Professional Documents
Culture Documents
PEMBIMBING :
Ns.Zulharmaswita,M.Kep.,Sp.Kep.An
DISUSUN OLEH:
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
beserta karunia-Nyakepada kami, sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Asma Bronkial Dan Anemia”
Salawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, beserta
keluarga dan para sahabatnya yang telah membimbing kita dari jalan kegelapan menuju jalan
yang terang benderang.
Kami menyadari di dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Dan kami mengharapkan makalah ini
dapat bermanfaat umumnya bagi para pembaca dan khususnya bagi penulis sendiri.
Kelompok 10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu penyakit yang sering dijumpai pada anak-anak yaitu penyakit asma.
Kejadian asma meningkat di hampir seluruh dunia, baik Negara maju maupun Negara
berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan ini diduga berhubungan dengan
meningkatnya industri sehingga tingkat polusi cukup tinggi. Walaupun berdasarkan
pengalaman klinis dan berbagai penelitian asma merupakan penyakit yang sering
ditemukan pada anak, tetapi gambaran klinis asma pada anak sangat bervariasi,
bahkan berat-ringannya serangan dan sering-jarangnya serangan berubah-ubah dari
waktu ke waktu. Akibatnya kelainan ini kadang kala tidak terdiagnosis atau salah
diagnosis sehingga menyebabkan pengobatan tidak adekuat. Penyakit asma berasal
dari kata “asthma” yang diambil dari bahasa Yunani yang berarti “sukar bernapas.”
Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk dan mengi yang
disebabkan oleh penyempitan saluran napas.Banyak kasus-kasus penyakit asma di
masyarakat yang tidak terdiagnosis, yangsudah terdiagnosis pun belum tentu
mendapatkan pengobatan secara baik.Disamping itu banyak permasalahan
kesehatanlainyang menyertai berupa gangguan organ tubuh lain, gangguan perilaku d
an permasalahan kesehatan lainnya,Penyakit asma adalah penyakit yang mempunyai
banyak faktor penyebab, dimanayang paling sering karena faktor atopi atau alergi.
Berdasarkan survei kesehatan rumah tangga (SKSRT) 2001,
prevalensi anemia pada balita 0-5 tahun sekitar 47%, anak usia
sekolah dan remaja sekitar 26,5%. Sementara survei di DKI Jakarta
2004 menunjukkan angka prevalensi anemia pada balita sebesar
26,5%, 35 juta remaja menderita anemia gizi besi, usia 6 bulan
cadangan besi itu akan menipis, sehingga diperlukan asupan besi
tambahan untuk mencegah kekurangan besi.
Anemia didefinisikan sebagai penurunan volume eritrosit atau
kadar Hb sampai di bawah rentang nilai yang berlaku untuk orang
sehat (Nelson,1999).
Kebanyakan anemia pada anak adalah anemia kekurangan zat besi
atau iron deficiency anemia. Penyebabnya umumnya adalah pola
makan yang kurang tepat. Anemia lainnya adalah anemia karena
pendarahan, anemia karena pabriknya mengalami gangguan
(sumsum tulang tidak memproduksi sel-sel darah dengan baik dan
penyebabnya bermacam-macam), bisa juga anemia karena yang
bersangkutan menderita suatu penyakit keganasan seperti kangker,
leukemia dll, tapi biasanya dokter akan tahu karena hati dan
limpanya membesa
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana pengertian asma bronkial dan anemia
2. Bagaimana etiologi asma bronkial dan anemia
3. Bagaimana gejala klinis asma bronkial dan anemia
4. Bagaimana patofisiologi asma bronkial dan anemia
5. Bagaimana komplikasi asma bronkial dan anemia
6. Bagimana bagan WOC asma bronkial dan anemia
7. Bagaimana asuhan keperawatan teoritis asma bronkial dan anemia
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian asma bronkial dan anemia
2. Mengetahui etiologi asma bronkial dan anemia
3. Mengetahui gejala klinis asma bronkial dan anemia
4. Mengetahui patofisiologi asma bronkial dan anemia
5. Mengetahui komplikasi asma bronkial dan anemia
6. Mengetahui bagan WOC asma bronkial dan anemia
7. Mengetahui asuhan keperawatan teoritis asma bronkial dan anemia
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Asma Bronkial
1. Pengertian
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermiten, reversibel dimana
trakea dan bronchi berspon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
Smeltzer (dalam padila. 2013)
Asma adalah obstrukti jalan nafas yang bersifat reversible, terjadi ketika
bronkus mengalami inflamasi/ peradangan dan hiperresponsif. Reeves (dalam
padila. 2013)
Asma bronkial adalah penyakit pemalasan obstruktif yang ditandai oleh spame
akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan
penurunan vertilasi alveolus. Huddak & Gallo (dalam padila. 2013)
2. Etiologi
Sampai saat ini etiologi asma belum diketahui dengan pasti, suatu hal yang
menojol pada semua penderita asma adalah fenomena hiperreaktifitas bronkus.
