Professional Documents
Culture Documents
Oleh karena agen penjualan umumnya tidak memiliki sistem akuntansi, seluruh transaksi
terkait dengan agen terkait oleh kantor pusat. Untuk beberapa jenis transaksi, ayat jurnal yang
dicatat oleh kantor pusat didasarkan pada dokumen yang dihasilkan agen. Misalnya, kantor
pusat mencatat transaksi agen berdasarkan faktur penjualan, catatan gaji, dan dokumen
Voucher kas kecil yang disediakan oleh agen penjualan. Transaksi lainnya dapat dicatat
berdasarkan dokumen sumber lain yang diserahkan pihak eksternal langsung ke kantor pusat.
Misalkan, perusahaan yang memberikan jasa gas, listrik, air, dan telekomunikasi ke agen
dapat mengirim tagihan langsung ke kantor pusat.
Kantor pusat umumnya mencatat aset, pendapatan, dan beban tiap agen secara terpisah.
Sehingga memungkinkan kantor pusat mengontrol aset dan menyediakan informasi dalam
penilaian kinerja tiap agen.
1
Contoh akuntansi kantor pusat atas agen penjualan, pada PT Cemara, sebuah perusahaan
manufaktur struktur modular dan partisi di Jakarta, yang membangun sebuah agen penjualan
di Surabaya. Ayat-ayat jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi khas agen penjualan di
pembukuan kantor pusat.
2
Walau kantor pusat dan masing-masing cabang mengelola pembukuan secara terpisah,
seluruh pencatatan akan digabungkan untuk pelaporan eksternal sehingga laporan keuangan
eksternal menyajikan perusahaan sebagai entitas ekonomi tunggal. Seperti saat menyusun
laporan keuangan konsolidasi, menambahkan saldo akun-akun di setiap sistem akuntansi
secara sederhana tidak menghasilkan gambaran entititas ekonomi tunggal. Beberapa eliminasi
juga diperlukan. Secara keseluruhan penyusunan laporan keuangan eksternal untuk
perusahaan yang memiliki kantor pusat dan satu kantor cabang atau lebih cukup mirip dengan
penyusunan laporan konsolidasi.
Transaksi yang terjadi dengan pihak eksternal dicatat dengan cara yang normal seperti
biasa. Transaksi antara kantor pusat dan kantor cabang juga dicatat seperti biasa kecuali
bahwa mereka turut mencatat akun-akun antarperusahaan. Akun-akun ini merupakan akun
resiprokal antara kantor pusat dan kantor cabang. Ketika pembukuan di kantor pusat dan
kantor cabang selesai dimutakhirkan, saldo akun antarperusahaan di pembukuan kantor pusat
akan sama jumlahnya namun dalam arah saldo yang berlawanan dengan akun
antarperusahaan di pembukuan cabang. Misalnya, jika kantor pusat memiliki saldo debit
sebuah akun antarperusahaan Rp 10.000.000, akun terkait akan muncul di pembukuan kantor
cabang dengan nilai yang sama pada saldo kredit.
Akun antarperusahaan di pembukuan kantor pusat disebut investasi di cabnag, sementara
akun resiprokal di pembukan cabang dinamakan Kantor pusat. Ketika suatu perusahaan
memiliki lebih dari satu cabang, dibuat akun investasi terpisah untuk setiap cabang.
Penjelasan tntang akun investasi di Cabang dan Kantor Pusat, dan bagaimana
pengaruhnya terhadap berbagai transaksi, dijelaskan di bawah ini :
Pendirian Cabang
Ketika suatu perusahaan mendirikan sebuah cabang, transfer aset ke cabang dicatat pleh
kantor pusat pada akun Investasi di Cabang. Hal yang sama, cabang mencatat transfer
tersebut di akun Kantor Pusat. Sebagai ilustrasi, PT Jaya yang berlokasi di Jakarta,
3
mendirikan sebuah cabang di Medan, Sumatera Utara. Kantor pusat mentransfer ke cabang
berupa kas Rp20.000.000, peralatan kantor baru senilai Rp5.000.000, dan peralatan toko baru
senilai Rp30.000.000. Kantor pusat mencatat transaksi tersebut dengan ayat jurnal sebagai
berikut:
(Ayat Jurnal yang dibuat oleh Kantor pusat diberi tambahan kode huruf H, sementara yang
dibuat di cabang diberi tambahan kode huruf B)
Cabang Medan PT Jaya mencatat pentransferan sejumlah aset dari kantor pusat dengan
ayat jurnal berikut ini.
B(2) Kas 20.000.000
Peralatan Kantor 5.000.000
Peralatan Toko 30.000.000
Kantor Pusat 55.000.000
(Transfer Aset dari kantor pusat)
Perhatikan bahwa setelah kantor pusat dan cabang mencatat transfer aset, akun Investasi
di Cabang pada buku kantor pusat dan akun Kantor Pusat pada buku cabang memiliki saldo
resiprokal Rp55.000.000. Neraca terpisah yang dibuat oleh cabang Medan sesaat setelah
transfer adalah seperti berikut :
Cabang Medan PT Jaya
Neraca
Aset: Kewajiban:
Kas Rp 20.000.000
Peralatan Kantor Rp 5.000.000
Peralatan Toko Rp 30.000.000 Kantor Pusat Rp 55.000.000
Total Rp 55.000.000 Total Rp 55.000.000
4
Seluruh pendapatan dan beban cabang ditutup ke ikhtisar laba rugi seperti cara biasa.
