You are on page 1of 8

EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 279 - 286

PENGARUH METODE IMPROVE TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH


SISWA PADA KONSEP BANGUN RUANG DI KELAS VIII SMP

Hidayah Ansori, Sri Lisdawati

Pendidikan Matematika FKIP Universitas lambung Mangkurat


Jl. Brigjen H. Hasan Basry Kayutangi Banjarmasin
e-mail : ansoriunlam@yahoo.co.id

Abstrak. Matematika merupakan cabang ilmu eksak yang berperan penting untuk
cabang ilmu lain maupun dalam kehidupan sehari-hari. Siswa seringkali merasa
kurang memiliki minat yang tinggi bila menjumpai masalah-masalah matematika
yang sulit dan bahkan cenderung untuk menghindarinya. Hal ini berdampak pada
rendahnya minat siswa untuk mempelajari matematika, kemudian juga berakibat
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Oleh karena itu
hendaknya guru dalam melaksanakan pembelajaran dapat memilih dan
menggunakan metode pembelajaran yang dapat membuat siswa tertarik belajar
matematika. Salah satu metode tersebut adalah metode IMPROVE (Introducing New
Concepts, Metacognitive questioning, Practicing, Reviewing and reducing difficulties,
Obtaining mastery, Verification, Enrichment). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan metode IMPROVE dan
metode ekspositori dan mengetahui pengaruh metode IMPROVE terhadap
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Banjarmasin
tahun pelajaran 2013-2014. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen,
dengan populasi seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Banjarmasin. Teknik
pengambilan sampel menggunakan random sampling yang bertujuan untuk
mengambil dua kelas sebagai kelas penelitian. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah tes, dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian yaitu
teknik analisis data deskriptif dan teknik analisis data inferensial. Hasil penelitian
menunjukkan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang dibelajarkan
dengan metode IMPROVE berada pada kualifikasi baik sedangkan kemampuan
pemecahan masalah matematika siswa yang menggunakan metode ekspositori
berada pada kualifikasi cukup baik. Terdapat pengaruh metode IMPROVE terhadap
kemampuan pemecahan masalah siswa kelas VIII SMP Negeri 21 Banjarmasin
tahun pelajaran 2013-2014.

Kata kunci : metode IMPROVE, metode ekspositori, kemampuan pemecahan


masalah.

Matematika merupakan cabang ilmu eksak bahwa terdapat lima kemampuan yang harus
yang berperan penting baik dalam cabang dimiliki siswa melalui pembelajaran
ilmu lain maupun dalam kehidupan sehari- matematika dan termasuk kedalam
hari, hal ini sesuai dengan pendapat Tim kemampuan matematika tingkat tinggi, yaitu
MKPBM (2001) yang menyatakan bahwa (1) pemecahan masalah (problem solving),
fungsi matematika adalah sebagai alat untuk (2) penalaran dan pembuktian (reasoning and
memecahkan masalah dalam mata pelajaran proofing), (3) komunikasi (communication),
lain, dalam kehidupan kerja dan dalam (4) koneksi (connection), dan (5) representasi
kehidupan sehari-hari. (representation). Dapat disimpulkan bahwa
National Council of Teacher of pemecahan masalah merupakan salah satu
Mathematic (NCTM, 2000) menetapkan tujuan pembelajaran matematika.
279
Hidayah Ansori, Sri Lisdawati: Pengaruh Metode Improve terhadap Kemampuan Pemecahan …… 280

