Professional Documents
Culture Documents
1. Alcohol ( etil )
Keracunan alkohol adalah kondisi yang timbul akibat mengonsumsi alkohol
dalam kuantitas yang besar, baik disengaja atau tidak. Keracunan alkohol termasuk serius
dan mematikan. Kondisi ini dapat memengaruhi pernapasan, denyut jantung, suhu tubuh,
dan gangguan saraf.
Gejala
Terapi ( antidotum)
beri kopi tubruk
emetic dengan mustard satu sendok makan dalam air atau garam
dapur
ethanol: berperan sebagai antidotum karena berkerja competitive
inhibitor
2. Antihistamin
Anthistamin adalah oabat yg digunakan untuk mengobati gaguang alergi. Keracunan
anthistamin dapat mengurangi efek sedasi ,tidak nafsu makan ,mual ,muntah keluhan
pada epigastrium ,kontipasi aatau diare dll.
Dosis yg menyebab keracunan: 20-30 tablet itu sudah bersifat letal
Gejala
Halusinasi
Eksitasi
Aktasia
Inkoordinasi
Atetosis dan kejang-kejang
Midriasis
Terapi:
Pengobatan diberikan secara simtomatik dan suportif karena tidak
ada antidotum spesifik. Depresi SSP oleh AH1 tidak sedalam yang
ditimbulkan oleh barbiturate. Pernapasan biasanya tidak
mengalami gangguan yang berat dan tekanan darah dapat
dipertahankan secara baik.
Bila terjadi gagal napas, maka dilakukan napas buatan, tindakan ini
lebih baik daripada memberikan analeptic yang justru akan
mempermudah timbulnya konvulsi. Bila terjadi konvulsi, maka
diberikan thiopental atau diazepam
3. Arsen (As)
Arsen (As) dialam berbentuk anion, seperti H2AsO4 (Ismunandar, 2004). Arsen (As) tidak
rusak oleh lingkungan, hanya berpindah menuju air atau tanah yang dibawa oleh debu,
hujan, atau awan. Beberapa senyawa Arsen (As) tidak bisa larut di perairan dan akhirnya
akan mengendap di sedimen. Senyawa arsen pada awalnya digunakan sebagai pestisida
dan hibrisida, sebelum senyawa organic ditemukan, dan sebagai pengawet kayu (Copper
Chromated Arsenic (CCA)).
Gejalah:
Sakit perut
Muntah
Diare bau napas bau seprti bau bawang putih
Terapi
Pada kasus keracunan akut, perlu segera diberi obat suportif dan
simptomatik untuk mencegah terjadinya gejala neuropati. Pengobatan
dengan pemberian khelasi spesifik yaitu BAL. Standar pemberian BAL
ialah 3-5 mg/kg yang diberikan setiap 4 jam selama 2 hari diikuti dengan
pemberian 2,5 mg/kg setiap 6 jam selama 2 hari. Kemudian diberikan 2,5
mg/kg setiap 12 jam selama 1 minggu. Pada periode pemberian
pengobatan tersebut, sampel urine diperiksa setiap 24 jam dan pengobatan
segera dihentikan jika konsentrasi As dalam urine kurang dari 50 mg.
pengobatan BAL sering diikuti dengan pemberian penisilamin yang
diberikan setiap 6 jam selama 5 hari.
4. Paracetamol
Paracetamol salah satu produk metabolismnya oleh sitokrom p450 bersifat
hepatotoksik,keracunan paracetamol bisa menyebabkan kerusakan hati.
Gejala
Anoreksia
Mual dan munta
Bisa mengakibat nekrosis hati
Terapi
Induksi emesis: berikan karbon aktif serta katartik
Antidotum : N-Asetilsistein
5. Narkotika
Mestimulasi beberapa reseptor di ssp, dan menyebabkan sedasi dan jaras simpatis.jika
keracunan akut bisa mengakibatkan koma dan depresi saluran pernapasan
Gejala
Mual dan muntah
Pusing
Kulit dingin
Pupil miosis
Terapi
Simtomatk: pernapasan buatan dengan O2
Infus glukosa
Antidotum: nalokson (Narcan)
6. Organofosfat
Keracunan organosfosfat dapat menghambat asetilkolin esterase dan menyebabkan
akumulasi asetolkolin pada reseptor muskarinik dan nikotinik dan di ssp.
Gejalah
Muntah dan diare
Hiversalivasi
Bronkokonstriksi
Hyperhidrosis
Miosis
Bradikardia
Kejang
Terapi
Atropine sulfat iv diulang tiap 10-15 menit sampai terlihat muka
merah,hiversalivasinya berhenti dan bradikardinya berubah
menjadii takikardi dan kulit menjadi tidak berkeringat
Dan beri juga pralidoksim 1000 mg iv secara perlahan.
7. Diazepam
Berkerja pada reseptor GABA pada neurotransmisi inhibitor di ssp
Gejala
Gejala awal:
Rasa ngatuk dan letargi,hipotania, disartria dan pusing
Depresi pernapasan
Kardiovaskular
Terapi
Antidotum: pemberian antidotum flumazenil
Referensi:
Darmono . 2006 . Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya Dengan Toksikologi
Seyawa Logam . UI-Press: Jakarta
Darmono . 2009 . Farmasi Forensik dan Toksikologi . UI-Press: Jakarta