Professional Documents
Culture Documents
Pengertian :
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan / abnormal pada ovarium yang
membentuk seperti kantong
Kista folikel
Kista lutein
Kista endometrium
a) Tumor Kistik
Kista endimetroid
Kista dermoid.
b) Tumor Solit
Tumor brenner
1. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) berhubungan dengan putaran tangkai tumor/ infeksi
pada tumor.
2. Gangguan rasa nyaman ( cemas ) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit dan penatalaksanaannya.
3. Resiko infeksi daerah operasi berhubungan dengan perawatan luka operasi yg kurang
adequat.
4. Resiko gangguan BAB / BAK berhubungan dengan penekanan daerah sekitar tumor.
Intervensi Keperawatan.
1. Gangguan rasa nyaman ( Nyeri ) berhubungan dengan putaran tangkai tumor/ infeksi pada
tumor
(Tujuan: Setelah diberi tindakan kepw,nyeri berkurang sampai hilang sama sekali)
2. Gangguan rasa nyaman ( cemas ) berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang
penyakit dan penatalaksanaannya.
(Tujuan : Setelah 1 X 24 Jam diberi tindakan, gangguan rasa nyaman (cemas) berkurang.
b. Berikan penjelasan tentang semua permasalahan yang berkaitan dengan penyakitnya.
(R/ Informasi yang tepat menambah wawasan klien sehingga klien tahu tentang
keadaan dirinya )
3. Resiko infeksi daerah operasi berhubungan dengan perawatan luka operasi yg kurang
adequat.
Sylvia Anderson. (2000). Patofisiologo penyakit, edisi 4, penerbit EGC buku kedokteran,
Jakarta.
Marylynn. E.Doengus. (2000). Rencana Asuhan keperawatan, edisi 3, penerbit buku kedokteran,
Jakarta.
Post a Comment
Kista ovarium secara fungsional adalah kista yang dapat bertahan dari pengaruh
hormonal dengan siklus menstruasi ( Lowdermilk, dkk. 2005 : 273 ).
Menurut Jacoeb, kista berarti kantong abnormal yang berisi cairan abnormal
diseluruh tubuh ( http:// www. tabloid-nakita. com ).
Tumor ovarium sering jinak bersifat kista, ditemukan terpisah dari uterus dan
umumnya diagnosis didasarkan pada pemeriksaan fisik. ( Sjamsoehidayat. 2005: 729 ).
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka yang dimasud dengan kista ovarium
adalah kantong abnormal yang berisi cairan atau neoplasma yang timbul di ovarium yang
bersifat jinak juga dapat menyebabkan keganasan.
Penyebab dari kista belum diketahui secara pasti, kemungkinan dari bahan –
bahan yang bersifat karsinogenik, bisa zat kimia, polutan, hormonal dan lain – lain.
( http:// www.tempo.co.id ).
Factor pemicu :
Zat kimia
Polutan
kista
Perut membuncit,
kembung, mual nafsu
makan menurun
Sesak /
vaskularisasi
Nyeri
Resiko infeksi
Resiko perdarahan
Kesulitan
defekasi
Nyeri akut &
perdarahan
Organ 2x dalam
rongga ( usus,
hati )
Rectum dan
kandung kemih
Paru2 &
jantung
operasi
Metastase ke
jaringan sekitar
Ada massa di
perut bawah
Tidak
menyebar
ganas
jinak
Ukuran > 5 cm
Tidak perlu
dioperasi
Hilang dalam 3
bulan
Siklus
menstruasi
neoplasti
fisiologis
Diameter <>
( Sjamsoehidayat. 2005: 729 )
a. Kista folikel
Kista folikel berkembang pada wanita muda wanita muda sebagian akibat
folikel de graft yang matang karena tidak dapat meyerap cairan setelah ovulsi.kista ini
bisanya asimptomotik keculi jika robek.dimana kasus ini paraf jika tedapat nyeri pada
panggul.jika kista tidak robek,bisanya meyusut setelah 2-3 siklus menstrusi.
Terjadi ketika endocrine tidak seimbang sebagai akibat dari estrogen yang
terlalu tinggi, testosoron dan luteinizing hormone dan penurunan sekresi fsh. Tanda
dan gejala terdiri dari obesitas, hirsurism (kelebihan rambut di badan) mens tidak
teratur, infertelitas.
Kebayakan tumor ovarium tidak menunjukan tanda dan gejala. Sebagian besar
gejala yang ditemukan adalah akibat pertumbuhan aktivitas hormone atau komplikasi
tumor tersebut.
Tanda dan gejala yang sering muncul pada kista ovarium antara lain :
d. perdarahan
6. Penatalaksanaan
a. Pengangkatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah, misal
laparatomi, kistektomi atau laparatomi salpingooforektomi.
c. Perawatan pasca operasi setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah
serupa dengan perawatan setelah pembedahan abdomen dengan satu pengecualian
penurunan tekanan intra abdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang
besar biasanya mengarah pada distensi abdomen yang berat. Hal ini dapat dicegah
dengan memberikan gurita abdomen sebagai penyangga.
7. Pemeriksaan penunjang
8. Komplikasi
Menurut manuaba ( 1998:417 ) komplikasi dari kista ovarium yaitu :
b. Perputaran tangkai
Menimbulkan gejala: badan panas, nyeri pada abdomen, mengganggu aktifitas sehari-
hari.
Pada torsi tangkai ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah kedalam
rungan abdomen.
Terjadi pada kista pada usia sebelum menarche dan pada usia diatas 45 tahun.
1. Pengkajian
Menurut doenges ( 2000.997 ) hal - hal yang terus terkaji pada klien dengan post
operasi laparatomi adalah :
2. Aktivitas/Istirahat
Kelemahan atau keletihan. perubahan pola istirahat dan jam kebisaan tidur, adanya factor
- faktor yang mempengaruhi tidur misal : nyeri, ansietas, keterbatasan, partisipasi
dalam hobi dan latihan.
3. Sirkulasi
4. Integritas ego
Factor stress dan cara mengatasi stress, masalah tentang perubahan dalam penampilan
insisi pembedahan, perasaan tidak berdaya, putus asa,depresi,menarik diri.
5. Eliminasi
Perubahan pada pola defekasi misal:darah pada feces,nyeri pada defekasi, perubahan
eliminasi urinarius misalnya: nyeri, perubahan pada bising usus.
6. Makanan/cairan
7. Neurosensori
Pusing, sinkop
8. Nyeri / kenyamanan
Tidak ada nyeri / derajat bervariasi misalnya : ketidaknyamanan ringan sampai nyeri
berat ( dihubungkan dengan proses penyakit ).
