You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Kelemahan pelayanan kesehata adalah pelaksanaan rujukan yang kurang cepat dan
tepat. Rujukan bukan suatu kekurangan, melainkan suatu taggung awab yang tinggi
dan mendahulukan kebutuhan masyarakat. Kita ketahui bersama bahwa tingginya
tingkat kematian ibu dan anak merupakan masalah kesehatan yang sedang kita
hadapi saat ini. Dengan adanya sistem rujukan, diharapkan dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan yang bermutu karena tindakan rujukan yang ditujukan pada
kasus yang terglong bersiko tinggi. Oleh karena itu, kelancaran rujukan dapat
menjadi faktor yang menentukan dalam usaha menurunkan angka kematian ibu dan
perinatal, terutama dalam mengatasi keterlambatan.

Bidan sebagai tenaga kesehatan harus memiliki kesiapan untuk merujuk ibu anau
anak ke fasilitas kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu jika menghadapi
penyulit. Jika bidan terlambat atau lalai melakukannya, hal tersebut dapat berbahaya
dan berakibat fatal bagi ibu dan anak.

1.2.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari latar belakang diatas adalah :
1. Bagaimanakah sistem rujukan untuk kesehatan ibu dan anak ?
2. Apakah tujuan dari sitem rujukan pada ibu dan anak ?
3. Bagaimanakah sistem manual rujukan kesehatan ibu dan anak ?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
mengetahui :
1. Sistem rujukan untuk kesehatan ibu dan anak
2. Tujuan dari sitem rujukan pada ibu dan anak
3. Sistem manual rujukan kesehatan ibu dan anak

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Sistem Rujukan


2.1.1. Pengertian Sistem Rujukan
Adapun yang dimaksud dengan sistem rujukan di Indonesia, seperti yang
telah dirumuskan dalam SK Menteri Kesehatan RI No. 001 tahun 2012 ialah
suatu sistem penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab timbal balik terhadap suatu kasus penyakit atau
masalah kesehatan secara vertical dalam arti dari unit yang berkemampuan
kurang kepada unit yang lebih mampu atau secara horizontal dalam arti
antar unit-unit yang setingkat kemampuannya.

Sistem rujukan pelayanan kesehatan merupakan penyelenggaraan pelayanan


kesehatan yang mengatur pelimpahan tugas dan tanggung jawab pelayanan
kesehatan secara timbal balik baik vertikal maupun horizontal (Kementerian
Kesehatan RI, 2013).

Sistem rujukan upaya keselamatan adalah suatu sistem jaringan fasilitas


pelayanan kesehatan yang memungkinkan terjadinya penyerahan tanggung
jawab secara timbal-balik atas masalah yang timbul baik secara vertikal
(komunikasi antara unit yang sederajat) maupun horizontal (komunikasi inti
yang lebih tinggi ke unit yang lebih rendah) ke fasilitas pelayanan yang
lebih kompeten, terjangkau, rasional dan tidak dibatasi oleh wilayah
administrasi (Syafrudin, 2009).

2.1.2. Rujukan Kesehatan Ibu dan Anak


Rujukan kesehatan ibu dan anak adalah sistem rujukan yang dikelola secara
strategis, proaktif, pragmatis dan koordinatif untuk menjamin pemerataan
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dan
komprehensif bagi masyarakat yang membutuhkannya terutama ibu dan
bayi baru lahir, dimanapun mereka berada dan berasal dari golongan
ekonomi manapun, agar dapat dicapai peningkatan derajat kesehatan ibu
hamil dan bayi melalui peningkatan mutu dan ketrerjangkauan pelayanan

2
kesehatan internal dan neonatal di wilayah mereka berada (Depkes, 2006).
Sistem rujukan pelayanan kegawatdaruratan maternal dan Neonatal
mengacu pada prinsip utama kecepatan dan ketepatan tindakan, efisien,
efektif dan sesuai dengan kemampuan dan kewenangan fasilitas pelayanan.
Setiap kasus dengan kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal yang datang
ke puskesmas PONED harus langsung dikelola sesuai dengan prosedur tetap
sesuai dengan buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan
neonatal.

Setelah dilakukan stabilisasi kondisi pasien, kemudian ditentukan apakah


pasien akan dikelola di tingkat puskesmas mampu PONED atau dilakukan
rujukan ke RS pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi komprehensif
(PONEK) untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik sesuai dengan
tingkat kegawatdaruratannya (Depkes RI, 2007) dengan alur sebagai
berikut:
1. Masyarakat dapat langsung memanfaatkan semua fasilitas pelayanan
kegawatdaruratan obstetric dan neonatal.
2. Bidan desa dan polindes dapat memberikan pelayanan langsung
terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas baik yang datang sendiri atau
atas rujukan kader/masyarakat. Selain menyelenggarakan pelayanan
pertolongan persalinan normal, bidan di desa dapat melakukan
pengelolaan kasus dengan komplikasi tertentu sesuai dengan tingkat
kewenangan dan kemampuannya atau melakukan rujukan pada
puskesmas, puskesmas mampu PONED dan RS PONEK sesuai dengan
tingkat pelayanan yang sesuai.
3. Puskesmas non-PONED sekurang-kurangnya harus mampu melakukan
stabilisasi pasien dengan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang
datang sendiri maupun yang dirujuk oleh kader/dukun/bidan di desa
sebelum melakukan rujukan ke puskesmas mampu PONED dan RS
PONEK.
4. Puskesmas mampu PONED memiliki kemampuan untuk memberikan
pelayanan langsung kepada ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi
baru lahir baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat,
bidan di desa dan puskesmas. Puskesmas mampu PONED dapat