Bronkus penderita asma sangat pekaterhadap rangsangan imunologi mampun non-
imunoligi. Oleh karena sifat inilah, maka serangan asma mudah terjadi ketika
rangsangan baik fisik, metabolik, kimia, alergen, infeksi, dan sebagainya.
Penderita asma perlu mengetahui dan sedapat mungkin menghindari rangsangan
atau pencetus yang dapat menimbulkan asma. Faktor-faktor tersebut adalah
sebagai berukut :
a. Alergen utama, seperti debu rumah, spora jamur dan tepung sari rerumputan.
b. Iritan seperti asap, bau-baunan, dan polutan.
c. Infeksi saluran napas terutama yang disebabkan oleh virus
d. Perubahan cuaca yang ekstrem
e. Kegiatan jasmani yang berlebihan
f. Lingkungan kerja
g. Obat-obatan
h. Emosi
i. Lain-lain seperti refluks gastroesofagus. (Irman.2009)
3. Gejala klinis
Gejala asma terdiri atas triad, yaitu dispnea, batuk, dan mengi.Gejala yang
disebutkan terakhir sering dianggap sebagai gejala yang harus ada (sine qua non),
data lainnya seperti terlihat pada pemeriksaan fisik. (Irman.2009)
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam, gelisah,
duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu pernafasan bekerja
dengan keras. Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi
( whezing ), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada.
Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan. Pada serangan asma yang
lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin banyak, antara lain : silent chest,
sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi dada, tachicardi dan pernafasan cepat d
angkal . Serangan asma seringkali terjadi pada malam hari. Stadium dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
a. Batuk dengan dahak bisa dengan maupun tanpa pilek
b. Rochi basah halus pada serangan kedua atau 0ketiga, sifatny hilang
timbul
c. Whezing belum ada
d. Ada peningkatan eosinofil dan IG E
e. BGA belum patoligis
4. Patofisiologi
Asma akibat alergi bergantung kepada respons IgE yang dikendalikan oleh
limfosit T dan B serta diaktifkan oleh interaksi antara antigen dengan molekul IgE
yang berikan dengan sel mast. Sebagian besar alergen yang mencetuskan asma
bersifat airbone dan agar dapat menginduksi keadaan sensivitas, alergen tersebut
harus tersedia dalam jumlah banyak untuk periode waktu tertentu. Akan tetapi,
sekali sensivitasi telah terjadi, klien akan memperlihatkan respon yang sangat baik
,sehingga sejumlah kecil alergen yang mengganggu sudah dapat menghasilkan
eksaserbasi penyakit yang jelas.
Orang yang paling sering berhubungan dengan induksi episode akut asma
adalah aspirin, bahan pewarna seperti tartazin, antagonis beta-adrenergik, dan
bahan sulfat. Sindrom pernapasan sensitif-aspirin khususnya terjadi pada orang
dewasa, walaupun keadaan ini juga dapat dilihat pada masa kanak-kanak. Masalah
ini biasanya berawal dari rhintinis vasomotor perennialyang diikuti oleh
rhinosinusitis hiperplastik dengan polipnasal. Baru kemudian muncul asma
progesif.
Klien yang sensitif terhadap asparin dapat didesentisasi dengan pemberian
obat setiap hari. Setelah menjalani bentuk terapi ini, toleransi silang juga akan
terbentuk terhadap agen anti-inflamasi non-steroid lain. Mekanisme yang
menyebabkan bronkospasme karena penggunaan aspirin dan obat lain tidak
diketahui, tetapi mungkin berkaitan dengan pembentukan leukotrien yang
diinduksi secara khusus oleh asparin.