9. Pernapasan
Pemajanan pada kimia toksik, karsinogen, pemajanan matahari lama, berlebihan, demam,
ruam kulit / ulserasi.
11. Seksualitas
2. Diagnosa Keperawatan
e. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d mual, muntah intake yang
tidak adekuat.
f. Gangguan harga diri b.d biofisikal prosedur bedah yang mengubah gambaran tubuh,
psikososial, masalah tentang ketertarikan social.
g. Kerusakan mobilitas fisik b.d gangguan neuromuskuler, nyeri / ketidaknyamanan,
pembentukan edema.
h. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b.d kurang
terpajan / mengingat, salah interpretasi informasi. ( Doengoes. 2000: 754 ).
Intervensi;
Intervensi:
1. Kaji balutan / untuk karakteristik drainase, kemerahan dan nyeri pada insisi dan
lengan.
2. Tempatkan pada posisi semi fowler pada punggung / sisi yang tidak sakit dengan
lengan tinggi dan disokong dengan bantal.
3. Jangan melakukan pengukaran TD, menginjeksikan obat / memasukan IV pada
lengan yang sakit.
4. Inspeksi donor/ sisi donor ( bila dilakukan ) terhadap warna, pembentukan lepuh
perhatikan drinase dan sisi donor
5. Kosongkan drain luka, secara periodic ( catat jumlah dan karakeristik drainase )
Intervensi:
1. Kaji keluhan nyeri, perhataikan lokasi, lama dan intensitas (skala 0-10), perhatikan
petunjuk verbal dan nonverbal
2. Mengurangi nyeri menurunkan nyeri sampai tingkat kenyamanan yang dapat diterima
klien.
3. Berikan cairan dan makanan (nutrisi) sesegera mungkin setelah pasien harus.
4. Ambulasi sesegera munkin setelah operasi sesuai toleransi.
5. Meminimalkan penyebaran dan transmisi dari agen infeksi dengan berkerja secara
septic dan anti septic.
6. Informasikan kepada klien tentang perawatan post operasi dirumah. ( Wilkinion, judit.
2005 )
4. Evalusi keperawatan
c. Nyeri berkurang
DAFTAR PUSTAKA
Sjamjuhidayat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta :
EGC.
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta : EGC.
Http://www.tabloid-nakita.com
Http://www.tempo.co.id
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Ovarium merupakan tempat yang umum bagi kista, yang dapat merupakan
pembesaran sederhana konstituen ovarium normal, folikel graft, atau korpus luteum, atau
kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan abdomen dari epithelium ovarium.
Pasien dapat melaporkan atau tidak melaporkan nyeri abdomen akut atau kronik.
Gejal-gejala tentang rupture kista menstimulasi berbagai kedaruratan abdomen akut, seperti
apendisitis, atau kehamilan ektopik. Kista yang lebih besar dapat menyebabkan
pembengkakan abdomen dan penekanan pada organ-organ abdomen yang berdekatan.
Pengobatan kista ovarium yang besar biasanya adalah melalui tindakan bedah. Jika
ukuran lebar kista kurang dari 5 cm, dan tampak terisi oleh cairan atau fisilogis pada pasien
muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kista. Sekitar 98 % lesi yang terjadi pada wanita yang berumur 29 tahun dan
yang lebih muda adalah jinak. Setelah usia 50 tahun, hanya 50 % yang jinak. Perawatan
pascaoperatif setelah pembedahan untuk mengangkat kista ovarium adalah serupa dengan
perawatan setelah pembedahan abdomen, dengan satu pengecualian. Penurunan tekanan
intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kista yang besar biasanya mengarah pada
distensi abdomen yang berat. Komplikasi ini dapat dicegah sampai suatu tingkat dengan
memberikan gurita abdomen yang ketat.
Dari uraian di atas, maka penulis ingin mengetahui lebih banyak bagaimana asuhan
keperawatan yang diberikam pada penderita kistoma ovari.
2. Tujuan Umum
3. Tujuan Khusus
e. Mampu mengevaluasi tindakan yang sudah dilakukan pada klien dengan kista ovari
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
1. Kista adalah suatu jenis tumor, emyebab pastinya sendiri belum diketahui,
diduga seringnya memakai kesuburan. (Soemadi, 2006)
2. Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan
atau benda seperti bubur (Dewa, 2000)
3. Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis,
berisi cairan atau bahan setengah cair (Sjamsuhidajat, 1998).
4. Kista adalah pembesaran suatu organ yang di dalam berisi cairan seperti
balon yang berisi air. Pada wanita organ yang paling sering terjadi Kista
adalah indung telur. Tidak ada keterkaitan apakah indung telur kiri atau
kanan. Pada kebanyakan kasus justru tak memerlukan operasi. (http:// suara
merdeka.com)
Kista yang bersifat fisiologis lazim terjadi dan itu normal normal
saja. Sasuai suklus menstruasi, di ovarium timbul folikel dan
folikelnya berkembang, dan gambaranya seperti kista. Biasanya
kista tersebut berukuran dibawah 5 cm, dapat dideteksi dengan
menggunakan pemeriksaan USG, dan dalam 3 bulan akan hilang.
Jadi ,kista yang bersifat fisiologis tidak perlu operasi, karena tidak
berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan, tetapi perlu diamati
apakah kista tersebut mengalami pembesaran atau tidak.
Ada lagi jenis kista abnormal pada ovarium. Jenis ini ada yang
bersifat jinak dan ganas. Bersifat jinak jika bisa berupa spot dan
benjolan yang tidak menyebar. Meski jinak kista ini dapat berubah
menjadi ganas. Sayangnya sampai saat ini, belum diketahui dengan
pasti penyebab perubahan sifat tersebut.
Kista ganas yang mengarah ke kanker biasanya bersekat sekat dan
dinding sel tebal dan tidak teratur. Tidak seperti kista fisiologis
yang hanya berisi cairan, kista abnormal memperlihatkan campuran
cairan dan jaringan solid dan dapat bersifat ganas.
1. Kista Fungsional.
Sering tanpa gejala, timbul gejala rasa sakit bila disertai komplikasi
seprti terpuntir/ pecah, tetapi komplikasi ini sangat jarang. Dan
sangat jarang pada kedua indung telur. Kista bisa mengecil dalam
waktu 1-3 bilan.
2. Kista Dermoid.
4. Kistadenoma.
Berasal dari pembungkus indung telur yang tumbuh menjadi kista.
Kista jenis ini juga dapat menyerang indung telur kanan dan kiri.
