Professional Documents
Culture Documents
CITRA TAILOR
Yogyakarta 2018
1.1 Latar Belakang
Pengembangan usaha mikro kecil dan menengah merupakan salah satu upaya di dalam
melakukan kegiatan perbaikan perekonomian nasional. Hal tersebut sangat penting karena
sebagian besar usaha yang ada di Indonesia adalah usaha kecil dan menengah yang banyak
menyerap tenaga kerja dan memanfaatkan sumber daya domestic. Menurut data Departemen
Koperasi DIY, terjadi perkembangan jumlah UKM di DIY yang mencapai 238.619 unit,
dimana 18% berada di daerah Sleman, dimana usaha mikro hampir berjumlah lebih dari 50%
dari keseluruhan unit usaha yang ada di DIY. Salahsatu jenis UKM yang banyak ditemui
adalah UKM jasa, seperti jasa konveksi, jasa penjahit, jasa sablon, jasa laundry, dll. UKM
jenis jasa ini terus menerus mengalami peningkatans seiring meningkatnya jumlah penduduk
di DIY khususnya Sleman, dan dengan meningkatnya jumlah penduduk maka kebutuhan
akan jasa akan terus meningkat. Namun, dalam menghadapi persaingan usaha yang semakin
ketat, perusahaan kecil seperti usaha mikro kecil dan menengah (UKM) harus selalu
berusaha meningkatkan efisiensi dan memfokuskan diri pada minimasi pemborosan yang
terjadi pada keseleuruhan proses produksi yang ada. Selain itu, factor bahan baku didalam
proses produksi sangat perlu diperhatikan, karena ancaman keterbatasan bahan baku dan
minimnya perlindungan UKM akan menjadi penghalang bagi produktifitas UKM.
Berbagai permasalahan yang berkaitan dengan produktifitas pun kerap ditemui oleh
salahsatu UKM berjenis jasa, yaitu UKM Citra Tailor yang berletak di Jalan Kaliurang km
14,5. Citra Tailor merupakan unit usaha yang menyediakan jasa penjahitan baik baju, celana
maupun jas almamater. Permasalahan yang ada berkaitan dengan bagaiaman memenuhi
kebutuan konsumen yang sangat banyak di tengah ancaman keterbatasan sumber daya
pekerja dan bahan baku yang cepat habis. Sumber daya pekerja yang hanya seorang menjadi
salahsatu factor yang mempengaruhi rendahnya produktifitas, dimana setiap harinya 30-40
pelanggan datang untuk memasukkan pakaiannya untuk dijahit. Hal tersebut menjadi beban
tersendiri bagi pemilik karena dengan keterbatasan waktu dan tenaga, ia harus mengerjakan
semua pekerjaan sendiri. Dengan banyaknya pesanan yang masuk mengakibatkan
penumpukan pakaian di dalam rak penyimpanan, bahkan terkadang pakaian hanya diletakkan
di beberapa tempat yang kosong yang tidak sesuai dengan dungsi penggunaannya. Selain itu,
factor bahan baku yang sering habis membuat pemilik perlu secara berkala setiap minggunya
memesan bahan baku seperti benang jahit, resleting, dan kain.
Oleh karena permasalahan yang dihadapi oleh Citra Tailor, maka perlu adanya
perbaikan baik pada tata letak unit usaha maupun pemeliharaan wilayah kerja secara intensif
agar produktifitas semakin baik yaitu dengan penerapan metode 6S oleh peneliti. Metode 6S
akan diterapkan dengan membuat batasan tata letak dan penerapan budaya disiplin agar
tempat kerja menjadi tertata rapi, bersih, tertib dan terjaga efisiensi serta efektifitasnya.
1.2 Analisis Permasalahan Produktivitas pada UKM Citra Tailor
Sebagai UKM yang bergerak dalam bidang jasa, UKM Citra Tailor memiliki beberapa
masalah yang berkaitan dengan produktivitas. Dimulai dalam segi manajemen seperti terlalu
banyaknya pesanan yang masuk sehingga tidak tepat waktu menyelesaikan pekerjaan sesuai
janjinya dengan konsumen. Lalu juga terdapat permasalahan khusus seperti konsumen yang
ingin pakaiannya dikerjakan terlebih dahulu membuat antrian semakin panjang. Operator
sangat jarang melakukan kesalahan dalam penjahitan dan alat-alat yang digunakan pun sangat
jarang rusak karena dipelihara dengan baik. Seperti halnya kebutuhan seperti benang dan juga
resleting selalu operator beli seminggu sekali sebanyak satu lusin sehingga tidak terdapat
kekurangan.