Menurut Liberna (2012), matematika Metode IMPROVE merupakan suatu


dinilai sebagai pelajaran yang sulit dan tidak metode dalam pembelajaran matematika
mudah dikuasai, terlebih yang dirasakan oleh yang didesain untuk membantu siswa dalam
siswa. Siswa merasa kurang memiliki minat mengembangkan berbagai keterampilan
yang tinggi bila menjumpai soal-soal matematis secara optimal serta meningkatkan
matematika yang sulit dan bahkan cenderung aktivitas siswa dalam belajar. Metode
untuk menghindarinya. Hal ini disebabkan IMPROVE merupakan singkatan dari
karena pada dasarnya banyak konsep dan Introducing New Concepts, Metacognitive
prinsip dalam matematika yang sulit untuk questioning, Practicing, Reviewing and
dikuasai para siswa, sehingga tidak heran jika Reducing difficulties, Obtaining mastery,
banyak siswa tidak menyukai matematika dan Verification, dan Enrichment (Ngalimun,
berdampak pada rendahnya kemampuan 2012). Yang membedakan metode IMPROVE
siswa dalam memecahkan masalah dengan metode lainnya adalah dalam
matematika. pembelajaran dengan metode IMPROVE,
Berdasarkan informasi yang siswa diberi pertanyaan-pertanyaan
diberikan oleh guru matematika di SMPN 21 metakognitif dengan belajar berkelompok.
Banjarmasin menunjukkan bahwa Dalam hal ini peneliti menggunakan metode
kemampuan pemecahan masalah IMPROVE. Peneliti mengharapkan melalui
matematika siswa kelas VIII masih rendah. metode pembelajaran ini, peneliti dapat
Peneliti juga menanyakan kepada beberapa mengetahui kemampuan pemecahan
siswa kelas VIII, yang menunjukkan masalah siswa dalam pembelajaran
tanggapan siswa kurang menyukai matematika sehingga menjadi lebih baik.
pembelajaran yang selama ini diterapkan Metode IMPROVE merupakan
guru, yaitu pembelajaran ekspositori dimana metode pembelajaran yang pertama kali
guru hanya memberikan informasi materi, dikembangkan oleh Mevarech dan Kramarsky
latihan soal, tanya jawab dan pemberian (dalam Huda, 2013). Metode IMPROVE
tugas. Pembelajaran berpusat pada guru, merupakan akronim dari Introducing new
sedangkan siswa hanya menjadi objek di concepts, Metacognitive questioning,
dalam kelas. Practicing, Reviwing and reducing difficulties,
Guru memegang peranan penting Obtaining mastery, Verification, dan
dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu Enrichment.
hendaknya guru dalam memberikan pem- Berdasarkan akronim tersebut, maka
belajaran menggunakan metode pembe- tahap dalam metode ini dapat dijabarkan
lajaran yang dapat membuat siswa tertarik sebagai berikut :
belajar matematika, sehingga siswa akan (1) Introducing new concepts (memperkenal-
berpikir kritis, kreatif dan mampu kan konsep baru)
memecahkan masalah. Pengenalan konsep baru berorientasi
Berdasarkan permasalahan tersebut, pada pengetahuan awal siswa. Dalam
maka diperlukan sebuah metode pembe- mengenalkan konsep baru, siswa
lajaran yang dapat membuat siswa menjadi difasilitasi dengan contoh masalah
lebih tertarik lagi dan dapat membuat dengan memberi pertanyaan metakognisi
pembelajaran matematika menjadi lebih dalam kelompok heterogen. Selama
menyenangkan. Metode pembelajaran ini proses belajar, jika siswa mengalami
lebih menekankan kepada proses belajar- kesulitan dalam menjelaskan pertanyaan
mengajar secara berkelompok yang dibentuk metakognisi di contoh masalah, guru
secara heterogen, saling membantu satu harus dapat mengarahkan agar siswa
sama lain, bekerjasama menyelesaikan memahami pertanyaan tersebut.
masalah, dan menyatukan pendapat untuk (2) Metacognitive questioning, Practicing
memperoleh keberhasilan yang optimal, baik (Latihan yang disertai dengan pertanyaan
kelompok maupun individual. metakognisi)
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 279 - 286 281

