You are on page 1of 68

BAB I

PENDAHULAN

1.Latar Belakang
Anestesiologi ialah ilmu kedokteran yang pada awalnya berprofesi
menghilangkan nyeri dan rumatan pasien sebelum, selama, dan sesudah
pembedahan. Definisi Anetesiologi berkembang terus sesuai dengan
perkembangan ilmu kedokteran. Secara harfiah anestesi berti ketiadan rasa atau
sensasi nyeri. Dalam arti yang lebih luas, anestesi berarti suatu keadaan
hilangannya rasa terhadap suatu rangsangan. Pemberian anestesi dilakukan untuk
mengurangi dan menghilangkan rasa nyeri baik disertai atau tanpa disertai
hilangan kesadaran. Seringkali anestesi dibutuhkan pada tindakan yang berkaitan
dengan pembedaha. Anestesi menggambarkan keadaan tidak sadar yang bersifat
sementara, karena pemberian obat dengan tujuan untuk menghilangkan nyeri
pembedahan.1,2

Kata anestesi sendiri diperkenalkan oleh Oliver Wendel Holmes,


diturunkan dari dua kata Yunani : An berarti tidak, dan Aesthesis berarti rasa atau
sensasi nyeri. Anestesi dibagai menjadi dua kelompok yaitu anestesi lokal dan
anestesi umum, anestesi lokal yaitu hilangnya rasa sakit tanpa disertai hilang
kesadaran. 2

Anestesiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang memberikan


pelayanan medis terhadap pesian dalam hal-hal : pemberian anesthesia dan
analgesia, menjaga keselamatan pasien yang menjalani pembedahan atau tidakan
medis lainnya, bantuan resusitasi pasien gawat, mengelola unit perawatan/tetapi
intensif, member pelayanan terapi inhalasi, dan penanggulangan nyeri yang berat
serta berperan aktif mengelola kedokteran gawat darurat serta tidak terlepas juga
dari pelayanan sedasi.4

1
Cara pemberian anestesi terbagi menjadi 3, yaitu :
1. General anestesi

General anestesi adalah suatu keadaan dimmana terjadi kehilangan kesadaran


secara reversible yang disebabkan oleh obat anesthesia, disertai oleh hilangnya
sensasi nyeri di seluruh tubuh.

Teknik general anestesi ada 3, yaitu :


 Pemberian obat-obatan melalui parenteral
 Pemberian obat-obatan melalui inhalasi, dan
 Pemberian obat-obatan melalui parenteral dan inhalasi

2. Regional anestesi

Regional anestesi adalah suatu keadaan dimana hilangnya sensasi nyeri pada
suatu bagian tubuh oleh obat anesthesia tanpa menyebabkan hilangnya kesadaran

Cara pemberian regional anestesi yaitu :

 Lokal (infiltrasi)
 Blok saraf
 Peridural
 Spinal (Sub Arachnoid Block / SAB ), dan lain-lain.

3. Lokal anestesi
Lokal anestesi adalah anestesi yang dilakukan dengan cara menyuntikkan
obat anestesika lokal pada daerah atau di sekitar lokasi pembedahan yang
menyebabkan hambatan konduksi implus aferen yang bersifat temporer.

Cara pemberian lokal anestesi yaitu :


 Topikal
 Infiltrasi lokal

Pada tahun 1943, anestesi alternatif ditemukan ketika Lofgren


dikembangkan lidokain. Agen anestesi ini merupakan turunan amida asam

2
diethylaminoacetic, bukan PABA; oleh karena itu, memiliki kelebihan potensi
alergi yang rendah. Sejak itu, beberapa anestesi jenis amida telah diperkenalkan
dalam klinis.

Pada tahun 1943, anestesi alternatif ditemukan ketika Lofgren dikembangkan


lidokain. Agen anestesi ini merupakan turunan amida asam diethylaminoacetic,
bukan PABA; oleh karena itu, memiliki kelebihan potensi alergi yang rendah. Sejak
itu, beberapa anestesi jenis amida telah diperkenalkan dalam klinis. Perubahan
kimia sedikit pada senyawa anestesi memberikan keuntungan, termasuk
peningkatan durasi dan potensi, masing-masing. Senyawa ini menawarkan ahli
bedah lebih banyak pilihan, dan anestesi dapat tepat dicocokkan dengan prosedur
yang berbeda.1,2
Anestesi regional adalah anestesi yang mempengaruhi sebagian besar tubuh,
seperti anggota tubuh atau bagian bawah tubuh. Teknik anestesi regional dapat
dibagi menjadi teknik sentral dan periferal. Teknik anestesi regional sentral meliputi
blokade neuraaksial (seperti anestesi epidural dan anestesi spinal). Teknik anestesi
regional periferal dapat dibagi lagi menjadi blok plexus seperti blok plexus
brachialis, dan blok saraf tunggal. Anestesi regional dapat diberikan dengan satu
suntikan atau dengan kateter di mana obat diberikan terus menerus selama jangka
waktu yang lama, misalnya pada continuous peripheral nerve block (CPNB).
Anestesi regional dapat diberikan dengan menyuntikkan anestesi lokal langsung ke
pembuluh darah lengan (dengan syarat aliran darah vena dihambat oleh tourniquet.)
Ini disebut teknik anestesi regional intravena atau Bier block.
Anestesi regional berbeda dari anestesi lokal, yaitu anestesi dari bagian kecil
dari tubuh seperti gigi atau area kulit, dan anestesi konduksi yaitu istilah
komprehensif yang meliputi berbagai macam teknik anestesi lokal dan regional.
Ruptur tendon adalah sebuah penyakit dengan prevalensi kasus yang tidak
terlalu sering namun dapat menimbulkan respon nyeri yang kuat. Seringkali orang
yang sedang masa aktif dapat mengalami keadaan ini. Namun, tak jarang pula pasien

3
dengan penyakit lain datang dengan gangguan ini, dikarenakan terjadinya
kelemahan tendon.1
Pecahnya atau robeknya tendon biasanya terdiagnosis secara asesmen klinis,
namun pemeriksaan X-ray dan ultrasound digunakan untuk memastikan
diagnosisnya. MRI adalah standar definitif dalam menunjukkan gambaran ruptur
tendon. Tergantung pada lokasi dan keparahan dari ruptur tendon, dokter dapat
memilih tatalaksana yang dengan medikasi dan fisioterapi atau dengan operasi.1,2

BAB II

4
TINJAUAN PUSTAKA

1. Ruptur Tendon
1.1 Definisi
Tendon adalah struktur dalam tubuh yang menghubungkan otot ke tulang.
Otot rangka dalam tubuh bertanggung jawab untuk menggerakkan tulang,
sehingga memungkinkan untuk berjalan, melompat, mengangkat, dan bergerak
dalam banyak cara. Ketika otot kontraksi, tendon menarik tulang dan
menyebabkan terjadinya gerakan. Ruptur adalah robek atau koyaknya jaringan
secara paksa. Ruptur tendon adalah robek, pecah atau terputusnya tendon yang
diakibatkan karena tarikan yang melebihi kekuatan tendon.7

1.2 Anatomi Tendon


Tendon terdiri dari jaringan padat dan jaringan ikat fibrosa yang tersusun
secara pararel. Endotendon mengelilingi jaringan tendon dan epitendon
mengelilingi unit tendon keseluruhan. Kedua jaringan ikat membawa suplai
darah instrinsik ke struktur internal tendon. Selubung tendon terdapat diatas
tempat tendon melintasi sendi. Selubung tendon terdiri dari dua lapisan, lapisan
parietal di luar dan lapisan visceral di dalam. Selubung ini mensekresikan
cairan sinovial untuk membantu tendon bergerak. Tendon, yang berselubung,
mesotendonnya membawa suplai darah ekstrinsik ke tendon. Tendon yang
tidak berselubung ditutupi oleh paratendon, yang memungkinkan tendon untuk
bergerak dan memasok suplai darah ekstrinsik.7,10

1.3 Fungsi Tendon


Setiap otot biasanya memiliki dua tendon untuk mengikat dua tulang yang
berbeda dengan otot yang melintasi sendi. Hal ini memungkinkan tendon untuk
bertindak sebagai katrol.
Tendon berfungsi sebagai kekuatan untuk tarikan otot ke tulang.
Kontraksi otot menarik tendon, kemudian tulang, sehingga terjadi gerakan.

5
Tulang-tulang berhubungan pada sendi oleh ligamen dan jaringan ikat lainnya,
sehingga kontraksi tendon menghasilkan gerakan-gerakan tertentu, tergantung
pada otot dan sendi yang terlibat.7

1.4 Etiologi
Penyebab paling sering pada ruptur tendon adalah cedera yang timbul
dalam kegiatan aktivitas yang membutuhkan beban otot ekstra, seperti olah
raga, melompat dan berputar pada olah raga badminton, tenis, basket dan sepak
bola.
Trauma benda tajam atau tumpul menjadi penyebab kedua yang dapat
menyebabkan rusaknya otot atau tendon pada lokasi yang terkena trauma.
Dengan kecepatan dan momentum tertentu, tendon dapat ruptur secara
mekanik.
Penyakit tertentu, seperti arthritis dan diabetes juga dapat menjadi
penyebab lemahnya otot ataupun integritas dari tendon itu sendiri. Secara
sistemik, terjadi gangguan pembentukan dan perusakan dari myosit tersebut,
sehingga bila terkena penyebab mekanik yang ringan dan tidak memiliki
momentum yang cukup untuk merobek, tendon tersebut akan dengan
gampangnya rusak.7,8

1.5 Anatomi Tendon Fleksor Tangan


Terdapat 8 tendon otot fleksor digitorum superfisial (FDS) dan profunda
(FDP), tendon fleksor pollicis longus dan tendon fleksor carpi radialis yang
melewati carpal tunnel sampai tulang-tulang carpal atau jari-jari dan terinsersi
ke dalam tulang yang terkait. Sinovial dan selaput fibrosa membungkus
permukaan dalam dan luar masing-masing tendon, secara berturut-turut.3
Selaput sinovial fleksor utama (bursa ulnaris) berada di dalam carpal
tunnel dan meluas sampai pertengahan tulang metacarpal di tengah palmar.
Bursa ulnaris ini menyelubungi 8 tendon fleksor digitorum superfisialis dan
profunda. Sisi ulnarisnya berlanjut sebagai selaput sinovial tendon untuk jari

6
kelingking. Selaput sinovial jari dari 3 jari medial menyelubungi secara terpisah
dari proksimal metacarpal sampai insersinya ke phalanx distal. Tendon fleksor
pollicis longus masuk ke permukaan anterior dari proksimal phalanx distal ibu
jari.
Sedangkan tendon fleksor digitorum profunda memasuki selaput fibrosa
pada proksimal metacarpal dan ujungnya melebar untuk masuk ke permukaan
volar dari proksimal phalanx distal dari 4 jari medial. Tendon fleksor digitorum
superfisial juga masuk ke selaput fibrosa pada tempat yang sama dan ujungnya
melebar.3 Setiap tendon fleksor digitorum superfisial terbagi menjadi 2 sarung
tendon pada corpus phalanx media untuk melewatkan tendon fleksor digitorum
profunda dan masuk ke sisi ulnar dan radiusnya pada phalanx media dari ke
empat jari.3

Gambar 29. Struktur FDS dan FDP dalam selubung tendon.

7
Dalam upaya untuk menggambarkan trauma tendon secara akurat,
Kleinert dan Verdan mengklasifikasikan trauma tendon berdasar zona
anatomi:8,9,10

 Zona I: Zona trauma avulsi FDP (Jersey finger)


Letaknya antara insersio m. fleksor digitorum superficialis di medial
phalanx media menuju insersio m. fleksor digitorum profundus di distal
phalanx. Laserasi tendon biasanya dekat dengan insersi dan perbaikan
tendon ke tulang lebih dibutuhkan dari pada perbaikan tendon ke tendon.
 Zona II: No mans land
Letaknya antara caput metacarpal hingga insersio dari m. fleksor
digitorum superficialis di pertengahan phalanx media. Terdapat 2 tendon
pada zona ini yakni fleksor digitorum superfisial dan profunda. Pada fleksi
jari, 2 bagian fleksor digitorum superfisial bergerak ke tengah dan menjepit
tendon fleksor digitorum profunda. Disebut no mans land oleh Bunnel
karena tendensi terbentuknya adhesi dan terjadi pembatasan fungsi setelah
perbaikan tendon pada zona ini.
 Zona III: Lipatan palmar distal
Letaknya antara ligamentum carpal transversum dengan sisi distal dari
canalis carpii proximal.
 Zona IV: Ligamentum carpal transversum
Letaknya di dalam canalis carpii. Trauma tendon pada zona ini jarang
terjadi karena proteksi dari ligamentum carpal transversum yang kuat.
 Zona V: Proksimal
Letaknya pada bagian dorsal dari canalis carpalis pada bagian distal
antebrachium.

