You are on page 1of 4

1.

Antagonisme Dan Agonis


Agonis adalah bila obat yang menduduki reseptornya dapat menimbulkan efek
farmakologi. Antagonis adalah bila sifat obat yang pertama dikurangi atau ditiadakan oleh
obat kedua. Antagonisme dapat dibedakan menjadi 2:

a. Antagonisme fisiologik,

yaitu antagonisme pada sistem fisiologi yang sama, tapi padab. Antagonisme pada
reseptor, yaitu antagonisme melalui sistem reseptor yang sama, efek histamin pada
reaksi alergi dapat dicegah dengan pemberian anti histamin yang menduduki reseptor
yang sama. Antagonisme pada reseptor dapat bersifat kompetitif atau nonkompetitif.
a. Antagonis kompetitif
Dua obat bersaing untuk dapat berikatan pada reseptor yang sama. Pada antagonis
kompetitif reversibel efek agonis dapat ditingkatkan dengan meningkatkan dosis obat
agonis.
b. Antagonis non kompetitif
Antagonis mengikat reseptor bukan pada tempat ikatan reseptor agonis sehingga afinitas
obat tidak berubah, namun efek maksimalnya berkurang.
c. Antagonis parsial atau agonis parsial
Adalah agonis yang mempunyai aktivitas intrinsic atau efektivitas yang rendah sehingga
menimbulkan efek maksimal yang lemah. Obat ini akan mengurangi efek maksimal
yang ditimbulkan agonis penuh.
Oleh karena itu, agonis parsial disebut juga antagonis parsial. Contoh nalorfin adalah
agonis parsial atau antagonis parsial dengan morfin sebagai agonis penuh dan nalokson
sebagai antagonis kompetitif yang murni. Nalorfin dapat digunakan sebagai antagonis
pada keracunan morfin, tetapi jika diberikan sendiri nalorfin juga menimbulkan
berbagai efek opiate dengan derajat yang lebih ringan.
Nalokson yang tidak mempunyai efek agonis akan mengantagonisasi dengan sempurna
semua efek opiate dari morfin Istilah Farmakologi Suatu obat dikatakan spesifik bila
kerjanya terbatas pada satu jenis reseptor, dan dikatakan selektif jika menghasilkan
hanya satu efek pada dosis rendah dan efek lain baru timbul pada dosis yang lebih
tinggi.
Misalnya, klorpromazin adalah obat yang tidak spesifik karena bekerja pada reseptor
kolinergik, adrenergic dan histaminergik, atropine adalah bloker yang spesifik untuk
reseptor muskarinik, tetapi tidak selektif karena reseptor ini terdapat di berbagai organ
sehingga menghasilkan banyak efek. Selain tergantung pada dosis selektivitas obat juga
tergantung pada cara pemberian. Contoh salbutamol adalah agonis β-adrenergik yang
spesifik dan relative selektif untuk β2 di bronkus, selektivitas ini ditingkatkan jika
diberikan sebagai obat semprot yang langsung ke saluran napas sehingga dosisnya tidak
perlu ditingkatkan untuk selektif. Plasebo (Latin = saya ingin menyenangkan) adalah
sediaan obat tanpa kegiatan farmakologi. Kepercayaan atas dokter dan obat yang
diberikannya merupakan faktor penting yang turut menentukan efek terapeutis obat.
Pada situasi tertentu adakalanya diberikan suatu obat placebo untuk menyenangkan
pasien yang sebetulnya tidak menderita gangguan organis atau untuk meningkatkan
moralnya, misalnya pada penyakit yang sudah tidak bisa disembuhkan lagi. Efek
placebo yang paling nyata adalah pada obat tidur dan hasil baik telah dicapai pula pada
analgetika, obat asma atau obat penguat (tonikum). sistem reseptor yang berlainan.
Contoh: efek katabolik hormon glukokortikoid (gula darah meningkat) dapat dilawan
oleh insulin.
Efek samping adalah segala sesuatu khasiat yang tidak diinginkan untuk tujuan terapi
