You are on page 1of 13

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL


DI RUANG KENARI RSJ MENUR SURABAYA

Oleh :

DEVI AGUS WIJAYANTI


P27820116041

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN SURABAYA
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SOETOMO SURABAYA
2018/2019
I. Kasus (Masalah Utama)
Isolasi Sosial

II. Proses Terjadinya Masalah


1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.
Individu mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Stuart & Sundeen, 2006).

2. Manifestasi Klinis
Gejala sujektif :
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau di tolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman dengan orang lain
c. Respon verbal kurang dan sangat singkat
d. Klien mengatakan hubunga yang tidak berarti dengan orang lain
e. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
f. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
g. Klien merasa tidak berguna
h. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
i. Klien merasa di tolak
Gejala objektif :
a. Klien banyak diam dan tidak mau bicara
b. Tidak mengikuti kegiatan
c. Banyak berdiam diri di kamar
d. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
e. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
f. Kontak mata kurang
g. Kurang spontan
h. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
i. Ekspresi wajah kurang berseri
j. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
k. Mengisolasi diri
l. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
m. Masukan makanan dan minuman terganggu
n. Retensi urin dan feses
o. Aktifitas menurun
p. Kurang energy
q. Rendah diri
r. Postur tubuh kurang misalnya sikap fetus/ janin (khususnya pada posisi tidur)

3. Rentang Respon Halusinasi

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Menyendiri Merasa sendiri Manipulasi
Otonomi Menarik diri Impulsif
Bekerjasama Tergantung Narcissisme
Saling tergantung

(Stuart & Sundeen, 2006)

Respon adaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan dengan cara


yang dapat diterima oleh norma-norma masyarakat. Menurut Sujono & Teguh
(2009) respon adaptif meliputi :
a. Solitude atau menyendiri
Respon yang dilakukan individu untuk merenungkan apa yang telah
terjadi atau dilakukan dan suatu cara mengevaluasi diri dalam menentukan
rencana-rencana.
b. Autonomy atau otonomi
Kemampuan individu dalam menentukan dan menyampaikan ide, pikiran,
perasaan dalam hubungan sosial. Individu mampu menetapkan untuk
interdependen dan pengaturan diri.
c. Mutuality atau kebersamaan
Kemampuan individu untuk saling pengertian, saling memberi, dan
menerima dalam hubungan interpersonal.
d. Interdependen atau saling ketergantungan
Suatu hubungan saling ketergantungan saling tergantung antar individu
dengan orang lain dalam membina hubungan interpersonal.
Respon maladaptif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah
dengan cara-cara yang bertentangan dengan norma-norma agama dan masyarakat.
Menurut Sujono & Teguh (2009) respon maladaptif tersebut adalah :
a. Manipulasi
Gangguan sosial dimana individu memperlakukan orang lain sebagai
obyek, hubungan terpusat pada masalah mengendalikan orang lain dan
individu cenderung berorientasi pada diri sendiri. Tingkah laku mengontrol
digunakan sebagai pertahanan terhadap kegagalan atau frustasi dan dapat
menjadi alat untuk berkuasa pada orang lain.
b. Impulsif
Respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subyek yang tidak
dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu merencanakan, tidak
mampu untuk belajar dari pengalaman dan miskin penilaian.
c. Narkisisme
Respon sosial ditandai dengan individu memiliki tingkah laku
egosentris, harga diri yang rapuh, terus menerus berusaha mendapatkan
penghargaan dan mudah marah jika tidak mendapat dukungan dari orang lain.
Sedangkan gangguan hubungan sosial yang sering terjadi pada rentang
respon maladaptif (Stuart & Sundeen, 2006), yaitu :
a. Menarik diri; individu menemukan kesulitan dalam
membina hubungan dengan orang lain.
b. Tergantung (dependen); individu sangat tergantung dengan
orang lain, individu gagal mengembangkan rasa percaya diri.
c. Manipulasi; Individu tidak dapat dekat dengan orang lain,
orang lain hanya sebagai objek.
d. Curiga; tertanam rasa tidak percaya terhadap orang lain dan
lingkungan.

