You are on page 1of 20

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DISPEPSIA
Posted by haris rati Posted on 8:57 AM with 1 comment

1. Pengertian

Dispepsia adalah rasa nyeri atau tidak enak di perut bagian ulu hati (NN, 2004).
Pendapat lain menyebutkan bahwa dispepsia adalah kelainan di dalam tubuh akibat
reaksi tubuh terhadap keadaan sekeliling yang menimbulkan gangguan
ketidakseimbangan metabolisme yakni makanan di dalam saluran pencernaan,
terutama menyerang usia produktif 30 - 50 tahun (NN, 2002). Sedangkan menurut
Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani dan Setiowulan, (1999:488) dispepsia
merupakan kumpulan keluhan gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak atau sakit
di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan. Ahli lain
berpendapat bahwa dispepsia adalah keluhan yang diasosiasikan sebagai akibat dari
kelainan saluran makanan bagian atas yang berupa nyeri perut bagian atas, perih,
mual, yang kadang¬kadang disertai rasa panas di dada dan perut, lekas kenyang,
anoreksia, kembung, regurgitasi, banyak mengeluarkan gas asam dari mulut (Hadi,
1995:153).
Sehingga dapat disimpulkan bahwa dispepsia merupakan kumpulan keluhan yang
meliputi rasa nyeri pada ulu hati, perih, mual, rasa panas di dada , anoreksia, lekas
kenyang, kembung, dan regurgitasi akibat gangguan sistem pencernaan.

2. Penyebab
Menurut Hadi (1995), penyebab dispepsia dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
dispepsia organik dan dispepsia fungsional.
a. Dispepsia organik (dispepsia yang penyebabnya sudah pasti)
Jarang ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun. Penyebabnya antara lain sebagai
berikut.
1). Dispepsia tukak (ulcus like dyspepsia)
Gejala yang ditemukan biasanya nyeri ulu hati pada waktu tidak makan (night pain)

2). Dispepsia tidak tukak


Gejalanya sama dengan dispepsia tukak, bisa pada klien gastritis, duodenitis, tetapi
pada pemeriksaan tidak ditemukan tanda-tanda tukak.
3). Refluks gastroesofagus
Gejala berupa rasa panas di dada dan regurgitasi terutama setelah makan.
4). Penyakit saluran empedu
Keluhan berupa nyeri mulai dari perut kanan atas atau ulu hati yang menjalar ke bahu
kanan dan punggung.
5). Karsinoma
a). Kanker esofagus
Keluhan berupa disfagia, tidak bisa makan, perasaan penuh di perut, penurunan berat
badan, anoreksia, adenopati servikal, dan cegukan setelah makan.
b). Kanker lambung
Yang paling umum adalah adenokarsinoma yaitu tumor epitel. Keluhan berupa rasa
tidak nyaman pada epigastrik, tidak bisa makan„ dan perasaan kembung setelah
makan.
c). Kanker pankreas
Gejala yang paling umum antara lain penurunan berat badan, ikterik, dan nyeri daerah
punggung atau epigastrik.
d). Kanker hepar
Gejala berupa nyeri hebat pada abdomen dan mungkin menyebar ke skapula kanan,
penurunan berat badan, epigastrik terasa penuh, dan anoreksia.
6). Obat-obatan
Golongan Non Steroid Inflammatory Drugs (NSID) dengan keluhan berupa rasa.
sakit atau tidak enak di daerah ulu hati, disertai mual dan muntah.
7). Pankreatitis
Keluhan berupa mendadak yang menjalar ke punggung, perut terasa makin tegang
dan kencang.
8). Sindrom malabsorpsi
Keluhan berupa nyeri perut, nausea, anoreksia, sering flatus dan perut kembung.