Antagonis b-adrenergik biasanya menyebakan obstruksi jalan napas pada
klien asma sama halnya dengan klien lain, dapat menyebabkan peningkatan
reaktifitas jalan napas dan hal tersebut harus dihindari. Obat sulfat, seperti kalium
metasulfit, kalium dan natrium sulfit dan sulfat klorida, yag secara luas digunakan
dalam industri makanan dan farmasi sebagai agen sanitasi serta pengawet dapat
menimbulkan obstruksu jalan napas akut pada klien yang sensitif. Pajanan
biasanya terjadi setelah menelan makanan atau cairan yang mengandung senyawa
ini , seperti salad, buah segar, kentang, kerang, dan anggur.
Pencetus-pencetus serangan diatas ditambah dengan pencetus lainnya dari internal
klien akan mengakibatkan timbulnya reaksi antigen dan antibodi. Reaksi antigen-
antiodi ini akan mengeluarkan substansi pereda alergi yang sebetulnya merupakan
mekanisme tubuh dalam menghadapi serangan. Zat yang dikeluarkan dapat berupa
histamin, brakidin, dan anafilatoksin. Hasil dari reaksi tersebut adalah timbulnya
gejala, yaitu berkontraksinya otot polos, peningkatan permeabilitas kapiler dan
peningkatan sekret mukus , seperti terlihat pad gambar berikut : (Irman.2009)
5. Komplikasi
6. Bagan woc
B. Anemia
1. Pengertian
Anemia merupakan kondisi dimana kurangnya konsentrasi sel darah merah
atau menurunnya kadar hemoglobin dalam darah di bawah normal, penurunan
kadar tersebut banyak di jumpai pada anak karena kurangnya kadar zat besi atau
pendarahan, sehingga anemia ini dapat disebut juga sebagai anemia defisiensi zat
besi (anemia kurang zat besi ), walaupun sebenarnya apabila bayi yang lahir
dengan ibu yang lahir non anemia atau bergizi baik akan membuat bayi tersebut
lahir dalam keadaan zat besi yang cukup apabila diberikan ASI yang cukup pula,
akan tetapi apabila zat besi yang sebenarnya cukup tersedia dalam ASI tidak
dimanfaatkan oleh ibu dan anak tersebut tidak mendapatkan sumber zat besi yang
dapat di peroleh dari susu formula atau makanan yang kaya akan zat besi maka
dapat menimbulkan adanya anemia, selain kadar zat besi anemia dapat juga di
timbulkan karena pendarahan seperti pendarahan pada usus atau kehilangan darah
pada saluran cerna akibat makanan yang salah, atau pendarahan lain yang
jumlahnya berlebihan. (A.Aziz. 2008)
2. Etiologi
Anemia bukanlah satu kesatuan penyakit tersendiri, tetapi merupakan gejala
berbagai macam penyakit dasar. Pada dasarnya anemia di sebabkan oleh karena :
1. Gangguan pembentukan eritrosit oleh sumsum tulang 2. Kehilangan darah
keluar tubuh (perdarahan) 3. Proses penghancuran eritrosit oleh tubuh sbelum
waktunya(hemolisis).