3
melakukan pengelolaan kasus dengan komplikasi tertentu sesuai dengan
tingkat kewenangan dan kemampuannya atau melakukan rujukan pada
RS PONEK.
5. RS PONEK 24 jam memiliki kemampuan untuk memberikan pelayanan
PONEK langsung terhadap ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan bayi
baru lahir baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat,
bidan di desa dan puskesmas, puskesmas mampu PONED. Pemerintah
provinsi/kabupaten melalui kebijakan sesuai dengan tingkat
kewenangannya memberikan dukungan secara manajemen, administratif
maupun kebijakan anggaran terhadap kelancaran PPGDON
(Pertolongan Pertama Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatus)
6. Ketentuan tentang persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan dapat
dituangkan dalam bentuk peraturan daerah sehingga deteksi dini
kelainan pada persalinan dapat dilakukan lebih awal dalam upaya
pencegahan komplikasi kehamilan dan persalinan.
7. Pokja/satgas GSI merupakan bentuk nyata kerjasama liuntas sektoral
ditingkat propinsi dan kabupaten untuk menyampaikan pesan
peningkatan kewaspadaan masyarakat terhadap komplikasi kehamilan
dan persalinan serta kegawatdaruratan yang mungkin timbul olkeh
karenanya. Dengan penyampaian pesan melalui berbagai
instansi/institusi lintas sektoral, maka dapat diharapkan adanya
dukungan nyata massyarakat terhadap sistem rujukan PONEK 24 jam
8. RS swasta, rumah bersalin, dan dokter/bidam praktek swasta dalam
sistem rujukan PONEK 24 jam, puskesmas mampu PONED dan bidan
dalam jajaran pelayanan rujukan. Institusi ini diharapkan dapat
dikoordinasikan dalam kegiatan pelayanan rujukan PONEK 24 jam
sebagai kelengkapan pembinaan pra RS.

2.1.3. Persiapan Rujukan


Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarganya. Jika terjadi
penyulit, seperti keterlambatan untuk merujuk ke fasilitas kesehatan yang
sesuai, dapat membahayakan jiwa ibu dan atau bayinya. Jika perlu dirujuk,
siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan dan perawatan

4
hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan untuk dibawa ke
fasilitas rujukan (Syafrudin, 2009).

Kesiapan untuk merujuk ibu dan bayinya ke fasilitas kesehatan rujukan


secara optimal dan tepat waktu menjadi syarat bagi keberhasilan upaya
penyelamatan. Setiap penolong persalinan harus mengetahui lokasi fasilitas
rujukan yang mampu untuk penatalaksanaan kasus gawatdarurat obstetri
dan bayi baru lahir dan informasi tentang pelayanan yang tersedia di tempat
rujukan, ketersediaan pelayanan purna waktu, biaya pelayanan dan waktu
serta jarak tempuh ke tempat rujukan. Persiapan dan informasi dalam
rencana rujukan meliputi siapa yang menemani ibu dan bayi baru lahir,
tempat rujukan yang sesuai, sarana tranfortasi yang harus tersedia, orang
yang di tunjuk menjadi donor darah dan uang untuk asuhan medik,
tranfortasi, obat dan bahan. Singkatan BAKSOKUDAPN (Bidan, Alat,
Keluarga, Surat, Obat, Kendaraan, Uang,Darah, Posisi, Nutrisi) dapat di
gunakan untuk mengingat hal penting dalam mempersiapkan rujukan
(Syafrudin, 2009).

2.1.4. Kegiatan Rujukan


Menurut Syafrudin (2009), kegiatan rujukan terbagi menjadi tiga macam
yaitu rujukan pelayanan kebidanan, pelimpahan pengetahuan dan
keterampilan, rujukan informasi medis:
1. Rujukan Pelayanan Kebidanan
a. Kegiatan ini antara lain berupa pengiriman orang sakit dari unit
kesehatan kurang lengkap ke unit yang lebih lengkap, rujukan
kasus-kasus patologik pada kehamilan, persalinan, dan nifas.
Pengiriman kasus masalah reproduksi manusia lainnya seperti
kasus-kasus ginekologi atau kontrasepsi yang memerlukan
penanganan spesialis, pengiriman bahan laboratorium dan jika
penderita telah sembuh dan hasil laboratorium telah selesai,
kembalikan dan kirimkan ke unit semula, jika perlu diserta dengan
keterangan yang lengkap (surat balasan).
2. Pelimpahan Pengetahuan dan Keterampilan, Kegiatan ini antara lain :