Pada tahap ini siswa menyelesaikan metakognisi dapat diupayakan melalui cara
contoh masalah yang telah diberikan dimana anak dituntut untuk mengobservasi
dengan bantuan pertanyaan metakognisi. tentang apa yang mereka ketahui dan
Dari contoh soal yang telah dibahas, kerjakan, dan untuk merefleksi tentang apa
siswa dipancing agar dapat mengeluarkan yang dia observasi (MKPBM, 2001).
pertanyaan-pertanyaan metakognitif yang Menurut Preisseisen (Yamin, 2013)
apabila tidak dapat dijawab oleh siswa menjelaskan bahwa metakognisi meliputi
lainnya, maka guru harus dapat empat jenis keterampilan, yaitu keterampilan
menjelaskan dan memberikan pemecahan masalah (problem solving),
pemahaman agar siswa dapat berpikir keterampilan pengambilan keputusan
secara metakognitif. (decision making), keterampilan berpikir kritis
(3) Reviwing and Reducing difficulties, (critical thinking), dan keterampilan berpikir
Obtaining mastery (Meninjau ulang, kreatif (creative thinking).
mengurangi kesulitan dan memperoleh Menurut Kramarsky, pertanyaan-
pengetahuan) pertanyaan metakognitif itu, antara lain
Pada tahap ini dilakukan tinjauan ulang (Huda, 2013):
terhadap jawaban siswa dalam kerja (1) Pertanyaan Pemahaman
sama kelompok. Pada tahap ini pula Pertanyaan yang mendorong siswa
seharusnya sudah dapat terlihat apakah membaca soal, menggambarkan se-
ada siswa telah menguasai materi secara buah konsep dengan kata-kata mereka
menyeluruh atau belum, termasuk juga sendiri dan mencoba memahami makna
peran dan kemampuan individu dalam sebuah konsep. Contoh: “Secara ke-
kinerja kelompok masing-masing. seluruhan, masalah ini sebenarnya
(4) Verification (verifikasi) tentang apa?”.
Verifikasi dilakukan untuk mengidentifikasi (2) Pertanyaan Strategi
siswa-siswa yang dikategorikan sudah Pertanyaan yang didesain untuk
mencapai kriteria keahlian. Identifikasi mendorong siswa agar
pencapaian hasil dijadikan umpan balik. mempertimbangkan strategi yang cocok
Hasil umpan balik dipakai sebagai bahan dalam memecahkan masalah yang di-
orientasi pemberian kegiatan pengayaan berikan serta memberikan alasan pe-
dan kegiatan perbaikan tahap berikutnya. milihan strategi. Contoh: “Strategi, taktik,
(5) Enrichment (Pengayaan) atau prinsip apa yang sesuai untuk
Tahap pengayaan mencakup dua jenis memecahkan masalah tersebut?
kegiatan, yaitu kegiatan perbaikan dan Mengapa?”.
kegiatan pengayaan. Kegiatan perbaikan (3) Pertanyaan Koneksi
diberikan kepada siswa yang Pertanyaan yang mendorong siswa un-
teridentifikasi belum mencapai kriteria tuk melihat persamaan dan perbedaaan
keahlian, sedang kegiatan pengayaan suatu konsep atau permasalahan. Con-
diberikan kepada siswa yang sudah toh: “Apa persamaan dan perbedaaan
mencapai kriteria keahlian. antara permasalahan saat ini dengan
Metakognisi adalah suatu kata yang permasalahan yang telah saya pecah-
berkaitan dengan apa yang dia ketahui kan pada waktu lalu? Mengapa?”.
tentang dirinya sebagai individu yang belajar (4) Petanyaan Refleksi
dan bagaimana dia mengontrol serta Pertanyaan yang mendorong siswa
menyesuaikan prilakunya. Anak perlu memfokuskan diri pada proses penye-
menyadari akan kelebihan dan kekurangan lesaian dan bertanya pada dirinya
yang dimilikinya. Metakognisi adalah suatu sendiri. Contoh: “Apa yang salah dari
bentuk kemampuan untuk melihat pada diri yang telah saya kerjakan disini?”,
sendiri sehingga apa yang dia lakukan dapat “Apakah penyelesaiannya masuk akal?”.
terkontrol secara optimal. Perkembangan
Hidayah Ansori, Sri Lisdawati: Pengaruh Metode Improve terhadap Kemampuan Pemecahan …… 282