Gejala yang timbul biasanya akibat penekanan pada bagian tubuh
sekitar seperti VU sehingga dapat menyebabkan inkontinensia.
Jarang terjadi tetapi mudah menjadi ganas terutama pada usia diatas
45 tahun atau kurang dari 20 tahun.
Contoh Kistadenoma;
Gambaran klinis pada kasus ini tidak klasik. Selain teraba massa
intraabdominal, dapat timbul asites. Penatalaksanaan umumnya
sama seperti Kistadenoma ovarii musinosum.
Asal kista belum pasti. Menurut Meyer, kista ini berasal dari
teratoma, pendapat lain mengemukakan kista ini berasal dari epitel
germinatifum atau mempunyai asal yang sama dengan tumor
Brener. Bentuk kista multilobuler, biasanya unilatelar dapat tumbuh
menjadi sangat bersar.
IV. ETIOLOGI
Diantaranya;
Dalam tubuh kita terdapat gen gen yang berpotensi memicu kanker,
yaitu yang disebut protoonkogen, karena suatu sebab tertentu,
misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen , polusi, atau
terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini
dapat berubah menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
Asites
Penyebaran ke omentum (lemak perut) serta oran organ di dalam
rongga perut (usus dan hati)
Perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan,
Gangguan buang air besar dan kecil.
Sesak nafas akibat penumpukan cairan di rongga dada.
Deteksi dini
1. Pengkajian.
Tujuan.
Kriteria hasil :
Intervensi:
R : mengurangi nyeri
Daftar Pustaka
o Mansjoer, Arif dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid 2. Jakarta: Media
Aesculapius. 2000.
o http://www.ibuhamil.com
o http://www.republika.co.id.
o http://www.suaramerdeka.com
o http://www.pdpersi.co.iD
http://kandunganbedah.blogspot.com/2008/08/askep-kista-ovarii.ht
B. Etiologi
Menurut etiologinya, kista ovarium dibagi menjadi dua, yaitu (Ignativicius, Bayne, 1991) :
1. Kista non neoplasma, disebabkan karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan
progesteron, diantaranya adalah :
1. Kista non fungsional Kista serosa inklusi, berasal dari permukaan epitelium yang
berkurang di dalam kortek.
2. Kista fungsional Kista folikel, disebabkan karena folikel yang matang menjadi ruptur
atau folikel yang tidak matang direabsorbsi cairan folikuler diantara siklus menstruasi.
Banyak terjadi pada wanita yang menarche kurang dari 12 tahun.
Kista korpus luteum, terjadi karena bertambahnya sekresi progesteron setelah ovulasi.
Kista tuka lutein, disebabkan karena meningkatnya kadar HCG terdapat pada mola hidatidosa.
Kista stein laventhal, disebabkan karena peningkatan kadar LH yang menyebabkan
hiperstimulasi ovarium.
C. Patofisiologi
2. Kista fungsional
1). Kista folikel. Kista dibentuk ketika folikel yang matang menjadi ruptur atau folikel yang tidak
matang direabsorbsi cairan folikuler diantara siklus menstruasi. Bila ruptur menyebabkan nyeri
akut pada pelvis. Evaluasi lebih lanjut dengan USG atau laparaskopi. Operasi dilakukan pada
wanita sebelum pubertal, setelah menopause atau kista lebih dari 8 cm.
2). Kista korpus luteum. Terjadi setelah ovulasi dikarenakan meningkatnya hormon progesteron.
Ditandai dengan keterlambatan menstruasi atau menstruasi yang panjang, nyeri abdomen bawah
atau pelvis. Jika ruptur pendarahan intraperitonial, terapinya adalah operasi oovorektomi.
3). Kista tuka lutein. Ditemui pada kehamilan mola, terjadi pada 50 % dari semua kehamilan.
Dibentuk sebagai hasil lamanya slimulasi ovarium dari berlebihnya HCG. Tindakannya adalah
mengangkat mola.
4). Kista Stein Laventhal. Disebabkan kadar LH yang berlebihan menyebabkan hiperstimulasi
dari ovarium dengan produksi kista yang banyak. Hiperplasia endometrium atau koriokarsinoma
dapat terjadi. Pengobatan dengan kontrasepsi oral untuk menekan produksi LH dan oovorektomi.
1. Fase I
Pada fase ini leukosit mencerna bakteri dan jaringan rusak, terbentuk fibrin yang bertumpuk
mengisi luka dari benang fibrin. Lapisan tipis dari sel epitel bermigrasi lewat luka dan membantu
menutupi luka. Kekuatan luka rendah tapi luka dijahit akan menahan jahitan dengan baik.
Setelah besar pasien akan merasa sakit pada fase ini dan berlangsung selama 3 hari.
2. Fase II
Berlangsung 3 sampai 14 hari setelah bedah, leukosit mulai menghilang dan ceruk mulai berisi
kolagen serabut protein putih. Semua lapisan sel epitel beregenerasi dalam 1 minggu, jaringan
ikat kemerahan karena banyak pembuluh darah. Tumpukan kolagen akan menunjang luka
dengan baik dalam 6 sampai 7 hari, jadi jahitan diangkat pada fase ini, tergantung pada tempat
dan luasnya bedah.
3. Fase III
Kolagen terus tertumpuk, hal ini menekan pembuluh darah baru dan arus darah menurun. Luka
sekarang terlihat seperti berwarna merah jambu yang luas, terjadi pada minggu ke dua hingga
enam post bedah, pasien harus menjaga agar tidak menggunakan otot yang terkena.
4. Fase IV
Berlangsung beberapa bulan setelah bedah, pasien akan mengeluh gatal di seputar luka, walau
kolagen terus menimbun, pada waktu ini luka menciut dan menjadi tegang. Bila luka dekat
persendian akan terjadi kontraktur karena penciutan luka akan terjadi ceruk yang berlapis putih.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laparaskopi
Pemeriksaan ini sangat berguna untuk mengetahui apakah sebuah tumor berasal dari ovarium
atau tidak, dan untuk menentukan silat-sifat tumor itu.
2. Ultrasonografi
Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor apakah tumor berasal dari uterus,
ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapatkah dibedakan pula
antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak.
3. Foto Rontgen
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan adanya hidrotoraks. Selanjutnya, pada kista dermoid
kadang-kadang dapat dilihat gigi dalam tumor. Penggunaan foto rontgen pada pictogram
intravena dan pemasukan bubur barium dalam colon disebut di atas.