5
a) Pengiriman tenaga-tenaga ahli ke daerah untuk memberikan
pengetahuan dan keterampilan melalui ceramah, konsultasi
penderita, diskusi kasus dan demonstrasi operasi.
b) Pengiriman petugas pelayanan kesehatan daerah untuk menambah
pengetahuan dan keterampilan mereka ke rumah sakit yang lebih
lengkap atau rumah sakit pendidikan, juga dengan mengundang
tenaga medis dalam kegiatan ilmiah yang diselenggarakan dengan
tingkat provinsi atau institusi pendidikan.
3. Rujukan Informasi Medis, Kegiatan ini antara lain berupa :
a) Membalas secara lengkap data-data medis penderita yang dikirim
dan advis rehabilitas kepada unit yang mengirim.
b) Menjalin kerjasama dalam sistem pelaporan data-data parameter
pelayanan kebidanan, terutama mengenai kematian maternal dan
prenatal. Hal ini sangat berguna untuk memperoleh angka secara
regional dan nasional.
Sistem kesehatan nasional membedakannya menjadi dua macam
yakni :
1. Rujukan Kesehatan
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya pencegahan
penyakit dan peningkatan derajat kesehatan. Dengan
demikian rujukan kesehatan pada dasarnya berlaku untuk
pelayanan kesehatan masyarakat (public health service).
Rujukan kesehatan dibedakan atas tiga macam yakni rujukan
teknologi, sarana, dan operasional. Rujukan kesehatan yaitu
hubungan dalam pengiriman, pemeriksaan bahan atau
specimen ke fasilitas yang lebih mampu dan lengkap. Ini
adalah rujukan uang menyangkut masalah kesehatan yang
sifatnya pencegahan penyakit (preventif) dan peningkatan
kesehatan (promotif). Rujukan ini mencakup rujukan
teknologi, sarana dan operasional (Syafrudin, 2009).
2. Rujukan Medik
Rujukan ini terutama dikaitkan dengan upaya penyembuhan
penyakit serta pemulihan kesehatan. Dengan demikian
rujukan medik pada dasarnya berlaku untuk pelayanan

6
kedokteran (medical service). Sama halnya dengan rujukan
kesehatan, rujukan medik ini dibedakan atas tiga macam
yakni rujukan penderita, pengetahuan dan bahan bahan
pemeriksaan. Menurut Syafrudin (2009), rujukan medik yaitu
pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu
kasus yang timbul baik secara vertikal maupun horizontal
kepada yang lebih berwenang dan mampu menangani secara
rasional. Jenis rujukan medic antara lain:
1) Transfer of patient merupakan konsultasi penderita untuk
keperluan diagnosis, pengobatan, tindakan operatif dan
lain-lain.
2) Transfer of specimen merupakan pengiriman bahan
(spesimen) untuk pemeriksaan laboratorium yang lebih
lengkap.
3) Transfer of knowledge/personal merupakan pengiriman
tenaga yang lebih kompeten untuk meningkatkan mutu
layanan setempat (Syafrudin, 2009).
Bagan indikasi rujukan, tempat merujuk dan stabilisasi bayi baru
lahir.
Indikasi Rujukan Tempat Merujuk Stabilisasi
1. Ibu hamil, usia 1. Pertahankan suhu
 Puskesmas
kehamilan < 34 normal
dengan perawatan
minggu dengan tanda 2. Lingkungan
 Rumah sakit
persalinan transportasi bersih
1. Pertahankan suhu
 Puskesmas
normal
2. Partus lama dengan perawatan
2. Infus
3. Oksigen
1. Bungkus hangat
dengan kepala
 Puskesmas bayi diberi topi
3. BBLR <2.000 gram dengan perawatan 2. Tetap beri ASI/air
gula
3. Lingkungan
transportasi bersih
1. Bungkus hangat
 Puskesmas dengan kepala
4. Bayi tidak mau
dengan perawatan bayi diberi topi
minum ASI
2. Lingkungan
transportasi bersih

7
3. Coba air gula
dengan sendok
4. Tanda-tanda
dehidrasi
5. Tanda-tanda
tetanus
1. Bungkus hangat
dengan kepala
bayi diberi topi
5. Kaki dan tangan bayi  Puskesmas
2. Lingkungan
teraba dingin dengan perawatan
transportasi bersih
(hipotermi)
3. Coba air gula
dengan sendok
4. Oksigen
1. Bersihkan jalan
 Puskesmas nafas
6. Gangguan/kesulitan
dengan perawatan 2. Lihat Bab Asfixia
bernafas
dan infeksi
pernafasan

2.1.5. Manfaat Rujukan


Beberapa manfaat yang akan diperoleh ditinjau dari unsur pembentuk
pelayanan kesehatan terlihat sebagai berikut :
1. Sudut pandang pemerintah sebagai penentu kebijakan
Jika ditinjau dari sudut pemerintah sebagai penentu kebijakan
kesehatan (policy maker), manfaat yang akan diperoleh antara lain
membantu penghematan dana karena tidak perlu menyediakan
berbagai macam peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan,
memperjelas sistem pelayanan kesehatan karena terdapat hubungan
kerja antara berbagai sarana kesehatan yang tersedia dan memudahkan
pekerjaan administrasi terutama pada aspek perencanaan.
2. Sudut pandang masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
Jika ditinjau dari sudut masyarakat sebagai pemakai jasa pelayanan
(health consumer), manfaat yang akan diperoleh antara lain
meringankan biaya pengobatan karena dapat dihindari pemeriksaan
yang sama secara berulang-ulang dan mempermudah masyarakat
dalam mendapatkan pelayanan karena diketahui dengan jelas fungsi
dan wewenang sarana pelayanan kesehatan.
3. Sudut pandang kalangan kesehatan sebagai penyelenggara pelayanan
kesehatan. Jika ditinjau dari sudut kalangan kesehatan sebagai