Adapun masalah pada hakikatnya penyelesaian, menyelesaikan masalah sesuai


adalah suatu pertanyaan yang mengundang rencana, dan melakukan pengecekan kembali
jawaban. Suatu pertanyaan mempunyai terhadap semua langkah yang telah
peluang tertentu untuk dijawab dengan tepat, dikerjakan.
bila pertanyaan itu dirumuskan dengan baik Pada pelaksanaan pembelajaran
dan sistematis. Ini berarti, pemecahan suatu melalui pemecahan masalah yang perlu
masalah menuntut kemampuan tertentu pada diperhatikan ialah siswa mampu memahami
diri individu yang hendak memecahkan proses dan prosedurnya, sehingga siswa
masalah tersebut (Hamalik, 2013). terampil menentukan dan mengidentifikasi
Menurut Stanic dan Kilpatrick dalam kondisi dan data yang relevan. Dengan
Schoenfeld ada tiga tujuan yang diharapkan adanya kemampuan siswa dalam memahami
dari pembelajaran matematika melalui proses ini juga siswa mampu mengge-
pemecahan masalah, yakni pemecahan neralisasi masalah, merumuskan, dan
masalah sebagai konteks (contect), menghasilkan keterampilan yang telah
pemecahan masalah sebagai keterampilan dimiliki. Akhirnya, siswa akan dapat belajar
(skill), dan pemecahan masalah sebagai seni secara mandiri mengenai pemecahan
(art) (Afgani, 2011). Tujuan akhir suatu masalah (Susanto, 2013).
pembelajaran adalah menghasilkan siswa
yang memiliki pengetahuan dan keterampilan METODE
dalam memecahkan masalah yang dihadapi Metode yang digunakan dalam
kelak di masyarakat. Untuk menghasilkan penelitian ini adalah metode eksperimental,
siswa yang memiliki kompetensi yang andal yaitu penelitian yang dilakukan dengan
dalam pemecahan masalah, maka diperlukan mengadakan manipulasi terhadap objek
serangkaian strategi pembelajaran penelitian serta adanya kontrol. Desain
pemecahan masalah (Wena, 2013). penelitian yang digunakan dalam penelitian
Menurut Isriani dan Puspitasari eksperimen ini adalah static group design
(2012) pemecahan masalah dipandang (Seniati dkk, 2011).
sebagai suatu proses untuk menemukan
kombinasi dari sejumlah aturan yang dapat (KE) X OE
diterapkan dalam upaya mengatasi situasi
yang baru. Pemecahan masalah tidak (KK) OK
sekedar sebagai bentuk kemampuan
menerapkan aturan-aturan yang telah Gambar 1 Desain Penelitian
dikuasai melalui kegiatan-kegiatan belajar Keterangan :
terdahulu, melainkan lebih dari itu, X : Perlakuan
merupakan proses untuk mendapatkan KE : Kelas eksperimen
aturan pada tingkat yang lebih tinggi. KK : Kelas kontrol
Berdasarkan pada pendapat- OE : Pengukuran kelas eksperimen
pendapat tersebut, maka pemecahan OK : Pengukuran kelas kontrol
masalah dapat dilihat dari berbagai
pengertian. Pemecahan masalah yaitu Populasi dalam penelitian ini
sebagai upaya mencari jalan keluar yang adalah semua siswa kelas VIII SMPN 21
dilakukan dalam mencapai tujuan. Juga Banjarmasin tahun pelajaran 2013-2014 yang
memerlukan kesiapan, kreativitas, berjumlah 143 siswa. Teknik pengambilan
pengetahuan dan kemampuan serta sampel yang digunakan adalah random
aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. sampling yang bertujuan untuk mengambil
Menurut Polya (dalam Tim MKPBM, dua kelas sebagai kelas penelitian. Dua kelas
2001) solusi soal pemecahan masalah tersebut terdiri dari kelas eksperimen yang
memuat empat langkah fase penyelesaian, pembelajarannya menggunakan metode
yaitu memahami masalah, merencananakan
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 279 - 286 283

