Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
dapat berupa ulkus aphthous oral, ulkus genitalis, lesi okular, dan organ lainnya, bahkan hingga
keterlibatan neurologis. Seorang wanita 38 tahun dengan keluhan luka di genital sejak tujuh
hari, luka di genital untuk kedua kalinya sejak satu setengah tahun yang lalu, juga terdapat
keluhan luka di rongga mulut sejak tiga minggu, berulang tiga hingga empat kali setahun sejak
lima tahun. Keluhan disertai demam, dan keputihan berwarna putih susu dan tidak berbau. Pada
pemeriksaan fisik vulva nampak efloresensi vesikel dengan dasar eritema, multiple, diameter
rata – rata 4mm, terdapat secret. Hasil pemeriksaan Tzanck tes terdapat sel datia berinti banyak
positif. Diagnosis sindrom behcet pada kasus ini ditegakkan berdasarkan skoring Revised
International Criteria for Behcet Disease (ICBD) dengan skor empat. Kasus ini menerangkan
penegakan diagnosis sindrom behcet dan tatalaksana agar dapat menghasilkan prognosis yang
optimal bagi pasien. Penggunaan acyclovir sebagai lini pertama infeksi herpes simpleks
genitalis, serta kombinasi kortikosteroid sistemik dan terapi suportif lainnya pada pasien ini
memberikan dampak baik setelah sepuluh hari terapi yang ditandai dengan menutupnya ulkus
1
CASE REPORT: Primary Herpes Simplex Genital Infection in Behcet's Syndrome
ABSTRACT
aphthous ulcers, genital ulcers, ocular lesions, and other organs, even to neurological
involvement. A 38-year-old woman came with genital sores for the second time since one and
half years ago, also has complaints of sores in the oral cavity for three weeks, recurring three
to four times a year since five years. Complaints accompanied by fever, and milky white vaginal
discharge and odorless. On the physical examination of the vulva, the appearance of vesicle
efflorescence with erythema base, multiple, average diameter 4mm, with secret. Tzanck test
examination results are positive multinucleated cells Datia. The diagnosis of behcet syndrome
in this case was established based on the Revised International Criteria for Behcet Disease
(ICBD) score with a score of 4. This case explains the diagnosis of behcet syndrome and
management in order to achieve an optimal prognosis for the patients. The use of acyclovir as
a first-line therapy for genital herpes simplex infection, as well as a combination of systemic
corticosteroids and other supportive therapies in these patients has a good effect after ten days
of therapy characterized by closing genital ulcers and loss of pain during urination
PENDAHULUAN
dengan ulkus aphthous oral berulang, ulkus genitalis, lesi okular, dan lesi kulit dan
neurologis.1,2 Sindrom Behcet tersebar di seluruh dunia. Namun, lebih banyak di negara
2
yang berbatasan dengan rute jalur sutera di Asia Timur seperti Jepang, Korea, China, Irak,
Iran, dan Turki. Itu juga mengapa penyakit ini diberi nama "Silk Road Disease"5.
Jepang, Korea, Cina, Iran dan Arab Saudi berkisar 13,5-22 kasus per 100.000 penduduk.
Penyakit ini jarang terjadi di Negara lain seperti Amerika, Australia dan Afrika.4,6 Di
Indonesia sendiri, belum ada laporan prevalensi kasus yang pasti untuk sindroma Behcet.
Onset penyakit ini terjadi rata – rata pada usia decade 2 – 4. Sindrom Behcet jarang terjadi
Sampai saat ini, sindrom Behcet masih merupakan tantangan bagi berbagai aspek
dalam bidang kedokteran seperti usaha penegakan diagnosis serta pemilihan terapi yang
tepat.7 Laporan kasus ini menggambarkan infeksi herpes simplex genitalis primer pada
sindrom Behcet dengan manifestasi pada rongga mulut dan alat kelamin pada wanita usia
38 tahun.
ILUSTRASI KASUS
Pasien wanita, 38 tahun datang ke IGD dengan keluhan luka seperti sariawan di
kelamin sejak tujuh hari SMRS. Awalnya luka di kelamin hanya satu benjolan melenting
berisi cairan bening dan agak gatal, kemudian pecah. Setelah pecah, luka menjadi
bertambah banyak dan nyeri. Nyeri dirasakan saat berjalan dan saat buang air kecil.
