You are on page 1of 5

PENGENDALIAN JUMLAH PENDUDUK

DALAM SUDUT PANDANG ILMU BIOLOGI

Indonesia termasuk negara yang penduduknya paling banyak di dunia berada di

urut ke empat dari 10 negara yang penduduknya di atas 125 juta jiwa. Sementara itu,

dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainya, indonesia berada di urutan ke tiga

setelah cina dan india. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN) Surya Chandra Surapaty mengakui laju pertumbuhan penduduk di Indonesia

masih tinggi. Sampai saat ini, laju pertumbuhan penduduk mencapai 1,49 persen atau

sekitar empat juta per tahun melebihi laju pertumbuhan penduduk yang bisa ditekan

mencapai angka ideal.

Dengan jumlah pertumbuhan penduduk yang mencapai 1,49% dapat dipastikan

rata-rata wanita subur di indonesia melahirkan 2 sampai 6 anak, hingga saat ini jumlah

penduduk di indonesia mencapai 261,1 juta jiwa. Banyak nya jumlah penduduk di

indonesia yang semakin besar banyak dampak yang akan timbul jika laju pertumbuhan

penduduk berada diatas angka ideal. Salah satunya adalah terjadinya krisis pangan, energi,

dan ekonomi di indonesia.

Stefhen, T., Alden, L., Welly F.P., dalam jurnalnya peranan pemerintah daerah

dalam pengendalian pertumbuhan penduduk ada beberapa hal yang dapat memepengaruhi

laju pertumbuhan penduduk yang ada di sekitar kita, diantaranya:

1. Tingkat kelahiran yang cukup tinggi.

2. Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap program yang dikeluarkan oleh pemerintah

khususnya yang berkaitan dengan laju pertumbuhan penduduk.

3. Pada indikator ini adanya ketidak pedulian masyarakat merupakan hal yang sangat

berpengaruh
4. Melangsungkan pernikahan di usia yang boleh dikatakan masih remaja

Teori kependudukan Menurut Malthus (1766-1834) yang terkenal sebagai

pelopor ilmu kependudukan yang lebih populer disebut dengan prinsip

kependudukan (the prinsiple of population) yang menyatakan bahwa apabila tidak

ada pembatasan akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi dengan cepat

beberapa bagian dari permukaan bumi ini dan ia juga menyatakan bahwa manusia

untuk hidup memerlukan bahan makanan sedangkan laju pertumbuhan bahan makanan

jauh lebih lambat di banding dengan laju pertumbuhan penduduk dan apabila tidak ada

pembatasan terhadap pertumbuhan penduduk maka manusia akan mengalami

kekurangan bahan makanan sehingga inilah yang menjadi sumber kemelaratan dan

kemiskinan manusia.

Robert Thomas Malthus mengemukakan suatu pendapat yang tercantum

dalam bukunya yang berjudul “Essay On The Principle of Population” yaitu

penduduk akan selalu bertambah lebih cepat dibandingkan dengan pertambahan

bahan makanan, kecuali terhambat oleh karena apa yang ia sebutkan sebagai moral

restrains, seperti misalnya wabah penyakit atau malapetaka. Dalam pernyatan ini

secara tidak langsung menyatakan kepadatan penduduk akan sulit dibendung

apabila tidak ada kerjasama antara pihak yang terkait dalam menyelesaikan

permasalahan pertumbuhan kependudkan ini.

Tetapi, tak bisakah pertumbuhan penduduk dibendung dengan cara ini atau cara

itu? Sebenarnya bisa. Perang, wabah penyakit atau lain-lain malapetaka sering mampu

mengurangi penduduk. Tetapi, penderitaan macam ini hanya menyuguhkan keredaan

sementara sedangkan ancaman kebanyakan penduduk masih tetap mengambang di atas

kepala dengan ongkos yang tidak menyenangkan. Malthus berusul, cara lebih baik untuk

mencegah kebanyakan penduduk adalah "pengendalian moral."


Berbicara soal pengendalian moral, meningkatnya pertumbuhan penduduk pada

era sekarang juga dapat kita lihat kasus di sekeliling lingkungan kita berada. Seperti

misalnya makin banyaknya remaja yang memilih untuk menikah muda (kawin muda), ada

juga yang terlanjur hamil diluar nikah karena kurangnya pengendalian moral dan

pengawasan dari oran tua yang pada akhirnya harus menikah.

