You are on page 1of 8

Ugen Blog

Ada kesalahan di dalam gadget ini

SABTU, 11 MEI 2013

Makalah Sistem Muskuloskeletal Pada Lansia

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA

DENGAN PERUBAHAN SITEM MUSKULOSKELETAL

A. DEFINISI

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan- lahan kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri/ mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan
terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita (Nugroho, 2000)

Lanjut usia adalah seseorang yang telah berusia 60 tahun ke atas yang akan terus menerus mengalami
perubahan melalui proses menua yang bersifat mental psikologis dan social, neskipun dalam
kenyataannya terdapat perbedaan anatar satu orang dengan orang lainnya (Departemen Sosial RI, 2002)

Perubahan normal musculoskeletal adalah perubahan yang terkait usia pada lansia termasuk penurunan
tinggi badan, redistribusi massa otot dan lemak subkutan, peningkatan porositas tulang, atrofi otot,
pergerakan yang lambat, pengurangan kekuatan dan kekauan sendi- sendi.

B. MASALAH MUSKULOSKELETAL YANG SERING TERJADI

1. Osteoporosis

a. Definisi

Osteoporosis adalah suatu keadaan berkurangya masa tulang sedemikian sehingga hanya dengan trauma
minimal tulang akan patah. WHO memberikan definisi terakhir sbb: Adalah penurunan masa tulang lebih
2,5 kali standar deviasi masa tulang rata-rata dari populasi usia muda disertai perubahan pada mikro-
arsitektus tulang yang menyebabkan tulang lebih mudah patah.

Menurut pembagian dapat dibedakan atas : (Peck, 1989; Chestnut, 1989)


b. Klasifikasi

· 1. Osteoporosis primer yang terjadi bukan sebagai akibat penyakit lain, yang dibedakan atas:

- Osteoporosis tipe I (pasca menopause),yang kehilangan tulang

terutama dibagian trabekula.

- Osteoporosis tipe II (senelis),terutama kehilangan massa tulang daerah korteks

- Osteoporosis idiopatik yang terjadi pada usia muda dengan penyebab tak diketahui

2. Osteoporosis sekunder,yang terjadi pada usia muda dengan penyebab tak

di ketahui.

a. Gambaran klinik

Gejala usia lanjut bervariasi,beberapa tidak menunjukkan gejala,yang sering kali menunjukkan gejala
klasik berupa nyeri punggung,yang sering kali akibat fraktur kompresi dari satu atau lebih vertebra.Nyeri
seringkali dipicu oleh adanya stress fisik ,sering kali akan hilang sendirinya setelah 4-6 minggu. Penderita
lain mungkin datang dengan gejala patah tulang,turunnya tinggi badan, bungkuk punggung (Dowager’s
hump),yaitu suatu deformitas akibat kolaps dan fraktur pada vertebra torakal tengah .Fraktur yang
mengenai leher femur dan radius sering terjadi. Sekitar 30% wanita dengan fraktur leher femur
menderita Osteoporosis ,dibandingkan hanya 15% pada pria.Fraktur terjadi bukan saja karena
osteoporosis ,tetapi juga karena kecendrungan usia lanjut untuk jatuh.

b. Pemeriksan lain

· Pemeriksaan laboratorium (kadar kalsiun dan fosfat serum/urin )

· Hidroksi prolin urin dan osteokalsin(bone-gla protein) dan pirolidin cross-link urin.

· Absorpsiometri foton tunggal maupun ganda dan sinar X (DEXA).

c. Penatalaksanaan

Penderita lanjut usia dengan fraktur osteoporosis terutama bila akibat jatuh,memerlukan asesmen
bertingkat,antara lain:

· Asesmen mengenai sebab jatuh ,apa yang menyebabkannya apakah akibat factor
lingkungan,gangguan intra-atau ekstra serebral dan lain sebagainya.
· Asesmen mengenai osteoporosisnya ,primer atu sekunder,manisfestasi di tempat lain.

· Asesmen mengenai frakturnya .Operabel atau tidak ,kalau operable harus dilakukan dengan
pendekatan pada dokter bedah .Setelah dilakukan operasi,tindakan rehabilitasi yang baik disertai
pemberian obat untuk upaya perbaikan osteoporosis bisa dikerjakan.

Penatalaksanaan osteoporosisnya :

· Tindakan diebetik:diet tinggi kalsium (sayur hijau,dan lain-lain). Terapi ini lebih bermanfaat sebagai
tindakan pencegahan.