9). Gangguan metabolisme


Sebagai contoh diabetes dengan neuropati sering timbul komplikasi pengosongan
lambung yang lambat sehingga menimbulkan nausea, vomitus, perasaan lekas
kenyang. Hipertiroid menimbulkan rasa nyeri di perut, vomitus, nausea, dan
anoreksia.
b. Dispepsia fungsional (dispepsia yang tidak ada kelainan organik tetapi merupakan
kelainan fungsi dari saluran cerna)
Penyebabnya antara lain :
1). Faktor asam lambung klien
Klien biasanya sensitif terhadap kenaikan produksi asam lambung dan hal tersebut
menimbulkan nyeri.
2). Kelainan psikis, stres, dan faktor lingkungan
Stres dan faktor lingkungan diduga berperan pada kelainan fungsional saluran cerna,
menimbulkan gangguan sirkulasi, motilitas, clan vaskularisasi.
3). Gangguan motilitas
Mekanisme timbulnya gejala dispepsia mungkin dipengaruhi oleh susunan saraf
pusat, gangguan motilitas di antaranya : pengosongan lambung lambat, abnormalitas
kontraktif, refluks gastroduodenal.
Penyebab lain dispepsia antara lain sebagai berikut :
a. Menurut NN (2004)
1). Adanya kuman H. pylori
2). Gangguan motilitas atau gerak mukosa lambung
3). Makanan yang berlemak
4). Kopi, alkohol, rokok
b. Perubahan pola makan dan pengaruh obat-obatan yang dimakan secara berlebihan
dan dalam waktu lama (NN, 2002).

3. Patofisiologi
Menurut Soeparman dan Waspadji (1990 : 125) partofisiologi dispepsia adalah
sebagai berikut :
Lambung menghasilkan asam pepsin lambung

Agresif terhadap mukosa lambung clan duodenum

Hipersekresi Faktor agresi meningkat Hiperasiditas

Menurunkan faktor resistensi

Tukak lambung

4. Tanda dan Gejala dispepsia

Lambung menghasilkan asam pepsin lambung yang sifatnya mencerna semua


jaringan hidup termasuk mukosa lambung dan duodenum. Tetapi lambung dan
duodenum dilindungi oleh barier epitel dari autodigesti. Karena pengaruh obat-
obatan, alkohol atau garam empedu akan merusak sistem barier mukosa epitel
sehingga menurunkan faktor resistensi. Stres, faktor psikis, lingkungan, clan obat-
obatan seperti kafein juga akan berpengaruh pada sekresi asam
lambung. Peningkatan tersebut akan mencerna sistem barier mukosa epitel
(autodigesti) sehingga menyebabkan tukak lambung lalu timbul gejala dispepsia. 4.
Manifestasi Minis
a. Adanya gas di perut, rasa penuh setelah makan, perut menonjol, cepat kenyang,
mual, tidak nafsu makan, dan perut terasa panas (NN, 2004).
b. Rasa penuh, cepat kenyang, kembung setelah makan, mual, muntah, sering
bersendawa, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati dan dada atau regurgitasi asam
lambung ke mulut (NN, 2002).
c. Menurut Mansjoer, Triyanti, Savitri, Wardhani, dan Setiowulan (1999 : 488),
pembagian dispepsia akut dan kronis berdasarkan jangka waktu tiga
bulan, yaitu sebagai berikut.
1). Rasa sakit dan tidak enak di ulu hati.
2). Perih, mual, sering bersendawa, dan regurgitasi.
3). Keluhan,dirasakan terutama berhubungan dengan adanya stress.
4).Berlangsung lama dan sering kambuh
5). Sering di,sertai ansietas dan depresi 4. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada dispepsia, diambil dari ulkus peptikum, yaitu
perdarahan gastrointestinal, stenosis pilorus, dan perforasi (Corwin, 2000 :526).

