Professional Documents
Culture Documents
KOTA MATARAM
OLEH :
ASHADI
NIM:012STYC17
Waktu Pelaksanaan
Laporan pendahuluan dan laporan kasus ini telah diperiksa, disetujui, dan dievaluasi
oleh pembimbing lahan dan pembimbing pendidikan.
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
F. Pemeriksaan diagnostik/Penunjang
Pemeriksaan elektrolit untuk menentukan status hidrasi. Elektrolit yang
sering diukur adalah ion natrium, kalium, klorida, dan bikarbonat. Pemeriksaan
darah lengkap khususnya hematokrit untuk melihat respon dehidrasi Penetapan
PH diperlukan pada gangguan kesetimbangan asam dan basa. Pemeriksaan
berat jenis urine untuk mengukur derajat konsentrasi urin. dan analisa gas
darah.
Dalam potter & perry 2005, ada lima pemeriksaan lab yang di gunakan
dalam menilai keseimbangan cairan dan elektrolit:
1. Pemeriksaan kadar elektrolit serum
Kadar elektrolit serum di ukur untuk menentukan status hedrasi,
kosentrasi elektrolit pada plasma darah dan keseimbangan asam basa.
Elektrolit yang sering di ukur mencakup natrium, kalium, klorida dan
bikarbonat serta daya gabungan karbondioksida
2. Hitung darah lengkap
Hitung darah lengkap adalah suatu penetapan jumlah dan tipe
eritrosit dan leukosit per milimeter kubik darah. Perubahan hematokrit
terjadi sebagai respons terhadap dehedrasi dan overhidrasi. Anemia juga
dapat mempengaruhi status oksigenasi
G. Theraphy/tindakan penanganan
1. Terapi cairan
Terapi cairan dibutuhkan jika tubuh tidak dapat memasukkan air,
elektrolit, dan zat-zat makanan secara oral misalnya pada keadaan pasien
harus puasa lama (misal karena pembedahan saluran cerna), perdarahan
banyak, syok hipovolemik, anoreksia berat, mual muntah terus-menerus,
dll. Dengan terapi cairan, kebutuhan air dan elektrolit dapat terpenuhi.
Selain itu, dalam keadaan tertentu terapi cairan dapat digunakan sebagai
tambahan untuk memasukkan obat dan zat makanan secara rutin atau dapat
juga digunakan untuk menjaga keseimbangan asam-basa.
a. Teknik Pemberian
Prioritas utama dalam menggantikan volume cairan yang hilang
adalah melalui rute enteral / fisiologis misalnya minum atau melalui
NGT. Untuk pemberian terapi cairan dalam waktu singkat dapat
menggunakan terapi intravena, vena yang dapat di gunakan vena-vena
di punggung tangan, sekitar daerah pergelangan tangan, lengan bawah
atau daerah cubiti. Pada anak kecil dan bayi sering digunakan daerah
punggung kaki, depan mata kaki dalam atau kepala. Pemberian terapi
cairan pada bayi baru lahir dapat dilakukan melalui vena umbilikalis.
Untuk penggunaan jarum anti-karat atau kateter plastik anti
trombogenik pada vena perifer biasanya perlu diganti setiap 1-3 hari
untuk menghindari infeksi dan macetnya tetesan. Pemberian cairan infus
lebih dari 3 hari sebaiknya menggunakan kateter besar dan panjang yang
ditusukkan pada vena femoralis, vena cubiti, vena subclavia, vena
jugularis eksterna atau interna.
b. Monitor vital sign
c. Monitor status nutrisi
d. Dorong keluarga untuk membantu pasien makan
e. Kolaborasi dengan dokter
2. Mengukur intake dan output Pengertian
Merupakan suatu tindakan mengukur jumlah cairan yang masuk ke
dalam tubuh (intake) dan mengukur jumlah cairan yang keluar dari tubuh
(output). Tujuan dapat Menentukan status keseimbangan cairan tubuh klien
dan Menentukan tingkat dehidrasi klien
1) Prosedur Pelaksanaan
a) Menentukan jumlah cairan yang masuk kedalam tubuh klien
terdiri dari:
Air minum : 1500-2500 ml
Air dalam makanan : 750 ml
Air hasil oksidasi (metabolisme) : 200 ml
Cairan intravena : kolaburasi
2) Keadaan Umum
Pengukuran tanda-tanda vital seperti suhu, nadi, pernapasan, dan
tekanan darah serta tingkat kesadaran.
3) Asupan cairan
Asupan cairan meliputi:
a) Cairan oral : NGT dan oral
b) Cairan parental : termasuk obat-obat intravena
c) Makanan yang cenderung mengandung air
d) Iritasi kateter
4) Pengukuran keluaran cairan
a) Urin : volume, kejernihan/kepekatan
b) Feses : jumlah dan konsistensi
c) Muntah
d) Tube drainage & IWL
5) Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya sekitar 200cc.
d. Pemeriksaan Fisik
1) Integument
a) keadaan turgor kulit : kering karena mengalami
dehedrasi
b) edema : sell membengkak karena
kelebihan cairan
c) kelelahan di sertai lemahnya otot : kekurangan cairan dan elektrolit
d) tetani dan sensasi rasa. : sistem regulasi hipotalamus
mendorong sensasi rasa haus
pada pasien dehedrasi
2) Kardiovaskuler :
a) distensi vena jugularis : meningkat pada pasien kelebihan volume
cairan
b) tekanan darah : meningkat pada hipervolemia dan menurun
pada hipovolemia
c) hematokrit : hiperosmolar pada pasien dehedrasi
d) bunyi jantung.