8
Gambar 30. Zona-zona Tendon Fleksor

FDP berfungsi sebagai fleksor jari utama, sedangkan FDS dan intrinsic
muscle bergabung untuk memperkuat cengkeraman. Kekuatan tendon FDS dua
hingga tujuh kali lebih kecil daripada yang dihasilkan FDP saat menggenggam
dan mencubit Pada jari, tendon fleksor terbungkus oleh selubung tendon yang
dilapisi oleh lapisan synovial visceral dan parietal yang berisi cairan
synovial.8,9,10

Selubung tendon fleksor jari merupakan suatu trowongan ligamen yang


kuat (fibro osseous tunnel) yang terdiri dari bagian yang tebal yaitu 5 buah
annular pulleys (Al - A5) dan bagian yang tipis berupa 3 buah cruciate ligamen
/ pulleys (C1 - C3).8,9,10

Pulley A2 dan A4 berasal dari periosteum setengah proksimal phalang


proksimal dan pertengahan phalang media, sedangkan pulleys Al, A3 dan A5
merupakan pulley pada persendian yang berasal dari bagian palmar sendi
metacarpa phalangeal (MP), proksimal interphalangeal (PIP) dan distal
interphalangeal (DIP). Pulleys palmar apponeurosis terdiri dari fascia palmar
serat vertikal dan serat transversal yang secara klinis penting apabila komponen
selubung tendon bagian proksimal lainnya hilang. Cruciate pulleys yang tipis
terdiri dari Cl yang terletak antara annular pulley A2 dan A3, C2 antara A3 dan
A4 dan C3 antara A4 dan A5. Cruciate pulley memfasilitasi koiap dan ekspansi
tendon sheath selama gerakanjari. Selubung tendon jari mencegah tendon
tertarik keluar dari bagian konkaf aspek anterior jari saat jari fleksi.8,9,10

9
Gambar 31. Pulley dan cruciate pulley.

1.6 Struktur Dan Komposisi Tendon


Tendon terdiri dari 70% kolagen dengan molekul kolagen panjang yang
terbuat dari rantai peptida dalam bentuk triple helix (Tropokolagen). Fascicle
tendon terdiri dari bundle berbentuk spiral panjang dan kecil dari fibroblast
matur (tenocytes ) dan kolagen tipe I.7,8,9
Komposisi tendon ini membuat tendon dapat berfungsi secara ideal untuk
menahan gaya regang yang tinggi. Dibandingkan dengan ligamentum, tendon
mengalami deformitas yang sedikit sekali waktu dibebani. Viskoelastisitas
tendon relatif agak kurang bila dibandingkan dengan jaringan yang lebih tinggi
dibandingkan dengan komponen matriks.8,9
Fascicle tendon fleksor pada tangan dibungkus oleh lapisan adventitia
visceral dan parietal yang tipis yang disebut dengan paratenon. Yang termasuk
fleksor tendon jari adalah : Fleksor digitorum superfisialis (FDS), fleksor
digitorum profundus (FDP) dan fleksor policis longus (FPL). Tendon FDS
biasanya berasal dari satu muscle bundle dan bekerja secara independent,
sedangkan FDP sering mempunyai origo otot communis untuk beberapa tendon
dan menghasilkan fleksi yang simultan dari beberapa jari.7,8,9
Pada pergelangan tangan, fleksor tendon jari bersama dengan n. medianus
memasuki carpal tunnel disebelah bawah atap pelindung ligamen transversal
carpal (flexor retinaculum) dan berada dalam common synovial sheath.
Selubung tendon berfungsi sebagai pelindung bagi tendon fleksor dan juga

10
untuk memberikan permukaan gliding yang licin (smooth) pada permukaan
synovialnya sehingga tendon dapat bergerak/sliding secara bebas pada
persendian tangan dan diantara masing-masing tendon selama pergerakan.7,8,9

1.7 Manifestasi Klinis


Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini yang utama adalah
nyeri. Nyeri inisial yang muncul pada ruptur tendon juga dibarengi dengan
adanya kerusakan saraf yang menempel pada otot tersebut. Dengan adanya
ruptur, akan terlihat adanya memar karena iritasi atau respon stress yang
ditimbulkan tendon tersebut.
Tanpa adanya integritas dari keseluruhan tendon, maka otot tersebut akan
mengalami penurunan daya kontraksi. Pada klinisnya, akan dijumpai
kelemahan dari gerakan yang di-insersio oleh tendon tersebut. Bila ruptur
komplit tendon, integritas dari tulang akan terganggu, dan mengakibatkan
posisi-posisi dari tulang tersebut bergeser dan akan terlihat deformitas. Keluhan
yang ditunjukkan adalah ketidakmampuan penderita dalam menanggung beban
ataupun memindahkan tulang yang terlibat.7,8,9

1.8 Faktor Resiko


 Umur : 30 – 40 th (> 30 th)
 Jenis kelamin : Laki – laki > Perempuan (5 : 1)
 Obesitas
 Olahraga
 Riwayat ruptur tendon sebelumnya
 Penyakit tertentu arthritis, DM

1.9 Diagnosa
1.9.1 Anamnesa
Status general pasien berupa usia, tangan yang dominan,
pekerjaan / hobbi, dan riwayat masalah tangan sebelumnya. Kapan dan

11
dimana trauma terjadi? Pada kasus trauma untuk mengetahui keakutan
trauma dan kemungkinan kontaminasi dengan benda asing.
Bagaimana trauma terjadi? Hal ini memberi bantuan trauma yang
terjadi. Misalnya, peselancar yang terluka tangannya saat tali penarik
terlepas secara kuat dari tangannya, sepertinya terjadi trauma pada
mekanisme tendon fleksornya. Bagaimana posisi tangan saat terjadinya
trauma? Struktur dalam tangan meluncur saat gerakan. Jaringan
dibawah memar atau laserasi mungkin tidak sama dengan jaringan yang
terlihat saat trauma terjadi karena pergerakan struktur dalam tangan
(misal, tendon ekstensor terluka dengan jari dalam keadaan fleksi
mungkin tidak terlihat pada luka ketika jari dalam keadaan ekstensi).
Perlu juga menanyakan riwayat terapi atau pembedahan pada tangan.
1.9.2 Survei Primer
Survei primer termasuk evaluasi batasan gerakan aktif dan pasif
jari-jari dan pergelangan sambil mencatat posisi istirahat tangan.
Manipulasi tidak selalu dibutuhkan; banyak yang dapat dicatat
mengenai tangan dan jari-jari dengan pengamatan sederhana. Seorang
dokter harus menduga akan kemungkinan kerusakan tendon jika ada
luka terbuka, ada jari yang tidak berada pada posisi normalnya dan
kehilangan gerakan aktif.1,2

1.9.3 Survei Sekunder


Survei sekunder termasuk uji tendon fleksor superfisial dan
profunda dari setiap jari. Dengan latihan, setiap tendon fleksor dapat
dievaluasi.1,2

1.9.4 Pemeriksaan Klinis


Meski deformitas berat tidak ditemukan, posisi tangan sering
memberi petunjuk tendon fleksor mana yang terpotong. Posisi normal
tangan menunjukkan jari telunjuk dalam posisi sedikit fleksi dan jari

12
kelingking paling fleksi.Jika kedua tendon jari terpotong, maka jari akan
berada dalam posisi hiperekstensi.1,2
Fungsi tendon biasanya dievaluasi dengan gerakan aktif volunter
jari, biasanya secara langsung oleh pemeriksa. Tindakan manuver yang
dilakukan dahulu pada tangan pemeriksa atau tangan penderita yang
sehat sebelum pada tangan yang terluka dapat membantu. Jika luka pada
distal pergelangan, jari yang terluka ditahan untuk memperoleh gerakan
sendi spesifik. Dengan sendi proksimal interphalanx ditahan, fleksor
digitorum profunda diduga terpotong jika sendi distal interphalanx tidak
dapat fleksi secara aktif. Jika sendi proksimal interphalanx dan distal
interphalanx keduanya tidak dapat fleksi secara aktif dengan tahanan
pada sendi metacarpophalangeal, maka kedua tendon fleksor mungkin
terpotong.7,8,9
Pada ibu jari, untuk pemeriksaan tendon fleksor pollicis longus,
sendi metacarpophalangeal ibu jari ditahan. Jika tendon fleksor pollicis
longus terpotong, fleksi pada sendi interphalangeal tidak ada.
Sedangkan jika luka terletak pada pergelangan, sendi jari dapat fleksi
secara aktif meskipun tendon jarinya terpotong. Hal ini dikarenakan
interkomunikasi tendon fleksor digitorum profunda pada pergelangan,
khususnya jari manis dan kelingking. Pada ruptur tendon parsial
biasanya tetap berfungsi, namun gerakan jari dibatasi oleh nyeri.7,8,9

1.9.5 Pemeriksaan Radiologi


Semua pasien sebaiknya mendapatkan foto rontgen posisi
posteroantero lateral dan satu atau dua posisi oblik. Foto rontgen
memberikan informasi dengan sensisitifitas menengah, spesifisitas
tinggi dan biaya yang terjangkau. Ultrasonografi dapat digunakan untuk
mendeteksi ruptur tendon dan trauma ligamentum ulnaris collateral
sampai ibu jari. Dapat juga memeriksa fungsi dinamis dari tendon
secara noninvasif menggunakan USG. MRI menunjukkan sensitifitas

13
yang tinggi dalam deteksi ruptur tendon. Namun demikian, MRI tidak
berperan dalam penanganan emergensi dari luka pada tangan.7,8

1.10 Penatalaksanaan
1.10.1 Penanganan Trauma Tendon Fleksor
Mekanisme trauma fleksor tangan dan jari tidak lagi diterapi
dengan rekonstruksi tertunda karena perbaikan primer langsung dan
tertunda memberi hasil yang baik sampai sempurna, meski dilakukan
pada jari tengah. Hasil yang memuaskan dilaporkan pada 75 – 98 %
pasien.7,8
 Zona I
Sebagaimana laserasi tendon pada jari umumnya, luka harus
diperluas ke proksimal dan distal untuk memudahkan
visualisasi. Beberapa ahli bedah memilih jahitan jarum Keith
melalui phalanx distal dengan volar ke sudut dorsal daripada
kedua sisi tulang.
 Zona II
Kedua laserasi tendon direkonstruksi pada zona II. Jahitan
4-strand dengan jahitan epitenon. Rekonstruksi Kessler
modifikasi Strickland dilakukan dengan menggunakan 2 poros
jahitan untuk tendon fleksor digitorum profunda.
 Zona III
Rekonstruksi tendon menggunakan teknik jahitan yang
sama dengan yang dijelaskan sebelumnya. Pemaparan tendon
lebih mudah dan hasilnya lebih baik karena tidak adanya selaput
fibroosseus pada zona ini.
 Zona IV
Tendon direkonstruksi dengan teknik sebagaimana yang
dijelaskan sebelumnnya, selama tidak ada trauma saraf
medianus yang terletak di superfisial tendon.

14
 Zona V
Trauma pada tautan muskulotendinosa dapat sulit direkonstruksi
karena jaringan otot akan tidak dapat menahan jahitan. Sering
jahitan matras multipel dibutuhkan jika tautan muskulotendinosa
tidak mampu menahan poros jahitan.
Strickland menekankan 6 karakter rekonstruksi tendon ideal :1,2

a. Mudah menempatkan jahitan dalam tendon;


b. Simpul jahitan aman;
c. Tautan halus pada ujung tendon;
d. Celah minimal pada lokasi perbaikan;
e. Intervensi minimal dengan vaskularitas tendon;
f. Regangan cukup selama penyembuhan.