Generasi muda dan remaja saat ini tampaknya tidak tabu lagi dengan yang

namanya seks bebas. Mereka tidak tau akibat dari seks bebas yang salah satunya

mengakibatkan kehamilan diluar menikah. Sebaiknya untuk mencega laju pertumbuhan

yang diakibatkan oleh berhubungan seks sebelum menikah dan nikah muda, dibutuhkan

sosialisasi yang baik, baik dari masyarakat maupun dari orang tua akan bahayanya seks

bebas. Atau jika perlu, diadakan pelajaran seks bebas di usia dini dengan pokok-pokok

pendidikan seks perspektif islam seperti:

1. Menanamkan rasa malu pada anak.

Rasa malu harus ditanamkan kepada anak sejak dini. Jangan biasakan anak-anak,

walau masih kecil, bertelanjang di depan orang lain; misalnya ketika keluar kamar

mandi, berganti pakaian, dan sebagainya.

2. Menanamkan jiwa maskulinitas pada anak laki-laki dan jiwa feminitas pada anak

perempuan.

3. Memisahkan tempat tidur mereka.

Jika pemisahan tempat tidur dilakukan terhadap anak dengan saudaranya yang berbeda

jenis kelamin, secara langsung ia telah ditumbuhkan kesadarannya tentang eksistensi

perbedaan jenis kelamin.

4. Mengenalkan waktu berkunjung (meminta izin dalam 3 waktu).

5. Mendidik menjaga kebersihan alat kelamin.

6. Mengenalkan mahram-nya.
Tidak semua perempuan berhak dinikahi oleh seorang laki-laki. Siapa saja perempuan

yang diharamkan dan yang dihalalkan telah ditentukan oleh syariat Islam.

7. Mendidik anak agar selalu menjaga pandangan mata.

Telah menjadi fitrah bagi setiap manusia untuk tertarik dengan lawan jenisnya. Karena

itu, jauhkan anak-anak dari gambar, film, atau bacaan yang mengandung unsur

pornografi dan pornoaksi.

8. Mendidik anak agar tidak melakukan ikhtilât.

Ikhtilât adalah bercampur-baurnya laki-laki dan perempuan bukan mahram tanpa

adanya keperluan yang diboleh-kan oleh syariat Islam. Karena itu, jangan biasakan

anak diajak ke tempat-tempat yang di dalamnya terjadi percampuran laki-laki dan

perempuan secara bebas.

9. Mendidik anak agar tidak melakukan khalwat.

Sebagaimana ikhtilât, khalwat pun merupakan perantara bagi terjadinya perbuatan

zina.

10. Mendidik etika berhias.

Tujuan pendidikan seks dalam kaitannya dengan etika berhias adalah agar berhias

tidak untuk perbuatan maksiat.

11. Ihtilâm dan haid.

Ihtilâm adalah tanda anak laki-laki sudah mulai memasuki usia balig. Adapun haid

dialami oleh anak perempuan. Artinya, mereka harus diarahkan menjadi manusia yang

bertanggung jawab atas hidupnya sebagai hamba Allah yang taat.

Menunda perkawinan (nikah muda) dapat kita cegah dengan memberikan ajaran

atau saran untuk lebih meningkatkan partisipasi wanita wanita muda dalam pendidikan

yang lebih tinggi (SMA atau Perguruan tinggi) atau partisipasi dalam pekerjaan luar rumah

(public), tentu saja peran orang tua, didikan orang tua, dan dukungan dari orang tua akan
pemikiran tersebut sangatlah penting. Sedangkan, untuk pasangan yang sudah menikah,

masyarakat dapat meberikan sosialisasi akan keluarga kecil bahagia yang cukup dengan

memiliki 2 anak yang merupakan salah satu dari program Keluarga Berencana dengan cara

penggunaan alat kontrasepsi (kondom, pil KB, IUD/inplant, suntik KB, dan lain lainnya),

dalam hal ini pasangan suami istri mesti harus diberi sosialisasi yang baik agar pasangan

suami istri yang ingin memiliki anak lebih dari 2 (dua) tidak memiliki persepsi buruk akan

hal keluarga kecil yang cukup dengan memiliki 2 (dua) anak saja.

You might also like