5. Pemeriksaan K1inis
Pemeriksaan klinis menurut Selamihardja (1997) adalah sebagai berikut. Untuk
mengetahui adanya kuman H. pylori dapat dilakukan pemeriksaan melalui beberapa
cara.
a. Pemeriksaan non invasif
Pemeriksaan ini dilakukan melalui pemeriksaan serologi (pemeriksaan serum darah;
positif atau tidak). Hasil positif menunjukkan adanya infeksi oleh H. Pylori.
b. Pemeriksaan invasif
Berupa pemeriksaan histologi atau patologi anatomi serta pemeriksaan CLO
(Campylobacter Like Organism). Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara
pencampuran hasil biopsi jaringan pencernaan dengan zat khusus. Selang 24 jam
campuran tersebut akan menunjukkan hasil negatif dalam warna kuning dan hasil
positif jika berwarna merah. Hasil positif menunjukan adanya kuman H. pylori.
c. Pemeriksaan dengan sistem PCR (Polymerase Chain Reaction) Dilakukan dengan
cara penyedotan cairan perut melalui selang yang dimasukkan lewat lubang hidung.
Kemudian cairan tersebut diperiksa menggunakan mikroskop. Jika penderita
terinfeksi H. pylori maka pada mikroskop akan tampak kuman tersebut.
d. Entero test
Menggunakan kapsul bertali nilon yang ditelan dengan bantuan air, tepi ujung tali
tetap ditahan di luar mulut. Tali nilon tersebut akan menyerap cairan dari perut.
Setengah jam kemudian pasien dapat menarik tali nilon secara perlahan keluar dari
mulut. Cairan yang menempel pada tali dites di laboratorium. Hasil positif terinfeksi
akan ditunjukkan oleh adanya kumpulan kuman H. pylori pada sampel cairan perut.
Pemeriksaan klinis lain yang dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan pada
organ-organ tubuh antara lain :
a. Endoskopi
Untuk mengetahui ada tidaknya luka di orofaring, warna mukosa menentukan ada
tidaknya refluks esofagitis.
b. USG (Ultra Sonografi)
c. Bila diduga ada kelainan di pankreas, kelainan tiroid, dan tumor.

6. Terapi atau Pengobatan


Menurut Manan (2001) pengobatan yang diberikan pada penderita dispepsia adalah :
a. Suportif
Ditujukan terhadap perubahan pola kebiasaan terutama mengenai jenis makanan yang
berpengaruh.
b. Medikamentosa
Pemakaian antasid dalam jangka pendek dapat mengurangi keluhan pasien. Obat-obat
golongan anti asam yang bekerja sebagai penghambat pompa proton dengan dosis
optimal pada saat awal terapi dan dilanjutkan setengah dosis pada tahap berikutnya.
Metode pengobatan terbaru menurut Genval (1999 : 18) yang dituliskan oleh Manan
(2001) dalam artikelnya yang berjudul penyakit Refluks Gastroesofageal - Esofagitis
Refluks Pengobatan Masa Kini yaitu pengobatan satu obat dengan cara step down,
yang dianjurkan adalah pemakaian PPI (proton pump inhibitor), dengan cara dosis
awal dua kali, dilanjutkan dengan empat minggu setengah dosis awal. PPI generasi
pertama yaitu golongan omeprarol, hansoprazol, dan pantopra-r.ol, sedangkan PPI
generasi kedua yaitu esomeprazol.

7. Pencegahan
a. Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan
kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, tidak mengkonsumsi makanan yang
berkadar asam tinggi, cabe, alkohol., dan pantang rokok, gunakan obat: secara wajar
dan tidak mengganggu fungsi lambung (NN, 2002)
b. Hindari makan bakmi berlebihan, khususnya dalam keadaan perut kosong karena
air abu yang menguningkan bakmi sangat tajam bagi lambung (Manan, 1997).