3) Mata : cekung, air mata kering (pasien dehedrasi)
4) Neurology : reflek, gangguan motorik dan sensorik, tingkat
kesadaran (kesadaran pada kekurangan cairan).
5) Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah
muntah dan perut terasa mual
e. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan elektrolit serum
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kadar natrium, kalium,
klorida, ion bikarbonat.
2) Pemeriksaan darah lengkap
Pemeriksaan ini meliputi jumlah sel darah merah, hemoglobin (Hb),
hematrokit (Ht).
Ht naik : adanya dehidrasi berat dan gejala syok.
Ht turun : adanya perdarahan akut, masif, dan reaksi hemolitik.
Hb naik : adanya hemokonsentrasi
Hb turun : adanya perdarahan habat, reaksi hemolitik.
3) pH dan berat jenis urine
Berat jenis menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengatur konsentrasi
urine. Normalnya, pH urine adalah 4,5-8 dan berat jenisnya 1,003-1,030
4) Analisa gas darah
Biasanya, yang diperiksa adalah pH, PO2, HCO3-, PCO2,dan saturasi
O2.
Nilai normal PCO2 : 35 – 40 mmHg; PO2 : 80 – 100 mmHg; HCO3- : 25
– 29 mEq/l. Sedangkan saturasi O2 adalah perbandingan oksigen dalam
darah dengan jumlah oksigen yang dapat dibawa oleh darah, normalnya
di arteri (95 – 98 %) dan vena (60 – 85 %).
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kekurangan volume cairan
Kekurangan volume cairan merupakan penurunan cairan intravaskuler,
interstisial, atau intrasel. Diagnosa ini merujuk kepada dehedrasi yang
merupakan kehilangan cairan saja tampa perubahan kadar kalsium.
Faktor yang berhubungan :
1) Kehilangan volume cairan aktif seperti perdarahan hebat
2) Konsumsi alkohol secara berlebihan secara terus menerus
3) Kegagalan mekanisme pengaturan cairan seperti pada diabetes
insipidus dan hiperaldosteronisme
4) Asupan cairan yang tidak adekuat
Ditandai dengan
4. Implementasi (Penatalaksanaan)
` Iplementasi merupakan komponen dari proses keperawatan, sebagai
tempat untuk menuangkan rencana asuhan ke dalam tindakan. Setelah rencana
di kembangkan, sesuai dengan kebutuhan dan prioritas klien, perawat
melakukan intervensi keperawatan yang spesifik, yang mencakup tindakan
perawat dan tindakan dokter.(Bulechek & McCloskey, 1995)
5. Evaluasi tindakan keperawatan
Menurut Wilkinson (2007), secara umum evaluasi diartikan sebagai
proses yang disengaja dan sistematik dimana penilaian dibuat mengenai
kualitas, nilai atau kelayakan dari sesuai dengan membandingkan pada kriteria
yang diidentifikasi atau standar sebelumnya.
Dalam proses keperawatan, evaluasi adalah suatu aktivitas yang
direncanakan, terus menerus, aktifitas yang disengaja dimana klien, keluarga
dan perawat serta tenaga kesehatan professional lainnya ikut serta dalam
menentukan(Potter & perry 2005).:
a. Kemajuan klien terhadap outcome yang dicapai
b. Kefektifan dari rencana asuhan keperawatan
( Wilkinson, 2007).
Pada dasarnya tindakan evaluatif adalah sama dengan tindakan
pengkajian, tetapi di lakukan pada saat perawatan, dimana di sini juga akan di
susun keputusan tentang status klien dan kemajuan klien( poter & perry,
2005). Maksud dari pengkajian adalah untuk mengidentifikasi apa yang harus
di lakukan jika terdapat suatu masalah. Sedangkan maksud dari evaluasi
adalah menentukan apakah masalah yang di ketahuai telah teratasi,
memburuk atau sebaliknya telah mengalami perubahan ( poter & perry,
2005). Evaluasi dapat dibagi dalam 2 jenis, yaitu :
Contoh format S O A P :
Tgl waktu masalah SOAP
1/6/2018 10.13 Integritas kulit S : papasisien mengngeleluh rasa
nynyereri sesekikitatar luka ketika
dipalpasi
O : pada balalututan luluka terlrlihat
warnana jambu dan tidak berbau
A : luka memperlihatkan tanda awal
dari penyembuhan
P : teruskan perawatan luka.
Daftar pustaka
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medika Bedah Brunner &
Suddarth. Vol. 1. E/8. Jakarta : EGC
https://www.scribd.com/document/101002039/27193361-Asuhan-Keperawatan-
Askep-Pada-Klien-Dengan-Gangguan-Volume-Cairan di akses pada tanggal
9 juli 2018