4. Parasentesis
Telah disebut bahwa fungsi pada asites berguna menentukan sebab asites. Perlu diingatkan
bahwa tindakan tersebut dapat mencemarkan cavum peritonei dengan kista bila dinding kista
tertusuk. (Wiknjosastro, et.all, 1999)
G. Penatalaksanaan
Tindakan operasi pada tumor ovarium neoplastik yang tidak ganas ialah pengangkatan tumor
dengan mengadakan reseksi pada bagian ovarium yang mengandung tumor. Akan tetapi jika
tumornya besar atau ada komplikasi, perlu dilakukan pengangkatan ovarium, bisanya disertai
dengan pengangkatan tuba (Salpingo-oovorektomi). (Wiknjosastro, et.all, 1999)
Asuhan post operatif merupakan hal yang berat karena keadaan yang mencakup keputusan untuk
melakukan operasi, seperti hemorargi atau infeksi. Pengkajian dilakukan untuk mengetahui
tanda-tanda vital, asupan dan keluaran, rasa sakit dan insisi. Terapi intravena, antibiotik dan
analgesik biasanya diresepkan. Intervensi mencakup tindakan pemberiaan rasa aman, perhatian
terhadap eliminasi, penurunan rasa sakit dan pemenuhan kebutuhan emosional Ibu. (Hlamylton,
1995).
Efek anestesi umum. Mempengaruhi keadaan umum penderita, karena kesadaran menurun.
Selain itu juga diperlukan monitor terhadap keseimbangan cairan dan elektrolit, suara nafas dan
usaha pernafasan, tanda-tanda infeksi saluran kemih, drainese urin dan perdarahan. Perawat juga
harus mengajarkan bagaimana aktifitas pasien di rumah setelah pemulangan, berkendaraan mobil
dianjurkan setelah satu minggu di rumah, tetapi tidak boleh mengendarai atau menyetir untuk 3-4
minggu, hindarkan mengangkat benda-benda yang berat karena aktifitas ini dapat menyebabkan
kongesti darah di daerah pelvis, aktifitas seksual sebaiknya dalam 4-6 minggu setelah operasi,
kontrol untuk evaluasi medis pasca bedah sesuai anjuran. (Long, 1996)
a. Biodata
Meliputi identitas pasien, identitas penanggung jawab dan identitas masuk.
b. Riwayat kesehatan, meliputi keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat kesehatan
dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan riwayat sosial ekonomi.
c. Status Obstetrikus, meliputi :
1). Menstruasi : menarche, lama, siklus, jumlah, warna dan bau
2). Riwayat perkawinan : berapa kali menikah, usia perkawinan
3). Riwayat persalinan
4). Riwayat KB
d. Pengkajian pasca operasi rutin, menurut (Ingram, Barbara, 1999)
1). Kaji tingkat kesadaran
2). Ukur tanda-tanda vital
3). Auskultasi bunyi nafas
4). Kaji turgor kulit
5). Pengkajian abdomen
Inspeksi ukuran dan kontur abdomen
Auskultasi bising usus
Palpasi terhadap nyeri tekan dan massa
Tanyakan tentang perubahan pola defekasi
Kaji status balutan
6). Kaji terhadap nyeri atau mual
7). Kaji status alat intrusif
8). Palpasi nadi pedalis secara bilateral
9). Evaluasi kembajinya reflek gag
10). Periksa laporan operasi terhadap tipe anestesi yang diberikan dan lamanya waktu di bawah
anestesi.
11). Kaji status psikologis pasien setelah operasi
e. Data penunjang
1). pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah lengkap (NB, HT, SDP)
2). terapi : terapi yang diberikan pada post operasi baik injeksi maupun peroral
Intervensi :
1). Gunakan tempat tidur yang rendah dengan pagar pengaman yang terpasang.
2). Jauhkan benda-benda yang dapat melukai pasien dan anjurkan keluarga untuk menemani
pasien.
c. Gangguan rasa nyaman : nyeri abdomen berhubungan dengan insisi pada abdomen
(Long,1996)
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil : skala nyeri 0, pasien mengungkapkan berkurangnya rasa nyeri, tanda-tanda vital
normal.
Intervensi :
1). Jelaskan penyebab nyeri pada pasien.
2). Kaji skala nyeri pasien.
3). Ajarkan tehnik distraksi selama nyeri.
4). Berikan individu kesempatan untuk istirahat yang cukup.
5). Berikan individu pereda rasa sakit yang optimal dengan analgesik sesuai program dokter.
6). 30 menit setclah pemberian obat pengurang rasa sakit, evaluasi kembali efektifitasnya.
d. Resiko infeksi berhubungan dengan invasi kuman sekunder terhadap pembedahan (Carpenito,
1995)
Tujuan : Tidak terjadi infeksi.
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda infeksi (TTV normal, tidak ada peningkatan leukosit).
Intervensi :
1). Kaji tanda-tanda infeksi dan monitor TTV
2). Gunakan tehnik antiseptik dalam merawat pasien
3). Isolasikan dan instruksikan individu dan keluarga untuk mencuci tangan sebelum mendekati
pasien
4). Tingkatkan asupan makanan yang bergizi
5). Berikan terapi antibiotik sesuai program dokter
f. Gangguan pemenuhan kebutuhan diri (mandi, makan, minum, bak, bab berpakaian)
berhubungan dengan keletihan pasca operatif dan nyeri (Carpenito,2001)
Tujuan : Kebersihan diri pasien terpenuhi
Kriteria hasil : Pasien dapat berpartisipasi secara fisik Imaupun verbal dalam aktifitas
pemenuhan kebutuhan dirinya
Intervensi :
1). i tentang kurangnyaDorong pasien untuk mengekspresikan perasaa kemampuan perawatan
diri dan berikan bantun dalam mernenuhi kebutuhan pasien.
2). Berikan pujian alas kemampuan pasien dan mclibatkan keluarga dalam perawatan pasien.
LAPORAN PENDAHULUAN
KISTOMA OVARI
A. PENGERTIAN
Kistoma ovari merupakan suatu tumor, baik yang kecil maupun yang besar, kistik atau padat,
jinak atau ganas (Winkjosastro. et.all. 1999).
Dalam kehamilan tumor ovarium yang dijumpai yang paling sering adalah kista dermonal, kista
coklat atau kista lutein, tumor ovarium yang cukup besar dapat disebabkan kelainan letak janin
dalam rahim atau dapat menghalang-halangi masuknya kepala kedalam panggul.
Kiste ovarii adalah tumor jinak pada ovarium. Merupakan tumor paling banyak pada wanita usia
20 – 40 th.
Kista adalah suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga seringnya
memakai kesuburan (Soemadi, 2006).
Kista adalah suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda seperti
bubur (Dewa, 2000).
Kista adalah suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau
bahan setengah cair (Sjamsuhidajat, 1998).