I. PENGKAJIAN

1. A. IDENTITAS

IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn. H
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 27 tahun
Alamat : Jl. Veteran
Pekerjaan : Swasta
Status perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Tanggal masuk RS : 22 Agustus 2010
Tanggal Pengkajian : 23 Agustus 2010
Diagnosa Medis : Dispepsia
No. RM : 17 19 71
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. M
Jenis kelamin : Laki-laki
Umur : 38 tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jl. Sungai lulut
Hubungan dengan klien : kaka klien
B. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan Utama
Pada saat pengkajian tanggal 23 Agustus 2010, klien mengeluh nyeri pada abdomen
atas dan merasa mual.
2. Riwayat Kesehatan/ penyakit Sekarang
Keluarga klien mengatakan sebelum kien masuk rumah sakit pada tanggal 22 Agustus
2010 klien sedang berpusa, kemudian ketika klien berbuka puasa dengan minum
penyegar berupa Adam sari (cairan yang asam), klien tidak ada makan dan merasa
nyeri pada abdomen, kemudian klien minum obat puyer dan nyerinya bertambah dan
rasanya sangat hebat, lalu klien langsung dibawa ke Rumah Sakit Islam Banjarmasin
diruang Al Biruni Al Kindi pada tanggal 22 Agustus 2010.
3. Riwayat Kesehatan/ penyakit Dahulu
Keluarga klien mengatakan bahwa klien sebelumnya juga pernah mengalami nyeri
pada abdomennya, namun tidak terlalu lama dan tidak sampai dibawa ke Rumah
Sakit.
4.Riwayat Kesehatan/ penyakit Keluarga
Keluarga klien mengatakan ibu klien juga pernah mengalami hal seperti apa yang
dirasakan klien, tapi tidak sampai masuk Rumah Sakit dan tidak separah klien.
C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum

Kilen tampak lemah dan terbaring ditenpat tidur, tingkat kesadran klien
Composmentis dengan GCS 4, 5, 6.
Ket : 4 (Respon membuka mata spomtan)
5 (Respon verbal orientasi baik)
6 (Respon motorik mengikuti perintah)
Hail TTV klien :
TD : 110/ 60 mmHg
N : 100 x/menit
R : 20 x/menit
S : 38°C
Data Antropmetrik
BB : 50 kg
TB : 165 cm
LLA : 23 cm
BBI : 58.5 kg
2. Kulit
ur kulit tampak simetris, kebersihan kulit baik, kulit teraba agak lembab, tidak
terdapat lesi atau luka pada kulit, turor kulit kembali ± 2 detik, kulit teraba hagat
dengan suhu 38°C, warna kulit kuning langasat.
3. Kepala dan Leher
Tekstur kepala dan leher tampak simetris, kebersihan kulit kepala baik tidak terapat
ketombe, persebaran rambut merata, warna rambut hitam, tidak ada benjolan pada
kepala, pada leher tidak ada pembeasran kelenjar tiroid dan kelenjar limfe, leher
dapat digerakkan ke kanan dan ke kiri.
4. Penglihatan dan Mata
Struktur mata tampak simetris, kebersiahn mata baik (tidak ada secret yang
menempel paa mata), konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, tidak ada
kelainan pada mata seperti strabismus (juling), mata dapat digerakan kesegala arah,
tidak ada kelainan dalam penglihatan, kilen tidak menggunakan alat bantu
penglihatan seperti kacamata
5. Penciuman dan Hidung
Struktur hidung tampak simetris, kebersiahn hidnubg baik, tidak ada secret didalam
hidung, tidak ada peradangan, perdarahan, dan nyeri, fungsi penciuman baik (dapat
membedakan bau minyk kayu putih denga alkohol)
6. Pendengaran dan Telinga
Struktur telinga simetris kiri dan kanan, kebersihan telinga baik, tidak ada serumyang
keluar, tidak ada peradangan, perdarahan, dan nyeri, klien mengtakan telinganya tidak
berdengun, fungsi pendengaran baik(kilen dapat menjawab pertanyaan dengan bai
tanpa harus mengulang pertanyaan), klien tidak menggunakan alat bantu
pendengaran.
7. Mulut dan Gigi
Struktur mulut dan gigi tampak simetris, mukosa bibir tampak kering, kebersihan
mulut dan gigi cukup baik, tidak terapat peradangan dan perdarahan pada gusi, lidah
tapak bersih dan klien tidak meggunakan gigi palsu.
8. Dada, Pernafasan dan Sirkulasi
Bentuk dada simetris, frekuensi nafas 20x/menit, tidak ada nyeri tekan pada dada,
klien bernafas melalui hidung, tidak ada terdengar bunyi nafas tambahan seperti
wheezing atau ronchi, CRT kembali ± 3 detik.
9. Abdomen
Struktur abdomen simetris, abdomen tampak datar(tidak ada benjolan), saat diperkusi
terdenagr bunyi hipertimpani.Klien mengatakan perutnya terasa kembung, saat
dipalpasi terdapat nyeri tekan, klien mengatakan nyeri didaerah abdomen pada bagin
atas. Klien mengatakn skala nyerinya 3 dan seperi disuk-tusuk, serta nyerinya bisa
berjam-jam.
10. Genetalia dan Reproduksi
Klien berjenis kelamin laki-laki dan klien tida ada keluhan atau gangguanpada sistem
reproduksi.
11. Ekstremitas Atas dan Bawah
Struktur ekstermitas atas dan bawah (kiri dan kanan) simetris, tidak ada kelainan
bentuk, pada tangan kanan terpasang infis RL 20 ttpm, klien tampak lemah, skala
kekuatan otot
Ket :
0 : Parlisis total
1 : Tidak ada gerakan, teraba/terlihat adanya kontraksi otot
2 : Gerakan otot penuh menantang gravitasi dengan sokongan
3 : Gerakan normal penuh menentang gravitasi dengan sedikit tahanan
4 : Gerakan noramal penuh memntang gravitasi dengan sediikt tahanan
5 : Gerakan normal penuh mentang gravitasi dengan tahanan.
Skala aktivitas 2
Ket :
0 : Ketidaktergantungan secara keseluruhan
1 : Membutuhkan penggunaan alat bantu
2 : Membutuhka bantuan minimal
3 : Membutuhkan bantuan atau beberapa pengawasan
4 : Membutuhkan pengawasan total
5 : membutuhka bantuan total
D. KEBUTUHAN FISIK, PSIKOLOGI, SOSIAL DAN SPIRITUAL