Saldo ikhtisar laba rugi menunjukkan laba cabang pada suatu periode dan ditutup ke akun
Kantor Pusat. Akun Kantor pusat disajikan di bagian ekuitas pemilik dan saldo laba pada
pembukuan cabang. Ketika laba cabang dilaporkan ke kantor pusat, ayat jurnal dibuat kantor
pusat untuk mengakui laba cabang dan meningkatkan jumlah investasi kantor pusat di
cabang.
Misalnya, asumsikan akun Ikhtisar Laba Rugi cabang Medan memiliki saldo kredit
Rp63.000.000 pada akhir periode. Akun Ikhtisar Laba Rugi di tutup di buku Cabang Medan
dengan ayat Jurnal sebagai berikut:
B(3) Ikhtisar Laba Rugi 63.000.000
Kantor Pusat 63.000.000
(Menutup Ikhtisar Laba Rugi)
Saat menerima laporan laba cabang Medan, kantor pusat mencatat ayat jurnal sebagai
berikut:
H(4) Investasi di Cabang Medan 63.000.000
Laba Cabang Medan 63.000.000
(mencatat laba cabang medan)
Saat laporan keuangan disusun untuk perusahaan secara keseluruhan, akun Investasi di
Cabang Medan, akun Kantor Pusat, dan akun Laba Cabang Medan seluruhnya harus
dieliminasi.
Tidak ada ayat jurnal yang dibuat di buku kantor pusat atas transaksi tersebut.
5
Ketika persediaan ditransfer dari kantor pusat ke cabang, baik kantor pusat maupun
cabang harus mencatat transaksi tersebut. Jumlah yang dialokasikan ke nilai persediaan yang
ditrasfer diistilahkan sebagai harga transfer.
Cabang mencatat persediaan yang diterima sebagai aset di akun persediaan seperti yang
diperoleh dari pihak eksternal dan juga mengakui kenaikan ekuitas di aset neto dengan ayat
jurnal berikut:
B(7) Persediaan 8.000.000
Kantor Pusat 8.000.000
(transfer persediaan dari kantor pusat)
Tidak ada keuntungan yang diakui oleh kantor pusat atas transaksi tersebut. Seluruh nilai
keuntungan diakui oleh cabang ketika cabang menjual persediaan tersebut ke pihak eksternal.
6
(transfer persediaan ke cabang Medan dan membayar ongkos kirim)
7
Laba antar perusahaan sebesar Rp.3000.000 bersifat belum terealisasi karena
persediaan belum dijual ke pihak eksternal. Pengakuan laba ditangguhkan sampai dengan
cabang menjual persediaan ke eksternal.
Cabang mencatat penerimaan pengiriman persediaan dengan ayat jurnal sebagai berikut.
Jurnal tersebut tepat jika untuk tujuan internal, laba antar perusahaan dialokasikan ke cabang
medan.
8
Akuntansi untuk Aset Tetap Cabang
Tidak ada prosedur khusus yang diperlukan dalam akuntansi untuk pembelian asset
tetap cabang taupun penyusutan stelahnya atas asset tersebut. Sebaliknya jika asset tetap yang
dibeli kantor pusat untukcabang dan cabang mencatat asset tersebut pada bukunya, maka ayat
jurnal perlu dicatat baik oleh kantor pusat maupun cabang.
Sebagai ilustrasi kantor pusat PT Jaya membeli peralatan toko senilai Rp.30.000.000
untuk cabang Medan. Kantor pusat mencatat pembelian tersebut sebagai berikut.
H(13) Investasi di Cabang Medan 30.000.000
Kas 30.000.000
(membeli peralatan untuk cabang Medan)
Ketika asset tetap cabang dicatat hanya di buku kantor pusat, tidak ada ayat jurnal
yang dicatat oleh cabang saat kantor pusat melakukan pembelian. Misalnya jika kantor pusat
PT Jaya membeli Rp.30.000.000 peralatan toko untuk cabang Medan dan peralatan dicatat di
pembukuan kantor pusat disbanding di cabang, maka kantor pusat mencatat pembelian
tersebut sebagai berikut.
Jika cabang membeli asset tetap yang dicatat di pembukuan kantor pusat, maka ayat
jurnal harus disusun baik oleh kantor pusat maupun cabang. Misalnya cabang medan PT Jaya
membeli peralatan toko senilai Rp. 30.000.000 yang digunakan oleh cabang namun dicatat
oleh kantor pusat. Cabang mencatat pembelian asset tetap sbagai berikut.
9
H(17) Peralatan Toko – Cabang Medan 30.000.000
Investasi di Cabang Medan 30.000.000
(membeli peralatan)
5. PEMBAGIAN BEBAN
Berdasarkan pemberitahuan beban dari kantor pusat, cabang mencatat beban tersebut
sebagai berikut.
10
11