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel yang berlebihan / abnormal pada ovarium yang
membentuk seperti kantong (Agusfarly, 2008).
Kista ovarium merupakan suatu pengumpulan cairan yang terjadi pada indung telur atau
ovarium. Cairan yang terkumpul ini dibungkus oleh semacam selaput yang terbentuk dari lapisan
terluar dari ovarium.
Kista adalah kantong berisi cairan, kista seperti balon berisi air, dapat tumbuh di mana saja dan
jenisnya bermacam-macam. Kista yang berada di dalam atau permukaan ovarium (indung telur)
disebut kista ovarium atau tumor ovarium.
Kista ovarium sering terjadi pada wanita di masa reproduksinya. Sebagian besar kista terbentuk
karena perubahan kadar hormon yang terjadi selama siklus haid, produksi dan pelepasan sel telur
dari ovarium.
C. ETIOLOGI
Faktor yang menyebabkan gajala kista meliputi; Gaya hidup tidak sehat, diantaranya;
1. Konsumsi makanan yang tinggi lemak dan kurang serat
2. Zat tambahan pada makanan
3. Kurang olah raga
4. Merokok dan konsumsi alcohol
5. Terpapar denga polusi dan agen infeksius
6. Sering stress
Faktor genetik
Dalam tubuh kita terdapat gen-gen yang berpotensi memicu kanker, yaitu yang disebut
protoonkogen, karena suatu sebab tertentu, misalnya karena makanan yang bersifat karsinogen,
polusi, atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi, protoonkogen ini dapat berubah
menjadi onkogen, yaitu gen pemicu kanker.
C. PATHOFISIOLOGI
Setiap hari, ovarium normal akan membentuk beberapa kista kecil yang disebut Folikel de Graff.
Pada pertengahan siklus, folikel dominan dengan diameter lebih dari 2.8 cm akan melepaskan
oosit mature. Folikel yang rupture akan menjadi korpus luteum, yang pada saat matang memiliki
struktur 1,5 – 2 cm dengan kista ditengah-tengah. Bila tidak terjadi fertilisasi pada oosit, korpus
luteum akan mengalami fibrosis dan pengerutan secara progresif. Namun bila terjadi fertilisasi,
korpus luteum mula-mula akan membesar kemudian secara gradual akan mengecil selama
kehamilan.
Kista ovari yang berasal dari proses ovulasi normal disebut kista fungsional dan selalu jinak.
Kista dapat berupa folikular dan luteal yang kadang-kadang disebut kista theca-lutein. Kista
tersebut dapat distimulasi oleh gonadotropin, termasuk FSH dan HCG. Kista fungsional multiple
dapat terbentuk karena stimulasi gonadotropin atau sensitivitas terhadap gonadotropin yang
berlebih. Pada neoplasia tropoblastik gestasional (hydatidiform mole dan choriocarcinoma) dan
kadang-kadang pada kehamilan multiple dengan diabetes, HCg menyebabkan kondisi yang
disebut hiperreaktif lutein. Pasien dalam terapi infertilitas, induksi ovulasi dengan menggunakan
gonadotropin (FSH dan LH) atau terkadang clomiphene citrate, dapat menyebabkan sindrom
hiperstimulasi ovari, terutama bila disertai dengan pemberian HCG.
Kista neoplasia dapat tumbuh dari proliferasi sel yang berlebih dan tidak terkontrol dalam
ovarium serta dapat bersifat ganas atau jinak. Neoplasia yang ganas dapat berasal dari semua
jenis sel dan jaringan ovarium. Sejauh ini, keganasan paling sering berasal dari epitel permukaan
(mesotelium) dan sebagian besar lesi kistik parsial. Jenis kista jinak yang serupa dengan
keganasan ini adalah kistadenoma serosa dan mucinous. Tumor ovari ganas yang lain dapat
terdiri dari area kistik, termasuk jenis ini adalah tumor sel granulosa dari sex cord sel dan germ
cel tumor dari germ sel primordial. Teratoma berasal dari tumor germ sel yang berisi elemen dari
3 lapisan germinal embrional; ektodermal, endodermal, dan mesodermal.
Endometrioma adalah kista berisi darah dari endometrium ektopik. Pada sindroma ovari
pilokistik, ovarium biasanya terdiri folikel-folikel dengan multipel kistik berdiameter 2-5 mm,
seperti terlihat dalam sonogram. Kista-kista itu sendiri bukan menjadi problem utama dan diskusi
tentang penyakit tersebut diluar cakupan artikel ini.
F. PROGNOSIS
William Helm, C. 2005. Dkk mengatakan : Prognisis dari kista jinak sangat baik. Kista jinak
tersebut dapat tumbuh di jaringan sisa ovarium atau di ovarium kontralateral.
Kematian disebabkan karena karsinoma ovari ganas berhubungan dengan stadium saat
terdiagnosis pertama kali dan pasien dengan keganasan ini sering ditemukan sudah dalam
stadium akhir.
Angka harapan hidup dalam 5 tahun rata-rata 41.6%, bervariasi antara 86.9% untuk stadium
FIGO Ia dan 11.1% untuk stadium IV.
Tumor sel granuloma memiliki angka bertahan hidup 82% sedangakan karsinoma sel skuamosa
yang berasal dari kista dermoid berkaitan dengan prognosis yang buruk.
Sebagian besar tumor sel germinal yang terdiagnosis pada stadium awal memiliki prognosis yang
sangat baik. Disgerminoma dengan stadium lanjut berkaitan dengan prognosis yang lebih baik
dibandingkan germinal sel tumor nondisgerminoma.
Tumor yang lebih tidak agresif dengan potensi keganasan yang rendah mempunyai sifat yang
lebih jinak tetapi tetap berhubungan dengan angka kematian yang tinggi. Secara keseluruhan
angka bertahan hidup selama 5 tahun adalah 86.2%
G. PENATALAKSANAAN
Pengobatan kiste ovarii yang besar biasanya adalah pengangkatan melalui tindakan bedah. Jika
ukuran lebar kiste kurang dari 5 cm dan tampak terisi oleh cairan atau fisiologis pada pasien
muda yang sehat, kontrasepsi oral dapat digunakan untuk menekan aktivitas ovarium dan
menghilangkan kiste.
Perawatan paska operatif setelah pembedahan serupa dengan perawatan pembedahan abdomen.
Penurukan tekanan intraabdomen yang diakibatkan oleh pengangkatan kiste yang besar biasanya
mengarah pada distensi abdomen yang berat, komplikasi ini dapat dicegah dengan pemakaian
gurita abdomen yang ketat.
I. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemastian diagnosis untuk kista ovarium dapat dilakukan dengan pemeriksaan:
1. Ultrasonografi (USG)
Tindakan ini tidak menyakitkan, alat peraba (transducer) digunakan untuk mengirim dan
menerima gelombang suara frekuensi tinggi (ultrasound) yang menembus bagian panggul, dan
menampilkan gambaran rahim dan ovarium di layar monitor. Gambaran ini dapat dicetak dan
dianalisis oleh dokter untuk memastikan keberadaan kista, membantu mengenali lokasinya dan
menentukan apakah isi kista cairan atau padat. Kista berisi cairan cenderung lebih jinak, kista
berisi material padat memerlukan pemeriksaan lebih lanjut.
2. Laparoskopi
Dengan laparoskopi (alat teropong ringan dan tipis dimasukkan melalui pembedahan kecil di
bawah pusar) dokter dapat melihat ovarium, menghisap cairan dari kista atau mengambil bahan
percontoh untuk biopsi.
J. PENGKAJIAN
1. Data diri klien
2. Data biologis/fisiologis –> keluhan utama, riwayat keluhan utama
3. Riwayat kesehatan masa lalu
4. Riwayat kesehatan keluarga
5. Riwayat reproduksi –> siklus haid, durasi haid
6. Riwayat obstetric –> kehamilan, persalinan, nifas, hamil
7. Pemeriksaan fisik
8. Data psikologis/sosiologis–> reaksi emosional setelah penyakit diketahui
Indikasi
Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
Peritonitis
Perdarahan saluran pencernaan.
Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
Masa pada abdomen
Komplikasi
Ventilasi paru tidak adekuat
Gangguan kardiovaskuler : hipertensi, aritmia jantung.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Gangguan rasa nyaman dan kecelakaan
Latihan-latihan fisik
Latihan napas dalam, latihan batuk, menggerakan otot-otot kaki, menggerakkan otot-otot
bokong, Latihan alih baring dan turun dari tempat tidur. Semuanya dilakukan hari ke 2 post
operasi.
POST LAPARATOMI
Perawatan post laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang diberikan kepada pasien-
pasien yang telah menjalani operasi pembedahan perut.
Fase kedua
Dari hari ke 3 sampai hari ke 14. Pengisian oleh kolagen, seluruh pinggiran sel epitel timbul
sempurna dalam 1 minggu. Jaringan baru tumbuh dengan kuat dan kemerahan.
Fase ketiga
Sekitar 2 sampai 10 minggu. Kolagen terus-menerus ditimbun, timbul jaringan-jaringan baru dan
otot dapat digunakan kembali.
Pengkajian
Perlengkapan yang dilakukan pada pasien post laparatomy, adalah;
Respiratory
Bagaimana saluran pernapasan, jenis pernapasan, bunyi pernapasan.
Sirkulasi
Tensi, nadi, respirasi, dan suhu, warna kulit, dan refill kapiler.
Persarafan : Tingkat kesadaran.
Balutan
Apakah ada tube, drainage ?
Apakah ada tanda-tanda infeksi?
Bagaimana penyembuhan luka ?
Peralatan
Monitor yang terpasang.
Cairan infus atau transfusi.
Rasa nyaman
Rasa sakit, mual, muntah, posisi pasien, dan fasilitas ventilasi.
Psikologis : Kecemasan, suasana hati setelah operasi.
Diagnosa Keperawatan
Kerusakan integritas jaringan sehubungan dengan adanya luka invasif
Gangguan rasa nyaman, abdomen tegang sehubungan dengan adanya rasa nyeri di abdomen.
Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan adanya sayatan / luka operasi laparatomi.
Potensial kekurangan caiaran sehubungan dengan adanya demam, pemasukkan sedikit dan
pengeluaran cairan yang banyak.
Kriteria Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah perawatan pasien post operasi, meliputi;
Tidak timbul nyeri luka selama penyembuhan.
Luka insisi normal tanpa infeksi.
Tidak timbul komplikasi.
Pola eliminasi lancar.
Pasien tetap dalam tingkat optimal tanpa cacat.
Kehilangan berat badan minimal atau tetap normal.
Sebelum pulang, pasien mengetahui tentang :
Pengobatan lanjutan.
Jenis obat yang diberikan.
Diet.
Batas kegiatan dan rencana kegiatan di rumah.
PENATALAKSANAAN PERAWATAN
Assesment
Pengkajian ini meliputi obyektif dan subyektif.
Data subyektif meliputi;
Nyeri yang sangat pada daerah perut.
Diagnosa Keperawatan
Kerusakan integritas kulit sehubungan dengan adanya luka invasif
Gangguan rasa nyaman, abdomen tegang sehubungan dengan adanya rasa nyeri di abdomen.
Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan adanya sayatan / luka operasi laparatomi.
Potensial kekurangan caiaran sehubungan dengan adanya demam, pemasukkan sedikit dan
pengeluaran cairan yang banyak.
Evaluasi
Tanda-tanda peritonitis menghilang yang meliputi :
Suhu tubuh normal
Nada normal
Perut tidak kembung
Peristaltik usus normal
Flatus positif
Bowel movement positif
Pasien terbebas dari rasa sakit dan dapat melakukan aktifitas.
Pasien terbebas dari adanya komplikasi post operasi.
Pasien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit dan mengembalikan pola
makan dan minum seperti biasa.
Luka operasi baik.
LAPORAN PENDAHULUAN
LAPARATOMI
Pengertian
Pembedahan perut sampai dengan membuka selaput perut .
Ada 4 cara, yaitu;
1. Midline incision
2,5 cm), panjang (12,5 cm).2. Paramedian, yaitu ; sedikit ke tepi dari garis tengah (
3. Transverse upper abdomen incision, yaitu ; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan
colesistotomy dan splenektomy.
4. Transverse lower abdomen incision, yaitu; insisi melintang di bagian 4 cm di atas anterior
spinal iliaka, misalnya; pada operasibawah appendictomy.
Indikasi
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
2. Peritonitis
3. Perdarahan saluran pencernaan.
4. Sumbatan pada usus halus dan usus besar.
5. Masa pada abdomen ( Tumor, cyste dll).
PERAWATAN PRE OPERATIF
PENGKAJIAN
Point penting dalam riwayat keperawatan preoperative :
• Umur
• Alergi terhadap obat, makanan
• Pengalaman pembedahan
• Pengalaman anestesi
• Tembakau, alcohol, obat-obatan
• Lingkungan
• Kemampuan self care
• Support system
PEMERIKSAAN FISIK
System kardiovaskuler
Untuk menentukan kekuatan jantung dan kemampuan untuk mentoleransi pembedahan dan
anestesi.