1. Aktivitas dan Istirahat

Dirumah : klien mengatakan sebelum sakit melakukan aktivitas sehari-hari


yaitu sebagai sopir. Klie mengatakan tidur siang dan tidur malamnya ± 8 jam. Saat
klien tidur siang ± 2 jam dan tidur malamnya ± 9 jam.
Di RS : Kien tampakm lemah dan hanya berbaring ditempat tidur. Klien
mengatakan tidurnya sangat jarang dan hany dapat tidur ± 1 jam kadang-kadang, serta
tidurnya tidak puas.
2. Personal Hygiene
Di rumah : Klien mengatakan mandinya 2x sehari, gosok gigi 2x sehari, dan
memotong kuku apabila panjang.
Di RS : Klien mengatakan tidak menggosok gigi tapi hanya berkumur-
kumur saja dan klien hanya diseka oleh isterinya di pagi hari.
3. Nutrisi
Dirumah : Klien mengatkan makan 2x sehari karena sedang bulan puasa dan
klien mengatakan minumnya 6-7 gelas sehari
Di RS : Klien megatakn maknnya sangat jarang dan tidak nafsu, klien hanya
dapat makan ± 5 sendok makn, klien mengatakan merasa mual dan minum jarang ±
5-6 gelas sehari.
4. Eliminasi (BAB dan BAK)
Dirumah : Klien mengatakan BAB lancar dan BAK tidak menentu, feses klien
padat dan lembek.
Di RS : klien mengatakan tidak ada BAB dan BAK hanya 1 kali,
6. Seksulitas
Klien mengatakan sudah menikah dan mempunyai anak.
7. Psikososial
Psikologi klien tampak ramah dan sopan, hubungan klien dengan keluarga, perawat,
dokter dan tim medis lainnya baik
8. Spiritual
Klien beragama Islam dan klien selalu berdoa untuk kesembuhannya.
E. DATA FOKUS
a. Data Subjektif

 Klien mengatakan nyeri pada abdomen atas (epigastrium)

