You are on page 1of 3

PENGERTIAN ATRESIA ESOPHAGUS

Atresia berarti buntu, atresia esofagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang atau
muara (buntu), pada esofagus (+).atresia esophagus adalah kegagalan esophagus untuk
membentuk saluran kotinu dari faring ke lambung selama perkembangan embrionik .
TANDA DAN GEJALA ATRESIA ESOPHAGUS
Tanda dan gejala Atresia Esofagus yang mungkin timbul:
 Batuk ketika makan atau minum
 Bayi menunjukkan kurangnya minat terhadap makanan atau ketidakmampuan untuk
menerima nutrisi yang cukup (pemberian makan yang buruk
 Gelembung berbusa putih di mulut bayi
 Memiliki kesulitan bernapas
 Memiliki warna biru atau ungu pada kulit dan membran mukosa karena kekurangan
oksigen (sianosis)
 Meneteskan air liur
 Muntah-muntah
 Biasanya disertai hidramnion (60%) dan hal ini pula yang menyebabkan kenaikan
frekuensi bayi lahir prematur, sebaiknya dari anamnesis didapatkan keterangan bahwa
kehamilan ibu diertai hidramnion hendaknya dilakukan kateterisasi esofagus. Bila kateter
terhenti pada jarak ≤ 10 cm, maka di duga atresia esofagus.
 Bila pada bbl Timbul sesak yang disertai dengan air liur yang meleleh keluar, di curigai
terdapat atresia esofagus.
 Segera setelah di beri minum, bayi akan berbangkis, batuk dan sianosis karena aspirasi
cairan kedalam jalan nafas.
 Pada fistula trakeosofagus, cairan lambung juga dapat masuk kedalam paru, oleh karena
itu bayi sering sianosis

ETIOLOGI
Etiologi atresia esophagus merupakan multifaktorial dan masih belum diketahui dengan
jelas. Atresia esophagus merupakan suatu kelainan bawaan pada saluran pencernaan.
Terdapat beberapa jenis atresia, tetapi yang sering ditemukan adalah kerongkongan yang
buntu dan tidak tersambung dengan kerongkongan bagian bawah serta lambung. Atresia
esophagus dan fistula ditemukan pada 2-3 dari 10.000 bayi.
Hingga saat ini, teratogen penyebab kelainan ini masih belum diketahui. Terdapat laporan
yang menghubungkan atresia esophagus dalam keluarga.juga dihubunterdapat 2% resiko
apabila saudara telah terkena kelainan ini. Kelainan ini juga dihubungkan dengan trisomi 21,
13, 18. Angka kejadian pada anak kembar dinyatakan 6x lebih banyak dibanding bukan
kembar.

PATOFISIOLOGI
Patogenesis dan etiologi atresia esofagus tidaklah jelas. Trakea dan esofagus normalnya
berkembang dan terpisah akibat lipatan cranial, ventral, dan dorsal yang muncul di dalam
foregut.
Atresia esofagus dengan fistula distal akibat dari invaginasi ventral yang berlebihan pada
lipatan faringo-esofagus, yang menyebabkan kantung esofagus bagian atas mencegah lipatan
cranial dari menuju ke bawah ke lipatan ventral. Untuk itu, sambungan dipasangkan antara
esofagus dan trakea.
Motilitas dari esophagus selalu dipengaruhi pada atresia esophagus. Gangguan peristaltic
esophagus biasanya paling sering dialami pada bagian esophagus distal. Janin dengan atresia
tidak dapat dengan efektif menelan cairan amnion. Sedangkan pada atresia esophagus dengan
fistula trkeoesofageal distal, cairan amnion masuk melaalui trakea kedalam usus.
Polihydramnion bisa terjadi akibat perubahan dari sirkulasi amnion pada janin.
Neonates dengan atresia tidak dapat menelan dan akan mengeluarkan banyak sekali air liur
atau saliva. Aspirasi dari saliva atau air susu dapat menyebabkan aspirasi pneumonia. Pada
atresia dengan distal TEF, sekresi dengan gaster dapat masuk keparu-paru dan sebaliknya,
udara juga dapat bebas masuk dalam saluran pencernaan saat bayi menangis ataupun
mendapat ventilasi bantuan. Keadaan-keadaan ini bisa menyebabkan perforasi akut gaster
yang fatal. Diketahui bahwa bagian esophagus distal tidak menghasilkan peristaltic dan ini
bisa menyebabkan disfagia setelah perbaikan esophagus dan dapat menimbulkan reflux
gastroesofageal.
Trakea juga dipengaruhi akibat gangguan terbentuknya atresia esophagus.. Trakea juga dapat
kolaps bila diberikan makanana atupun air susu dan ini akan menyebabkan pernapasan yang
tidak efektif, hipoksia atau bahkan bisa menjadi apneu.