a. Anemia karena gangguan pembentukan eritrosit dalam sumsung tulang
1) Kekurangan bahan esensial pembentukan eritrosit
a) Anemia defisiensi besi
b) Anemia defisiensi asam folat
c) Anemia defisiensi vitamain B12
2) Gangguan penggunaan (utilisasi) besi
a) Anemia akibat penyakit kronik
b) Anemia sideroblastik
3) Kerusakan sumsum tulang
a) Anemia aplastik
b) Anemia mieloptisik
c) Anemia pada keganasan hematologi
d) Anemia diseritropoietik
e) Anemia pada sindrom mielodisplastik
b. Anemia akibat hemoragi
1) Anemia pasca perdarahan akut
2) Anemia akibat perdarahan kronik
c. Anemia hemolitik
1) Anemia hemolitik intrakorpuskular
a) Gangguan membran eritrosit (membranopati)
b) Gangguan enzim eritrosit (enzimipati)
c) Gangguan hemoglonin(hemoglobinopati)
2) Anemia hemolitik ekstrakorpuskular
a) Anemia hemolitik autoimun
b) Anemia hemolitik mikroangiopatik
d. Anemia dengan penyebab tidak diketahui dengan patogenesis yang komplek
Klasifikasi anemia berdasarkan morfologi dan etiologi ( Smezler,2002 )
1) Anemia hipokromik mikrositer
a) Anemia defesiensi besi
b) Thalassemia major
c) Anemia akibat penyakit kronik
d) Anemia sideroblastik
2) Anemia normokromik normositer
a) Anemia paska perdarahan akut
b) Anemia aplastik
c) Anemia hemolitik didapat
d) Anemia akibat penyakit kronik
e) Anemia pada gagal ginjal kronik
f) Anemia pada keganasan hematologik
3) Anemia makrositer
a) Bentuk megablolastik
b) Bentuk non-megaloblastik
Sudoyo (dalam amin. 2016).
3. Gejala klinis
1) Manifestasi klinis yang sering muncul
a) Pusing
b) Mudah berkunang-kunang
c) Lesu
d) Aktivitas kurang
e) Rasa mengantuk
f) Susah konsentrasi
g) Cepat lelah
h) Prestrasi kerja fisik / pikiran menurun
2) Gejala khas masing-masing anemia :
a) Perdarahan berulang / kronik pda anemia pasca perdarahan, anemia
defisiensi besi
b) Ikterus, urin berwarna kuning tua / coklat , pertut mrongkol / makin buncit
pada anemia hemolitik
c) Mudah infeksi pada anemia aplastik dan anemia karena keganasan.
3) Pemeriksaan fisik
a) Tanda-tanda anemia umum : pucat, takhikardi, pulcus celer, suara
pembuluh darah spontan, bising krotis, bising sistolik anorganik,
perbesaran jantung.
b) Manifestasi khusus pada anemia
Sudoyo (dalam amin. 2016).
4. Patofisiologi
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegaglan sum-sum tulang atau
kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya. Kegagalan sum-sum tulang
dapat terjadi akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, inuasi tumor, atau
kebanyakan akibat penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang
melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir,
masalah dapat akibat beberapa factor diluar sel darah merah yang menyebabkan
destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam system fagositik atau
dalam system retikuloendotelial terutama dalam hati dan limpa. Sebagai hasil
samping proses ini bilirubin yang sedang terbentuk dalam fagosit akan masuk
dalam aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direpleksikan dengan meningkatkan mengakibatkan ikterik pada selera.
Anemia merupakan penyakit kurang darah yang ditandai dengan rendahnya kada
hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit). Fungsi darah adalah membawa
makanan dan oksigen ke seluruh tubuh. Jika suplai ini kurang, maka asupan
oksigen pun akan kurang. Akibatnya dapat menghambat kerja orang-orang
penting. Salah satunya otak. Otak terdiri dari 2,5 miliar sel bioneuron. Jika
kapasitasnya kurang, maka otak akan sepserti komputer yang memorinya lemah,
lambat menangkap. Dan kalau sudah rusak, tidak bisa diperbaiki (Sjaifoellah,
1998)
5. Komplikasi
1. Gagal ginjal
2. Hipoksia
3. Anemia pada ibu hamil
6. Bagan woc
BAB III
A. Asma Bronkial
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Dispnea (bisa sampai berhari-hari atau berbulan-bulan), batuk, dan
mengi (pada beberapa kasus lebih banyak paroksismal).