· Olah raga. Yang terbaik adalah yang bersifat mendukung beban (weight bearing), misalnya jogging,
berjalan cepat, dll. Lebih baik dilakukan di bawah sinar matahari pagi karena membantu pembuatan
vitamin D.

· Obat-obatan. Yang membantu pembentukan tulang (steroid anabolic, flourida). Yang mengurangi
perusakan tulang (estrogen, kalsium, dofosfonat, kalsitonin).

1. Osteomalasia

a. Defenisi

Adalah suatu penyakit tulang metabolic yang ditandai dengan terjadinya kekurangan kalsifikasi matriks
tulang yang normal. Prevalensi pada usia lanjut diperkirakan 3,7%. Penyakit ini disebabkan oleh
kekurangan vitamin D oleh berbagai sebab.

b. Penyebab utamanya adalah:

· Penyakit hati kronis, termasuk kholestasis

· Penyakit ginjal

· Malabsorbsi

· Gastrektomi

· Obat-obatan, antara lain barbiturat.

c. Gambaran klinik

Penderita mengeluh nyeri tekan tulang, kelemahan otot an tampak sakit. Nyeri, rasa sakit dan jatuh
sering kali menyebabkan imobilitas. Nyeri tulang sering terjadi pada tulang dada, punggung, paha dan
tungkai. Kelemahan otot terutama mengenai otot proksimal dan sering menyebabkan penderita sukar
bangkit dari kursi atau tempat tidur, dan kadang-kadang disertai abnormalitas langkah yang lebar.
Pemeriksaaan lain yang penting meliputi biokimiawi tulang, radiologi, scan isotop tulang dan biopsy
tulang.

d. Pengobatan
Terapi osteomalasia adalah pemberian vitamin D yang dapat diberikan peroral 3atau perenteral atau
dengan meningkatkan produksi vitamin D dengan penyinaran UV. Panderita usia lamjtu sering kali
mengkonsumsi diet yang kandungan kalsiumnya rendah, oleh karena itu pada penderita inin pada
penderita ini sebaiknya diberikan terapai berupa tablet kalsium yang mengandung vitamin D atau
kalsiferol oral atau perenterla 1000-1500 unit perhari.

2. Fraktur

Pada usia lanjut sering terjadi hanya dengan trauma ringan atau bahkan tanpa adanya kekerasan yang
nyata, (Brocklehurst, 1987).

Jenis fraktur terutama sebagai akibat osteoporosis, terdapat tiga jenis fraktur yaitu :

a. Fraktur leher femur

b. Fraktur colle

c. Fraktur kolumna vertebralis

3. Penyakit Radang Sendi: Artritis Reumatoid

a. Patofisiologi

Artritis adalah suatu penyakit kronis, sitemik, yang secara khas berkembang perlahan- lahan dan ditandai
oleh adanya radang yang sering kambuh pada sendi- sendi diartrodial dan struktur yang berhubungan.
AR sering disertai dengan dodul- nodul rheumatoid, arthritis, neuropati, skleritis, limfadenopati dan
splenomegali. AR ditandai oleh periode- periode remisi dan bertambah parahnya penyakit.

b. Manifestasi Klinik

· Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membrane synovial dan kelebihan produksi cairan
synovial. Tidak ada perubahan yang bersifat merusak terlihat pada radiografi.

· Secara radiologi kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat dilihat. Klien mungkin mengalami
keterbatsan gerak tetapi tidak ada deformitas sendi.

· Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus sehingga mengurangi ruang gerak sendi.
Ankilosis fibrosa mengakibatkan penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan
deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan tulang.

· Ketika jaringan fibrosa mengalami klasifikasi, ankilosis tulang dapat mengakibatkan terjadinya
imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot yang meluas dan luka pada jaringan lunak seperti nodula-
nodula mungkin terjadi.

c. Penatalaksanaan
Untuk menghilangkan nyeri dengan menggunakan agens antiinflamasi, obat yang dapat dipilih adalah
aspirin. Namun, efek antiinflamasi dari aspirin tidak terlihat pada dosis kurang dari 12 tablet per hari,
yang dapat menyebabkan gejala siste,mgastrointestinal dan system saraf pusat. Obat anti inflamasi non-
steroid sangat bermanfaat, tetapi dianjurkan untuk menggunakan dosis yang direkomendasikan oleh
pasbrik dan pemantauan efek samping secara hati- hati perlu dilakukan. Terrapin kortikosteroid yang
diinjeksikan melalui sendi mungkin digunakan untuk infeksi di dalam satu atau dua sendi. Injeksi secara
cepat dihubungkan dengan nekrosisi dan penurunan kekuatan tulang. Biasanya injeksi yang diberikan ke
dalam sendi apapun tidak boleh diulangi lebih dari tiga kali. Rasa nyeri dan pembengkakan umumnya
hilang untuk waktu 1 sampai 6 minggu.

