ketajaman atau
 Fungsi ketumpulan,
sensori panas atau
kutaneus; dingin
tingkat  Pantau
stimulasi parestesia,
kulit kebas,
dirasakan kesemutan,
denga tepat hiperestesia
 Integritas dan hipoestesia
jaringan:  Pantau
kulit dan tromboflebitis
membrane dan thrombosis
mukosa; vena profunda
keutuhan  Pantau
structural kesesuaian alat
dan fungsi penyangga,
fisiologis prosthesis,
normal kulit sepatu dan
dan pakaian
membrane
mukosa
 Perfusi
jaringan:
perifer;
keadekuatan
aliran darah
melalui
pembuluh
darah kecil
ekstremitas
untuk
mempertahan
kan fungsi
jaringan
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Meningitis adalah radang dari selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus
merupakan penyebab utama dari meningitis.

Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan
meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak
atau sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu disebabkan oleh
virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar yaitu : meningitis purulenta
dan meningitis serosa.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G.(2003).Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth.Alih bahasa, Agung Waluyo,dkk.Editor edisi bahasa Indonesia, Monica
Ester.Ed.8.Jakarta : EGC.

Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih Bahasa
Peter Anugrah. Ed. 7. Jakarta : EGC; 2004.

Long, Barbara C. perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Bandung
: yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan; 2006.
-.2010.Askep meningitis. Di unduh di http://wadung.wordpress.com/2010/03/22/laporan-
pendahuluan-meningitis/ tanggal 25 maret 2013 jam 13.30
Yanuar.2008.Askep Pasien dengan Meningitis. Di unduh di
http://keperawatangun.wordpress.com/2008/04/13/asuhan-keperawatan-pada-pasien-dengan-
meningitis/ tanggal 25 maret 2013 14.00
id.scribd.com/doc/84882440/Makalah-askep-Meningitis

You might also like