b. Pemeriksaan fisik
a) Objektif
1) Batuk produktif/nonproduktif
2) Espirasi terdengar kasar dan suara mengi ( wheezing) pada
kedua fase respirasi semakin menonjol
3) Dapat disertai batuk dengan sputum kental yang suliy
dikeluarkan
4) Bernapas dengan menggunakan otot-otot napas tambahan
5) Sianosis, takikardi, gelisah, dan pulsus paradoksus
6) Fase ekspirasi memanjang disertai wheezing (di apeks dan hilus)
7) Penurunan BB secara bermakna
b) Subjektif
1) Klien merasa sukar bernapas, sesak, dan anoreksia
c) Psikososial
1) Cemas, takut, dan mudah tersinggung
2) Kuranganya pengetahuan klien terhadap situasi penyakitnya
3) Data tambahan (medikal terapi)
d) Bronkodilator
Tidak digunakan bronkodilator oral, tetapi dipakai secara inhalasi atau
parenteral. Jika sebelumnya telah digunakan obat golongan
simpatomimetik, maka sebaiknya diberikan aminophilin secara parenteral,
sebab mekanisme yang berlainan, demikian pula sebaliknya, bila
sebelumnya telah digunakan obat golongan teofilin oral, maka sebaiknya
diberikan obat golongan simpatomimetik secara aerosol atau parenteral
e) Kortikosteroid
Jika pemberian obat-obat bronkodilator tidak menunjukan perbaikan, maka
bisa dilanjutkan dengan pengobatan kortikosteroid, 200 mg hidrokortison
secara oral atau dengan dosis 3-4 mg/KgBB intravena sebagai dosis
permulaan dan dapat diulang 2-4 jam secara parenteral sampai serangan
akut terkontrol, dengan diikuti pemberian 30-60 mg Predhison atau dengan
dosis 1-2 mg/KgBB/hari secara oral dalam dosis terbagi, kemudian dosisi
dikurangi secara bertahap
f) Pemberian oksigen
Oksigen dialirkan melalui kanul hidung dengan kecepatn 2-4 litet/menit,
menggunakan air (humudifier) untuk memberikan kelembapan. Obat
ekspektoran seperti Gliserolguaiakolat juga dapat digunaka untuk
memperbaiki dehidrasi, oleh karena itu intake cairan per oral dan infus
harus cukup, sesuai dengan prinsip rehidrasi, sedangkan antibiotik
diberikan bila ada infeksi.
g) Beta agonis
Beta agonis (ß-adrenergic agents) merupakan pengobatan awal yang
digunakan dalam penatalaksanaan penyakit asma, dikarenakan obat ini
bekerja dengan cra mendilatasikan otot polos (vasodilator). Adrenergic
agent juga meningkatkan pergerakan siliari, menurunkan mediator kimia
anafilaksis, dan dapat meningkatkan efek bronkodilatasi dari kortikosteroid.
Adrenergik yang sering digunakan antara lain epinefrin, dan terbulatin.
Biasanya diberikan secara parenteral atau inhalasi. Jalan inhalasi
merupakan salah satu pilihan dikarnakan dapat mempengaruhi secara
langsung dan mempunyai efek samping yang lebih kecil.
c. Pemeriksaan penunjang
1) Spirometri
2) Uji provokasi bronkus
3) Pemeriksaan sputum
4) Pemeriksaan cosinofit total
5) Uji kulit
6) Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
7) Foto dada
8) Analisis gas darah
2. Analisis Data
B. Anemia
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Klien pucat, kelemahan, sesak nafas, sampai adanya gejala
gelisah,
diaforesis tachikandia, dan penurunan kesadaran.
2) Riwayat kesehatan dahulu
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
b. Pemeriksaan laboratorium nonhematologis : faal ginjal, faal endokrin,
asam urat, faal hati, biakan kuman.
c. Radiologi : torak, bone survey, USG, atau linfangiografi
d. Pemeriksaan sitogenetik
e. Pemeriksaan biologi molekur
3. Analisis data
4. Diagnosis Keperawatan
a. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan
b. Defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan kebutuhan metabolisme
5. Intervensi Keperawatan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Asma adalah obstrukti jalan nafas yang bersifat reversible, terjadi ketika
bronkus mengalami inflamasi/ peradangan dan hiperresponsif. Reeves (dalam padila.
2013)
Asma bronkial adalah penyakit pemalasan obstruktif yang ditandai oleh spame
akut otot polos bronkiolus. Hal ini menyebabkan obsktrusi aliran udara dan penurunan
vertilasi alveolus. Huddak & Gallo (dalam padila. 2013)
B. Saran
Marilah kita sama-sama mempelajari makalah ini dengan sebaik mungkin dan
mengambil manfaat dan ilmu yang terkandung di dalam makalah ini guna pengemban
gan yang ada pada diri kita masing-masing.
DAFTAR PUSTAKA