1.10.2 Teknik Jahitan


a. Jahitan end-to-end
Teknik Brunel crisscross merupakan teknik klasik jahitan
end-to-end. Meskipun cengkraman jahitan baik, namun tidak
umum digunakan karena dipercaya bahwa penempatan
intratendinosa jahitan crisscross memungkinkan kerusakan
vaskularitas intratendinosa, dan menjadikan tendon avaskuler.
Kleinert modifikasi Bunnell crisscross lebih mudah ditanam dan
mungkin lebih kurang menyebabkan iskemia intratendinosa.
Jahitan Kessler merupakan modifikasi jahitan Mason-Allen.
Teknik ini efektif untuk rekonstruksi tendon pada jari-jari dan
palmar.8,9

b. Rekonstruksi end-to-side
Rekonstruksi end-to-side sering digunakan pada transfer tendon
saat satu otot mengaktifasi beberapa tendon.7,8,9

15
1.10.3 Proses Penyembuhan pada Rekonstruksi Tendon
Proses penyembuhan terjadi melalui 3 tahap yakni fase
inflamasi, reparasi dan remodelling.7,8
Setelah penjahitan tendon, respon inflamasi merangsang
pembentukan jaring fibrin dan migrasi makrofag serta sel inflamasi
lainnya ke lokasi perbaikan. Sel-sel ini kemudian melepaskan faktor
pertumbuhan dan faktor kemotaktik. Dalam 2 cm sekitar perbaikan,
sel-sel dalam epitenon berproliferasi dan bermigrasi ke lokasi
perbaikan. Regangan pada fase ini sama dengan regangan pada
rekonstruksi.Fase inflamasi berlangsung 0 – 14 hari.7,8
Fase reparasi berlangsung sekitar 28 hari (minggu ke 2 – 6)
setelah fase inflamasi. Fase ini ditandai secara primer oleh
pembentukan kolagen terus menerus, yang membentuk pembungkus
dinamis pada tempat perbaikan. Neovaskularisasi terjadi dari sumber
intrinsik dan ekstrinsik.7,8
Fase berikutnya adalah remodelling yang ditandai oleh
remodelling kolagen dan penurunan kecepatan proliferasi sel.
Peningkatan regangan tendon dilaporkan konsisten dengan struktur
kolagen fibrin remodelling dan revaskularisasi. Fase ini berlangsung
setelah minggu ke-6-12.7,8
Saat ini secara umum sudah diterima bahwa dengan memberikan
latihan gerakan pasif dini (LGPD) pada tendon pasca penyambungan
akan mempercepat penguatan tensile strength, adesi lebih minimal,
perbaikan ekskursi, nutrisi yang lebih baik dan perubahan pada lokasi
penyambungan yang lebih minimal dibandingkan dengan tendon
yang diimobilisasi. Latihan gerak berdampak positif pada
penyembuhan tendon dengan meningkatkan difusi nutrien dari cairan
sinovial, meningkatkan produksi kolagen. Untuk itu diperlukan

16
suatu tehnik penyambungan yang kuat (gap resistant suture
technique) diikuti dengan latihan yang terkontrol.7,8
Faktor–faktor yang berperan dalam terbentuknya adesi yang
menghambat ekskursi pada penyambungan tendon diantaranya
kerusakan jaringan saat trauma awal dan saat pembedahan, iskemia
tendon, imobilisasi jari, adanya jarak pada lokasi yang disambung
serta eksisi selubung tendon.7,8
Pada tendon yang mempunyai selubung tendon (tendon sheath),
sel-sel untuk proses penyembuhan diduga berasal dari ujung tendon
yang terpotong atau dari selubung tendon dan akan membentuk
parut.7,8
Penyembuhan tendon eksogen dan endogen serta pengembalian
fungsi tendon yang baik memerlukan kemampuan teknik operasi
yang baik sehingga ujung tendon yang putus dapat tersambung rapat.
Hal ini bergantung jenis benang yang digunakan (suture material),
kekuatan yang dihasilkan dengan teknik penjahitan yang tepat dan
teknik pengikatannya (knotting). Teknik operasi harus dapat menjaga
kemungkinan rusaknya vaskularisasi tendon. Pasca
operatifdiperhatikan program mobilisasi aktif tendon untuk
mengurangi terbentuknya adesi dan meningkatkan kekuatan
tendon.7.8

2. Anestesi Regional
Anestesi blok regional mencakup semua anestesi yang menggunakan blok
saraf untuk mendapatkan penghilang nyeri menyeluruh. Dengan sedikit gangguan
impuls saraf aferen (deafrensiasi) anestesi regional sangat mendekati konsep
anestesi ‘ideal’ atau bebas stress; tetapi digunakan lebih jarang dari yang
diperkirakan karena beberapa keterbatasan.1
1. Blok saraf membutuhkan waktu lebih lama untuk induksi dan waktu pemulihan
antara kasus – kasus operasi tidak perlu diperpanjang.

17
2. Ada risiko bahwa blok saraf tidak benar-benar efektif, pada keadaan ini, pasien
mungkin membutuhkan suntikan ulang (bila masih dalam batas dosis keamanan
untuk anestesi local tertentu) atau anestesi umum. Kedua tindakan tersebut akan
lebih memperpanjang waktu sebelum operasi, juga menambah rasa tidak enak
bagi pasien.
3. Selalu ada kemungkinan bahwa blok saraf dapat menimbulkan komplikasi
neurologi atau bila mengenai bagian lapangan vascular tertentu, dapat
menimbulkan efek ketidak stabilan hemodinamik yang berbahaya pada pasien
tua, atersklerosis, penderita trauma atau hipovolemik.
4. Penerimaan pasien yang baru selalu menimbulkan kesulitan karena banyak
pasien yang takut tetap ‘terjaga’ dan tidak ingin mendengar berbagai bunyi
dalam ruang operasi.1,2
Walaupun dianggap bahwa anestesi regional lebih aman dari anestesi umum
karena kurang menimbulkan gangguan fisiologi yang berhubungan dengan blok
saraf, belum ada penelitian terdahulu untuk membuktikan konsep ini. Tetapi data
akhir dari kepustakaan menunjukkan bahwa pada kasus tertentu, terutama pada
pasien tua, komplikasi operasi seperti thrombosis vena yang besar dan emboli paru,
dapat mengurangai penggunaan anestesi regional. Dewasa ini anestesi regional yang
dilakukan dengan baik dan ahli akan memberi hasil memuaskan seperti anestesi
umum yang baik.1

3. Anestesi Blok Saraf Perifer


1. Definisi
Blok saraf perifer merupakan anestesi lokal yang diinjeksikan di
persarafan perifer sehingga anestesi yang dihasilkan di lokasi tubuh yang
spesifik, bertahan lama dan efektif. Blok saraf perifer dapat digunakan sebagai
anestesi tunggal, analgetik pada anestesi umum, dan analgetik post operasi, dan
tatalaksana nyeri akut atau kronik. 3
Blok saraf perifer merupakan teknik anestesi yang cocok untuk operasi
superfisial pada ekstremitas. Keuntungan blok saraf perifer adalah tidak

18
menganggu kesadaran dan refleks saluran napas atas. Teknik ini
menguntungkan bagi pasien penyakit pulmoner kronik, gangguan jantung
berat, atau gangguan fungsi ginjal. Akan tetapi pencapaian efek anestetik yang
adekuat pada teknik ini kurang dapat diprediksi sehingga dapat mempengaruhi
jalannya operasi. Kerjasama dan partisipasi pasien merupakan kunci dalam
keberhasilan dan keamanan setiap tindakan blok perifer. Keberhasilan teknik
blok ini sangat dipengaruhi oleh keterampilan petugas/dokternya. Pengetahuan
anatomi yang komprehensif mengenai lokasi pembedahan sangat penting
dalam pemilihan teknik anestesi blok yang tepat. Pasien juga harus kooperatif
untuk mendapatkan hasil blok saraf perifer yang efektif.4
Blok saraf perifer selain untuk anestesi, dapat digunakan untuk analgesia
setelah operasi dan tatalaksana nyeri kronik. Pada saat evaluasi preoperatif
perlu diperiksa dengan teliti adanya infeksi kulit di lokasi blok, selain itu perlu
memastikan fungsi koagulasi yang normal.3,4

2. Pembagian Anestesi/Analgesia Regional


a) Blok sentral atau blok neuroaksial, yang meliputi blok spinal, epidural dan
kaudal. Tindakan ini sering dikerjakan.
b) Blok perifer atau blok saraf, yang meliputi anestesi topikal, infiltrasi lokal,
blok lapangan, dan analgesia regional intravena.

3. Keuntungan Anestesia Regional


a) Alat yang dibutuhkan tidak banyak dan teknik relatif sederhana, sehingga
biaya relatif lebih murah.
b) Relatif aman untuk pasien yang tidak puasa (operasi darurat, keadaan
lambung penuh) karena penderita sadar.
c) Tidak ada komplikasi jalan nafas dan respirasi.
d) Tidak ada polusi kamar operasi oleh gas anestesi.
e) Perawatan post operasi lebih ringan.

19
4. Kerugian Anestesi Regional
a) Tidak semua penderita mau dilakukan anestesi secara regional.
b) Membutuhkan kerjasama pasien yang kooperatif.
c) Sulit diterapkan pada anak-anak.
d) Tidak semua ahli bedah menyukai anestesi regional.
e) Terdapat kemungkinan kegagalan pada teknik anestesi regional.

5. Teknik Anestesi
1) Persiapan
Pasien dievaluasi seperti halnya teknik anestesi lainnya dan pemberian
obat berguna untuk mengurangi rasa sakit selama jarum dimasukkan untuk
melakukan blok saraf perifer. Ruang tempat melakukan blok harus terdapat
monitor, alat, dan obat jika terdapat reaksi obat anestesi lokal yang tidak
diinginkan (adverse reactions). Selain itu kateter intravena harus terpasang
sebelum melakukan blok. Obat-obatan sedasi atau anestesi umum dapat
disiapkan, jika sewaktu-waktu perlu digunakan.3
Pemilihan obat anestetik lokal untuk blok saraf perifer tergantung pada
onset, durasi, dan derajat blok konduksi. Lidokain dan mepivakain, 1-1,5%
untuk operasi 10-20 menit dan 2-3 jam, sedangkan ropivakain 0,5% dan
bupivakain 0,375-0,5% memiliki onset lebih lambat dan kurang memblok
sistem motorik, akan tetapi efek anestesi dapat bertahan 6-8 jam.
Pemberian epinefrin 1:200.000 (5μg/ml) intravena dapat meningkatkan
durasi blok konduksi, beberapa klinisi menggunakan dosis 3 ml anestesi
lokal dengan 1:200.000 (5μg/mL) atau 1:400.000 (2,5μg/mL) epinefrin
untuk mendeteksi letak intravaskular jarum atau kateter. Peningkatan
denyut jantung lebih dari 20% dari keadaan awal menunjukkan injeksi ke
intravaskular. Setiap pemberian 5 ml obat anestesi lokal dilakukan aspirasi
untuk meminimalkan risiko injeksi intravascular.5

20
Amida Topikal Infiltrasi Blok ARIV Epidural Spinal
saraf Intratekal
Lidokain + + + + + +
Etidokain - + + - + -
Prilokain - + + + + -
Mepivakain - + + - + -
Bupivakain - + + - + +
Ropivakain - + + - + +
Levobupivakain - + + - + +
Tabel 1. menunjukkan penyesuaian obat anestesi dengan teknik anestesi

Keberhasilan anestesi perifer berdasarkan posisi yang tepat dari ujung


jarum di selubung perineural. Dahulu pengerjaan ini dengan membuat
parestesia dengan ujung jarum atau menggunakan pendekatan transarterial.
Karena adanya risiko kerusakan arteri atau saraf permanen, maka
berkembang suatu teknologi baru berupa alat stimulasi saraf untuk
membantu menentukan letak ujung jarum. Penggunaan alat stimulasi saraf
ini memiliki risiko meningkatkan morbiditas, sehingga dilakukan
pengembangan alat baru yang lebih optimal, seperti ultrasonografi,
Doppler, dan stimulasi saraf sensorik. Saat ini cara terbaik menentukan
letak ujung jarum berdasarkan respon motorik terhadap stimulasi saraf.
Respon motorik pada 0,5 mA/0,1 ms menunjukkan bahwa ujung jarum
berada pada letak yang tepat dan anestesi lokal dapat diinjeksi.5
Gambaran ultrasonografi dengan resolusi tinggi akan menghasilkan
visualisasi saraf perifer, letak jarum blok, dan distribusi larutan anestesi
lokal sehingga meningkatkan keberhasilan blok dan meminimalkan
pemberian obat anestesi lokal. Selain itu ultrasonografi dapat mengetahui
letak pembuluh darah agar dapat mengurangi risiko komplikasi.
Ultrasonografi frekuensi tinggi menghasilkan gambaran yang bagus akan
tetapi penetrasi ke dalam jaringan jelek.4,5