Pasien juga mengeluh demam sejak delapan hari SMRS, demam turun dengan obat
paracetamol. Keluhan demam disertai keputihan yang berwarna putih susu, kental, dan
tidak berbau. Pasien mengaku hubungan seksual terakhir dengan suami empat hari
sebelum munculnya luka di kelamin. Tiga minggu SMRS pasien juga mengeluhkan luka
2
sariawan di lidah dan rongga mulut. Menurut pengakuan pasien, keluhan luka sariawan
di mulut sering dialami pasien saat sedang stress dan kelelahan. Luka sariawan di mulut
ini hilang timbul sejak lima tahun, berulang tiga sampai empat kali dalam setahun.
Sariawan di mulut sembuh setelah berobat ke dokter dan diberi Bufacomb cream.
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum baik, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi
vesikel dengan dasar eritema, multiple, diameter rata – rata 4mm, secret (+). Pada
pemeriksaan penunjang Tzanck test ditemukan sel datia berinti banyak positif.
Kasus ini diberi pengobatan acyclovir 3 x 400 mg selama tujuh hari, kortikosteroid
hari dan 4 mg sore hari selama tiga hari, dikurangi lagi menjadi 1 x 8 mg selama tiga hari,
dan 1 x 4 mg selama satu hari, selama perawatan di rumah sakit mendapat injeksi
DISKUSI
dengan ulkus aphthous oral berulang, ulkus genitalis, lesi okular, dan lesi kulit dan
neurologis.1,2 Predileksi ulkus aftosa oral yaitu membran mukosa bibir, gingiva, mukosa
bukal, dan lidah. Pada stadium awal, muncul area sirkuler kemerahan yang setelah 1-2
hari timbul ulkus bulat atau oval dangkal berdiameter 2-10 mm, berbatas diskret
3
dapat sembuh dalam 10-14 hari tanpa sikatrik.11-13 Selain manifestasi ulkus aftosa, pada
sindrom Behcet juga terdapat manifestasi lain yaitu ulserasi mukosa genital, diikuti lesi
pada mata.19 Di daerah genital dapat timbul ulkus aftosa serupa di mulut, biasanya lebih
besar dan lebih dalam, punched-out, terjadi pada 57-93% pasien.7,14 Pada wanita, lesi
ditemukan di labia mayor, labia minor, vulva, perineum, dan kulit perianal.7
Herpes genitalis adalah salah satu infeksi menular seksual yang paling umum. Hal
ini disebabkan oleh virus herpes simplex tipe 2 (HSV-2) dan dapat juga disebabkan oleh
virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1). Sekitar 80% infeksi HSV bersifat asimptomatik.
Masa inkubasi herpes genitalis adalah 2-20 hari. Infeksi primernya dapat bersifat
asimptomatik. Gejala prodormalnya berupa rasa panas (terbakar) atau gatal. Lesinya
berupa vesikel, erosi, ulkus dangkal berkelompok, dengan dasar eritematous. Dapat
disertai dengan adanya disuria, duh vagina atau uretra, atau pembesaran kelenjar limfe
regional. Pasien lebih sering datang dalam keadaan lesi berupa ulkus atau berkrusta.
Pembentukan lesi baru masih berlangsung selama 10 hari dan berakhir dalam waktu 12-
21 hari. Dapat juga disertai dengan keluhan sistemik seperti demam, nyeri kepala,
malaise, dan myalgia.17 Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan tes Tzanck. Pada
tes Tzanck dengan pengecatan giemsa atau wright akan terlihat sel raksasa berinti banyak.
Pada keadaan tidak ada lesi dapat dilakukan pemeriksaan serologic antibody yaitu IgM
Pada kasus ini terdapat lesi di vulva yang awalnya hanya 1 vesikel yang agak
gatal, kemudian pecah. Setelah pecah, vesikel menjadi bertambah banyak dan nyeri.
Nyeri dirasakan saat berjalan dan saat buang air kecil. Lesi timbul di vulva untuk yang
kedua kali sejak satu tahun setengah yang lalu. Pada kasus ini juga terdapat keluhan
4
demam sejak 8 hari SMRS, demam turun dengan obat paracetamol. Keluhan demam
disertai keputihan yang berwarna putih susu, kental, dan tidak berbau. Pasien mengaku
hubungan seksual terakhir dengan suami 4 hari sebelum munculnya luka di kelamin.