8
penyelenggara pelayanan kesehatan (health provider), manfaat yang
diperoleh antara lain memperjelas jenjang karir tenaga kesehatan
dengan berbagai akibat positif lainnya seperti semangat kerja,
ketekunan dan dedikasi, membantu peningkatan pengetahuan dan
keterampilan yakni melalui kerjasama yang terjalin, memudahkan dan
atau meringankan beban tugas karena setiap sarana kesehatan
mempunyai tugas dan kewajiban tertentu (Syafrudin, 2009).

2.1.6. Keuntungan Sistem Rujukan


Menurut Syafrudin (2009), keuntungan sistem rujukan adalah :
1. Pelayanan yang diberikan sedekat mungkin ke tempat pasien berarti
bahwa pertolongan dapat diberikan lebih cepat, murah dan secara
psikologis memberi rasa aman pada pasien dan keluarga.
2. Dengan adanya penataran yang teratur diharapkan pengetahuan dan
keterampilan petugas daerah makin meningkat sehingga makin banyak
kasus yang dapat dikelola di daerahnya masing-masing.
3. Masyarakat desa dapat menikmati tenaga ahli.

2.1.7. Tahapan Rujukan Maternal dan Neonatal


1. Menentukan kegawatdaruratan penderita
a. Pada tingkat kader atau dukun bayi terlatih ditemukan penderita
yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau kader/dukun
bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang
terdekat, oleh karena itu mereka belum tentu dapat menerapkan ke
tingkat kegawatdaruratan.
b. Pada tingkat bidan desa, puskesmas pembantu dan puskesmas.
Tenaga kesehatan yang ada pada fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut harus dapat menentukan tingkat kegawatdaruratan kasus
yang ditemui, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya,
mereka harus menentukan kasus mana yang boleh ditangani sendiri
dan kasus mana yang harus dirujuk.
2. Menentukan tempat rujukan

9
Prinsip dalam menentukan tempat rujukan adalah fasilitas pelayanan
yang mempunyai kewenangan dan terdekat termasuk fasilitas pelayanan
swasta dengan tidak mengabaikan kesediaan dan kemampuan penderita.
3. Memberikan informasi kepada penderita dan keluarga
Kaji ulang rencana rujukan bersama ibu dan keluarga. Jika perlu
dirujuk, siapkan dan sertakan dokumentasi tertulis semua asuhan,
perawatan dan hasil penilaian (termasuk partograf) yang telah dilakukan
untuk dibawa ke fasilitas rujukan. Jika ibu tidak siap dengan rujukan,
lakukan konseling terhadap ibu dan keluarganya tentang rencana
tersebut. Bantu mereka membuat rencana rujukan pada saat awal
persalinan.
4. Mengirimkan informasi pada tempat rujukan yang dituju
a. Memberitahukan bahwa akan ada penderita yang dirujuk.
b. Meminta petunjuk apa yang perlu dilakukan dalam rangka
persiapan dan selama dalam perjalanan ke tempat rujukan.
c. Meminta petunjuk dan cara penangan untuk menolong penderita
bila penderita tidak mungkin dikirim.
5. Persiapan penderita (BAKSOKUDAPN)
6. Pengiriman Penderita
7. Tindak lanjut penderita :
a. Untuk penderita yang telah dikembalikan (rawat jalan pasca
penanganan)
b. Penderita yang memerlukan tindakan lanjut tapi tidak melapor harus
ada tenaga kesehatan yang melakukan kunjungan rumah (Depkes
RI, 2006).

2.2 Program Kesehatan Ibu dan Anak


2.2.1. Pengertian Program KIA
Upaya kesehatan ibu dan anak adalah upaya di bidang kesehtan yang
menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
menyusui, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Pemberdayaan
masyarakat bidang KIA dalam upaya mengatasi situasi gawat darurat dari
aspek non klinik terkait kehamilan dan persalinan. Sistem kesiagaan
merupakan sistem tolong-menolong, yang dibentuk dari, oleh dan untuk

10
masyarakat, dalam hal penggunaan alat transportasi atau komuinikasi
(telepon genggam, telepon rumah), pendanaan, pendonor darah, pencatatan
pemantauan dan informasi KB. Dalam pengertian ini tercakup pula
pendidikan kesehatan kepada masyarakat, pemuka masyarakat serta
menambah keterampilan para dukun bayi serta pembinaan kesehatan di
taman kanak-kanak.