21
Kontraindikasi blok saraf perifer adalah pasien tidak kooperatif (anak-
anak, demensia, dan pasien memberontak), kecenderungan perdarahan
(antikoagulan, hemofilia, dan koagulasi intravaskular diseminata), infeksi
di lokasi blok, toksisitas anestesi lokal, dan neuropati perifer.3

2) Lokasi
a. Blok Saraf Perifer Ekstremitas Atas
1) Blok Pleksus Brakialis
Plexus brachialis dibentuk oleh rami anterior C5-C8 dan T1.
Rami tersebut akan bergabung di rongga antara musculus scalenus
anterior dan medius membentuk tiga truncus yakni truncus superior,
media dan inferior. Truncus kemudian melewati batas lateral costae
pertama dan berjalan di bawah clavicula dan setiap truncus
membentuk divisi anterior dan posterior. Ketika plexus keluar dari
bawah clavicula dan memasuki daerah axilla, serabut plexus
brachialis kemudian akan membentuk tiga fasciculus (cord) yang
dinamakan sesuai dengan lokasinya terhadap arteri aksillaris yakni
fasciculus posterior, medial dan lateral.
Pada batas lateral musculus pectoralis minor, fasciculus akan
membentuk nervus terminal. Fasciculus lateral akan membentuk
cabang lateral nervus medianus dan berakhir sebagai nervus
musculocutaneus. Fasciculus medial akan membentuk cabang medial
nervus medianus dan berakhir sebagai nervus ulnaris. Fasciculus
posterior akan membentuk cabang nervus axillaris dan berakhir
sebagai nervus radialis.3,4,5
Plexus brachialis mempersarafi sensorik dan motorik seluruh
ekstremitas superior kecuali bagian bahu yang dipersarafi oleh
plexus cervicalis dan lengan atas medial dipersarafi oleh nervus
intercostobrachialis dan cutaneus brachii medialis. Anestetik lokal

22
dapat disuntikkan pada salah satu titik sepanjang plexus brachialis
tergantung efek blok yang diinginkan. Blok interscalenus digunakan
untuk prosedur pembedahan pada bahu dan proksimal humerus.
Blok supraclavicula, infraclavicula dan axillaris untuk prosedur
pembedahan pada distal mid-humerus.3,4,5

Gambar 1. Plexus
Brachialis

2) Blok Interscalenus
Blok interscalenus ialah teknik anestesi pada truncus plexus
brachialis di leher diantara musculus skalenus anterior dan medial.
Blok interscalenus biasanya digunakan untuk memberikan anestesi
atau analgetik pada pembedahan bahu dan lengan atas. Blok ini tidak
efektif untuk pembedahan yang melibatkan radix saraf C8-T1.
Banyak praktisi yang menggabungkan metode anestesi ini dengan
anestesi umum ringan saat melakukan pembedahan.
Indikasi blok interscalenus antara lain pembedahan di bahu,
fraktur humerus dan pembedahan lengan lainnya yang tidak
melibatkan aspek medial lengan bawah atau tangan. Kontraindikasi
tindakan ini ialah penolakan pasien, infeksi pada tempat injeksi,
defisit neurologis, alergi anestetik lokal, koagulopati, disfungsi
nervus phrenicus kontralateral dan PPOK berat.4,5

23
Gambar 2. Lokasi Blok
Interscalenus dan Area Tubuh
yang Dipengaruhi

Pasien diposisikan dengan punggung sedikit dielevasi dan


kepala dirotasi 300 ke arah kontralateral. Jika USG yang digunakan,
maka bantal ditaruh di bawah bahu yang akan dioperasi agar
terangkat dari kasur. Blok ini dilakukan dengan memberikan 25- 40
ml anestetik lokal ke celah interscalenus yang berdekatan dengan
processus transversus C6 (area vena jugularis eksterna). Lokasi ini
terletak di lateral dari cartilago cricoidea yang berpotongan dengan
celah interscalenus setinggi C6. Respon motorik stimulator saraf
ekstremitas superior dapat dibangkitkan sebelum pemberian anestesi
lokal di mana akan menimbulkan respon pada m. deltoid atau biceps,
dan perlu diingat bahwa plexus brachialis berada di superfisial (1-2
cm dari kulit).4,5

Gambar 3. Lokasi Penyuntikan Blok Interscalenus

24
3) Blok Supraclavicula
Blok supraclavicula ialah teknik anestesi plexus brachialis
pada supraclavicula di area sekitar arteri subclavia. Blok
supraclavicula diindikasikan untuk pembedahan atau nyeri post
operasi untuk ekstremitas atas terutama di area distal mid-humerus.
Keuntungan blok supraclavicula ialah plexus brachialis
terkonsentrasi pada area tersebut. Oleh karena itu, blok clavicular
mengakibatkan anestesi kuat dan cepat. Blok supraclavicula
dikontraindikasikan bila terdapat penolakan pasien, infeksi pada
tempat injeksi, defisit neurologis, alergi anestetik lokal, koagulopati,
disfungsi nervus phrenicus kontralateral dan PPOK berat.4,5

Gambar 4. Lokasi Blok Supraclavicula


dan Area Tubuh yang Dipengaruhi

Blok ini dapat dilakukan dengan cara pasien berbaring telentang,


lengan ipsilateral blok di sisi samping, dan leher mengarah ke sisi
berlawanan. Jarum dimasukkan di sisi lateral musculus
sternocleidomastoideus yang berbatasan dengan clavicula dari
anterior ke posterior hingga menemukan truncus plexus brachialis
yang berada di antara musculus scalenus anterior dan medius dan
berada di atas arteri subclavia. Blok dilakukan dengan 25-40 ml
anestesi lokal.4,5
Komplikasi tersering blok ini adalah pneumotoraks dengan
gejala batuk, dispnea, dan nyeri dada. Paralisis nervus phrenikus
dapat terjadi (50% kasus) meskipun tidak menunjukkan gejala klinis

25
bermakna, oleh karena itu blok supraklavikular bilateral tidak
direkomendasikan, terutama pada pasien penyakit paru obstruktif
kronik.3,4,5

Gambar 5. Lokasi Penyuntikan Blok


Supraclavicula

4) Blok Infraclavicula
Blok infraclavicula ialah teknik anestesi blok plexus brachialis
di infraclavicula di dekat processus coracoideus. Blok ini
diindikasikan untuk anestesi dan analgetik pada area di bawah siku.
Blok ini hampir serupa dengan blok axillaris namun memiliki
keuntungan di mana pasien tidak perlu mengangkat lengannya saat
injeksi. Blok ini tidak menimbulkan anestesi pada axilla atau lengan
atas bagian medial proksimal. Lokasi ini juga merupakan tempak
yang baik untuk pemasangan kateter saraf perifer karena area yang
mobilitasnya sedikit. Kontraindikasi blok ini antara lain penolakan
pasien, alergi anestetik lokal, infeksi pada tempat penyuntikan,
koagulopati, dan defisit neurologis.4,5,6

26
Gambar 6. Lokasi Blok
Infraclavicula dan Area
Tubuh yang Dipengaruhi

Blok ini dilakukan dengan posisi lengan bebas, lengan abduksi


dapat mempermudah menentukan lokasi anatomi dan menggunakan
marker processus coracoideus. Lokasi blok 2 cm medial dari
processus coracoideus lalu 2 cm caudal, jarum 18-22 G dimasukkan
tegak lurus kulit hingga tercapai respon motorik. Plexus brachialis
berada di atas arteri axillaris. Setelah teridentifikasi, lalu aspirasi, jika
tidak ada darah maka masukkan 30-40 ml anestesi local.4,5
Adanya aktivitas nervus muskulokutaneus (kontraksi bisep
ataubrakialis) menandakan blok tidak sempurna, karena nervus
muskulokutaneus dapat bercabang lebih awal dari pleksus
brakialis.3,4,5

Gambar 7. Lokasi
Penyuntikan Blok
Infraclavicula

5) Blok Axilaris
Blok axillaris merupakan teknik anestesi plexus brachialis di
axilla dekat arteri aksillaris. Pada batas lateral musculus pectoralis
minor, fasciculus plexus brachialis membentuk cabang terminal.
Nervus axillaris, nervus musculocutaneus, nervus cabang nervus

27
cutaneus brachii medial berada di proksimal dari tempat injeksi
blok axillaris. Oleh karena itu, blok axillaris diindikasikan untuk
pembedahan di distal siku. Ada beberapa kontraindikasi blok plexus
brachialis antara lain penolakan pasien, infeksi lokal, neuropati,
koagulopati, dan alergi anestetik local.4,5

Gambar 7. Lokasi Blok AxillarisInfraclavicula

Blok ini dapat digunakan untuk anestesi tangan, lengan, dan


bahu. Pasien posisi berbaring, lengan abduksi 90°, rotasi eksternal,
dan siku fleksi 90°. Identifikasi arteri axillaris dan musculus
coracobrachialis, lalu tusukkan jarum paralel di celah dua marker
tersebut, di atas arteri axillaris ke arah proksimal dengan sudut 30-
40° dari kulit, kedalaman jarum kira-kira 2,5-3,75 cm. Risiko blok
ini jika jarum terlalu dalam akan mengenai arteri axillaris, tarik jarum
perlahan hingga darah tidak teraspirasi lagi. Hal ini menunjukkan
bahwa posisi jarum berada superfisial dari arteri axillaris dan masih
berada di dalam selubung saraf, lalu masukkan larutan anestesi
local.4,5,6
Seringkali anestesi diperlukan hanya pada saraf terminal saja
biasanya untuk pembedahan yang terbatas di daerah tangan. Anestesi
di daerah tangan dapat dengan anestesi lokal di nervus medianus,
ulnaris, dan radialis. Blok ini juga dapat membantu blok plexus
brachialis yang tidak merata memblok sensorik daerah distal. Saat ini

28
blok saraf daerah tangan lebih baik dilakukan di pergelangan tangan
dibandingkan di siku.4,5

6) Blok Saraf Medianus


Nervus medianus berasal dari fasciculus lateral dan medial
plexus brachialis. Nervus medianus memasuki lengan dan pada area
antecubiti sebelum tempat insersi m. biceps, nervus medianus
berjalan pada posisi medial terhadap a. brachialis. Setelah melewati
insersi m. biceps, nervus medianus membuat cabang ke otot fleksor
pergelangan tangan dan fleksor jari. Nervus medianus berjalan
sepanjang membran intraosseous hingga pergelangan tangan. Pada
lipatan pergelangan tangan proksimal, nervus medianus terletak di
belakang tendon m. palmaris longus di carpal tunnel (Snell, 2011).
Nervus medianus mempersarafi sensorik terbanyak di telapak
tangan. Di pergelangan tangan, nervus medianus diblok dengan
memberi 3-5 ml anestesi lokal antara tendon palmaris longus dan
fleksor carpi radialis. Sedangkan di siku, nervus medianus diblok
dengan memberi injeksi anestesi lokal 3-5 ml di area medial a.
brachialis dengan jarum menuju epicondylus medialis.4,5

Gambar 7. Lokasi Penyuntikan


Blok N. Medianus dan Area yang
Dipengaruhi

29
Gambar 8. Lokasi Penyuntikan
Blok N. Medianus di Pergelangan
Tangan

7) Blok Saraf Ulnaris


Nervus ulnaris adalah lanjutan dari fasciculus medial plexus
brachialis. Nervus ulnaris terletak medial terhadap arteri brachialis
dan axillaris. Pada sepertiga distal humerus, nervus berjalan di lebih
medial dan berjalan di bawah ligamentum arcuata epicondylus
medialis. Nervus ini seringkali dapat teraba proksimal epikondilus
medialis. Pada lengan bawah bagian tengah, nervus berjalan diantara
m. flexor digitorum profundus dan m. flexor carpi radialis. Pada
pergelangan tangan, n. ulnaris terletak di lateral terhadap tendon
flexor carpi ulnaris dan medial terhadap arteri ulnaris.6
Pada pergelangan tangan, blok saraf ulnaris dilakukan dengan
memasukkan jarum 3-4 cm ke arah medial antara tendon flexor carpi
ulnaris dan arteri ulnaris 3-5 ml anestetik lokal. Pada siku, blok ini
dilakukan dengan memasukkan jarum proksimal terhadap
ligamentum arcuata dan menyuntikkan 3-5 ml anestetik local.4,5

Gambar 9. Lokasi Penyuntikan Blok


N. Ulnaris dan Area yang
Dipengaruhi

30
Gambar 10. Lokasi Penyuntikan
Blok N. Ulnaris di Pergelangan
Tangan

8) Blok Nervus Radialis


Nervus radialis merupakan cabang dari fasciculus posterior
plexus brachialis. Nervus radialis berjalan posterior terhadap
humerus, mempersarafi m. triceps dan kemudian memasuki alur
spiral humerus sebelum bejalan di bagian lateral siku. Sebelum
memasuki condylus lateralis, nervus radialis bercabang menjadi
cabang superfisial dan cabang dalam. Cabang superfisial akan
berjalan mengikuti arteri radialis dan mempersarafi aspek radial
punggung tangan dan aspek dorsal tiga jari lateral dan setengah
bagian digiti IV.6
Banyak pasien dominan sensasi nervus radialis di daerah dorsal
tangan, oleh karena itu blok nervus radialis dapat dilakukan dengan
infiltrasi subkutan 3-5 cm proksimal sendi pergelangan tangan.