Komplikasi Atresia Esophagus


Komplikasi-komplikasi yang bisa timbul setelah operasi perbaikan pada atresia esofagus dan
fistula atresia esophagus adalah sebagai berikut :
 Dismotilitas esophagus => Dismotilitas terjadi karena kelemahan otot dingin esophagus.
Berbagai tingkat dismotilitas bisa terjadi setelah operasi ini. Komplikasi ini terlihat saat bayi
sudah mulai makan dan minum.
 Gastroesofagus refluk => Kira-kira 50 % bayi yang menjalani operasi ini kana mengalami
gastroesofagus refluk pada saat kanak-kanak atau dewasa, dimana asam lambung naik atau
refluk ke esophagus. Kondisi ini dapat diperbaiki dengan obat (medical) atau pembedahan.
 Trakeo esogfagus fistula berulang => Pembedahan ulang adalah terapi untuk keadaan seperti
ini.
 Disfagia atau kesulitan menelan => Disfagia adalah tertahannya makanan pada tempat
esophagus yang diperbaiki. Keadaan ini dapat diatasi dengan menelan air untuk tertelannya
makanan dan mencegah terjadinya ulkus.
 Kesulitan bernafas dan tersedak => Komplikasi ini berhubungan dengan proses menelan
makanan, tertaannya makanan dan saspirasi makanan ke dalam trakea.
 Batuk kronis => Batuk merupakan gejala yang umum setelah operasi perbaikan atresia
esophagus, hal ini disebabkan kelemahan dari trakea.
 Meningkatnya infeksi saluran pernafasan => Pencegahan keadaan ini adalah dengan mencegah
kontakk dengan orang yang menderita flu, dan meningkatkan daya tahan tubuh dengan
mengkonsumsi vitamin dan suplemen.

2.9 Penatalaksanaan pada Atresia Esophagus


Penatalaksanaan oleh bidan adalah sebagai berikut :
 Pasang sonde lambung antara No 6-8 F yang cukup kalen dan radio opak sampai di esophagus
yang buntu. Lalu isap air liur secara teratur setiap 10-15 menit.
 Pada groos II bayi tidur terlentang dengan kepala lebih tinggi.
 Pada groos I bayi tidur terlentang dengan kepala lebih rendah.
 Bayi di puasakan dan di infuse
 Konsultasi dengan yang lebih kompeten
 Rujuk ke rumah sakit

2.10 Pengobatan pada Atresia Esophagus


Penderita atresia esophagus seharusnya ditengkurapkan untuk mengurangi
kemungkinan isi lambung masuk ke dalam paru-paru.
Pengobatan pada atresia etsophagus setelah dirujuk, yaitu antara lain:
 Keperawatan => Sebelum dilakukan operasi, bayi diletakkan setengah duduk untuk mencegah
terjadinya regurgitasi cairan lambung ke dalam paru, cairan lambung harus sering diisap
untuk mencegah aspirasi.
 Medik => Pengobatan dilakukan dengan operasi. Pada penderita atresia anus ini dapat
diberikan pengobatan sebagai berikut :
 Fistula yaitu dengan melakukan kolostomia sementara dan setelah 3 bulan dilakukan koreksi
sekaligus
 Eksisi membran anal

You might also like