You are on page 1of 3

TUGAS PRAKARYA DAN

KEWIRAUSAHAAN

Disusun Oleh:

CHRISTI TRICAHYANING TUMANAN

Kelas: X MIA OLIMPIADE 1


Selama ratusan tahun, tanaman jahe Indonesia cukup tersohor di dunia. Seperti
halnya lada dan cengkeh, jahe merupakan rempah-rempah unggulan yang cukup
diminati di pasar ekspor.

Umumnya jahe diburu sebagai tanaman obat atau biofarmaka oleh pebisnis jamu
tradisional atau industri farmasi. Tak hanya pasar lokal, pasar ekspor jahe pun
terus menggeliat mengingat industri herbal secara global terus tumbuh. Ada tiga
jenis jahe yang dihasilkan di Tanah Air, yakni jahe emprit, jahe gajah, dan jahe
merah.

Hanya saja, permintaan yang besar ini tak diimbangi dengan kemampuan
produksi petani untuk menghasilkan dalam jumlah banyak.

Produksi jahe untuk tahun 2016 ini diperkirakan stagnan diangka 150.000-
170.000 ton atau sama seperti tahun lalu. Padahal, tren produksi jahe sejatinya
mulai naik sejak tahun 2013 lalu, namun kembali menurun di tahun 2014 dan
hingga kini relatif stabil.

Ketua Asosiasi Petani Jahe Organik (Astajo) Kabul Indarto bilang, permintaan
jahe merah saat ini mencapai 4 ton per pekan, jahe emprit 10 ton per pekan,
sedangkan jahe gajah bisa lebih dari 20 ton per pekan. Umumnya pasar ekspor
lebih mengutamakan jahe gajah ketimbang jahe lainnya. "Permintaan jahe gajah
sangat tinggi di Belanda sebagai bahan baku minuman," ujar Kabul kepada
KONTAN, Rabu (11/5).

Selain dikonsumsi, ternyata Belanda adalah negara pengepul jahe gajah di Uni
Eropa. Menurut Kabul, Belanda juga menjual lagi jahe gajah ini ke beberapa
negara Eropa lainnya dengan harga tinggi.

Kabul menerangkan, peluang besar di pasar ekspor benua biru ini yang belum
bisa dimaksimalkan petani. Selain produksi yang tak mencukupi, petani juga tak
mampu menjual langsung ke Eropa karena pembeli di Eropa juga mensyaratkan
kemasan khusus dan juga kualitas jahe yang baik. Alhasil, pasar ekspor jahe ke
Eropa saat ini dipegang oleh China dan Thailand.

Jika jahe gajah diekspor, maka jahe emprit dan jahe merah justru menjadi
penguasa di negeri sendiri. Kedua jenis jahe tersebut diserap oleh industri
makanan dan minuman, jamu, dan farmasi sehingga hanya sedikit yang bisa
diekspor.

Saat ini, harga jahe emprit Rp 5.000 per kilogram (kg), jahe merah Rp 25.000
per kg, sedangkan harga jahe gajah Rp 10.000 per kg di pasar ekspor. Padahal,
harga pokok produksi (HPP) jahe hanya Rp 2.000 per kg. Biasanya jahe cocok
ditanam di lahan lereng gunung dan bisa dipanen dua kali dalam setahun.

Agus Sulasto, petani jahe di Jawa Timur menambahkan petani jahe yang sudah
terakses informasi umumnya tetap loyal menanam jahe karena mengetahui daya
tarik komoditas ini.

Agus bilang saat ini rata-rata harga jahe mencapai US$ 400 per ton di pasar
ekspor dan bisa melonjak hingga US$ 1.000 per ton jika Thailand dan China
sebagai eksportir utama sedang mengalami gagal panen.

You might also like