31
Selain dengan infiltrasi subkutan, dapat dilakukan blok cabang
sensorik ke arah sisi lateral ibu jari yang berada di antara arteri
radialis dan tendon fleksor karpi radialis. Kemudian masukkan 1-2
ml anestetik lokal di daerah tersebut, pada beberapa orang nervus ini
dapat terpalpasi dari volar ke dorsal, maka dapat diberikan 2-3 ml
anestetik local langsung ke nervus di lateral radius. Anestesi ini akan
memblok punggung tangan 3 jari lateral.3

Gambar 11. Lokasi Penyuntikan


Blok N. Radialis dan Area yang
Dipengaruhi

Gambar 12. Lokasi Penyuntikan


Blok N. Radialis di Pergelangan
Tangan

9) Blok Nervus Digiti


Persarafan sensorik setiap jari dipersarafi oleh empat nervus
digiti yang terletak di setiap sudut jari. Blok nervus digiti biasanya
dilakukan untuk pembedahan minor di jari dan menambahkan efek
anetesi pada blok plexus brachialis dan blok saraf terminal.6

32
Jarum berukuran kecil dimasukkan pada bagian medial dan
lateral jari yang akan dianestesi dan 2-3 ml anestesi lokal tanpa
epinefrin diinjeksikan.4,5

Gambar 13: Lokasi Tempat


Penyuntikan Blok Nervus Digiti

b. Blok Saraf Perifer Ekstremitas Bawah


Plexus lumbosacralis menginervasi ekstremitas bawah. Plexus
lumbalis dibentuk dari rami anterior L1-4. Plexus lumbosacralis terletak
dalam m. psoas dengan cabang yang turun menuju paha proksimal.
Terdapat tiga nervus mayor yang berasal dari plexus lumbalis yang
mempersarafi ekstremitas inferior secara luas yakni nervus femoralis
(L2-4), nervus cutaneus femoris lateralis (L1-3), dan nervus obturatorius
(L2-4). Ketiga nervus tersebut mempersarafi sensorik dan motorik
bagian anterior paha dan mempersarafi sensorik bagian medial tungkai.
Plexus sacralis berasal dari L4-5 dan S1-4. Bagian tibialis dan peroneus
dari nervus ischiadicus mempersarafi tungkai dan kaki serta paha
posterior. Nervus cutaneus femoris posterior mempersarafi paha
posterior.6

33
Gambar 14. Plexus
LombosacralisDigiti

1) Blok Nervus Femoralis


Nervus femoralis menginervasi fleksor panggul, ekstensor
lutut dan persarafan sensorik panggul dan paha. Blok nervus
femoralis digunakan sebagai anestesi pada bagian anterior paha,
sebagai tambahan anestesi umum pada pembedahan lutut, analgetik
post operasi untuk pembedahan paha dan lutut. Kontraindikasi
tindakan ini ialah penolakan pasien, infeksi lokal, neuropati,
koagulopati, dan alergi anestetik lokal serta riwayat pembedahan dan
trauma di tempat penyuntikan.4,5

Gambar 15. Area Tubuh yang


Dipersarafi N. Femoralis

Ligamentum inguinale diidentifikasi lalu membuat garis


antaraspina iliaca anterior superior dan tuberculum pubicum. Di
pertengahan garis tersebut arteri femoralis diidentifikasi dengan

34
palpasi, lokasipenusukan tegak lurus kulit di 2 cm lateraldari arteri
femoralis dan 2 cm distal dari garis ligamentum inguinale dengan
kedalaman 2-3 cm. Identifikasi kontraksi musculus quadriceps major
atau patellar snap, lalu turunkan < 0,5 mA, laluinjeksi 20-30 ml
anestetik local.6

Gambar 16. Lokasi


Penyuntikan Blok Femoralis
Femoralis

2) Blok Nervus Saphenus


Saraf ini merupakan cabang nervus femoralis yang paling
medial. Saraf ini berjalan bersamaan dengan vena saphenus di medial
tungkai. Nervus saphenus mempersarafi tungkai di bawah lutut dan
pergelangan kaki. Oleh karena itu, blok ini dikombinasikan dengan
blok nervus ischiadicus/polplitea untuk analgetik/anestesi di bawah
lutut. Kontraindikasi tindakan ini ialah penolakan pasien, infeksi
lokal, neuropati, koagulopati, dan alergi anestetik lokal serta riwayat
pembedahan dan trauma di tempat penyuntikan.6
Lokasi blok di sekitar vena saphenus setinggi tuberositas tibia.
Vena ini sulit dipalpasi, dapat dibantu dengan ultrasonografi. Blok
ini biasanya dikombinasi dengan blok saraf poplitea. Dilakukan
dengan infiltrasi subkutan 7-10 ml anestetik lokal mulai dari

35
tuberositas tibia dan menuju medial hingga mendekati bagian
posterior tungkai.6

3) Blok Nervus Cutaneus Femoris Lateralis


Nervus cutaneus femoris lateralis berasal dari plexus lumbalis,
berjalan ke arah lateral dari m. psoas dan berjalan ke bawah dengan
posisi anterolateral terhadap m. iliacus. Nervus ini kemudian muncul
dari medial dan inferior terhadap spina iliaca anterior superior. Saraf
ini merupakan saraf sensorik yang mempersarafi bagian lateral femur
dan, memiliki banyak percabangan dan bervariasi tiap individu.
Nervus cutaneus femoris lateralis mempersarafi paha lateral. Blok
saraf ini digunakan sebagai kombinasi dengan blok nervus femoralis
untuk pembedahan pada paha lateral. Blok dilakukan dengan
menginfiltrasi 10-15 ml anestetik lokal di 2 cm medial dan 2 cm distal
dari spina iliaca anterior superior. Blok saraf femoralis dengan
jumlah anestetik lokal yang banyak, dapat memblok saraf ini.6

Gambar 17. Lokasi Penyuntikan


Blok Cutaneus Femoris
Lateralis

4) Blok Nervus Obturatorius


Nervus obturatorius berperan dalam mempersarafi panggul dan
sendi lutut. Saraf ini dapat bervariasi mempersarafi femur, ada yang
sisi medial (20%), posterior (23%), atau tidak mempersarafi (57%).

36
Nervus ini keluar dari pelvis dan memasuki paha medial melalui
foramen obturatorius. Blok nervus obturatorius bersama dengan blok
nervus femoralis dan blok nervus ischiadicus digunakan untuk
anestesi pada pembedahan lutut. Blok nervus obtrurator juga
digunakan untuk tatalaksana nyeri sendi panggul dan mengurangi
nyeri spasme m. adductor. Kontraindikasi dari tindakan ini ialah
penolakan pasien, infeksi lokal, koagulopati, neuropati, alergi
anestetik lokal dan riwayat pembedahan/trauma di area
penyuntikan.6

Gambar 18. Area Tubuh yang Dipersarafi


N. Obturatorius

Blok saraf ini dengan menusukkan jarum 1-2 cm lateral dan


distal dari tuberkel pubis. Jika telah menyentuh tulang, jarum
diarahkan ke lateral dan caudal dengan kedalaman 2-4 cm memasuki
foramen obturatorius sehingga terdapat respon motorik aduktor.
Setelah itu menurunkan stimulator < 0,5 mA dan aspirasi untuk
memastikan tidak mengenai vaskular, lalu masukkan 10-20 ml
anestetik lokal.6

Gambar 19. Lokasi Penyuntikan


Blok Obturatorius

5) Blok Plexus Lumbalis Posterior

37
Radix saraf lumbalis masuk ke dalam m. psoas dan berjalan di
dalam kompartemen psoas sebelum akhirnya keluar dari m. psoas
dan bercabang menjadi saraf terminal. Blok plexus lumbar posterior
dilakukan dengan menyuntikkan anestetik lokal di dalam m. psoas.
Blok plexus lumbar posterior berguna untuk prosedur pembedahan
yang melibatkan area yang diinervasi nervus femoralis, nervus
cutaneus femoris lateralis dan nervus obturatorius. Pembedahan
tersebut biasanya dilakukan di panggul, lutut dan paha anterior.
Anestesi komplet lutut dapat dilakukan dengan blok nervus
ischiadicus proksimal. Kontraindikasi dari tindakan ini ialah
penolakan pasien, infeksi lokal, koagulopati, neuropati, alergi
anestetik lokal dan riwayat pembedahan/trauma di area
penyuntikan.6

Gambar 20. Lokasi Blok Plexus Lumbalis Posterior dan Area


Tubuh yang Dipengaruhi (Warna Ungu)

Pasien diposisikan dekubitus lateral dengan sisi yang akan


diblok berada di bagian bawah. Garis tengah dipalpasi untuk
mengidentifikasi processus spinosus. Pertama-tama garis digambar
melewati processus spinosus lumbar. Crista iliaca kemudian

38
diidentifikasi dan sebuah garis dihubungkan dari crista iliaca ke L4.
Spina iliaca posterior superior kemudian dipalpasi dan sebuah garis
digambar ke arah cephalad sejajar dengan garis pertama. Maka akan
terbentuk dua titik perpotongan pada garis yang menghubungkan
crista iliaca dan L4. Garis yang terletak di antara kedua titik tersebut
kemudian diukur panjangnya dan dibagi menjadi tiga. Jarum
ditusukkan pada jarak dua pertiga dari titik yang terletak di tengah
tubuh.
Jika tersedia, USG dapat digunakan untuk memperkirakan
kedalaman plexus lumbalis. Jarum kemudian ditusukkan ke arah
anterior tubuh hingga otot quadriceps berkontraksi. Jika jarum
menyentuh processus transversus, jarum diposisikan agak ke arah
caudal. Jarum jangan dimasukkan lebih dari 3 cm dari kedalaman
processus transversus. Anestetik lokal kemudian diinjeksikan
dengaan volume tidak lebih dari 20 ml.6

Gambar 21. Posisi Pasien dan


Lokasi Penyuntikan Blok Plexus
Lumbalis Posterior

6) Blok Ischiadicus
Nervus ischiadicus berasal dari plexus sacralis dan terdiri dari
radix saraf L4-5 dan S1-3. Blok nervus ischiadicus dapat terjadi
sepanjang perjalanannya dan dapat digunakan untuk pembedahan di

39
lutut, tibia, pergelangan kaki, dan kaki. Kontraindikasi dari tindakan
ini ialah penolakan pasien, infeksi lokal, koagulopati, neuropati,
alergi anestetik lokal dan riwayat pembedahan/trauma di area
penyuntikan 6.