4. Faktor Predisposisi
Menurut Fitria (2009) ada empat faktor predisposisi yang menyebabkan
Isolasi Sosial, diantaranya:
a. Faktor Tumbuhan Kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan
yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Bila
tugas perkembangan tidak terpenuhi maka akan menghambat fase
perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah sosial.
Dibawah ini akan dijelaskan tahap perkembangan serta tugas
perkembangan
Tahap Perkembangan Tugas
Masa Bayi Menetapkan rasa percaya.
Masa Bermain Mengembangkan otonomi dan awal perilaku
mandiri
Masa Prasekolah Belajar menunjukan inisiatif, rasa tanggung
jawab, dan hati nurani
Masa Sekolah Belajar berkompetisi, bekerja sama, dan
berkompromi
Masa Praremaja Menjalin hubungan intim dengan teman sesama
jenis kelamin
Masa Dewasa Muda Menjadi saling bergantung antara orang tua dan
teman, mencari pasangan, menikah, dan
mempunyai anak
Masa Tengah Baya Belajar menerima hasilkehidupan yang sudah
dilalui
Masa Dewasa Tua Berduka karena kehilangan dan
mengembangkan perasaan keterkaitan dengan
budaya
(Erik Erikson dalam Stuart, 2007)
b. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan
suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini
disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga di mana setiap
anggota keluarga yang tidak produktif seperti lanjut usia, penyakit kronis, dan
penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
c. Faktor Biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi
terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien
skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki
struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran
dan bentuk sel sel dalam limbik dan daerah kortikal.

d. Faktor Komunikasi dan Keluarga


Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Dalam teori ini yang termasuk
dalam masalah berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidakjelasan yaitu
suatu keadaan dimana seorang anggota keluarga menerima pesan yang saling
bertentangan dalam waktu bersama atau ekspresi emosi yang tinggi dalam
keluarga yang menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar
keluarga.

5. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) faktor presipitasi atau stresor pencetus pada umumnya
mencakup peristiwa kehidupan yang menimbulkan stres seperti kehilangan, yang
memenuhi kemampuan individu berhubungan dengan orang lain dan
menyebabkan ansietas. Faktor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori
yaitu sebagai berikut:
a. Stresor Sosiokultural. Stress dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas
unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti.
b. Stresor Psikologi. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau
kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan.

6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Kecemasan koping
yang sering digunakan adalah regresi, represi dan isolasi. Sedangkan contoh
sumber koping yang dapat digunakan misalnya keterlibatan dalam hubungan yang
luas dalam keluarga dan teman, hubungan dengan hewan peliharaan,
menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal seperti
kesenian, musik, atau tulisan, (Stuart and sundeen,1998).

III. A. Pohon Masalah

B. Masalah dan Data yang Perlu Dikaji


Data Mayor Data minor
Subyektif: Subyektif:
Mengatakan malas berinteraksi, Curiga dgn org lain, mendengar
org lain tdk mau menerima suara2/ melihat bayangan,
dirinya merasa tdk berguna.
Obyektif: Obyektif:
Menyendiri, mengurung diri, Mematung, mondar-mandir
tidak mau bercakap2dgn org tanpa arah, tdk
lain.

IV. Diagnosa Keperawatan


a. Diagnosa utama : Isolasi sosial
b. Diagnosa lain yang menyertai diagnosa isolasi sosial menurut Keliat (2006)
adalah sebagi berikut:
1. Gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
2. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri
3. Gangguan konsep diri: harga diri rendah
4. Ketidakefektifan penatalaksanaan program teraupetik
5. Defisit perawatan diri
6. Ketidakefektifan koping keluarga: ketidakmampuan keluarga merawat klien
dirumah.
7. Gangguan pemeliharaan kesehatan

