You are on page 1of 10

MAKALAH

PULPITIS KRONIS HIPERPLASTIK

Disusun Oleh:
Siti Handayani G99172153
Periode: 4 – 17 Februari 2019

Pembimbing:
Dr. Risya Cilmiaty, AR., drg., MSi., SpKG

KEPANITERAAN KLINIK/ PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


BAGIAN ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI SURAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Pulpitis adalah peradangan pada pulpa gigi yang menimbulkan rasa


nyeri. Pulpa adalah bagian gigi paling dalam, yang mengandung saraf dan
pembuluh darah.. Pulpitis adalah suatu radang yang terjadi pada jaringan pulpa
gigidengan gambaran klinik yang akut. Merupakan penyakit lanjut karena
didahului oleh terjadinya karies, hyperemia pulpa barusetelah itu menjadi Pulpitis,
yaitu ketika radang sudah mengenai kavum pulpa.
Secara garis besar pupitis dibagi menjadi pulpitis akut dan kronis. Dalam
beberapa kasus pulpitis bisa diobati. Namun, kalau sudah parah peradangan pulpa
gigi tidak bisa disembuhkan seperti semula lagi. Kondisi ini cukup umum terjadi.
Sering kali terjadi pada pasien yang kurang menjaga kebersihan gigi dan mulut
serta pasien dengan sayatan medis pada rongga mulut.
Selain menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman, radang pulpa gigi ini
dapat menyebar dan menyebabkan komplikasi yang berpotensi mengancam
nyawa, seperti infeksi pada ruang fasia dalam di kepala dan leher.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Pulpitis kronis hiperplastik atau polip pulpa adalah suatu
inflamasi pulpa produktif yang disebabkan oleh suatu pembukaan karies
luas yang kadang-kadang tertutup oleh epithelium dan disebabkan karena
iritasi tingkat rendah yang berlangsung lama. Biasanya ditemukan pada
mahkota yang karies pada pasien muda. Polip pulpa biasanya diasosiasikan
dengan kayanya pulpa muda akan pembuluh darah, memadainya tempat
terbuka utuk drainase dan adanya proliferasi jaringan (Walton dan
Torabinejad, 2003).

Gambar 1. Pulpitis hiperplastik kronis

B. Histopatologi
Secara histopatologis, permukaan polip pulpa ditutup epithelium
skuamasi yang bertingkat-tingkat. Polip pulpa gigi sulung lebih mungkin
tertutup oleh epithelium skuamasi yang bertingkat-tingkat/berstrata
daripada polip pulpa gigi permanen. Epithelium semacam itu dapat berasal
dari gingival atau dari selepithelial mukosa atau lidah yang baru saja
mengalami deskuamasi.
Jaringan didalam kamar pulpa sering berubah menjadi granulasi,
yang menonjol dari pulpa masuk ke dalam lesi karies.
Jaringan granulasi adalah jaringan penghubung vaskuler, muda
dan berisi neutrofil PMF, limfosit, dan sel-sel plasma. Jaringan pulpa
mengalami inflamasi kronis. Serabut saraf dapat ditemukan pada lapisan
epithelial

Gambar 2. Pulpitis hiperplastik kronis

C. Etiologi
Ada beberapa etiologi terjadinya pulpitis hiperplastik kronis,
diantaranya:
1. Terbukanya pulpa karena karies yang lambat dan progresif merupakan
penyebabnya.
2. Untuk pengembangan pulpitis hiperplastik diperlukan suatu kavitas
besar yang terbuka, pulpa muda yang resisten, dan stimulus tingkat
rendah yang kronis.
3. Iritasi mekanis yang disebabkan karena pengunyahan dan
infeksi bacterial sering mengadakan stimulus.
Pulpa polip ini dapat berkembang karena adanya kavitas besar yangterbuka, pulpa
muda yang resisten, dan stimulus tingkat rendah yang kronis.Iritasi mekanis yang
disebabkan karena pengunyahan dan iritasi bakterial seringmenyebabkan timbulnya
stimulus

D. Patofisiologi
Pulpitis kronik hiperplsatik umumnya terjadi pada anak-anak dan
remaja yang memiliki resistensi dan reaktivitas jaringan yang tinggi. Lesi
proliferatif terjadi pada karies yang terbuka dan lebar.Jaringan hiperplastik
hanya mengandung sediki saraf, sehingga kurang peka terhadap
manipulasi (Rajendran dan Sivapathasundaram, 2009).