Gambar 22. Area yang


Dipersarafi N. Ischiadicus dan
Cabangnya (Kecuali Area
Berwarna Ungu)

Plexussacralis (L4-5, S1-3) membentuk saraf ischiadicus,


sekitar 2 cm lebarnya ketikakeluar dari pelvis. Pasien diposisikan
dekubitus lateral (Sim’s position) ke arah berlawanandengan saraf
yang akan diblok. Batasan yang digunakan adalah trochanter
major,spina iliaca posterior superior, dan hiatus sacralis. Garis
pertama dibuat dari trochanter major dan spina iliaca posterior
superior dan garis kedua dari trochanter major dan hiatus sacralis.
Titik tengah dari garis trochanter major dan spina iliaca
posteriorsuperior diberi tanda dan dibuat garis tegaklurus dengan
titik tengah itu ke arah caudal hingga bersilangan dengan garis
trochanter mayor dan hiatus sacralis (kurang lebih 5cm), titik
persilangan itu merupakan lokasiblok. Jarum dimasukkan tegak lurus
hinggaterdapat respon motorik musculus gluteal,pergelangan kaki,
kaki, dan jari kaki. Setelahsemua respon motorik didapat,
turunkanstimulator hingga < 0,5 mA, lalu masukkan20-30 ml
anestetik lokal.6

40
Gambar 23. Lokasi
Penyuntikan Blok Nervus
Ischiadicus

7) Blok Poplitea
Blok saraf poplitea memberi anestesi daerah proksimal
sebelum saraf ischiadicus bercabang menjadi nervus peroneus
communis dan tibialis di fossa poplitea. Blok nervus poplitea
diindikasikan sebagai analgetik peri/post operasi di area bawah lutut,
dua pertiga distal tungkai bawah terutama pergelangan kaki atau
kaki. Kontraindikasi dari tindakan ini ialah penolakan pasien, infeksi
lokal, koagulopati, neuropati, alergi anestetik lokal dan riwayat
pembedahan/trauma di area penyuntikan.6
Blok ini dapat dilakukan secara posterior. Blok saraf poplitea
dari posterior dengan mengidentifikasi fossa poplitea sebagai
segitiga dengan batas lateral musculus biceps femoris, batas medial
musculus semitendinous dan semimembranous, dan batas inferior
garis poplitea. Pada titik tengah garis poplitea tarik garis tegak lurus
hingga bersilangan pada ujung segitiga poplitea (8-10 cm), kemudian
lokasi jarum 1 cm dari apeks dan 1 cm ke lateral dengan sudut
posterior 30°- 45°, kedalaman 4-6 cm hingga menemukan kontraksi
pergelangan kaki, kaki, dan jari kaki, lalu berikan 30-40 ml anestetik
lokal.6

41
Gambar 24. Lokasi
Penyuntikan Blok Poplitea

8) Blok Pergelangan Kaki


Ada lima saraf yang mempersarafi kaki. Nervus saphenus
adalah cabang nervus femoralis dan satu-satunya saraf kaki yang
bukan bagian dari sistem persarafan ischiadicus. Nervus saphenus
mempersarafi bagian anteromedial kaki. Nervus saphenus terletak
anterior terhadap malleolus medial. Nervosu peroneus profundus
berjalan ke anterior tungkai bawah setelah muncul dari cabang
nervus peroneus communis, memasuki pergelangan kaki diantara
tendon extensor hallicus longus dan tendon extensor digitorum
longus, lateral terhadap arteri dorsalis pedis. Nervus peroneus
profundus mempersarafi sela digiti I dan II. Nervus peroneus
superficialis yang juga merupakan cabang dari nervus peroneus
communis, memasuki pergelangan kaki di lateral m. extensor
digitorum longus dan mempersarafi dorsum kaki dan jari.
Nervus tibialis posterior yang merupakan lanjutan nervus
tibialis memasuki kaki pada posterior malleolus medial dan terletak
di belakang arteri tibialis posterior pada malleolus medialis dan
mempersarafi tumit, telapak kaki medial dan sebagian telapak kaki
lateral serta ujung-ujung jari. Nervus suralis merupakan cabang
nervus tibialis dan memasuki kaki melalui antara tendon Achilles dan
malleolus lateral dan mempersarafi kaki bagian lateral.6

42
Gambar 25. Persarafan Kaki

Saraf perifer yang mempersarafi kaki ada limadan semuanya


dapat diblok setinggi malleolus.Nervus tibialis merupakan saraf
utama telapak kaki, terletak di posterior arteri tibialis posterior dan
diblok dengan infiltrasi 5-8 ml anestetiklokal. Nervus suralis
mempersarafi bagianlateral kaki dan diblok dengan 5-8 ml
anestetiklokal di celah antara malleolus lateralis dan calcaneus.
Nervus peroneus profundus mempersarafi jari kaki pertama dan
kedua, diblok dengan identifikasi celah proksimal antara tendon
extensor hallicus longus dantendon ekstensor digitorum longus,
laluinjeksi subkutan 5-8 ml anestetik lokal hinggamengenai
periosteum. Kemudian dari lokasiini infiltrasi subkutan 5-8 ml
anestetik lokal kearah malleolus lateralis untuk memblok nervus
peroneus superficialis yang mempersarafidorsum kaki. Setelah itu,
dari lokasi yangsama arahkan jarum ke malleolus medialis infiltrasi
subkutan 5-8 ml anestetik lokal untukmemblok nervus saphenus
yang mempersarafibagian medial kaki.6

43
Gambar 26. Lokasi Penyuntikan Blok Pergelangan Kaki

Blok pergelangan kaki digunakan untuk pembedahan di area


kaki. Blok pergelangan kaki merupakan teknik anestesi yang cepat,
sederhana dan risikonya rendah. Karena blok ini mengharuskan
penyuntikan di lima tempat, biasanya mengakibatkan
ketidaknyamanan pada pasien.

c. Blok Nervus Perifer Batang Tubuh


1) Blok Plexus Cervicalis Superior
Plexus ini dibentuk oleh empat saraf cervicalis pertama yang
muncul dari m. platysma posterior terhadap m.
sternocleidomastoideus. Plexus ini merpersarafi rahang, leher,
oksiput, dan sebagian dada dan bahu 6.
Kepala pasien dimiringkan ke sisi berlawanan sehingga plexus
cervicalis superficialis dapat diblok dengan infiltrasi obat anestesi
lokal sedalam musculus platysma dan di titik tengah dari batas lateral
posterior musculus sternokleidomastoideus. Penggunaan blok ini
untuk operasi di daerah leher seperti endarterektomi karotis.
Penggunaan blok ini kurang efektif jika tidak dikombinasikan
dengan blok plexus cervicalisis profundus.6

44
Gambar 27. Lokasi Blok Plexus
Cervicalis Superior

2) Blok Nervus Intercostalis


Nervus intercostalis berasal dari rami ventral dan dorsal nervus
spinal thoracica. Nervus tersebut keluar dari tulang belakang melalui
foramen intravertebra dan memasuki sebuah alur di sisi bawah costae
yang dipersarafi, berjalan bersama-sama dengan arteri dan vena
intercostalis. Cabang tersebut mempersarafi dermatom tunggal dari
midline punggung hingga midline dada depan.6
Blok nervus intercostalis dilakukan sebagai analgetik pada
pembedahan toraks dan abdomen atas dan analgetik pada nyeri akibat
fraktur costae, herpes zoster, dan kanker. Blok ini memerlukan
injeksi di setiap tingakatan vertebra yang berhubungan dengan area
dinding dada yang akan dianestesi.6
Blok ini dapat dilakukan dalam berbagai posisi biasanya
dekubitus lateral atau supinasi. Palpasi dan tandai masing-masing
costae di linea axillaris media dan posterior. Jarum diinsersikan pada
batas inferior pada costae yang akan diblok secara cephalad,
ditusukkan hingga mengenai costae, lalu jarum ditarik dan diarahkan
agak inferior sehingga berada di sisi inferior costae. Kedalaman
jarum 3-5 mm dan diberikan 3-5 ml anestetik local.4,5,6

45
Gambar 28. Lokasi Penyuntikan Blok N. Intercostalis

3) Blok Saraf Ilioinguinal dan Iliohipogastrik


Blok ini digunakan untuk operasi daerah inguinal dan genital,
seperti herniorafi inguinalatau orchidopexy. Nervus ini merupakan
cabang akhir pleksus lumbal L1 dan beberapa cabang dari T12.
Lokasi blok ini 2 cm medial diatas spina iliaka anterior superior dan
tusuk tegak lurus hingga di bawah fasia, lalu masukkan 10-20 ml
anestetik lokal. Cabang genital nervus genitofemoral diblok
dengan2-3 ml anestetik lokal lateral dari tuberkel pubis dan cabang
femoral dapat diblok dengan 3-5ml anestetik lokal subkutan di bawah
ligamentinguinal.4,5,6

Gambar 28.Blok saraf


Ilioinguinal dan
Iliohipogastrik

46
BAB III
LAPORAN KASUS

3.1. Identitas Pasien


Nama : Ny. G.U
No. DM : 457645
Umur : 62tahun
Alamat : WAENA
BB :60 Kg
TB : 150 cm
Jenis kelamin :Perempuan
Agama : KP
Pekerjaan : Petani
Suku bangsa : Wamena
Ruangan : Orthopedi lantai II
Tanggal operasi : 13 nov 2018

3.2. Anamnesis
Keluhan utama: Nyeri tangan kiri

Riwayat penyakit sekarang

Pasien rujukkan dari RS Oksibil, datang dengan keluhan tangan nyeri


akibat terkena parang ± 1 hari yang lalu dan pasien mangaku sebelumnya pasien
terkena parang dipergelangan tangan kiri, pasien juga mengaku pengalami
pendarahan. Nyeri tangan kiri, seperti tertusuk, makin nyeri bila digerakkan dan
berkurang bila tidak digerakkan, terasa nyeri sampe dilengan atas, pendarahan
aktif (-), mual(-), muntah(-), pusing(-)

47
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat hipertensi : disangkal
- Riwayat diabetes melitus : disangkal
- Riwayat Penyakit kardiovaskular : disangkal
- Riwayat Penyakit Pernapasan : disangkal
- Riwayat operasi sebelumnya : tidak ada
- Riwayat Obat yang diminum : tidak ada
- Riwayat Anestesi : tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga

- Tidak ada anggota keluarga pasien yang menderita sakit seperti pasien
- Riwayat diabetes mellitus : disangkal
- Riwayat asma : disangkal
- Riwayat jantung : disangkal
- Riwayat hipertensi : disangkal

Riwayat Alergi

- Riwayat alergi makanan : disangkal


- Riwayat alergi minuman : disangkal
- Riwayat alergi obat : disangkal

3.3. Pemeriksaan Fisik


a. Vital Sign
Keadaan umum : tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
GCS : E4V5M6
TTV : Tekanan Darah = 110/80 mmHg, Nadi = 101 x/menit,
reguler, kuat angkat, terisi penuh Respirasi Rate = 22 x
/mnt, Suhu = 36,7oC
b. Status Generalis
Kepala : Norrmocephali, jejas (-), oedema (-)

48
Mata : Sekret (-/-), Conjungtiva anemis (+/+),
sklera ikterik (-/-).
Hidung : Deformitas (-), sekret (-), perdarahan (-)
Mulut : Mallampati 1
Telinga : Deformitas (-), darah (-)
Leher : Pembesaran KGB (-), JVP dalam batas normal, trakea
di tengah, malampati score 1.

Thorax

 Paru-paru
Inspeksi : Simetris, dalam keadaan statis & dinamis, retraksi
dinding dada (-), jejas (-)
Palpasi :vokal fremitus kanan dan kiri simetris
Perkusi : Sonor pada paru kanan dan kiri
Auskultasi : Suara nafas dasar : vesikuler Suara tambahan :
wheezing (-/-), ronkhi(-/-)
 Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak tampak
Palpasi : Iktus kordis teraba di sela iga ke V, 1 cm ke medial linea
mid clavicularis sinistra, tidak kuat angkat, tidak
melebar.
Perkusi :

Batas atas :ICS II linea parasternalis kiri


Pinggang :ICS III linea parasternalis kiri
Batas kiri :ICS V 2 cm ke lateral linea midclavicularis kiri
Batas kanan :ICS V linea parasternalis kanan
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II reguler, gallop (-), murmur (-)

49
 Abdomen

Inspeksi : Tampak datar , caput medusa (-), jejas (-)


Auskultasi : Peristaltic (+) normal 4x / menit
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-) , turgor normal, massa (-)
Hepar : tidak teraba membesar
Lien : tidak teraba membesar
Perkusi : timpani, shifting dullnes (-)

 Ekstremitas
Superior : akral teraba hangat(+), sianosis (-/-),
Udem (-/+)
Inferior : akral hangat (+), sianosis (-/-), edem (-/-)

 Status Lokalis
Regio : Wrist

 Look (inspeksi) : tampak luka terbuka, dengan kedalaman > 2 cm,


lebar 3cm,ujung luka lancip (+), dasar luka otot (+), deformitas(-),
kelainan bentuk(-).
 Feel/palpasi : nyeri tekan (+)
 Movement/gerakan : gerakan aktif berkurang, gerakan pasif
berkurang.