yang dimaksudkan pada dosis yang dianjurkan. Misalnya, rasa mual pada penggunaan
digoksin, ergotamine, atau estrogen sehingga pasien membutuhkan obat tambahan untuk
menghilangkan rasa mual (meklizin, proklorperazin). Kadang-kadang efek samping
merupakan kelanjutan efek utama, misalnya rasa kantuk pada fenobarbital bila
digunakan sebagai obat epilepsi.
Toleransi adalah peristiwa pada mana dosis obat harus ditingkatkan terus menerus untuk
mencapai efek terapeutis yang sama. Banyak obat dapat digunakan tanpa menimbulkan
toleransi, misalnya glikosida digitalis. Toleransi primer (bawaan) terdapat pada sebagian
orang atau hewan tertentu, misalnya kelinci sangat tahan terhadap atropine, yaitu suatu
zat yang sangat toksik untuk manusia dan binatang menyusui.
Toleransi sekunder (yang diperoleh) bias timbul setelah suatu obat digunakan untuk
beberapa waktu; organisme menjadi kurang peka terhadap obat tersebut. Peristiwa ini
juga disebut kebiasaan atau habituasi. Habituasi dapat terjadi melalui beberapa cara,
yaitu: induksi enzim (barbital dan fenilbutazon, menstimulir terbentuknya enzim yang
menguraikan obat-obat tersebut), reseptor sekunder yang terbentuk ekstra oleh obat-obat
tertentu (morfin menyebabkan terbentuknya reseptor baru sehingga dibutuhkan dosis
lebih untuk memperoleh efek terapeutis yang sama), penghambatan absorpsi setelah
pemberian oral (habituasi bagi sediaan arsen). Peningkatan dosis terus-menerus akan
menyebabkan keracunan karena efek sampingnya menjadi lebih kuat.
Habituasi dapat diatasi dengan penghentian pemberian obat dan pada umumnya tidak
memberikan gejala penghentian, seperti pada adiksi. Toleransi silang dapat terjadi antara
zat-zat dengan struktur kimiawi serupa (diazepam dengan oksazepam), dan antara zat
yang berlainan, misalnya alcohol dan barbital. Takifilaksis adalah toleransi yang terjadi
dengan cepat setelah pemberian beberapa dosis obat tersebut. Contoh efedrin dan
propranolol pada tetes mata terhadap glaucoma.
Resisten adalah jika toleransi timbul akibat pembentukan antibodi terhadap obat.
Idiosinkrasi adalah bila suatu obat memberikan efek yang berlainan dari efek
normalnya. Umumnyahal ini disebabkan oleh kelainan genetis pada pasien
bersangkutan. Misalnya, anemia hemolitis (kekurangan darah akibat terurainya eritrosit)
setelah pengobatan malaria dengan primakuin. Contoh lain adalah pasien dengan
pengobatan neuroleptika untuk menenangkannya, justru menunjukkan reaksi gelisah
dan cemas.

A. Jenis obat berdasarkan


1. BAMGETOL Kapl salut selaput 200 mg
mengandung Carbamazepine. BAMGETOL Kapl salut selaput 200 mg digunakan untuk
mencegah dan mengontrol kejang. BAMGETOL Kapl salut selaput 200 mg dikenal
sebagai antikonvulsan atau obat anti-epilepsi. BAMGETOL Kapl salut selaput 200 mg
juga digunakan untuk meringankan nyeri saraf. BAMGETOL Kapl salut selaput 200 mg
bekerja dengan menstabilkan dan mengembalikan keseimbangan aktivitas saraf dalam
otak sehingga dapat menurunkan risiko kejang. Hindari penggunaan BAMGETOL Kapl
salut selaput 200 mg pada ibu hamil dan menyusui.
Keterangan

Golongan: Obat Keras


Kategori: Obat
Kandungan: Carbamazepine
Bentuk: Kaplet
Satuan Penjualan: Kaplet
Farmasi: Mersifarma PT, TM

digunakan untuk mengobati/membantu mengatasi kecanduan narkotik. Obat ini juga memiliki
efek antinyeri (tetapi indikasi medisnya adalah untuk mengatasi kecanduan narkotika).

You might also like