Penatalaksanaan keperawatan menekankan pemahaman klien tentang sifat AR kronis dan kelompok
serta tahap-tahap yang berbeda untuk memantau perkembangan penyakit. Klien harus ingat bahwa
walaupunpengobatan mungkin mengurangi radang dan nyeri sendi, mereka harus pula
mempertahankan peregerakan dan kekuatan untuk mencegah deformitas sendi. Suatu origram aktivitas
dan istirahat yang seimbang sangat penting untuk mencegah peningkatan tekanan pada sendi.

Pengkajian

Pengkajian pada lansia dengan gangguan pada sistem musculoskeletal adalah sebagai berikut :

Ø Kegiatan yang mampu dilakukan klien

Ø Lingkungan yang tidak kondusif seperti penerangan yang kurang, lantai yang licin, tersandung alas kaki
yang kurang pas, kursi roda yang tidak terkunci, jalan menurun/adanya tangga, dan lain-lain.

Ø Mengkaji kekuatan otot

Ø Kemampuan berjalan

Ø Kebiasaan olahraga/senam

Ø Kesulitan/ketergantungan dalam melakukan aktivitas pemenuhan kebutuhan sehari-hari.

Masalah keperawatan

Masalah keperawatan pada lansia dengan gangguan pada sistem musculoskeletal adalah sebagai berikut:

Ø Gangguan aktivitas sehari-hari

Ø Kurangnya perawatan diri

Ø Imobilisasi

Ø Kurangnya pengetahuan

Ø Resiko cedera: jatuh

Ø Cemas
Ø Nyeri sendi dan tulang

Intervensi keperawatan

Intervensi keperawatan untuk lansia dengan gangguan sistem musculoskeletal adalah sebagai berikut:

Ø Identifikasi factor-faktor penyebab

Ø Anjurkan untuk menggunakan alat-alat bantu berjalan, misalnya tongkat, atau kursi roda.

Ø Gunakan kaca mata jika berjalan atau melakukan aktivitas

Ø Lakukan kegiatan fisik sesuai kemampuan

Ø Lakukan latihan gerak aktif dan pasif

Ø Latih klien untuk pindah dari tempat tidur kekursi dan sebaliknya dari kursi ke tempat tidur

Ø Sediakan penerangan yang cukup

Ø Sediakan pegangan pada tangga dan kamar mandi

Ø Beri motivasi dan reinforcement

Ø Pertahankan lingkungan yang aman.

Ø Pertahankan kenyamanan, baik dalam keadaan istirahat maupun beraktivitas

Ø Kolaborasi untuk pengobatan lebih lanjut

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, lilik Ma’rifatul. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Penerbita Graha Ilmu. Yogyakarta

Kusharyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Penerbit Salemba Medika,

Jakarta

Martono, H. Hadi, 2010, Buku Ajar Geriatri, Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas

Indonesia, Jakarta

Stanley, Mickey, 2002, Buku ajar Keperawatan Gerontik, Penerbit buku Kedokteran: EGC,

Jakarata

Stockslager, Jaime L dkk, 2008, Asuhan Keperawatan Geriatrik, Penerbit buku Kedokteran:
EGC, Jakarta

Tyson, Shirley Rose, 1999, Gerontological Nursing Care, WB Saunders Company, USA

Diposkan oleh Fulgensius Mulyadi Babat di 05.18

Kirimkan Ini lewat Email

BlogThis!

Berbagi ke Twitter

Berbagi ke Facebook

Bagikan ke Pinterest

Label: Makalah Sistem Muskuloskeletal Pada Lansia

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Poskan Komentar (Atom)

MENGENAI SAYA

Foto saya

Fulgensius Mulyadi Babat

Lihat profil lengkapku

ARSIP BLOG

▼ 2013 (8)

► November (1)

► Juni (1)

▼ Mei (6)

Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial


Fungsi Keluarga

Makalah Sistem Muskuloskeletal Pada Lansia

Barca

Messi

Keperawatan Primer

TERIMA KASIH TELAH MENGUNJUNGI BLOG SAYA. Template Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like