 Klien mengatakan nyeri pada abdomen karena tidak ada makan

 Klien mengatakan nyerinya seperti ditusuk-tusuk

 Klien mengatakan nyerinya bisa berjam-jam

 Klien mengatakan nyeri saat abdomennya ditekan

 Klien mengatakan tidak nafsu makan

 Klien mengatakan hanya menghabiskan 5 sendok makan

 Klien mengatakan mual

 Keluarga klien mengatakan klien tidak dapat beraktivitas sendiri

 Klien mengatkan skala nyerinya 3

b. Data Objektif
Inspeksi :

 Klien tampak meringis kesakitan

 Skala nyeri 3 (berat)

 Klien tampak lemah dan terbaring ditempat tidur

 Mukosa bibir klien tampak kering

 Skala aktivitas 2

Auskultasi :
 TD : 110/60 mmHg

Perkusi :

 Abdomen terdengar hipertimpani

Palpasi :

 Kulit klien teraba hangat dngan suhu 38°C

 Nadi : 100x / menit

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Laboratorium
Pemeriksaan Hasil Satuan
GDS Test faal hati 115.8 31.5 Up to 120 L Up to 37, P Mg/dl m/l
SGOP 28.7 Up to m/l
SGPT 0.6 Up to 37
Test faal ginjal 16.6 1.1-0.6
Creatinina 10-50
Blood urea
Coba Result Normal
WBC 17.2 0.59 10ˆ3 / ml 10ˆ3 / ml
LYM 0.30 10ˆ3 / ml
MID 16.4 10ˆ3 / ml
GRA 3.4 %
LY% 1.8 %
MI% 94.8 %
GR%
RBC 4.79 13.9 10ˆ6 / ml g/ dl
HGB 43.9 %
HCT 92 fl
MCV 29 pg
MCH 31.6 g/ dl
MCHC 17.3 %
RDWc
PLT 296 0.27 10ˆ3 / ml %
PCT 9 fl
MPV 35.3 %
PDWc

G.TERAPI FARMAKOLOGI (OBAT-OBATAN)


 Inj. Invomit 8 mg 3x 1 amp

 Inj. GASTRIDIN 2×1 amp

 Inj. Lantipain 30 mg (now)

 Inj Gastridin 1 amp (now)

 Infus RL 20 tetes/menit

II. ANALISA DATA


NO DATA MASALAH ETIOLOGI
1. DS : Nyeri akut Iritasi pada mukosa
lambung
 Klien mengatakan nyeri pada
abdomen atas (epigastrium)

 Klien mengatakan nyeri pada


abdomen karena tidak ada
makan

 Klien mengatakan nyerinya


seperti ditusuk-tusuk

 Klien mengatakan nyerinya bisa


berjam-jam

 Klien mengatakan nyeri saat


abdomennya ditekan

DO:

 Klien tampak meringis


kesakitan

 Skala nyeri 3 (berat)

2. DS : Ketidakseimbangan Anoreksia
nutrisi kurang dari
 Klien mengatakan tidak nafsu kebutuhan tubuh
makan
 Klien mengatakan hanya
menghabiskan 5 sendok makan

 Klien mengatakan mual

DO :

 Mukosa bibir klien tampak


kering

 Abdomen terdengar
hipertimpani

 Data Antropometrik

BB : 50 kg
TB : 165 cm
LLA : 23 cm
3. DS : Intoleransi aktivitas Tirah baring/ imobilisasi

 Keluarga klien mengatakan


klien tidak dapat beraktivitas
sendiri

DO :

 Klien tampak lemah dan


terbaring ditempat tidur

 Skala aktivitas 2

Prioritas Masalah:

1. Nyeri akut berhubungan dengan iritsi pada mukosa lambung.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


Anoreksia.

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan Tirah baring/ imobilisasi.


