Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
2. Manifestasi Klinis
Gejala sujektif :
a. Klien menceritakan perasaan kesepian atau di tolak oleh orang lain
b. Klien merasa tidak aman dengan orang lain
c. Respon verbal kurang dan sangat singkat
d. Klien mengatakan hubunga yang tidak berarti dengan orang lain
e. Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
f. Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
g. Klien merasa tidak berguna
h. Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
i. Klien merasa di tolak
Gejala objektif :
a. Klien banyak diam dan tidak mau bicara
b. Tidak mengikuti kegiatan
c. Banyak berdiam diri di kamar
d. Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
e. Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
f. Kontak mata kurang
g. Kurang spontan
h. Apatis (acuh terhadap lingkungan)
i. Ekspresi wajah kurang berseri
j. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
k. Mengisolasi diri
l. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar
m. Masukan makanan dan minuman terganggu
n. Retensi urin dan feses
o. Aktifitas menurun
p. Kurang energy
q. Rendah diri
r. Postur tubuh kurang misalnya sikap fetus/ janin (khususnya pada posisi tidur)
4. Faktor Predisposisi
Menurut Fitria (2009) ada empat faktor predisposisi yang menyebabkan
Isolasi Sosial, diantaranya:
a. Faktor Tumbuhan Kembang
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan
yang harus dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Bila
tugas perkembangan tidak terpenuhi maka akan menghambat fase
perkembangan sosial yang nantinya akan dapat menimbulkan masalah sosial.
Dibawah ini akan dijelaskan tahap perkembangan serta tugas
perkembangan
Tahap Perkembangan Tugas
Masa Bayi Menetapkan rasa percaya.
Masa Bermain Mengembangkan otonomi dan awal perilaku
mandiri
Masa Prasekolah Belajar menunjukan inisiatif, rasa tanggung
jawab, dan hati nurani
Masa Sekolah Belajar berkompetisi, bekerja sama, dan
berkompromi
Masa Praremaja Menjalin hubungan intim dengan teman sesama
jenis kelamin
Masa Dewasa Muda Menjadi saling bergantung antara orang tua dan
teman, mencari pasangan, menikah, dan
mempunyai anak
Masa Tengah Baya Belajar menerima hasilkehidupan yang sudah
dilalui
Masa Dewasa Tua Berduka karena kehilangan dan
mengembangkan perasaan keterkaitan dengan
budaya
(Erik Erikson dalam Stuart, 2007)
b. Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan
suatu faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini
disebabkan oleh norma-norma yang salah dianut oleh keluarga di mana setiap
anggota keluarga yang tidak produktif seperti lanjut usia, penyakit kronis, dan
penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosialnya.
c. Faktor Biologis
Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung terjadinya
gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang dapat mempengaruhi
terjadinya gangguan hubungan sosial adalah otak, misalnya pada klien
skizofrenia yang mengalami masalah dalam hubungan sosial memiliki
struktur yang abnormal pada otak seperti atropi otak, serta perubahan ukuran
dan bentuk sel sel dalam limbik dan daerah kortikal.
5. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007) faktor presipitasi atau stresor pencetus pada umumnya
mencakup peristiwa kehidupan yang menimbulkan stres seperti kehilangan, yang
memenuhi kemampuan individu berhubungan dengan orang lain dan
menyebabkan ansietas. Faktor pencetus dapat dikelompokkan dalam dua kategori
yaitu sebagai berikut:
a. Stresor Sosiokultural. Stress dapat ditimbulkan oleh menurunnya stabilitas
unit keluarga dan berpisah dari orang yang berarti.
b. Stresor Psikologi. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau
kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan.
6. Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Kecemasan koping
yang sering digunakan adalah regresi, represi dan isolasi. Sedangkan contoh
sumber koping yang dapat digunakan misalnya keterlibatan dalam hubungan yang
luas dalam keluarga dan teman, hubungan dengan hewan peliharaan,
menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal seperti
kesenian, musik, atau tulisan, (Stuart and sundeen,1998).
SP 3 ( Tgl … ) 1. Mengetahui
1. Evaluasi kegiatan perkembangan
yang lalu (SP 1 & klien dan data
2) dasar untuk
intervensi
selanjutnya
2. Latih cara 2. Menumbuhkan
berkenalan dengan keterbiasaan dan
dua orang atau motivasi untuk
lebih berinteraksi
dengan orang
yang lebih
banyak
3. Memotivasi
3. Masukkan dalam klien untuk
jadwal kegiatan terus
klien berinteraksi
dengan orang
lain
VI. Pelaksanaan
Merupakan tahap pelaksanaan rencana tindakan yang telah ditentukan dengan
maksud agar kebutuhan klien terpenuhi secara optimal dalam pelaksanaan
disesuaikan dengan rencana keperawatan dan kondisi klien.
VII. Evaluasi
Evaluasi yang ingin dicapai yaitu :
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien menyadari penyebab isolasi sosial, keuntungan dan kerugian berinteraksi
dengan orang lain
c. Klien melakukan interaksi dengan orang lain secara bertahap
Daftar Pustaka
Fitria, 2010 Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
Keliat, B. A. 2009. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC
Stuart & Sundeen, 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Sujono, Riyadi & Purwanto Teguh. 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. Bandung : PT Refika Aditama