3.4. Pemeriksaan Penunjang


Hasil laboratorium dengan nilai rujukan dari RS Dok 2 Jayapura

Darah Lengkap (12/11/2018)


Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan Nilai Rujukan

50
Leukosit 7,4 /uL 3.370 – 8.380
HB 7.6 g/dL 13,3 – 16,6
Hematokrit 23.6 % 41.3– 52.1
Trombosit 140.000 /uL 140.000 – 400.000
PT 11,6” detik 10,2-12,1
APTT 19,9” detik 24,8-34,4

Foto Klinis

(Durante op 13 november 2018)

3.5. Konsultasi yang Terkait


Jawaban Konsul Anestesi (02 Mei 2018)

 Informed Consent
 Puasa Mulai Jam 24.00 WIT
 Jam 06.00 : Ukur tekanan darah
 Infus RL 20 tpm

51
3.6. Penentuan PS ASA
PS. ASA : PS. ASA III (pasien penyakit bedah disertai penyakit sistemik
berat disebabkan berbagai hal tetapi tidak mengancam
nyawa).

3.7. Persiapan Anestesi


PS. ASA : III

Informed Consent : +

Hari/Tanggal : 13 November 2018

Diagnosa Pra Bedah : - Lacerated around left wrist

Diagnosa Pasca Bedah : - Rupture left radial arteri


- Rupture left median nerve
- Rupture PL, FPL, FCR, EPL, tendon
Makan terakhir : 9 jam yang lalu
BB : 60 Kg
TTV : TD :110/80 mmHg, N: 66 x/m, SB: 36,70 C
SpO2 : 99 %
B1 : Airway bebas, thorax simetris, ikut gerak napas,
RR:22 x/m, palpasi: Vocal Fremitus D=S,
perkusi: sonor, suara napas vesikuler+/+,

ronkhi-/-, wheezing -/-,malampati score: I

B2 : Perfusi: hangat, kering, merah. Capilari Refill


Time< 2 detik, BJ: I-II murni regular,
konjungtiva anemis -/-

B3 : Kesadaran Compos Mentis, GCS: 15(E4V5M6),


riwayat kejang (-), riwayat pingsan (-)

52
B4 : Tidak terpasang DC

B5 : Perut tampak datar, palpasi: nyeri tekan (-),


perkusi: tympani,BU (+) normal 3x/menit

B6 : Akral hangat, kering, merah, edema (-), fraktur


(-).

3.8. Laporan Durante Operasi


Laporan Anestesi

Ahli Anestesiologi : dr. Albinus Cobis, SpAn, M.Kes

Jenis Anestesi : Blok saraf perifer (Peripheral Nerve Block)

Anestesi Dengan : Lidocain 1,75% + ephinefrin 30 cc

Teknik Anestesi : - Pasien dalam posisi duduk


- Identifikasi daerah claviculla dengan alat usg
- Aseptic dengan betadin dan antiseptic alcohol
70%
- Injeksi Lidokain 1,75% + ephinefrin 30cc
- Blok nervus clavicula
- Pasien di baringkan.

Pernafasan : Spontan

Posisi : Tidur terlentang (Supine)

Infus : Tangan Kanan, IV line abocath 18 G, cairan

Nacl 0,9 % : 500cc

Penyulit pembedahan : -

53
Tanda vital pada akhir : TD: 126/72 mmHg, N:75 x/m, SB: 36,7°C
pembedahan
RR: 22 x/m

Pre Medikasi - Sedacum 5 mg


- Fentanyl 50 mg
Induksi
- Lidocain 1,75% + ephinefrin 30cc
Maintenance - Fentanyl 50 mg
- Petidine 30 mg
- Ranitidine 50 mg
- Ondansentron 8 mg
- Metamizole Sodium 1gr

Post operasi

- IVFD RL 500cc/12jam
- Ceftriaxone 2x1 gr (IV)
- Metronidazole 2x500mg (IV)
- Netilmisine 2 x 300 mg (IV)
- Ranitidine 2x50 mg (IV)
- Metamizole Sodium 3x1gr (IV)
- GV 1x/2hari

Laporan Pembedahan

Nama Pasien / Umur : Ny. G.U


NO DM : 457645
Ahli Bedah : dr. Only one Sp.OT
Jenis Pembedahan : Debridement + Repair tendon
Lama Operasi : 12.00-14.00 WIT (jam)

54
Teknik Pembedahan : - Informed Consent
- Pasien posisi Supine dalam pengaruh PNB
- Desinfeksi lapangan operasi dengan betadin dan
alcohol
- Tampak vulnus laserasi flexum zone V dengan
ruptur arteri radialis, rupture median nerve , rupture
PL, FDL, FCR, EPL tendon
- Cuci dengan NaCl 0,9 %
- Dilakukan repair tendon dengan care suture …..
- Dilanjutkan dengan repaire never laserasi after
radial
- Cuci luka
- Jahit tepi luka jahit dengan full dan kasa steril
- Apply dengan slab
- Operasi selesai.

3.9. Observasi Selama Operasi


140
120
100
80 Sistolic
60
Diastolic
40
Nadi
20
0

55
3.10. Balance Cairan

Cairan yang dibutuhkan Aktual


PRE OPERASI Input:
1. Maintenance : Nacl 0,9 % : 500 cc
 Kebutuhan cairan harian 40-50 ml x kgBB/hari
40 cc x60 kg = 2.400 cc/ hari
50 cc x 60 kg = 3.000 cc/ hari Output:
jadi, total = 2.400 cc/ hari – 3.000 cc/hari DC Urin (-)
 Kebutuhan cairan per jam :
2.400 cc : 24 jam = 100 cc /jam IWL=
(15𝑥𝐵𝐵)
24 𝐽𝑎𝑚
3.000cc : 24 jam = 125 cc/jam
jadi, total kebutuhan cairan : 100 – 125 cc/jam
= 15x60 kg / 24
jam = 900/24 jam
2. Replacement :
= 37,5cc/jam
 Kebutuhan cairan untuk pengganti 9 jam puasa
100 cc x 9 jam = 900 cc
Dalam 24 jam 37,5 x
125 cc x 9 jam = 1.125 cc
24 = 900 cc/24 jam
jadi, total = 900 - 1.125 cc adalah cairan
pengganti yang diperlukan pada saat pasien
puasa selama 9 jam

DURANTE OPERASI Input :


Estimate Blood Volume (EBV): 65cc/KgBB x 60 1. Nacl 0,9% :
kg = 3.900 cc 500 cc
Estimate Blood Loss (EBL): 10 % = 390 cc
20 % = 780 cc Output :
30 % = 1.170 cc

56
Total Perdarahan =
Operasi kecil : 4-6 ml x BB 100cc
Operasi sedang : 6 – 8 ml x BB Suction : -
Operasi besar : 8 – 10 ml x BB Kasa kecil : 10
10x10 : 100 cc
 Terapi cairan pada operasi sedang : Urine = DC (-)
Operasi bedah sedang : 6-8 cc/KgBB/jam IWL: 900 cc
6-8 cc x 60 kg = 360 – 480 cc/jam
Untuk 2 jam = 2 jam x 360 – 480cc/jam
= 720 – 960 cc

- Replacement
EBV = 65 cc / KgBB
= 65 x 60 Kg = 3.900 cc

𝑬𝑩𝑳 = 𝑉𝑜𝑙. 𝑃𝑒𝑟𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ𝑎𝑛⁄


𝐸𝐵𝑉 x 100%
= 100 𝑐𝑐⁄3.900 𝑐𝑐 cc x 100%
= 2,56 %
POST OPERASI Instruksi Post Operasi
1. 1. Maintenance : Input :
 Kebutuhan cairan harian 40-50 ml x kgBB/hari Ringel Laktat 500cc/12

40 cc x 60kg = 2.400 cc/ hari jam

50 cc x 60 kg = 3.000 cc/ hari


jadi, total = 2.400 cc/ hari – 3.000 cc/hari
 Kebutuhan cairan per jam :
2.400 cc : 24 jam =100 cc /jam
3.000 cc : 24 jam = 125 cc/jam
jadi, total kebutuhan cairan : 100 – 125 cc/jam

57
2. Replacement :
 Kebutuhan cairan untuk pengganti 9 jam puasa
100 cc x 9 jam = 900 cc
125 cc x 9 jam = 1.125cc
jadi, total = 900- 1.125 cc adalah cairan pengganti
yang diperlukan pada saat pasien puasa selama 9 jam

3.11. Instruksi post operasi


- IVFD RL 500cc/12jam
- Ceftriaxone 2x1 gr (IV)
- Metronidazole 2x500mg (IV)
- Netilmisin 2 x 300 mg (IV)
- Ranitidine 2x50 mg (IV)
- Metamizole Sodium 3x1gr (IV)
- GV 1x/2hari

3.12 Follow Up Post Operatif


14-11-2018 Follow Up
S : Nyeri bekas operasi (+)
O: KU : Tampak sakit ringan . Kes : CM
TD : 110/70 mmHg N:74 x/m R: 20x/m , SB : 36,6ºC
A: post debridement + repair tendon
P: -IVFD RL 1000 cc/24 jam
- Inj Ceftriaxone 2 x 1 gr (i.v)
- Inj Ranitidin 2 x 50 mg (i.v)
- Inj Hypobach 2x 300 mg (i.v)
- Inj Antrain 3 x 1 (i.v)
- Pertahankan Slab.

B1: Airway bebas, napas spontan, tidak terpasang O2, RR: 20 x/m

58
B2:Perfusi hangat, kering, merah, anemis (-), CRT<2”, TD:110/70 mmHg,
Nadi 74x/m
B3: Kesadaran : Compos Mentis, Pupil bulat, Isokor 3 mm, refleks cahaya
(+/+)
B4 : BAK spontan
B5 : Simetris, Supel,Datar , Bu 4 x/15 Detik ; Hepar/Lien/Renal: Tidak
Teraba Besar; Nyeri Ketok (-), Nyeri Tekan (-),
B6 : Deformitas (-) Fraktur (-), edema (-)

BAB IV

59
PEMBAHASAN

Pada kasus ini, seorang wanita 62 tahun dengan diagnosis Rupture left
Radial Artery, Rupture Median Nerve, rupture Palmaris Longus, Flexor pollicis
longus, Felxor Carpi Radialis, Extensor Pollicis Longus Tendon . Diagnosis
ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang.
Pasien rujukkan dari RS Oksibil, datang dengan keluhan tangan nyeri
akibat terkena parang ± 1 hari yang lalu dan pasien mangaku sebelumnya pasien
terkena parang dipergelangan tangan kiri, pasien juga mengaku pengalami
pendarahan. Nyeri tangan kiri, seperti tertusuk, makin nyeri bila digerakkan dan
berkurang bila tidak digerakkan, terasa nyeri sampe dilengan atas, pendarahan
akitf (-), mual(-), muntah(-), pusing(-)

1) Penentuan PS ASA
Physical Statues : American Society of Anesthesiologist adalah pemeriksaan
fisik yang dilakukan untuk menentukan prognosis pada pasien sebelum
dilakukan tindakan anestesi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui risiko apa
yang bisa terjadi pada pasien tersebut dan tindakan apa yang bisa dilakukan
untuk mencegah hal tersebut.

Teori Kasus
ASA I : pasien penyakit bedah tanpa
disertai penyakit sistemik
ASA II : pasien penyakit bedah
disertai dengan penyakit sistemik
ringan sampai sedang
ASA III : pasien penyakit bedah PS ASA III
disertai dengan penyakit sistemik
Pada kasus ini di diagnosis dengan
berat yang disebabkan karena
Rupture left Radial Artery,

60
berbagai penyebab tetapi tidak Rupture Median Nerve, rupture
mengancam nyawa Palmaris Longus, Flexor pollicis
longus, Felxor Carpi Radialis,
Extensor Pollicis Longus Tendon

Tergolong PS ASA III oleh karena


ASA IV : pasien penyakit bedah pada ditemukan penyakit sistemik
disertai dengan penyakit sistemik berupa Anemia Sedang (7.6) dan
berat yang secara langsung
pada kasus ini pasien tergolong
mengancam kehidupannya Geriatri.
ASA V : pasien penyakit bedah yang
disertai dengan penyakit sistemik
berat yang sudah tidak mungkin
ditolong lagi, dioperasi ataupun tidak
dalam 24 jam pasien akan meninggal
Hasil : Sudah tepat.

2) Mengapa memakai jenis anestesi PNB dengan Blok Supraclavicula?