IMPROVE dan kelas kontrol yang skor kemampuan pemecahan masalah ini
menggunakan metode ekspositori. berdasarkan langkah-langkah Polya dan
Teknik pengumpulan data meliput diadaptasi dari Saputra (2012). Pedoman
tes dan dokumentasi. Instrumen penelitian penskoran pemecahan masalah mate-
yang digunakan berupa perangkat pembela- matika disajikan dalam tabel berikut.
jaran, yaitu soal-soal evaluasi akhir program
pembelajaran. Adapun kriteria pemberian

Tabel 1 Pedoman Penskoran Pemecahan Masalah Matematika


Aspek yang Skor Keterangan
dinilai
Memahami 0 Salah menginterpretasikan soal/tidak ada jawaban sama sekali
masalah 1 Tidak mengerti sebagian dari masalah dengan menyebutkan apa
yang diketahui dan tidak menyebutkan apa yang ditanyakan atau
sebaliknya
2 Memahami masalah/soal selengkapnya dengan menyebutkan apa
yang diketahui dan apa yang ditanya
Merencanakan 0 Tidak merencanakan masalah sama sekali
penyelesaian 1 Merencanakan penyelesaian masalah tetapi tidak sesuai dengan
masalah sama sekali
2 Merencanakan penyelesaian masalah tapi hanya sebagian atau
kurang tepat
3 Merencanakan penyelesaian masalah dengan benar
Melaksanakan 0 Tidak mampu menyelesaikan masalah sama sekali
rencana 1 Menyelesaikan masalah tidak sesuai rencana
2 Menyelesaikan masalah sebagian atau kurang tepat
3 Hasil dan proses benar
Memeriksa 0 Tidak ada pemeriksaan/ tidak ada keterangan apapun
kembali 1 Ada pemeriksaan dengan menyimpulkan masalah tapi kurang tepat
2 Pemeriksaan dilakukan dengan menuliskan kesimpulan dengan
tepat
(Adaptasi dari Saputra, 2012)

Aspek kemampuan pemecahan benar sesuai dengan rencana yang


masalah yang dinilai berdasarkan tabel di telah dibuat pada langkah sebelumnya
atas adalah: untuk mendapatkan penyelesaian.
(1) Siswa mampu memahami masalah (4) Siswa mampu memeriksa kembali
suatu soal, yaitu siswa mampu prosedur dan hasil penyelesaian, yaitu
menyebutkan apa yang diketahui dan siswa menganalisis dan mengevaluasi
apa yang ditanyakan dari soal. dengan menarik kembali simpulan dari
(2) Siswa mampu merencanakan jawaban yang diperoleh.
penyelesaian masalah suatu soal yaitu
siswa dapat menyusun prosedur Cara menghitung total skor
penyelesaian seperti menyatakan dan pemecahan masalah matematika adalah
menuliskan model atau rumus yang sebagai berikut:
digunakan untuk menyelesaikan 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘
𝑃= × 100
masalah dari suatu soal. 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑠𝑒𝑚𝑢𝑎 𝑎𝑠𝑝𝑒𝑘
(3) Siswa mampu menyelesaikan masalah Skor pemecahan masalah yang diperoleh
suatu soal sesuai dengan rencana, yaitu kemudian diinterpretasikan menggunakan
dapat melakukan operasi hitung dengan kualifikasi sebagai berikut:
Hidayah Ansori, Sri Lisdawati: Pengaruh Metode Improve terhadap Kemampuan Pemecahan …… 284

