You are on page 1of 3

A.

Judul : Pembuatan Katalis Heterogen dari Batu Gamping (Limestone) dan


Pemanfaatannya dalam Menyerap Logam berat Tembaga (Cu)
B. Tujuan : Membuat katalis heterogen yang juga dapat digunakan sebagai
adsorban logam pencemar dalam air
C. Dasar teori

Katalis basa heterogen merupakan katalis yang mempunyai fasa yang tidak sama
dengan reaktan atau produk. Jenis katalis basa heterogen yang dapat digunakan pada
reaksi transesterifikasi adalah MgO, CaO, SrO dll. Keuntungan menggunakan katalis
ini adalah mempunyai aktivitas yang tinggi, kondisi reaksi yang ringan, masa hidup
katalis yang panjang, biaya katalis yang rendah, tidak korosif, ramah lingkungan dan
menghasilkan sedikit masalah pembuangan, dapat dipisahkan dari larutan produksi
sehingga dapat digunakan kembali [1].

Batu kapur (limestone) adalah jenis batuan karbonat yang terjadi di alam, disebut
juga batu gamping. Mineral utama batu kapur adalah kalsit (CaCO3), mineral lainnya
merupakan mineral pengotor, biasanya terdiri dari kuarsa (SiO2), karbonat yang
berasosiasi dengan mineral besi dan mineral lempung, serta bahan organik sisa
tumbuhan. Mineral kalsit terbentuk melalui proses sedimentasi sehingga batu kapur
disebut pula batuan sedimen. Mineral kalsit berstruktur kristal sistem heksagonal.
Selain kalsit di alam ditemukan pula mineral karbonat lainnya yaitu aragonit
(CaCO3) yang mempunyai komposisi kimia sama dengan kalsit namun struktur
kristalnya berbeda yaitu sistem ortorombik. Aragonit ditemukan pada kulit kerang
(oyster shells) dan keong (oolites). Aragonit bersifat metastabil, dalam waktu lama
akan berubah menjadi kalsit. Mineral karbonat lain yang berasosiasi dengan kalsit
adalah siderite (FeCO3), ankerit (Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit (MgCO3),
mineral-mineral tersebut umumnya ditemukan dalam jumlah kecil [2].

Berdasarkan kelebihan dari kalsium oksida maka titik berat penelitian ini adalah
memperoleh CaO dari kalsium karbonat melalui proses kalsinasi batu gamping.
Kalsium karbonat (CaCO3) dapat diperoleh dari batuan sedimen seperti batu gamping
yang mengandung senyawa CaCO3 dari proses kalsinasi untuk mendekomposisi
kalsium karbonat menjadi kalsium oksida (kapur bakar, CaO) dan gas karbondioksida
atau CO2. Dalam batu gamping terdapat 94 % CaCO3 yang dominan bersama
mineral lain [2].

Batu kapur dan produktanya telah banyak digunakan dalam berbagai industri,
sebagai bahan imbuh dalam industri peleburan logam baik besi maupun bukan besi
dan industri kaca (glass); bahan pengisi pada pembuatan barang-barang dari karet,
plastik, karton, cat, pasta gigi, dan lain-lain; bahan pengisi dan pelapis kertas;
pengkondisi tanah (soil conditioners); pengatur pH dalam sejumlah proses kimia,
koagulan dalam pengolahan air; pengendap ion-ion logam dalam pengolahan limbah
cair, penetral gas sulfur oksida (SOx) dan nitrogen oksida (NOx), dan lain-lain [3].

D. Alat dan Bahan


1. Alat :
-gelas kimia
-gelas ukur
-oven
-furnace
-cawan petri
-ayakan 100 mesh
-tabung reaksi
-pipet tetes
-desikator
-neraca analitik
-corong
-statif dan klem
-buret

2. Bahan:

-Batu gamping
-indikator phenolphthalein
-dinitro aniline
-4-nitroanlilin
-metanol
-asam benzoate
-aquadest
-etanol

E. Prosedur Kerja

1. Pembuatan Katalis Heterogen dari Batu Gamping dan Karakterisasi


Batu gamping yang telah diperkecil, dibersihkan dari pengotor dan dicuci
menggunakan akuades kemudian dikeringkan di dalam oven selama 2 jam pada suhu
200ºC (sampai berat konstan). Batu gamping kering dihaluskan hingga menjadi
tepung. Untuk menyeragamkan ukuran, tepung batu gamping diayak dan yang lolos
ayakan 100 mesh digunakan sebagai bahan pembuatan katalis. Selanjutnya serbuk
batu gamping dikalsinasi mengunakan alat furnace pada suhu 900 ºC selama 6 jam
untuk mendekomposisi CaCO3 menjadi CaO dan CO2.

2. Uji sifat kebasaan katalis dengan metode Hammett indicator


Kekuatan basa dari katalis diuji menggunakan Hammett indicator. Hammett
indicator yang digunakan: phenolphthalein (H_ = 8.2), 2,4- dinitroanilin (H_ = 15,
dan 4-nitroanilin (H_ = 18.4). Sekitar 25 mg sampel katalis CaO dikocok dengan 1
mL larutan Hammett indicator yang diencerkan dalam 10 mL metanol dan didiamkan
hingga setimbang selama 2 jam

3. Uji dengan Benzoic acid titration


Nilai kebasaan katalis juga ditentukan dengan titrasi asam benzoate. Sebanyak 1
gram katalis CaO ditambahkan 50 mL akuades setelah itu distirer selama 1 jam lalu
disaring. Filtrat yang telah disaring ditaambahkan 3 tetes indikator pp hingga berubah
warna menjadi merah muda dan dititrasi dengan asam benzoat 0,1 M dalam pelarut
etanol. Titrasi dihentikan ketika larutan merah muda berubah menjadi tidak berwarna.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Mahreni dan Sulistyawati, E. 2011. Pemanfaatan Kulit Telur Sebagai Katalis
Biodiesel Minyak

Sawit dan Metanol. Seminar Rekayasa dan Proses, 1–6.

[2] Graha, D. 1987. Batuan dan Mineral. Nova: Bandung.

[3] Yuhelson, Prasetya, M. Ridha Fauzi. 2015. Efektifitas penggunaan CaO sebagai
katalis heterogen

dibandingkan katalis homogeny untuk produksi biodiesel. Jurnal Photon. Volume 6


No. 1. Oktober 2015.

You might also like