III. PERENCANAAN
HARI/ DIAGNOSA PERENCANAAN
N
TANGG KEPERAWAT
O TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
AL AN
1. Senin, 23 Nyeri b.d Iritasi Nyeri akut
Agustus pada mukosa teratasi selama 1. Kaji status
2010 lambung 3 hari nyeri
ditandai dengan perawatan
dengan kriteria 1. Observasi
 Klien evaluasi : TTV
mengata
kan  Klien 1. berikan
nyeri tidak kompres
pada lagi hangat
abdome merasa
n atas adanya 1. berikan
(epigastr nyeri posisi
ium) nyaman
 Klien
 Klien tidk lagi 1. kolaborasi
mengata tampak dengan
kan meringis pemberian
nyeri kesakita obat
pada n analgetik
abdome
n karena  Skla 2. berguna
tidak nyeri 0 dalam
ada pengawasan
makan kefektifan
obat dan
 Klien kemajuan
mengata penyembuh
kan an.
nyerinya
seperti 3. mengetahui
ditusuk- pengaruh
tusuk nyeri
terhadap
 Klien TTV
mengata
kan 4. Meningkata
nyerinya n peredaran
bisa darah
berjam- dengan
jam vasodilatasi
dapat
 Klien mengurangi
mengata rasa nyeri
kan
nyeri 5. posisi yang
saat cepat
abdome membuat
nnya nyeri tida
ditekan terasa

 Klien 6. mengurangi
tampak rsa nyeri/
meringis dapat
kesakita terkontrol
n

 Skala
nyeri 3
(berat)

2. Senin, 23 Ketidakseimban Ketidakseimban


Agustus gan nutrisi gan nutrisi 1. Kaji status 1. menunjukk
2010 kurang dari kurang dari nutrisi an faktor
kebutuhan kebutuhan yang
tubuh b.d tubuh teratasi 1. Timbang mempengar
Anoreksia selama 3 hari BB tiap hari uhi
ditandai dengan perawatan kebutuhan
dengan kriteria 1. Ajarkan nutrisi
 Klien evaluasi : makan
mengata sedikit tapi 2. membantu
kan  Klien sering mementuka
tidak mengata n
nafsu kan 1. kaji sejauh keseimban
makan mengha mana gan cairan
biskan ketidakadek
 Klien porsi uatan 3. dapat
mengata makana nutrisi menurunka
kan n yang n asam
hanya disediak lambung
mengha an RS
biskan 5 4. menganalis
sendok  Klien a penyebab
makan mengata melaksanak
kan an
 Klien tidak intervensi
mengata mual
kan lagi
mual
 Mukosa
 Mukosa bibir
bibir tampak
klien lembab
tampak
kering  Abdome
n
 Abdome terdenga
n r
terdenga timpani
r
hipertim
pani

3 Senin, 23 Intoleransi Intoleransi


Agustus aktivitas aktivitas teratasi 1. kaji tingkat
2010 berhubungan selama 3 hari toleransi
dengan Tirah perawatan aktivitas
baring/ dengan kriteria
imobilisasi evaluasi : 2. berikan
ditandai dengan lingkungan
 Klien yang tenang
 Keluarg dapat
a klien beraktivi 3. anjurkan
mengata tas untuk
kan secara membatasi
klien mandiri aktivitas
tidak dan
dapat  Klien melakukan
beraktivi tidak perawatan
tas lagi sesuai
sendiri tampak kebutuhan
lemah
 Klien 4. untuk
tampak  Skala mengetahui
lemah aktivitas seberapa
dan 0 besar
terbarin toleransi
g klien dalam
ditempat beraktivitas
tidur
5. meningkatk
 Skala an periode
aktivitas istirahat
2 klien
shingga
meminimali
sis
kelelahan

6. aktivitas
yang
berlebihan
mengakibat
kan
kelelahan
dan proses
penyakit.