Tabel 2 Kualifikasi Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika


Skor pemecahan masalah Kualifikasi

𝟖𝟓 ≤ 𝑷 ≤ 𝟏𝟎𝟎 Sangat baik


𝟕𝟎 ≤ 𝑷 ≤ 𝟖𝟒, 𝟗𝟗 Baik
𝟓𝟓 ≤ 𝑷 ≤ 𝟔𝟗, 𝟗𝟗 Cukup baik
𝟒𝟎 ≤ 𝑷 ≤ 𝟓𝟒, 𝟗𝟗 Kurang baik
𝟎 ≤ 𝑷 ≤ 𝟑𝟗, 𝟗𝟗 Sangat kurang

(Erniwati, 2011)

Hasil dari penelitian ini juga dijelaskan berbicara menjelaskan materi pelajaran
menggunakan mean (rata-rata). Hasil sedangkan siswa tidak hanya mendengar-
klasifikasi dari skor yang diperoleh kemudian kan dan membuat catatan dari penjelasan
dipersentasekan. Untuk mengetahui ada yang disampaikan guru, tetapi juga bisa
tidaknya perbedaan kemampuan tersebut bertanya kalau tidak mengerti. Dalam
dilakukan uji statistik, yaitu terlebih dahulu pembelajaran terlihat hanya beberapa
menguji normalitas data, dilanjutkan menguji orang siswa yang terlihat aktif untuk
homogenitas data kemudian melakukan uji bertanya.
beda dengan uji t atau uji u. (3) Berdasarkan hasil analisis statistik meng-
gunakan uji t dengan α = 0,05 menun-
HASIL DAN PEMBAHASAN jukkan terdapat perbedaan kemampuan
Hasil penelitian dengan menerapkan pemecahan masalah yang signifikan an-
metode IMPROVE dan metode ekspositori tara kelas eksperimen yang menggu-
pada pelajaran matematika di kelas VIII SMP nakan metode IMPROVE dengan kelas
Negeri 21 Banjarmasin diuraikan sebagai kontrol yang menggunakan metode eks-
berikut: positori. Oleh karena skor rata-rata ke-
(1) Skor kemampuan pemecahan masalah mampuan pemecahan masalah matema-
siswa yang dibelajarkan dengan metode tika siswa kelas eksperimen yang dibe-
IMPROVE memperoleh rata-rata 74,78 lajarkan menggunakan metode IMPROVE
berada pada kualifikasi baik. Dalam lebih tinggi dari skor rata-rata kemampuan
pelaksanaan pembelajaran kegiatan pemecahan masalah matematika siswa
belajar mengajar, berjalan dengan baik kelas kontrol yang dibelajarkan meng-
sesuai dengan rencana pelaksanaan gunakan metode ekspositori, dan terdapat
pembelajaran. perbedaan kemampuan pemecahan ma-
(2) Skor kemampuan pemecahan masalah salah matematika siswa yang signifikan.
siswa yang dibelajarkan dengan metode Sehingga terdapat pengaruh metode
ekspositori memperoleh skor rata-rata IMPROVE terhadap kemampuan peme-
65,52 berada pada kualifikasi cukup baik. cahan masalah matematika siswa kelas
Dalam pelaksanaan pembelajaran kegiat- VIII SMP Negeri 21 Banjarmasin.
an belajar mengajar menggunakan meto-
de ekspositori berjalan dengan baik se- SIMPULAN DAN SARAN
suai dengan rencana pelaksanaan pem- Simpulan
belajaran. Menurut Tim MKPBM pada Berdasarkan penelitian yang telah
pada pembelajaran menggunakan metode dilaksanakan di kelas VIII SMP Negeri 21
ekspositori, guru tidak terus menerus
EDU-MAT Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2, Nomor 3, Oktober 2014, hlm 279 - 286 285