39 % kematian perioperatif.Perubahan jantung
Sistem pernapasan
resiko atelektasis, kolap jaringan paru.Lansia, smoker, PPOM
Mencegah pertukaran oksigen/CO2
Intoleransi karena perubahan dalam dada dan paru.
efisiensi ekskresi paru terhadap anestesi menurun. Regiditas cavum thoraks dan menurunnya
ekspansi paru
Renal system
Abnormal renal fungsi menurunkan rata ekskresi obat dan anestesi
Skopolamin, morphin konfusi disorientasi
Neuorologi system :
Kemampuan ambulasi, dan reflek, serta aktivitas lainya.
Muskulussceletal
Deformitas mempengaruhi posisi intra dan post-operasi
nyeri post-operasi oleh karena immobilisasi menerima posisi Artritis
Kekuatan, tonus otot.
Status Nutrisi
resiko tinggi pembedahanMalnutrisi, obesitas
Vit. C , vit.B diperlukan untuk penyembuhan luka dan pembentukan fibrin.
wondhiling menurun oleh karena jaringan lemak tinggiObesitas
Psikososial asesment
Tujuan : menentukan kemampuan coping
Informasi
Support
Laboratorium
Analisis:
1. Pengetahuan kurang sehubungan dengan pengalaman pre-op
2. Kecemasan sehubungan dengan pengalaman pre-op
Intervensi
Fokus : Edukasi pre-operasi
Informasi : Informed consent, pembatasan diit, pre-operatip preparation, post-op exersice.
Informed Consent :
- alasan pembedahan
- pilhan dan resikonya
- resiko pembedahan
- resiko anestesi
6 – 8 jam sebelum pembedahan GI (gastro intestinal ) preparasi : NPO (nothing per oral )
Pembatasan diit
- mencegah perlukaan colon
- melihat jelas area
- mengurangi bacteri intestinal
Skin preparasi
Tube, drain, Intra Venous line
Post – op exercise :
- diaphragmatic breating
- incestive spirometri
- cougling and spinting the surgical wound
- turning and leg exercise
Kecemasan :
Tujuan : kecemasan klien menurun , menunjukkan relaksasi saat istirahat
Intervensi :
- preoperatip teaching
- comunikatip
- rest.
Selama pembedahan :
- Mengkoordinasikan aktivitas
- Mengimplementasikan NCP
- Membenatu anesthetic
- Mendokumentasikan secara lengkap drain, kateter, dll.
• Surgical technologist atau Nurse scrub; bertanggung jawab menyiapkan dan mengendalikan
peralatan steril dan instrumen, kepada ahli bedah/asisten. Pengetahuan anatomi fisiologi dan
prosedur pembedahan memudahkan antisipasi instrumen apa yang dibutuhkan.
Pencegahan kontaminasi :
• Cuci tangan.
• Handscoen.
• Mandi.
• Perhiasan (-) cincin, jam tangan, gelang.
Alat-alat:
• Sikat cucin tangan reuable / disposible.
• Anti microbial : betadine.
• Pembersih / pemotong kuku.
dikeringkan dengan handuk steril. Waktu : 5 – 10 menit
Anasthesia.
Type anasthesia:
Perawat perlu mengenal ciri farmakologic terhadap obat anesthesia yang digunakan dan efek
terhadap klien selama dan sesudah pembedahan.
1. Anasthesia Umum.
Adalah keadaan kehilangan kesadaran yang reversible karena inhibisi impulse saraf otak.
Misal : bedah kepala, leher. Klien yang tidak kooperatif.
Stadium Anesthesia.
- Stadium I : Relaksasi
Mulai klien sadar dan kehilangan kesadaran secara bertahab.
- Stadium II : Excitement.
Mulai kehilangan kesadaran secara total sampai dengan pernafasan yang iregulair dan
pergerakan anggota badan tidak teratur.
- Stadium III : Ansethesi pembedahan..
Ditandai dengan relaksasi rahang, respirasi teratur, penurunan pendengaran dan sensasi nyeri.
- Stadium IV : Bahaya.
Apnoe, Cardiapolmunarry arrest, dan kematian.
Metode Pemberian
Inhalasi , IV injection. Instilasi rectal
Inhalasi
Metode yang paling dapat dikontrol karena intak dan eliminasi secara primer oleh paru.
Obat anesthesia inhalasi yang diberikan :
Gas: Nitrous Axida ( N20).
Paling sering digunakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau. Non iritasi dengan masa induksi
dan pemulihan yang cepat.
Jenis yang biasa dipakai;
a. Folatile:
b. Halotan :
c. Ethrane.
d. Penthrane.
e. Forane.
Teknik pemberian.
Anestesi Topikal
Pemberian secara langsung pada permukaan area yang dianestesi
Bentuk: Salep atau spray.
Lokal Anestesi
Injeksi obat anestesi secara I C dan S C ke jaringan sekitar insisi, luka atau lesi.
Field Block
Injeksi secara bertahab pada sekeliling daerah yang dioperasi
( hernioraphy , dental prosedur ,bedah plstik )
Nerve Block
Injeksi obat anestesi local ke dalam atau sekitar saraf atau saraf yang mempesarafi daerah yang
dioperasi. Block saraf memutus transmisi sensasi, motor, sympatis.
PENGKAJIAN :
Di ruang penerimaan perawat sirkulasi:
- Memvalidasi identitas klien.
- Memvalidasi inform concent.
Chart Review.
- Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi kebutuhan actual dan potensial
selama pembedahan.
- Mengkaji dan merencanakan kebutuhan klien selama dan sesudah operasi.
Perawat menanyakan.:
- Riwayat allergi, reaksi sebelumnya terhadap anesthesia atau tranfusi darah.
- Check riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
- Check pengobatan sebelumnya : therapy, anticoagulasi.
- Check adanya gigi palsu, kontaks lens, perhiasan, wigs dan dilepas.
Kateterisasi.-
DIAGNOSIS KEPERAWATAN.
1. Resiko for injury berhubungan dengan anesthesia, posisi intra operatif dan bahaya lain dari
lingkungan intra operatif.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka operasi.
3. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan anesthesia
4. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan darah dan cairan tubuh selama
pembedahan.
PERENCANAAN
Resiko for injury berhubungan dengan anesthesia, posisi intra operatif dan bahaya lain dari
lingkungan intra operatif.
Tujuan : Klien akan dipertahankan dalam keadaan anesthesia yang aman selama pembedahan
dan bebas dari perlukaan peralatan operasi.