Disisi lain dapat terlihat bahwa UKM Citra Tailor ini belum menerapkan 6S yang
dibuktikan oleh tata letak yang belum sesuai dengan aturan yang baik. Masalah ini
merupakan salah satu masalah dalam produktivitas yang dapat ditingkatkan. Terdapat banyak
gerakan tidak efektif dalam bekerja seperti mencari, memilih, dan juga salah menempatkan
mengakibatkan waktu pelayanan terhambat.
Pada gambar 1 dapat terlihat bahwa peletakan pakaian konsumen belum tertata
dengan baik sehingga mengakibatkan operator kesulitan dalam mencari pakaian. Pemilik
UKM hanya membedakan pakaian yang belum selesai disimpan dibawah dan yang sudah
selesai disimpan dibawah. Namun masih sering terjadi kesalahan dalam pengambilan pakaian
dan kesulitan untuk mencarinya.
Pada gambar 2 terlihat bahwa pakaian yang diterima diletakan pada suatu meja sehingga
kemungkinan terjadinya kesalahan antrian maupun kesalahan dalam data menjadi semakin
besar. Hal ini juga dapat diakibatkan karena pemilik UKM bekerja sendirian tanpa adanya
bantuan, kecuali ketika pesanan sangat banyak maka mempekerjakan orang lain.
Gambar 3. Peletakan Benang Jahit dan Alat Lain
Pada peletakan alat-alat jahit, pemilik UKM sudah lebih baik dalam penataannya baik dari
segi warna maupun bahan benang yang digunakan. Penataan tersebut dapat dilihat pada
gambar 3 dimana terdapat sebuah rak khusus untuk menata benang-benang jahit.
Jadi masalah terbesar dalam UKM Citra Tailor ini adalah dalam pelatakan barang-barang dan
juga peralatan jahit yang tidak maksimal. Hal tersebut tidak hanya mengakibatkan lamanya
waktu pelayanan namun juga meningkatkan kemungkinan terjadinya kesalahan dalam
bekerja. Baik dari kesalahan menjahit sampai dengan salah dalam data yang telah diberikan
oleh konsumen.
1.4.1 Definisi 6S
6S adalah sebuah proses untuk menciptakan dan memelihara kerapian, kebersihan dan kinerja
tinggi di tempat kerja secara terorganisir yang berfungsi sebagai landasan untuk perbaikan
terus-menerus. 6S perlu diterapkan karena kebutuhan pelanggan terus berubah, perusahaan
bersaing untuk memenuhi kebutuhan pelanggan serta menjaga perusahaan agar tetap
kompetitif. Ini berarti 6S meningkatkan produk dan layanan dan menurunkan biaya. Sistem
6S adalah titik awal yang baik untuk semua perbaikan program pada perusahaan (Dodd,
2008).
1.4.2 Macam-macam 6S
Elemen-elemen dalam 6S adalah (Rojarsa 2013):
1. Sort, yaitu membedakan antara apa yang diperlukan dan apa yang tidak perlu dan
membuang yang tidak perlu.
2. Stabilize, yaitu pengorganisasian item yang diperlukan ditempat yang tepat sehingga
mereka dapat digunakan dan kembali dengan mudah.
3. Shine, yaitu membersihkan lantai, peralatan dan perabotan di semua bidang tempat kerja.
4. Standardize, yaitu mempertahankan dan meningkatkan standar 4S.
5. Sustain, yaitu mencapai disiplin atau kebiasaan yang benar dan menjaga prosedur 5S
tersebut secara baik dan benar.
6. Safety, manfaat keselamatan kerja setiap langkah-langkah pengerjaan 6S.
Dodd, D., & Rizzo, K., 2008. 5s Dan Sop Pabrik Kulit Di , Pp. 1-8 May 8.
Elfitria Wiratmani, 2010. Implementasi Metode 5s Pada Divisi Gudang Barang Jadi (Studi
Kasus Pada Pt. X). Jurnal Ilmiah Faktor Exacta Vol. 3 No. 3. Program Studi Teknik
Industri, Ftmipa Universitas Indraprasta Pgri.
Osada Takashi. 2004. Sikap Kerja 5s. Mariani Gandamihardja. Jakarta: Pustaka Binaman
Pressindo.
Rojasra, P., & Qureshi, M. 2013. Performance Improvement Through 5s In Small Scale
Industry : A Case Study. International Journal Of Modern Engineering Research 3,
page: 1654-1660.
http://www.depkop.go.id/uploads/tx_rtgfiles/22._Paparan_Rakornas_Yogyakarta_2018_-
_DIY.pdf
LAMPIRAN