IV. IMPLEMENTASI
HARI/ PUKU NO. EVALUASI
NO IMPLEMENTASI PARAF
TANGGAL L DX TINDAKAN
1. Senin, 23 08.30
Agustus 09.15 I 1. mengkaji status 1. klien
2010 09.00 nutrisi mengatakan
nyeri pada
1. mengobservasi abdomen da
TTV nyerinya
seperti
1. Memberikan ditusuk-
kompres hangat tusuk
selama
berja-jam

2. Hail TTV
klien :

TD : 110/ 60
mmHg
N : 100 x/menit
R : 20 x/menit
S : 38°C

1. Klien
mengatakan
nyerinya
berkurang.

2. Senin, 23 08.30
Agustus 08.30 II 1. mengkaji status 1. klien
2010 08.30 nutrisi mengatakan
hanya dapat
1. mengobservasi menghabisk
penyebab tidak an 5 sendok
nafsu makan makn

2. menganjurkan 2. klien
makan sedikit tapi mengatakn
sering tidak nafsu
makn
karena mual

3. klien
mengatkan
apabila
tidak mual
dan nyeri
akan makan

3. Senin, 23 09.00
Agustus 09.01 III 1. mengkaji tingkat 1. Aktivitas
2010 toleransi aktivitas klien 2
1. menganjurkan (dengan
untuk membatasi bantuan
aktivitas dan orang lain)
melakukan
perawatan sesuai 2. klien
kebutuhan memahami
agar
terhindar
dari
kelelahan

V. EVALUASI
HARI/ NO.
NO PUKUL Evaluasi hasil PARAF
TANGGAL DX
1. Senin, 23 09.00 S : klien mengatakan nyeri pada
Agustus I abdomen dan nyerinya seperti ditusuk-
2010 tusuk selama berjam-jam. O : klien
tampak meringis kesakitan.
A : maslah nyeri akut belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

 kaji status nyeri

 observasi ttv

 berikan kompres hangat

08.15 S : klien mengatakan hanya dapat


II menghabiskan 5 sendok makan O :
Mukosa bibir klien tampak kering dan
abdomen terdengar hipertimpani
A: masalah Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

 kaji status nutrisi

 anjurkan makan sedikit tapi


sering

08.45 S : klien mengatakan klien tidak dapat


III beraktivitas O: klien tampak lemah
dan terbaring ditempat tidur
A: masalah intoleransi aktivitas belum
teratasi
P: intervensi dilanjutkan

 kaji skala aktivitas

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, L.J. (2000). Buku saku diagnosa keperawatan. Edisi 8. Volume 2.


Jakarta :EGC

Corwin, E.J. (2000). Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC

Doenges, M.E., Moorhouse, M.F., dan Geissler, A.C. (1999). Rencana asuhan
keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan asien.
Edisi 3. Jakarta: EGC

Gale, D. dan Charette, J. (1999). Rencana asuhan keperawatan onkologi. Jakarta :


EGC

Hadi, S. (1995). Gastroenterolog i. Edisi 4. Bandung : Alumni

Mansjoer, A., Triyanti, K., Savitri, R., Wardhani, W.L, dan Setiowulan, W. (1999).
Kapita selekta kedokteran. Jilid 1. Edisi 1. Jakarta: Media Aesculapius

NANDA. (2001). Diagnosa keperawatan NANDA : Defmisi dan klasifikasi


2001/2002. Alih bahasa mahasiswa PSIK BFK UGM angkatan 2002. Yogyakarta

NN. (2001). Dispepsia, g_angguan lambung_ Terdapat pada


http://www.minggupagi.com.( 9 Juli 2005 )

……. (2002). Sindrom dispepsia. Terdapat pada : http://www.ipteknet.com. (9


Ju1i2005)
……..(2004). Gastroesophageal refluks disease. Terdapat pada
http://www.interna.or.id. (9 Juli 2005)

…….. (2004). An kg_a kejadian dispepsia. Terdapat pada : http://www.ina-ghic.or.id.


(9 Juli 2005)

Selamihardja, Nanny. (1997). Keluhan sakit perut cian penyembuhannya. Terdapat


pada : http://www.indomedia.com. (9 Juli 2005)

Soeparman dan Waspadji. (1990). Ilmu penyakit dalam. Jilid 2. Jakarta : Balai
Penerbit FKUI

Tucker, S.M., Canobbio, M.M., Paquette, E.V., dan Wells, M.F. (1998). Standar
perawatan Qasien : Proses keperawatan , diagnosis, dan evaluasi. Volume 2. Alih
bahasa Yasmin.Asih. Jakarta: EGC

You might also like