INTERVENSI:
- Persiapan dan penggunaan obat anesthesia yang tepat.
posisi yang tepat.- Positioning
Untuk menjamin posisi yang tepat dikaji : kesesuaian fisiologiss, perubahan sirkulasi yang
minimal, proteksi struktur tulang dan neuromusculair, penggunaan dan lokasi IV line, cara
anesthesia, keamanan dan keselamatan klien.
- Penggunaan peralatan elektrik. Lempeng grounding yang ditutupi jeli tidak menekan tubuh.
mencegah luka bakar.- Chek hati-hati alat / electrosurgical
Intervensi:
- Plastic adhesive drape setelah daerah pembedahan dibersihkan dan kering.
- Penutupan kulit:
- Tujuan:
- Menutup lumen pembuluh darah.
- Mencegah perdarahan dan kehilangan cairan tubuh.
- Mencegah kontaminasi luka.
System Pernafasan.
Ketika klien dimasukan ke PACU, Perawat segera mengkaji klien:
meletakan tangan di atas mulut atau hidung.- Potency jalan nafas,
- Perubahan pernafasan (rata-rata, pola, dan kedalaman). RR < 10 X / gangguan depresi
narcotic, respirasi cepat, dangkal menit cardiovasculair atau rata-rata metabolisme yang
meningkat.
keadekwatan expansi paru, kesimetrisan.- Auscultasi paru
- Inspeksi: Pergerakan didnding dada, penggunaan otot bantu pernafasan efek anathesi yang
berlebihan, obstruksi.diafragma, retraksi sternal
Thorax Drain.
Sistem Cardiovasculer.
Sirkulasi darah, nadi dan suara jantung dikaji tiap 15 menit ( 4 x ), 30 menit (4x). 2 jam (4x) dan
setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil.
depresi miocard, shock, perdarahan atau overdistensi.Penurunan tekanan darah, nadi dan suara
jantung
shock, nyeri, hypothermia.Nadi meningkat
Kaji sirkulasi perifer (kualitas denyut, warna, temperatur dan ukuran ektremitas).
trombhoplebitis pada ekstrimitas bawah (edema, kemerahan, nyeri).Homan’s saign
Sistem Persyarafan.
semua klien dengan anesthesia umum.- Kaji fungsi serebral dan tingkat kesadaran
depresi fungsi motor. respon pupil, kekuatan otot, koordinasi. Anesthesia umum - Klien
dengan bedah kepala leher :
Sistem Perkemihan.
- Kontrol volunter fungsi perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam post anesthesia inhalasi, IV,
spinal.
retensio urine.Anesthesia, infus IV, manipulasi operasi
abdomen bawah (distensi buli-buli).Pencegahan : Inspeksi, Palpasi, Perkusi
kaji warna, jumlah urine, out put urine- Dower catheter < komplikasi ginjal.30 ml / jam
Sistem Gastrointestinal.
- 40 % klien dengan GA selama 24 jam pertama dapatMual muntah menyebabkan stress dan
iritasi luka GI dan dapat meningkatkan TIK pada bedah kepala dan leher serta TIO meningkat.
- Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suara usus.
suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus.- Kaji paralitic ileus
- jumlah, warna, konsistensi isi lambung tiap 6 – 8 jam.
- Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post operatif dengan decompresi dan
drainase lambung.
• Meningkatkan istirahat.
• Memberi kesempatan penyembuhan pada GI trac bawah.
• Memonitor perdarahan.
• Mencegah obstruksi usus.
• Irigasi atau pemberian obat.
Sistem Integumen.
- Luka bedah sembuh sekitar 2 minggu. Jika tidak ada infeksi, trauma, malnutrisi, obat-obat
steroid.
- Penyembuhan sempurna sekitar 6 bulan – satu tahun.
- Ketidak efektifan penyembuhan luka dapat disebabkan :
• Infeksi luka.
• Diostensi dari udema / palitik ileus.
• Tekanan pada daerah luka.
• Dehiscence.
• Eviscerasi.
Pengkajian Nyeri
Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah , drain dan posisi intra operative.
Kaji tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi, diaphorosis, gelisah,
menangis. Kualitas nyeri sebelum dan setelah pemberian analgetika.
Pemeriksaan Laboratorium.
Dilakukan untuk memonitor komplikasi .
Pemeriksaan didasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat kesehatan dan manifestasi post
operative. Test yang lazim adalah elektrolit, Glukosa, dan darah lengkap.
DIAGNOSIS KEPERAWATAN.
1. Gangguan pertukaran gas, berhubungan dengan efek sisa anesthesia, imobilisasi, nyeri.
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan luka pemebedahan, drain dan drainage.
3. Nyeri berhubungan dengan incisi pembedahan dan posisi selama pembedahan.
4. Potensial terjadi perlukaan berhubungan dengan effect anesthesia, sedasi, analgesi.
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan intra dan post operasi.
6. Ketidak efektifan kebersihan jalan nafas berhubungan dengan peningkatan skresi.
7. Perubahan eliminasi urine ( penurunan) berhubungan dengan obat anesthesia dan
immobilisasi.
PERENCANAAN
1. Gangguan pertukaran gas
Tujuan :
Klien akan mempertahankan ekspansi paru dan fungsi pernapasan yang adekuat.
Intervensi :
- Posistioning klien untuk mencegah aspirasi
mencegah obstruksi, melakukan suction.- Insersi mayo
- Pemberian aksigen
refleks gag kembali- Endotracheal tube/mayo dilepas
- Dorong batuk dan bernapas dalam 5 – 10 x setiap 2 jam. Khususnya 72 jam pertama (potensial
komplikasi :atelektasis, pneumonia).
- Klien dengan penyakit paru, orang tua, perokok, panas spirometer.
- Suction.
3. Nyeri
Tujuan : klien akan mengalami pengurangan nyeri akibat luka bedah dan posisi selama operasi.
Intervensi :
- Terapi obat :
• nyeri akut (meperidinPemberian anlgetik narkotik dan non narkotik hydroclorida, morphine
sulphate, codein sulphate, dan lain-lain.)
• Mengkaji tipe, lokasi ditensitas nyeri sebelum pemberian obat.
iv pump. kontrol nyeri • Pada pembedahan yang luas
komplikasi narkotik).• Observasi tekanan darah, pernapasan, kesadaran, (depresi napas,
hyotensi, mual, muntah
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Brunner / Sudart. Texbook of Medical Surgical Nursing Fifth edition IB. Lippincott Company.
Philadelphia. 1984.
Soeparman, dkk. Ilmu Penyakit Dalam : Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1987, Edisi II.
http://denfirman.blogspot.com/2009/12/laporan-pendahuluan-laparatomi.htm