You are on page 1of 11

1.

PERBEDAAN AGEN PENJUALAN DAN CABANG


Perbedaan antara agen penjualan dan cabang sebagian besar terkait dengan tingkat
otonomi. Sebuah agen penjualan, kadang diistilahkan secara sederhana sebagai “agen”
biasanya tidak beroperasi secara otonom namun bertindak atas nama kantor pusat. Agen
penjualan dapat memajang dan mendemostrasikan contoh produk, menerima pesanan, dan
mengatur pengiriman.
Kantor cabang biasanya memiliki otonomi lebih luas dan memberikan rentang
penyediaan jasa yang lebih besar dibanding agen penjualan, walaupun tingkatnya berbeda
dengan perusahaan individu. Sebuah cabang umumnya menyimpan stok persediaan dan
mengarsip pesanan pelanggan. Hampir setiap orang pernah mengunjungi cabang department
store ternama seperti Matahari dan Sogo. Bank secara khusus telah melakukan perluasan
melalui pembukaan jaringan cabang bank secara ektensif. Beberapa perusahaan manufaktur
juga menjalankan bisnis melalui sistem lokasi operasi yang dapat dibandingkan, biasanya
disebut dnegan “pabrik”. Misalnya, PT Indofood menjalankan proses produksi di berbagai
pabrik di lokasi Jakarta, Bndung, Medan, Banjarmasin, dan Makassar.
Sistem pengambilan keputusan manajemen pada agen penjualan kecil antara lain adalah
bahwa keputusan-keputusan dibuat di kantor pusat dan agen penjualan melakukan operasi
rutin. Tingkat pengambilan keputusan manajemen di cabang biasanya lebih tinggi dibanding
agen penjualan namun dengan tingkat yang berbeda antar perusahaan.

2. AKUNTANSI UNTUK AGEN PENJUALAN

Oleh karena agen penjualan umumnya tidak memiliki sistem akuntansi, seluruh transaksi
terkait dengan agen terkait oleh kantor pusat. Untuk beberapa jenis transaksi, ayat jurnal yang
dicatat oleh kantor pusat didasarkan pada dokumen yang dihasilkan agen. Misalnya, kantor
pusat mencatat transaksi agen berdasarkan faktur penjualan, catatan gaji, dan dokumen
Voucher kas kecil yang disediakan oleh agen penjualan. Transaksi lainnya dapat dicatat
berdasarkan dokumen sumber lain yang diserahkan pihak eksternal langsung ke kantor pusat.
Misalkan, perusahaan yang memberikan jasa gas, listrik, air, dan telekomunikasi ke agen
dapat mengirim tagihan langsung ke kantor pusat.
Kantor pusat umumnya mencatat aset, pendapatan, dan beban tiap agen secara terpisah.
Sehingga memungkinkan kantor pusat mengontrol aset dan menyediakan informasi dalam
penilaian kinerja tiap agen.

1
Contoh akuntansi kantor pusat atas agen penjualan, pada PT Cemara, sebuah perusahaan
manufaktur struktur modular dan partisi di Jakarta, yang membangun sebuah agen penjualan
di Surabaya. Ayat-ayat jurnal untuk mencatat transaksi-transaksi khas agen penjualan di
pembukuan kantor pusat.

Ayat Jurnal Kantor Pusat untuk Transaksi-transaksi Agen Penjualan

Transaksi Ayat Jurnal di Pembukuan Kantor Pusat


Menyewa tanah untuk fasilitas Sewa dibayar dimuka-Agen Surabaya 50.000.000
penjualan Kas 50.000.000
Membangun dan merapikan Leasehold improvements-Agen Surabaya 80.000.000
gedung untuk fasilitas penjualan Perabot-Agen Surabaya 21.000.000
Peralatan-Agen Surabaya 16.000.000
Kas 117.000.000
Transfer kas ke agen sebagai Kas Kecil - Agen Surabaya 2.500.000
danakas kecil Kas 2.500.000
Transfer persediaan yang akan Persediaan Contoh - Agen Surabaya 135.000.000
digunakan untuk contoh di agen Kas 135.000.000
Membayar tagihan yang diterima Beban Utilitas - Agen Surabaya 1.100.000
kantor pusat atas beban-beban Beban Kantor – Agen Surabaya 800.000
agen penjualan Beban Asuransi – Agen Surabaya 2.000.000
Beban Perjalanan – Agen Surabaya 1.400.000
Beban Iklan – Agen Surabaya 2.700.000
Kas 8.000.000
Membayar gaji karyawan agen Beban Gaji – Agen Surabaya 31.000.000
penjualan Kas 31.000.000
Memenuhi pesanan dari agen Piutang Dagang 88.000.000
penjualan Penjualan – Agen Surabaya 88.000.000
Beban Harga Pokok Penjualan – Agen Surabaya 56.000.000
Persediaan 56.000.000
Mengganti kembali dana kas kecil Beban Kantor – Agen Surabaya 420.000
agen penjualan Beban Perjalanan – Agen Surabaya 1.200.000
Beban Tenaga Kerja Sementara – Agen Surabaya 750.000
Kas 2.370.000
Mencatat ayat jurnal penyesuaian Beban Sewa – Agen Surabaya 25.000.000
akhir periode Beban Penyusutan – Agen Surabaya 14.500.000
Beban Gaji – Agen Surabaya 1.900.000
Sewa dibayar dimuka-Agen Surabaya 25.000.000
Akumulasi Penyusutan – Agen Surabaya 14.500.000
Utang Gaji 1.900.000