E. Gejala
Polip pulpa biasanya asimtomatik dan terlihat sebagai benjolan
jaringan ikat seperti kol yang berwarna kemerah-merahan mengisi kavitas
karies di permukaan oklusal yang besar. Hal ini kadang-kadang
diasosiasikan dengan tanda-tanda klinis pulpitis ireversibel seperti nyeri
spontan serta nyeri yang menetap terhadap stimulus panas dan dingin .
Ambang rangsang terhadap stimulus elektrik adalah sama dengan pulpa
normal. Respon gigi terhadap palapasi atau perkusi normal (Walton dan
Torabinejad, 2003).

F. Diagnosis
Gangguan ini umumnya hanya terlihat pada gigi anak-anak dan
orang muda. Penampilan jaringan polipoid secara klinis adalah khas :
1. suatu massa pulpa yang kemerah-merahan dan seperti daging mengisi
sebagian besar kamar pulpa atau kavitas atau bahkan meluas melewati
perbatasan gigi.
2. Jaringan polipoid kurang sensitif daripada jaringan normal daripada
jaringan pulpa normal dan lebih sensitif daripada jaringan gingival.
3. Pemotongan jaringan ini tidak menyebabkan rasa sakit.
4. Jaringan ini mudah berdarah karena suatu anyaman pembuluh darah
yang subur.
5. Jika jaringan pulpa hiperplastik meluas melewati kavitas atau gigi,
maka akan terlihat seolah-olah jaringan gusi tumbuh di dalam kavitas.
6. Tidak begitu sukar untuk mendiagnosi Pulpitis kronis hiperplastik
dengan hanya pemeriksaan klinis. Jaringan pulpa hiperplastik di dalam
kamar pulpa atau kavitas gigi adalah khas dalam penampilannya.
Radiografi umumnya menunjukkan suatu kavitas besar yang terbuka
dengan pembukaan kamar pulpa. Gigi bereaksi lemah atau sama sekali
tidak terhadap tes termal, kecuali jika digunakan dingin yang ekstriem,
seperti etil klorida. Diperlukan lebih banyak arus daripada gigi normal
untuk mendapatkan suatu reaksi dengan menggunakan tester
pulpa listrik.

Penampilan jaringan polipoid secara klinis sangat khas yaitu suatu


massapulpa yang kemerah-merahan dan seperti daging mengisi sebagian besar
pulpaatau kavitas atau bahkan meluas melewati perbatasan gigi. Kadang-kadangmassa
cukup besar untuk mengganggu penutupan gigi-gigi, meskipun padatingkat awal
perkembangan ukurannya hanya sebesar pin. Ukuran polip biasanyatidak lebih dari 0,7
cm.Jaringan polipoid kurang sensitif daripada jaringan pulpa normal danlebih sensitif
daripada jaringan gingiva. Pemotongan jaringan ini tidak menyebabkan rasa sakit, tetapi
tekanan yang diteruskan ke ujung apikal pulpamenyebabakan rasa sakit. Jaringan ini
mudah berdarah karena banyak terdapatnya pembuluh darah. Jika jaringan pulpa
hiperplastik meluas melewatikavitas atau gigi, maka terlihat seolah-olah jaringan gusi
tumbuh di dalamkavitas.Pemeriksaan klinis Pulpitis kronis hiperplastik tidak begitu
sukar untuk dilakukan. Jaringan pulpa hiperplastik di dalam kamar pulpa atau kavitas
gigimerupakan ciri khasnya. Gigi bereaksi lemah atau sama sekali tidak bereaksipada
tes termal, kecuali jika digunakan pemeriksaan dengan dingin yangekstrem, seperti etil
klorida. Jika akan dilakukan tester pulpa listrik, makadiperlukan jumlah arus listrik yang
lebih banyak. Pemeriksaan dengan carapalpasi sering menyebabkan perdarahan ringan
tanpa diikuti rasa sakit.

Penampilan jaringan polipoid secara klinis sangat khas yaitu suatu


massapulpa yang kemerah-merahan dan seperti daging mengisi sebagian besar
pulpaatau kavitas atau bahkan meluas melewati perbatasan gigi. Kadang-kadangmassa
cukup besar untuk mengganggu penutupan gigi-gigi, meskipun padatingkat awal
perkembangan ukurannya hanya sebesar pin. Ukuran polip biasanyatidak lebih dari 0,7
cm.Jaringan polipoid kurang sensitif daripada jaringan pulpa normal danlebih sensitif
daripada jaringan gingiva. Pemotongan jaringan ini tidak menyebabkan rasa sakit, tetapi
tekanan yang diteruskan ke ujung apikal pulpamenyebabakan rasa sakit. Jaringan ini
mudah berdarah karena banyak terdapatnya pembuluh darah. Jika jaringan pulpa
hiperplastik meluas melewatikavitas atau gigi, maka terlihat seolah-olah jaringan gusi
tumbuh di dalamkavitas.Pemeriksaan klinis Pulpitis kronis hiperplastik tidak begitu
sukar untuk dilakukan. Jaringan pulpa hiperplastik di dalam kamar pulpa atau kavitas
gigimerupakan ciri khasnya. Gigi bereaksi lemah atau sama sekali tidak bereaksipada
tes termal, kecuali jika digunakan pemeriksaan dengan dingin yangekstrem, seperti etil
klorida. Jika akan dilakukan tester pulpa listrik, makadiperlukan jumlah arus listrik yang
lebih banyak. Pemeriksaan dengan carapalpasi sering menyebabkan perdarahan ringan
tanpa diikuti rasa sakit