2.2.2. Tujuan Program KIA


Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan
hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu
dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera
(NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin
proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi
peningkatan kualitas manusia seutuhnya.
Tujuan khusus dari program ini adalah:
1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku),
dalam mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan
teknologi tepat guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga dan
masyarakat sekitarnya.
2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah
secara mandiri di dalam linkgungan keluarga dan masyarakat
3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu
hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan ibu menyusui.
4. Meningkatnya mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, ibu menyusui, bayi dan anak balita.
5. Menningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan
seluruh anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita,
anak prasekolah, tertama melalui peningkatan peran ibu dan
keluarganya

2.2.3. Pelayanan dan Indikator Program KIA


2.2.3.1. Pelayanan Program KIA
Adapun pelayanan Program KIA meliputi:

11
1. Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada ibu selama masa kehamilannya sesuai
dengan standar pelayanan antenatal. Frekuensi pelayanan
antenatal adalah minimal 4 kali selama kehamilan dengan
ketentuan waktu minimal 1 kali pada triwulan pertama,
minimal 1 kali pada triwulan kedua, dan minimal 2 kali
pada triwulan ketiga.
2. Pertolongan Persalinan
Jenis tenaga yang memberikan pertolongan persalinan
kepada masyarakat:
a. Tenaga professional: dokter spesialis kebidanan, dokter
umum, bidan, pembantu bidan dan perawat.
b. Dukun bayi: Terlatih ialah dukun bayi yang telah
mendapatkan latihan tenaga kesehatan yang dinyatakan
lulus. Tidak terlatih: ialah dukun bayi yang belum
pernah dilatih oleh tenaga kesehatan atau dukun bayi
yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.
c. Deteksi dini ibu hamil berisiko pada ibu hamil
diantaranya adalah:
1) Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari
35 tahun
2) Anak lebih dari empat
3) Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang
kurang 2 tahun atau lebih dari 10 tahun
4) Tinggi badan kurang dari 145 cm
5) Berat badan kurang dari 38 kg atau lingkar lengan
atas kurang dari 23,5 cm
6) Riwayat keluarga menderita diabetes, hipertensi
dan riwayat cacat congenital
7) Kelainan bentuk tubuh, misalnya kelainan tulang
belakang atau panggul Risiko tinggi kehamilan
merupakan keadaan penyimpangan dan normal
yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan
kematian ibu maupun bayi.

12
1. Risiko tinggi pada kehamilan meliputi:
a) Hb kurang dari 8 gram %
b) Tekanan darah tinggi yaitu sistole lebih dari
140 mmHg dan diastole lebih dari 90
mmHg
c) Oedema yang nyata
d) Eklampsia
e) Perdarahan Pervaginam
f) Ketuban pecah dini
g) Letak lintang pada usia kehamilan lebih
dari 32 minggu
h) Letak sungsang pada primigravida
i) Infeksi berat dan sepsis
j) Persalinan premature
k) Kehamilan ganda
l) Janin yang besar
m) Penyakit kronis pada ibu antara lain
jantung, paru, ginjal
n) Riwayat obstetri buruk, riwayat bedah sesar
dan komplikasi kehamilan
2. Risiko tinggi pada nenonatal meliputi:
a) BBLR atau berat lahir kurang dari 2500
gram
b) Bayi dengan tetanus neonatorum
c) Bayi baru lahir dengan asfiksia
d) Bayi dengan ikterus neonatorum yaitu
ikterus lebih dari 10 hari setelah lahir
e) Bayi baru lahir dengan sepsis
f) Bayi lahir dengan berat lebih dari 4000
gram
g) Bayi pre term dan post term
h) Bayi lahir dengan cacat bawaan sedang
i) Bayi lahir dengan persalinan dengan
tindakan (Depkes RI, 2007)

13
2.3. Manual Rujukan KIA
2.3.1. Pengembangan Manual Rujukan KIA
Sistem rujukan yang dibangun harus dilengkapi dengan manual supaya bisa
dilaksanakan dengan lebih tertata dan jelas. Manual rujukan sebaiknya
disusun dan dikembangkan oleh kelompok kerja/ tim rujukan di sebuah
kabupaten/kota. Tujuan manual adalah untuk menjalankan sistem rujukan
pelayanan ibu dan anak dikaitkan dengan sumber pembiayaannya. Manual
rujukan tersusun dari kejadian yang dapat dialami oleh ibu dan bayi dalam
proses kehamilan dan persalinan, dan bagaimana proses tersebut didanai
(Purnomo, 2012).

2.3.2. Tujuan
1. Menggambarkan alur kegiatan pelayanan ibu hamil, persalinan,
nifas, dan pelayanan bayi berdasarkan continuum of care lengkap
dengan pedoman dan SOP yang terkait dengan sumber pembiayaan.
2. Menjelaskan uraian tugas (Job description) lembaga-lembaga dan
profesi yang terlibat dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak
3. Menjadi acuan kegiatan dilapangan untuk kelompok kerja rujukan
dalam perencanaan, perencanaan, dan monitoring hasil (Purnomo,
2012).