V. Rencana Tindakan Keperawatan


N Perencanaan
Dx
No. Tujuan Krteria Evaluasi Intervensi Rasional
1. Isolasi Klien mampu : Setelah … SP 1 1. Mengetahui
sosial 1. Menyadari pertemuan klien (Tgl……………..) penyebab isolasi
penyebab dapat : 1. Identifikasi soaial dan
isolasi sosial 1. Membina penyebab memudahkan
2.Berinteraksi hubungan saling a. Siapa yang satu dalam intervensi
dengan orang percaya rumah dengan selanjutnya.
lain 2. Menyadari klien
penyebab b. Siapa yang dekat
isolasi sosial, dengan klien? Apa
keuntungan dan penyebabnya?
kerugian c. Siapa yang tidak
berinteraksi dekat dengan klien
dengan orang apa sebabnya?
lain d. Tanyakan
3. Melakukan keuntungan dan
interaksi dengan kerugian
orang lain berinteraksi
secara bertahap dengan orang lain
e. Tanyakan
pendapat klien
tentang kebiasaan
berinteraksi
dengan orang lain
f. Tanyakan apa yang
menyebabkan
klien tidak ingin
berinteraksi
dengan orang lain
2. Identifikasi 2. Apersepsi
presepsi mengenai dengan klien
interaksi. dan menambah
a. Diskusikan pengetahuan
keuntungan bila klien tentang
klien memiliki keuntungan dan
banyak teman dan kerugian tidak
bergaul akrab berinteraksi
dengan mereka
b. Diskusikan
kerugian bila klien
hanya mengurung
diri dan tidak
bergaul dengan
orang lain
3. Ajarkan Pola 3. Menambah
Interaksi pengetahuan
a. Jelaskan pengaruh dan
isolasi sosial keterampilan
terhadap kesehatan klien dalam
fisik klien berkenalan
b. Latih berkenalan dengan orang
c. Jelaskan kepada lain.
klien cara
berinteraksi
dengan orang lain
d. Berikan contoh
cara berinteraksi
dengan orang lain
e. Beri kesempatan
klien
mempraktekan
cara berinteraksi
dengan orang lain
yang dilakukan
dihadapan perawat
f. Mulailah bantu
klien berinteraksi
dengan satu orang
teman / anggota
keluarga
g. Bila klien sudah
menunjukan
kemajuan
tingkatkan jumlah
interaksi dengan 2,
3, 4 orang dan
seterusnya
h. Beri pujian untuk
setiap kemajuan
interaksi yang
telah dilakukan
oleh klien
i. Siap
mendengarkan
ekspresi perasaan
klien setelah
berinteraksi
dengan orang lain,
mungkin klien
akan
mengungkapkan
keberhasilan atau
kegagalannya, beri
dorongan terus
menerus agar klien
tetap semangat
mengingatkan
interaksinya
j. Masukan dalam
jadwal kegiatan
klien
SP 2 (Tgl … ) 1. Mengetahui
1. Evaluasi kegiatan perkembangan
yang lalu (SP 1) klien dan data
dasar untuk
intervensi
selanjutnya
2. Latih 2. Menumbuhkan
berhubungan sosial keterbiasaan dan
secara intensif motivasi untuk
berinteraksi
3. Mendisiplinkan
3. Masukkan dalam dan melaitih klien
jadwal kegiatan untuk terus
klien berkenalan

SP 3 ( Tgl … ) 1. Mengetahui
1. Evaluasi kegiatan perkembangan
yang lalu (SP 1 & klien dan data
2) dasar untuk
intervensi
selanjutnya
2. Latih cara 2. Menumbuhkan
berkenalan dengan keterbiasaan dan
dua orang atau motivasi untuk
lebih berinteraksi
dengan orang
yang lebih
banyak
3. Memotivasi
3. Masukkan dalam klien untuk
jadwal kegiatan terus
klien berinteraksi
dengan orang
lain

Keluarga Setelah … SP. 1 (Tgl……. ) 1. ·Diharapka


mampu: pertemuan 1. Identifikasi keluarga dapat
Merawat klien keluarga mampu masalah yang ada merawat klien
isolasi sosial menjelaskan dihadaopan dengan benar
dirumah tentang: keluarga dalam dan baik.
1. Masalah isolasi merawat klien. 2. Diharapkan
sosial dan 2. Penjelasan tentang keluarga dapat
dampaknya masalah yang ada mengerti
pada klien pada klien (isolasi dampak,
2. Penyebab Sosial). penyebab, dan
isolasi sosial 3. Cara perawatan tanda gejalanya
3. Sikap keluarga klien dengan
untuk isolasi sosial.
membantu klien 4. Latih (simulasi)
mengatasi 5. RTL
isolasi sosialnya keluarga/jadwal
4. Pengobatan keluarga untuk
yang merawat klien.
berkelanjutan
dan untuk
mencegah putus
obat
5. Tempat rujukan
dan fasilitas
kesehatan yang
tersedia bagi
klien

SP.2 (Tgl…..) Diharapkan


1. Evaluasi kegiatan keluarga dapat
sebelumnya (Sp 1). melakukannya
2. Latih klien dengan benar
dihadapan keluarga
dan klien
3. RTI keluarga klien
untuk merawat
klien
SP.3 (Tgl…..) Diharapkan
1. Evaluasi kegiatan keluarga dapat
sebelumnya (Sp 1 melakukannya
dan 2). dengan benar
2. Latih
keluarga/klien
dihadapan keluarga
dank lien
3. RTI keluarga/klien
untuk merawat
klien.
SP.4 (Tgl…..) Mengetahui
1. Evaluasi tingakat
kemampuan keberhasilan
keluarga implementasi
2. Evaluasi
kemampuan klien
3. Rencana tindak
lanjut keluarga
4. Follow up
5. Rujukan

VI. Pelaksanaan
Merupakan tahap pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan
maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal dalam pelaksanaan
disesuaikan dengan rencana keperawatan dan kondisi klien.

VII. Evaluasi
Evaluasi yang ingin dicapai yaitu :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien menyadari penyebab isolasi sosial, keuntungan dan kerugian berinteraksi
dengan orang lain
c. Klien melakukan interaksi dengan orang lain secara bertahap
Daftar Pustaka

Fitria, 2010 Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Keliat, B. A. 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Stuart & Sundeen, 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Sujono, Riyadi & Purwanto Teguh. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung : PT Refika Aditama

You might also like