Banjarmasin Tahun Pelajaran 2013-2014 ac.id/1732/1/skrisi_fik.pdf. pada


dapat diambil simpulan sebagai berikut: tanggal 30 Juni 2014.
(1) Kemampuan pemecahan masalah siswa Hamalik, Oemar. 2013. Kurikulum dan
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran Pembelajaran. Bumi Aksara,
matematika dengan menggunakan Jakarta.
metode IMPROVE berada pada kualifikasi Huda, Miftahul. 2013. Model-Model
baik, pengajaran dan Pembelajaran.
(2) Kemampuan pemecahan masalah siswa Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran Isriani, H. & Dewi Puspitasari. 2012. Strategi
menggunakan metode ekspositori berada Pembelajaran Terpadu (Teori,
pada kualifikasi cukup baik, Konsep & Implementasi). Familia,
(3) Hasil analisis statistik menunjukkan Yogyakarta.
bahwa terdapat pengaruh metode Liberna, Hawa. 2012. Peningkatan
IMPROVE terhadap kemampuan Kemampuan Berpikir Kritis
pemecahan masalah siswa. Matematis Siswa Melalui
Penggunaan Metode IMPROVE
Saran pada Materi Sistem Persamaan
Berdasarkan hasil penelitian, Linear Dua Variabel. Jurnal
pembahasan dan simpulan yang telah Formatif. 2(3): 190-197.
diuraikan dapat dikemukakan beberapa saran NCTM. 2000. Principles And Standards For
sebagai berikut: School Mathematics. Reston, VA:
(1) Guru bidang studi matematika dapat NCTM.
menerapkan metode IMPROVE sebagai Ngalimun. 2012. Strategi dan Model Pembe-
alternatif untuk mengembangkan kemam- lajaran. Aswaja Pressindo, Yogya-
puan pemecahan masalah matematika karta.
siswa. Saputra, M. R. N. 2012. Implementasi Pem-
(2) Bagi siswa diharapkan lebih giat belajar belajaran Kontekstual Berbasis
matematika dan berlatih memecahkan Proyek Melalui “Outdor Matheme-
masalah matematika. tics” untuk Meningkatkan Kemam-
(3) Diharapkan ada penelitian lanjutan untuk puan Pemecahan Masalah Mate-
mengetahui pengaruh metode IMPROVE matis Siswa SMP. Diunduh melalui
dalam pembelajaran matematika pada http://repository.upi.edu/operator/u
sekolah dan materi yang berbeda. pload/s_mat_0808526_chapter3.p
df. Pada tanggal 30 Juni 2013.
DAFTAR PUSTAKA Seniati, L, Aries Yulianto, dan Bernadette N.
Afgani D, Jarnawi. 2011. Analisis Kurikulum Setiadi. 2011. Psikologi
Matematika. Universitas Terbuka, Eksperimen. Indeks, Jakarta.
Jakarta. Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Statistik
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu pendidikan. PT Raja Grafindo
Pendekatan Praktik. Bumi Aksara, Persada, Jakarta.
Jakarta. Sugiyono. 2012. Statistika untuk Penelitian.
Erniwati. 2011. Upaya Meningkatkan Kemam- Alfabeta, Bandung.
puan Pemecahan Masalah Mate- Susanto, Ahmad. 2013. Teori. Belajar &
matika Siswa Kelas VIII SMPN 2 Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Depok dengan Menggunakan LKS Kencana Prenada Media Group,
Berbasis PMR Melalui Model Jakarta.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Tim Dosen Jurusan Pendidikan MIPA FKIP.
STAD pada Pokok Bahasan Pan- 2014. Petunjuk Penulisan Karya
jang Garis Singgung Lingkaran. Ilmiah. PMIPA FKIP Universitas
Diunduh melalui http://eprints.uny.
Hidayah Ansori, Sri Lisdawati: Pengaruh Metode Improve terhadap Kemampuan Pemecahan …… 286

Lambung Mangkurat (UNLAM).


Banjarmasin.
Tim MKPBM. 2001. Strategi Belajar Mengajar
Kontemporer. Universitas Pen-
didikan Indonesia (UPI), Bandung.
Wena, Made. 2013. Strategi Pembelajaran
Inovatif Kontomporer. Bumi Aksa-
ra, Jakarta.
Yamin, Marintis. 2013. Strategi & Metode
dalam Model Pembelajaran. Refe-
rensi (GP Press Group), Jakarta.

You might also like