2.3.3. Kebijakan dan Prinsip Dasar


2.3.3.1. Prinsip Umum
1. Prinsip utama adalah mengurangi kepanikan dan kegaduhan
yang tidak perlu dengan cara menyiapkan persalinan (rujukan
terencana) bagi yang membutuhkan (pre-emptive strategy).
Sementara itu bagi persalinan emergency harus ada alur yang
jelas.
2. Bertumpu pada proses pelayanan KIA yang menggunakan
continuum of care dengan sumber dana.
3. Sarana pelayanan kesehatan dibagi menjadi 3 jenis: RS PONEK
24 jam, Puskesmas PONED dan Sarana Pelayanan Kesehatan

14
Lainnya seperti Puskesmas, bidan praktek, Rumah Bersalin,
Dokter Praktek Umum, dan lain-lain
4. Harus ada RS PONEK 24 jam dengan hotline yang dapat
dihubungi 24 jam.
5. Sebaiknya ada hotline di Dinas Kesehatan 24 jam dengan sistem
jaga untuk mendukung kegiatan persalinan di RS.
6. Memperhatikan secara maksimal ibu-ibu yang masuk dalam:
a. Kelompok A. Mengalami masalah dalam kehamilan saat
di ANC dan di prediksi akan mempunyai masalah dalam
persalinan yang perlu dirujuk secara terencana;
b. Kelompok B. Ibu-ibu yang dalam ANC tidak bermasalah.
Dalam persalinan, ternyata ada yang bermasalah dalam
persalinan sehingga membutuhkan penanganan
emergency. Di kelompok ini ada 3 golongan:
1) Kelompok B1. Ibu-ibu bersalin yang membutuhkan
rujukan emergency ke RS PONEK 24 jam.
2) Kelompok B2. Ibu-ibu bersalin yang ada kesulitan
namun tidak perlu dirujuk ke RS PONEK 24 jam
3) Kelompok B3. Ibu-ibu yang mengalami persalinan
normal.
7. Menekankan pada koordinasi antar lembaga seperti LKMD,
PKK, dan pelaku
8. Memberikan petunjuk rinci dan jelas mengenai pembiayaan,
khususnya untuk mendanai ibu-ibu kelompok A dan kelompok
B1 dan B2 (Purnomo, 2012)

2.3.3.2. Alur Rujukan dari Hulu ke Hilir


1. Ibu Hamil dapat mendapatkan pelayanan ANC diberbagai
Sarana Pelayanan Kesehatan (Bidan, Puskesmas biasa,
Puskesmas PONED, RB, RS biasa atau RS PONEK)
2. Sarana Pelayanan Kesehatan mengidentifiksi jenis kehamilan
dan perkiraan jenis persalinan dari ibu-ibu yang mendapatkan
pelayanan ANC dimasing-masing sarana.

15
3. Sarana Pelayanan Kesehatan mengelompokan jenis kehamilan
dan jenis persalinan menjadi 2 kelompok. Kelompok A:
merupakan ibu-ibu yang dideteksi mempunyai permasalahan
dalam kehamilan dan diprediksi akan mempunyai permasalahan
dalam persalinan; Kelompok B: merupakan ibu-ibu yang dalam
ANC tidak ditemukan permasalahan.
4. Sarana Pelayanan Kesehatan akan merujuk Ibu Hamil
Kelompok A ke RS PONEK (kecuali ibu hamil tersebut sudah
ditangani di RS PONEK sejak ANC)
5. Sarana Pelayanan Kesehatan akan menangani persalinan ibu
Hamil Kelompok B
6. Pada saat persalinan Sarana Pelayanan Kesehatan akan
mengidentifikasi kemungkinan terjadinya penyulit pada
persalinan menggunakan proses dan tehnik yang baik (misalnya
penggunaan partogram)
7. Sarana pelayanan kesehatan mengelompokkan jenis persalinan
menjadi 3 kelompok: Kelompok B1: Ibu-ibu yang mengalami
permasalahan di dalam persalinan dan harus dirujuk emergency
(dirujuk dalam keadaan in-partu); Kelompok B2: Ibu-ibu yang
mengalami permasalahan di dalam persalinan tapi tidak
memerlukan rujukan; Kelompok B3: Ibu-ibu dengan persalinan
tidak bermasalah
8. Ibu bersalin kelompok B1 akan dirujuk ke RS PONEK (kecuali
persalinan memang sudah ditangani di RS PONEK
9. Ibu besalin kelompok B2 dapat ditangani di Puskesmas PONED
10. Ibu bersalin kelompok B3 dapat ditangani di seluruh jenis sarana
pelayanan kesehatan/persalinan (Puskesmas, RB, RS)
11. Bayi baru lahir yang dimaksud dalam manual ini adalah
neonatus berusia antara 0-28 hari.
12. Bayi baru lahir tanpa komplikasi dapat ditangani di seluruh jenis
sarana pelayanan kesehatan termasuk RS PONEK apabila sang
ibu bersalin di RS PONEK tersebut (karena masuk kelompok A
dan B1)

16
13. Bayi baru lahir dengan komplikasi dapat lahir dari ibu dengan
komplikasi persalinan maupun dari ibu yang melahirkan normal,
baik di Rumah Sakit PONEK atau di sarana pelayanan
kesehatan primer
14. Bayi baru lahir yang telah pulang pasca kelahiran dan kemudian
kembali lagi ke fasilitas kesehatan karena menderita sakit juga
termasuk dalam manual rujukan ini.
15. Bayi baru lahir kontrol ke sarana pelayanan kesehatan sesuai
dengan surat kontrol yang diberikan oleh fasilitas kesehatan di
tempat kelahiran
16. Pengelompokan tingkat kegawatan bayi baru lahir dilakukan
berdasarkan algoritme MTBS. Bayi baru lahir dengan sakit berat
dirujuk ke Rumah Sakit PONEK, bayi baru lahir dengan sakit
sedang-berat dirujuk ke Puskesmas PONED, sementara bayi
baru lahir sakit ringan ditangani di sarana pelayanan kesehatan
primer atau di sarana pelayanan kesehatan tempat bayi kontrol
(Purnomo, 2012).