Hubungan seksual selain dengan pasangan disangkal. Dan kasus ini terdapat ulkus aftosa
multipel di mukosa mulut hilang timbul sejak 5 tahun, berulang tiga sampai empat kali
dalam setahun. Namun pada kasus ini tidak ada manifestasi okuler, articular, lesi kulit
Pada pemeriksaan fisik keadaan umum baik, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi
vesikel dengan dasar eritema, multiple, diameter rata – rata 4mm, secret (+). Tiga hari
kemudian pada vulva didapatkan efloresensi erosi, eritema, secret (+). Pada pemeriksaan
penunjang Tzanck test ditemukan sel datia berinti banyak positif. Pemeriksaan tes
Pathergy pada pasien negatif. Pada kasus ini pemeriksaan tes Pathergy negatif bisa
kasus ini terdapat ulkus aftosa rekuren dan ulkus genital rekuren sehingga skor pasien
Gejala Poin
5
Lesi kulit (rekuren) 1
Manifestasi vaskuler 1
sisa, mempertahankan remisi agar tidak muncul lesi baru.19 Terapi lini pertama adalah
siklofosfamid digunakan pada kasus berat dan kasus relaps.14,19,22 Terapi sesuai dengan
keterlibatan organ. Kasus ini diberi pengobatan acyclovir 3 x 400 mg selama 7 hari,
mg pagi hari dan 4 mg sore hari selama 3 hari, dikurangi lagi menjadi 1 x 8 mg selama 3
hari, dan 1 x 4 mg selama 1 hari, selama perawatan di rumah sakit mendapat injeksi
sehari, dan salticin cream. Acyclovir merupakan obat lini pertama untuk infeksi HSV,
HSV.37 Dosis yang dianjurkan untuk terapi herpes simpleks genitalis rekuren dengan
episode <5-6 episode pertahun adalah 3 x 800 mg peroral selama 5 hari atau 3 x 400 mg
sistem organ. Penyebab utama morbiditas sindrom Behcet adalah uveitis yang berpotensi
mungkin, dan pengobatan agresif seperti imunosupresan.11,14 Prognosis pasien ini quo ad
vitam, quo ad functionam bonam, sedangkan quo ad sanationam dubia, karena sindrom
6
Behcet merupakan penyakit multisistemik berulang, jika tidak ditangani dengan baik
dapat menimbulkan sekuele dan memperparah penyakit. Dengan perawatan rumah sakit
dan kontrol satu minggu pasca rawat inap, keadaan pasien semakin membaik. Setelah
pengobatan sepuluh hari, ulkus genital sudah mengecil dan pasien tidak lagi mengeluh
A B
Gambar 1. A. Lesi hari ke-1. B. Lesi hari ke-4 setelah satu hari pemberian
7
KESIMPULAN
Telah dilaporkan kasus infeksi Herpes Simplex genital primer pada sindrom
Behcet pada seorang wanita 38 tahun dengan keluhan luka di genital sejak tujuh hari, luka
di genital untuk kedua kalinya sejak satu setengah tahun yang lalu, juga terdapat keluhan
luka di rongga mulut sejak tiga minggu, berulang tiga hingga empat kali setahun sejak
lima tahun. Keluhan disertai demam, dan keputihan berwarna putih susu dan tidak berbau.
Hasil pemeriksaan Tzanck tes terdapat sel datia berinti banyak positif. Diagnosis
ditegakkan skoring Revised International Criteria for Behcet Disease menghasilkan skor
empat. Kasus ini diberi pengobatan acyclovir 3 x 400 mg selama 7 hari, kortikosteroid
hari dan 4 mg sore hari selama tiga hari, dikurangi lagi menjadi 1 x 8 mg selama tiga hari,
dan 1 x 4 mg selama satu hari, selama perawatan di rumah sakit mendapat injeksi
sehari, dan salticin cream. Prognosis pasien ini quo ad vitam, quo ad functionam bonam,
DAFTAR PUSTAKA
Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, editors. Fitzpatrick’s Dermatology
in General Medicine (8th ed). New York: McGraw Hill, 2012; p. 2033-42.
2. Kim DY, Cho S, Choi MJ, et al, Immunopathogenic Role of Herpes Simplex
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3857840/
8
3. Addimanda O, Pazzola G, Pipitone N, Salvarani C. Epidemiology of Behçet
4. Senusi A, Seoudi N, Bergmeier LA, Fortune F. Genital ulcer severity score and
Review Far from the Silk Road. International Journal of Rheumatology. 2015.
144-5.
Diseases, 2012;7:20.
11. S. B. Cho, S. Cho, and D. Bang, “New insights in the clinical understanding of
9
13. International Team for the Revision of the International Criteria for Behcet’s
changed in the last decades and future perspectives. Mediators Inflamm. 2015;
2015: 1-10.
15. Adi, Sudigdo.,dkk. Standar Pelayanan Medik Dokter Spesialis Kulit dan
FKUI/RSCM.
17. Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, editors.
Hill, 2012.
Behçet's disease: identifying areas of unmet need for 2014,” Orphanet Journal of
10
20. Poole TRG, Graham EM. Ocular disorders associated with systemic diseases. In:
2016.76(12): 1310–1317
11