Teori (Modul) Kasus

61
3) Blok saraf perifer merupakan Pada kasus ini dilakukan
anestesi lokal yang diinjeksikan di tindakan Regional anestesi
persarafan perifer sehingga anestesi dengan pemilihan jenis anestesi
yang dihasilkan di lokasi tubuh yang yaitu PNB (peripheral nerve
spesifik, bertahan lama dan efektif. block) pada daerah nervus
4) Blok saraf perifer merupakan teknik clavicula. Hal ini
anestesi yang cocok untuk operasi dipertimbangkan karena tindakan
superfisial pada ekstremitas. pembedahan yang akan dilakukan
Keuntungan blok saraf perifer memakan waktu yang tidak begitu
adalah tidak menganggu kesadaran lama (±1 jam), dan untuk
dan refleks saluran napas atas. mengurangi terjadinya resiko
Teknik ini menguntungkan bagi yang begitu besar pada saat di
pasien penyakit pulmoner kronik, anestesi.
gangguan jantung berat, atau Pada pemilihan blok
gangguan fungsi ginjal. Akan tetapi supraclavicula ini diharapkan obat
pencapaian efek anestetik yang anestesi dapat mencapai dan dapat
adekuat pada teknik ini kurang dapat mengeblok nervus pada daerah
diprediksi sehingga dapat telapak tangan dengan cepat.
mempengaruhi jalannya operasi.
Kerjasama dan partisipasi pasien
merupakan kunci dalam
keberhasilan dan keamanan setiap
tindakan blok perifer.
5) Blok supraclavicula ialah teknik
anestesi plexus brachialis pada
supraclavicula di area sekitar arteri
subclavia.
6) Blok supraclavicula diindikasikan
untuk pembedahan atau nyeri post

62
operasi untuk ekstremitas atas
terutama di area distal mid-humerus.
7) Keuntungan blok supraclavicula
ialah plexus brahialis terkonsentrasi
pada area tersebut.

Hasil : Sudah tepat

3) Bagimana Terapi dan Resusitasi Cairan Perioperatif pada Kasus ini ?


Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh dalam
batas-batas fisiologis dengan cairan infus kristaloid atau koloid secara
intravena.Terapi cairan pada pasien ini adalah sebagai berikut :
Cairan yang dibutuhkan Aktual
PRE OPERASI Input:
1. Maintenance : Nacl 0,9 % : 500 cc
 Kebutuhan cairan harian 40-50 ml x kgBB/hari
40 cc x 60 kg = 2.400cc/ hari
50 cc x 60 kg =3.000cc/ hari Output:
jadi, total = 2.400cc/ hari – 3.000 cc/hari DC Urin (-)
 Kebutuhan cairan per jam :
2.400cc : 24 jam = 100cc /jam IWL=
(15𝑥𝐵𝐵)
24 𝐽𝑎𝑚
3.000 cc : 24 jam = 125 cc/jam
jadi, total kebutuhan cairan : 100 – 125 cc/jam
= 15x60kg / 24 jam
= 900/24 jam
2. Replacement :

63
 Kebutuhan cairan untuk pengganti 9 jam puasa = 37,5 cc/jam
100 cc x 9 jam = 9.00 cc
125 cc x 9 jam = 1.125 cc Dalam 24 jam 37,5 x
jadi, total = 900 - 1.125 cc adalah cairan 24 = 900 cc/24 jam
pengganti yang diperlukan pada saat pasien
puasa selama 9 jam

DURANTE OPERASI
Estimate Blood Volume (EBV): 65cc/KgBB x 60 Input :
kg = 3.900 cc 1. Nacl 0,9% :
Estimate Blood Loss (EBL): 10 % = 390 cc 500 cc
20 % = 780 cc
30 % = 1.170 cc Output :
Total Perdarahan =
Operasi kecil : 4-6 ml x BB 100cc
Operasi sedang : 6 – 8 ml x BB Suction : -
Operasi besar : 8 – 10 ml x BB Kasa kecil : 10
10x10 : 100 cc
 Terapi cairan pada operasi sedang : Urine = DC (-)
Operasi bedah sedang : 6-8 cc/KgBB/jam IWL: 900 cc
6-8 cc x 60 kg = 360 – 480 cc/jam
Untuk 2 jam = 2 jam x 360 – 480cc/jam
= 720 – 960 cc

- Replacement
EBV = 65 cc / KgBB
= 65 x 60 Kg = 3.900 cc

𝑬𝑩𝑳 = 𝑉𝑜𝑙. 𝑃𝑒𝑟𝑑𝑎𝑟𝑎ℎ𝑎𝑛⁄


𝐸𝐵𝑉 x 100%

64
= 100 𝑐𝑐⁄3.900 𝑐𝑐 cc x 100%
= 2,56 %
POST OPERASI Instruksi Post Operasi
1. 1. Maintenance : Input :
 Kebutuhan cairan harian 40-50 ml x kgBB/hari Ringel Laktat 500cc/12

40 cc x 80 kg = 3.200 cc/ hari jam

50 cc x 80 kg = 4.000 cc/ hari


jadi, total = 3.200 cc/ hari – 4.000 cc/hari
 Kebutuhan cairan per jam :
3.200 cc : 24 jam =133 cc /jam
4.000 cc : 24 jam = 166 cc/jam
jadi, total kebutuhan cairan : 133 – 166 cc/jam

2. Replacement :
 Kebutuhan cairan untuk pengganti 9 jam puasa
133 cc x 9 jam = 1.197 cc
166 cc x 9 jam = 1.494 cc
jadi, total = 1.197-1.494 cc adalah cairan pengganti
yang diperlukan pada saat pasien puasa selama 9 jam

65
BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
1. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang,
pasien didiagnosis dengan Rupture left Radial Artery, Rupture Median
Nerve, rupture Palmaris Longus, Flexor pollicis longus, Felxor Carpi
Radialis, Extensor Pollicis Longus Tendon Klasifikasi status anestesi
digolongkan dalam PS ASA III.

2. Pasien akhirnya menjalani operasi Debridement + Repair, dan dipilih


anestesi Regional anestesi dengan PNB pada regio clavicula dengan
menggunakan lidocain 1,75% + ephinefrin 30 cc

5.2 Saran
. Perlu dilakukan edukasi kepada pasien agar rajin memeriksakan
kesehatannya kedokter. Dan juga dengan laporan kasus ini diharapkan dokter

66
muda dapat memahami tentang Anastesi umum agar lebih mengetahui tujuan
dan manfaat dan mempraktekkannya dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Latief S A, Suryadi K A, Dachlan M R,. Anestetik Umum dalam buku:Petunjuk


Praktis Anestesiologi edisi kedua, hal 48-64, penerbit BagianAnestesiologi dan
Terapi Intensif FKUI , Jakarta, 2002.
2. Mangku G, Diktat Kumpulan Kuliah Buku I, penerbit BagianAnestesiologi dan
Reanimasi FK UNUD, hal 74-84, Denpasar, 2002.
3. Miller RD. 2007. Basics of Anesthesia. 5th ed. Philadelphia: Churchill
Livingstone Elsevier.
4. Stoelting RK. and Miller RD. Basics of Anesthesia, 5th ed. Philadelphia:
Churchill Livingstone Elsevier; 2007.
5. Morgan GE Jr., Mikhail MS, Murray MJ. Clinical Anesthesiology, 4th ed. USA:
McGraw-Hill Co.; 2006.
6. Buckenmaier III C. and Bleckner L. 2008. Military Advanced Regional
Anesthesia and Analgesia Handbook. Washington: Borden Institute Walter Reed
Army Medical Center.

67
7. Grace, Pierce A. dan Borley, Neil R. At A Glance : Ilmu Bedah. Ed.3. 2006.
Jakarta : Erlangga Medical Series
8. Sjamsuhidajat, R. dan de Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. Ed.2. 2004. Jakarta
: EGC.
9. Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Ed.3. 2000. Jakarta :
Media Aesculapius FKUI
10. Saladin: Anatomy & Physiology: The Unity of Form and Function, Ed.3. 2003.
The McGraw Hill Companies.

68

You might also like

  • Kegiatan Uncen
    Kegiatan Uncen
    Document1 page
    Kegiatan Uncen
    Monika Putong Paat
    No ratings yet
  • Rhinitis Akut
    Rhinitis Akut
    Document5 pages
    Rhinitis Akut
    Luqman Hakim
    No ratings yet
  • Dobu - Dopa - Rev
    Dobu - Dopa - Rev
    Document6 pages
    Dobu - Dopa - Rev
    IGD PROVITA JAYAPURA
    No ratings yet
  • Mengenal Dan Mewaspadai Cacar Monyet
    Mengenal Dan Mewaspadai Cacar Monyet
    Document5 pages
    Mengenal Dan Mewaspadai Cacar Monyet
    Monika Putong Paat
    No ratings yet
  • Pap Smear
    Pap Smear
    Document6 pages
    Pap Smear
    Purnama Ruth Novilia
    No ratings yet
  • Nyanyian OSCE
    Nyanyian OSCE
    Document2 pages
    Nyanyian OSCE
    Arief Zando
    No ratings yet
  • Hemotoraks
    Hemotoraks
    Document10 pages
    Hemotoraks
    Bunda Herlina
    No ratings yet
  • ILUNI GOES TO SCHOOL
    ILUNI GOES TO SCHOOL
    Document3 pages
    ILUNI GOES TO SCHOOL
    Monika Putong Paat
    No ratings yet
  • Wa0000
    Wa0000
    Document5 pages
    Wa0000
    Monika Putong Paat
    No ratings yet
  • L
    L
    Document18 pages
    L
    Kusume Kokas
    0% (1)
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Document3 pages
    Daftar Isi
    Monika Putong Paat
    No ratings yet
  • Dokumen
    Dokumen
    Document2 pages
    Dokumen
    Monika Putong Paat
    No ratings yet
  • Hemotoraks
    Hemotoraks
    Document10 pages
    Hemotoraks
    Bunda Herlina
    No ratings yet
  • Tingkat Kesadaran
    Tingkat Kesadaran
    Document1 page
    Tingkat Kesadaran
    Monika Putong Paat
    No ratings yet
  • Lembar Hijau
    Lembar Hijau
    Document1 page
    Lembar Hijau
    Monika Putong Paat
    No ratings yet
  • Jurnal Saraf Fix
    Jurnal Saraf Fix
    Document19 pages
    Jurnal Saraf Fix
    Monika Putong Paat
    No ratings yet
  • Tugasku
    Tugasku
    Document50 pages
    Tugasku
    Monika Putong Paat
    No ratings yet
  • Komplikasi Langsung Kehamilan Kelompok 4
    Komplikasi Langsung Kehamilan Kelompok 4
    Document25 pages
    Komplikasi Langsung Kehamilan Kelompok 4
    Monika Putong Paat
    No ratings yet
  • Rehab
    Rehab
    Document40 pages
    Rehab
    Monika Putong Paat
    No ratings yet
  • Laporan Kasus Bedah New
    Laporan Kasus Bedah New
    Document45 pages
    Laporan Kasus Bedah New
    Monika Putong Paat
    No ratings yet
  • Judul
    Judul
    Document4 pages
    Judul
    Monika Putong Paat
    No ratings yet
  • L
    L
    Document18 pages
    L
    Kusume Kokas
    0% (1)
  • Laporan Kasus Bedah New
    Laporan Kasus Bedah New
    Document45 pages
    Laporan Kasus Bedah New
    Monika Putong Paat
    No ratings yet
  • Cover Lapsus Rehab
    Cover Lapsus Rehab
    Document1 page
    Cover Lapsus Rehab
    Monika Putong Paat
    No ratings yet
  • Leprae
    Leprae
    Document7 pages
    Leprae
    Selvi Sulistianingsih
    No ratings yet
  • Daftar Isi
    Daftar Isi
    Document1 page
    Daftar Isi
    Monika Putong Paat
    No ratings yet
  • Epidemiologi CP
    Epidemiologi CP
    Document34 pages
    Epidemiologi CP
    Monika Putong Paat
    No ratings yet
  • Cover Lapsus Rehab
    Cover Lapsus Rehab
    Document1 page
    Cover Lapsus Rehab
    Monika Putong Paat
    No ratings yet
  • Rehab
    Rehab
    Document40 pages
    Rehab
    Monika Putong Paat
    No ratings yet
  • Jurnal Edel
    Jurnal Edel
    Document20 pages
    Jurnal Edel
    Monika Putong Paat
    No ratings yet