17
BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Dari penjelasan pada bab sebelumnya, maka kesimpulan yan dapat diambil adalah.
Rujukan kesehatan ibu dan anak adalah sistem rujukan yang dikelola secara
strategis, proaktif, pragmatis dan koordinatif untuk menjamin pemerataan
pelayanan kesehatan maternal dan neonatal yang paripurna dan komprehensif bagi
masyarakat yang membutuhkannya terutama ibu dan bayi baru lahir, dimanapun
mereka berada dan berasal dari golongan ekonomi manapun, agar dapat dicapai
peningkatan derajat kesehatan ibu hamil dan bayi melalui peningkatan mutu dan
ketrerjangkauan pelayanan kesehatan internal dan neonatal di wilayah mereka
berada (Depkes, 2006). Menurut Syafrudin (2009), kegiatan rujukan terbagi
menjadi tiga macam yaitu rujukan pelayanan kebidanan, pelimpahan pengetahuan
dan keterampilan, rujukan informasi medis dan hal hal yang harus dipersiapkan
dalam melakukan tindakan rujukan harus memperhatikan dengan mengacu pada
prinsip BASOKUDAPN.

3.2.Saran
Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan
pembaca. Serta diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca
maupun penulis dapat memahami mengenai sistem rujukan kesehatan pada ibu dan
anak.

18
Evaluasi
1. Prinsip dasar dalam merujuk dan transportasi bayi baru lahir adalah sebagai
berikut:
a. Apabila bayi dirujuk ke fasilitas yang lebih lengkap, yakinkan
bahwa bayi akan mendapatkan keuntungan atau nilai positif
dibanding bila hanya tetap dirawat di tempat asalnya
b. Pada saat merujuk bayi berada dalam kondisi gawat atau terdapat tanda
bahaya
c. Pengambilan keputusan cukup diambil oleh petugas kesehatan
d. Penjelasan alasan rujukan dapat setelah tiba di tempat rujukan
2. Kasus atau keadaan yang memerlukan rujukan ke fasilitas yang lebih
lengkap adalah:
a. BBLR >1750 gram
b. Asfiksia yang tidak memberikan respon pada resusitasi
c. Bayi yang ibunya meninggal
d. Bayi dengan reflek menelan baik
3. Bayi baru lahir yang akan dirujuk harus dalam keadaan stabil, bayi dalam
keadaan stabil bila:
a. Ventilasi kurang adekuat
b. Kulit dan bibir kemerahan
c. Frekuensi jantung lebih dari 160 kali/ menit
d. Suhu aksiler lebih dari 370C
4. Bayi baru lahir akan dirujuk harus memenuhi syarat untuk melakukan
transportasi sebagai berikut :
a. Bayi dalam kondisi stabil
b. Bayi boleh diletakkan di dekat jendela
c. Membawa alat untuk pertolongan persalinan
d. Kendaraan pengangkut menggunakan pendingin (AC)
5. Pada system rujukan dan transportasi dikenal istilah regionalisasi rujukan
perinatal. Yang dimaksud dengan pelayanan perinatal level II adalah:
a. Polindes
b. Puskesmas
c. Rumah bersalin
d. Rumah sakit rujukan dasar

19
6. Salah satu tindakan merujuk perlu dilengkapi data antara lain:
a. Surat rujukan
b. Sampel darah ibu
c. Oksigen
d. Alat resusitasi
7. Peralatan dan obat obatan minimal yang harus tersedia pada saat melakukan
transportasi:
a. Alat untuk NGT
b. Obat antipiretik
c. Selimut penghangat
d. Kendaraan yang hangat
8. Indikasi pemberian oksigen pada saat melakukan transportasi adalah?
a. Bayi yang hypotermi
b. Bayi mengalami ikterus
c. BBLR kurang dari 1750 gram
d. Bayi mengalami sianosis sentral
9. Jumlah oksigen yang diberikan melalui kateter nasal adalah:
a. 2 – 3 lt/ mnt (konsentrasi 21 %)
b. 4-5 lt/ menit (konsentrasi 40%)
c. 6 – 8 lt/ menit (konsentrasi >50%)
d. 2 – 3 lt (konsentrasi 40%)
10. Tujuan stabilisasi keadaan bayi sebelum dilakukan rujukan...
a. Bayi lebih nyaman saat dirujuk
b. Mencegah kondisi bayi bertambah berat
c. Kemungkinan bayi tertangani lebih besar
d. Bayi bisa mencapai tempat rujukan dengan cepat
11. Ny. A baru saja melahirkan bayinya, KU baik TTV, TD 120/80, R 22
x/menit, suhu 37ºC, setelah 15 menit kemudian plasentanya belum lahir dan
bidan memberikan suntikan oksitosin kedua 10 IU IM. Setelah 15 menit
kedua plasenta belum juga lahir. rujukan yang tepat untuk Ny.A adalah..
a. Puskesdes
b. Poned
c. Polides
d. Rumah sakit