Gambar 3. Radiografi pulpitis kronis hiperplasia

Pada pemeriksaan radiografi, umumnya menunjukkan suatu kavitas besanya


terbuka dengan pembukaan langsung ke kamar pulpa.

G. Diagnosis Banding
Penampakan klinis pulpitis hiperplatsik kronis sangat khas dan dapatdikenali
dengan mudah. Penyakit ini harus dibedakan dari jaringan gingiva yangberproliferasi,
dan Pyogenic Granuloma (Lobular Capillary Hemangioma).

H. Penatalaksanaan
Usaha perawatan harus ditujukan pembuangan jaringan polipoid
diikuti oleh ekstirpasi pulpa, asalkan gigi dapat direstorasi. Jika massa
pulpa hiperplastik telah diambil dengan kuret periodontal atau ekskavator
sendok, perdarahan dapat dikendalikan dengan tekanan kemudian jaringan
yang terdapat pada kamar pulpa diambil seluruhnya dan suatu dresing
formokresol ditumpatkan berkontak dengan jaringan pulpa radikular.

Penatalaksanaan polip pulpa adalah dengan cara melakukan


perawatan saluran akar seperti halnya pada diagnosis pulpitis, hanya saja
didahului dengan pengangkatan jaringan polip. Pengangkatan jaringan
polip dilakukan dengan cara:

1. Anastesi jaringan polip


2. Oleskan larutan povidone iodine diatas permukaan polip
3. Angkat polip menggunakan eskavator yg tajam mulai dari tepi polip
hingga seluruh polip terangkat seluruhnya (pada saat polip terangkat
akan terjadi perdarahan dari dalam saluran akar)
4. Irigasi saluran akar dengan larutan NaOCl 2,5% untuk membersihkan
sisa-sisa jaringan polip serta jaringan darah
5. Segera lakukan ekstirpasi (pembersihan jaringan pulpa) dengan
menggunakan panjang kerja estimasi terlebih dahulu
6. Ketika perdarahan sudah dapat terkontrol, lanjutkan dengan
pemeriksaan panjang kerja sebenarnya,kemudian tahapan sama dengan
perawatan pulpitis

I. Prognosis

Prognosis untuk penyakit ini tergantung dari kondisi gigi dan keadaan bisa
atau tidaknya gigi tersebut direstoras.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pulpitis kronis hiperplastik merupakan peradangan pada pulpa
kronis yang yangsering terjadi pada anak-anak dan remaja serta
memerlukan penatalaksanaan rutin khususnya unuk melakukan perawatan
saluran akar. Dari penyebebab etiologinya dapat kita ketahui Pulpitis
kronis hiperplastik dapat dicegah dengan menjaga kebersihan gigi dengan
baik serta rajin ke dokter gigi untuk melakukan penanganan karies dengan
melakukan tumpatan agar tidak berlanjut menjadi pulpitis, karena Pulpitis
kronis hiperplastik biasanya asimtomatis sehingga jarang penderita yang
memeriksakan giginya sebelum menimbulkan komplikasi.

B. SARAN
Kelaianan pada gigi lanjut dapat dicegah dengan dengan
pemeriksaan ke dokter gigi secara rutin berkala, sehingga dapat dicegah
terjadinya penyakit gigi kronis seperti pulpitis hiperplastik kronis, karena
dengan perawatan gigi yang baik maka kelainan gigi di awal akan segera
ditangani sebelum menjadi penyakit lanjut.
DAFTAR PUSTAKA

Burchard, H. H. 2009. A Text-book Of Dental Pathology and Therapeutics, for


Students and Practitioners. Michigan: Lea brothers & co.

Grosmman et al. 1995. Ilmu Edodontik Dalam Praktek. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.

Rajendran R. and Sivapathasundaram B. 2009. Shafer’s Text-book Of Oral


Pathology 6th Ed. New Delhi: Elsevier.

Tarigan R. 2002. Perawatan Pulpa Gigi (Edodonti). Jakarta: Penerbit Buku


Kedokteran EGC.

Walton R. E. dan Torabijad M. 2003. Prinsip dan Praktik Ilmu Edodonsia. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

You might also like