20
12. Ny. E 26 tahun ke BPM mengeluh sudah 2 bulan tidak menstruasi, perut
bagian bawah nyeri dan mengeluarkan bercak darah berwarna coklat. Hasil
pemeriksaan dalam belum ada pembukaan portio, nyeri goyang, PP test
(+).Tindakan yang dilakukan bidan adalah…
a. Pasang infuse rujuk ke RS
b. Anjurkan ibu untuk bed rest total
c. Beri infuse
d. Dilakukan digital
13. Ny. D, 23 tahun, GI P0 A0, datang ke Bidan untuk
memeriksakan kehamilannya. Keluhan: mual muntah terus menerus, tidak
nafsu makan dan nyeri epigastrium, tidak menstruasi 2 bulan. Hasil
pemeriksaan TD 90/60 mmHg, nadi 96 x/menit, suhu 38° C, RR 18 x/menit,
nafas tercium bau acetone dan PP tes (+). Ny. D khawatir dengan keadaan
dirinya. Berikut ini merupakan prinsip BAKSOKUDAPN yang harus di
perhatikan oleh bidan, kecuali.....
a. Bidan
b. Darah
c. Pendamping
d. Nutrisi
14. Ny. C membawa anaknya yang mengalami kejang demam ke rumah bidan
Ani. Bidan Ani melakukan pertolongan pertama pada kejang demam, karena
tindakan yang dilakukan bidan tidak berhasil bidan merujuk anak terseut ke
rumah sakit untuk mendapatkan tindakan pengobatan yang lebih baik.
Sistem rujukan yang dilakukan oleh bidan merupakan jenis sistem
rujukan.....
a. Rujukan medik
b. Rujukan kesehatan
c. Rujukan horizontal
d. Rujukan vertikal
15. Ny A datang ke bidan untuk memeriksa kondisinya. Dari data hasil
pemeriksaan keadaan ibu baik, suhu 39 celcius. Diperkirakan ibu terkena
penyakit pernafasan. Maka, akan dilakukan pemeriksaan laboratorium pada
lendir saluran hidung. Maka, bidan melakukan tindakan rujukan yang
disebut ...

21
a. Transfer of personal
b. Transfer of patient
c. Transfer of speciment
d. Transfer of knowledge
16. Berikut adalah rujukan yang terkait dengan upaya pencegahan penyakit dan
peningkatan derajat kesehatan. Berdasarkan tujuan rujukan tersebut ...
a. Rujukan Medic
b. Rujukan Kesehatan
c. Rujukan Personal
d. Rujukan Pasien
17. Manfaat yang akan dirasakan dari unsur pembentuk pelayanan kesehatan
ialah membantu penghematan dana karena tidak perlu menyediakan berbagai
macam peralatan kedokteran pada setiap sarana kesehatan, memperjelas
sistem pelayanan kesehatan karena terdapat hubungan kerja antara berbagai
sarana kesehatan yang tersedia dan memudahkan pekerjaan administrasi
terutama pada aspek perencanaan. Berdasarkan manfaat yang didapatkan
ditinjau dari aspek manfaat ....
a. Kalangan kesehatan sebagai penyelenggara
b. Kalangan masyarakat sebagai pemh sebagai jasa
c. Kalangan pemerintah sebagai penentu kebijakan
d. Kalangan elit politik kesehatan

18. Berikut adalah jalur rujukan sekurang-kurangnya harus mampu melakukan


stabilisasi pasien dengan kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang
datang sendiri maupun yang dirujuk oleh kader/dukun/bidan di desa sebelum
melakukan rujukan ke puskesmas mampu PONED dan RS PONEK. Dari hal
diatas jalur rujukan yang dimaksud adala ...
a. Puskesmas non-PONED
b. POLINDES
c. POSKESDES
d. Balai Kesehatan Desa

19. Ditemukan penderita yang tidak dapat ditangani sendiri oleh keluarga atau
kader/dukun bayi, maka segera dirujuk ke fasilitas pelayanan kesehatan yang

22
terdekat, oleh karena itu mereka belum tentu dapat menerapkan ke tingkat
kegawatdaruratan. Berdasarkan tingkat penangan kegawatdaruratan
termasuk pada tingkat .
a. Pada tingkat bidan desa
b. Pada tingkat kader
c. Pada tingkat ahli medik
d. Pada tingkat horizontal
20. Prinsip umum rujukan alam persalinan, ternyata ada yang bermasalah dalam
persalinan sehingga membutuhkan penanganan emergency. Pada ibu A
bersalin yang ada kesulitan namun tidak perlu dirujuk ke RS PONEK 24
jam. Berdasarkan kasus diatas pengelompokan dengan pengamatan secara
maksimal kondisi ibu tersebut termasuk kedalam ....
a. Kelompok B1
b. Kelompok B2
c. Kelompok B3
d. Kelompok B4

23

You might also like