3. TRANSAKSI UNTUK OPERASI CABANG


Transaksi-transaksi dicatat seperti biasa dan tidak ada perlakuan khusus yang diperlukan.
Sebagai tambahan, baik kantor pusat maupun cabang harus mencatat transaksi yang terjadi
diantara mereka pada sistem akuntansinya masing-masing.

2
Walau kantor pusat dan masing-masing cabang mengelola pembukuan secara terpisah,
seluruh pencatatan akan digabungkan untuk pelaporan eksternal sehingga laporan keuangan
eksternal menyajikan perusahaan sebagai entitas ekonomi tunggal. Seperti saat menyusun
laporan keuangan konsolidasi, menambahkan saldo akun-akun di setiap sistem akuntansi
secara sederhana tidak menghasilkan gambaran entititas ekonomi tunggal. Beberapa eliminasi
juga diperlukan. Secara keseluruhan penyusunan laporan keuangan eksternal untuk
perusahaan yang memiliki kantor pusat dan satu kantor cabang atau lebih cukup mirip dengan
penyusunan laporan konsolidasi.

Akun - Akun Antarperusahaan

Transaksi yang terjadi dengan pihak eksternal dicatat dengan cara yang normal seperti
biasa. Transaksi antara kantor pusat dan kantor cabang juga dicatat seperti biasa kecuali
bahwa mereka turut mencatat akun-akun antarperusahaan. Akun-akun ini merupakan akun
resiprokal antara kantor pusat dan kantor cabang. Ketika pembukuan di kantor pusat dan
kantor cabang selesai dimutakhirkan, saldo akun antarperusahaan di pembukuan kantor pusat
akan sama jumlahnya namun dalam arah saldo yang berlawanan dengan akun
antarperusahaan di pembukuan cabang. Misalnya, jika kantor pusat memiliki saldo debit
sebuah akun antarperusahaan Rp 10.000.000, akun terkait akan muncul di pembukuan kantor
cabang dengan nilai yang sama pada saldo kredit.
Akun antarperusahaan di pembukuan kantor pusat disebut investasi di cabnag, sementara
akun resiprokal di pembukan cabang dinamakan Kantor pusat. Ketika suatu perusahaan
memiliki lebih dari satu cabang, dibuat akun investasi terpisah untuk setiap cabang.
Penjelasan tntang akun investasi di Cabang dan Kantor Pusat, dan bagaimana
pengaruhnya terhadap berbagai transaksi, dijelaskan di bawah ini :

Investasi di Cabang Kantor Pusat


(Buku Kantor Pusat) (Buku Cabang)
xxx Transfer Aset ke Cabang xxx
xxx Transfer Aset dari Cabang xxx
xxx Laba Cabang xxx
xxx Rugi Cabang xxx

Pendirian Cabang

Ketika suatu perusahaan mendirikan sebuah cabang, transfer aset ke cabang dicatat pleh
kantor pusat pada akun Investasi di Cabang. Hal yang sama, cabang mencatat transfer
tersebut di akun Kantor Pusat. Sebagai ilustrasi, PT Jaya yang berlokasi di Jakarta,

3
mendirikan sebuah cabang di Medan, Sumatera Utara. Kantor pusat mentransfer ke cabang
berupa kas Rp20.000.000, peralatan kantor baru senilai Rp5.000.000, dan peralatan toko baru
senilai Rp30.000.000. Kantor pusat mencatat transaksi tersebut dengan ayat jurnal sebagai
berikut:

H(1) Investasi di Cabang Medan 55.000.000


Kas 20.000.000
Peralatan Kantor 5.000.000
Peralatan Toko 30.000.000
(Transfer Aset ke Cabang Medan)

(Ayat Jurnal yang dibuat oleh Kantor pusat diberi tambahan kode huruf H, sementara yang
dibuat di cabang diberi tambahan kode huruf B)

Cabang Medan PT Jaya mencatat pentransferan sejumlah aset dari kantor pusat dengan
ayat jurnal berikut ini.
B(2) Kas 20.000.000
Peralatan Kantor 5.000.000
Peralatan Toko 30.000.000
Kantor Pusat 55.000.000
(Transfer Aset dari kantor pusat)

Perhatikan bahwa setelah kantor pusat dan cabang mencatat transfer aset, akun Investasi
di Cabang pada buku kantor pusat dan akun Kantor Pusat pada buku cabang memiliki saldo
resiprokal Rp55.000.000. Neraca terpisah yang dibuat oleh cabang Medan sesaat setelah
transfer adalah seperti berikut :
Cabang Medan PT Jaya
Neraca
Aset: Kewajiban:
Kas Rp 20.000.000
Peralatan Kantor Rp 5.000.000
Peralatan Toko Rp 30.000.000 Kantor Pusat Rp 55.000.000
Total Rp 55.000.000 Total Rp 55.000.000

Pengakuan Laba Cabang


Laba tiap cabang dihitung secara periodik dengan cara normal seperti biasa. Cabang
jarang menghitung pajak penghasilan atas laba untuk setiap cabang atau mencatat beban
pajak penghasilan atas laba di pembukuannya. Oleh karena kantor pusat dan cabang bukan
entitas legal terpisah, pajak penghasilan atas laba dihitung sebagai kewajiban perusahaan
secara keseluruhan. Beban pajak dapat dialokasikan ke setiap cabang oleh kantor pusat,
namun hal ini tidak umum dilakukan karena akan sedikit mengganggu pengendalian internal.

4
Seluruh pendapatan dan beban cabang ditutup ke ikhtisar laba rugi seperti cara biasa.
Saldo ikhtisar laba rugi menunjukkan laba cabang pada suatu periode dan ditutup ke akun
Kantor Pusat. Akun Kantor pusat disajikan di bagian ekuitas pemilik dan saldo laba pada
pembukuan cabang. Ketika laba cabang dilaporkan ke kantor pusat, ayat jurnal dibuat kantor
pusat untuk mengakui laba cabang dan meningkatkan jumlah investasi kantor pusat di
cabang.
Misalnya, asumsikan akun Ikhtisar Laba Rugi cabang Medan memiliki saldo kredit
Rp63.000.000 pada akhir periode. Akun Ikhtisar Laba Rugi di tutup di buku Cabang Medan
dengan ayat Jurnal sebagai berikut:
B(3) Ikhtisar Laba Rugi 63.000.000
Kantor Pusat 63.000.000
(Menutup Ikhtisar Laba Rugi)

Saat menerima laporan laba cabang Medan, kantor pusat mencatat ayat jurnal sebagai
berikut:
H(4) Investasi di Cabang Medan 63.000.000
Laba Cabang Medan 63.000.000
(mencatat laba cabang medan)

Saat laporan keuangan disusun untuk perusahaan secara keseluruhan, akun Investasi di
Cabang Medan, akun Kantor Pusat, dan akun Laba Cabang Medan seluruhnya harus
dieliminasi.

4. PENGIRIMAN PERSEDIAAN KE CABANG


Suatu cabang yang membeli dan menjual persediaan barang dagang dapat diminta untuk
memperoleh seluruh persediaan dari Kantor pusat, atau dapat juga diizinkan memperoleh
sebagian persediaan dari pihak eksternal. Pembelian persedian dari pihak eksternal dicatat
dengan cara yang normal seperti biasa. Misalnya, cabang Medan PT Jaya membeli persediaan
senilai Rp5.000.000 dari penjualan grosir independent, dan cabang menerapkan metode
persediaan perpetual, maka transaksi tersebut akan mencatat dengan jurnal sebagai berikut :

B(5) Persediaan 5.000.000


Kas (Utang Dagang) 5.000.000
(Mencatat pembelian persediaan dari pihak eksternal)

Tidak ada ayat jurnal yang dibuat di buku kantor pusat atas transaksi tersebut.

5
Ketika persediaan ditransfer dari kantor pusat ke cabang, baik kantor pusat maupun
cabang harus mencatat transaksi tersebut. Jumlah yang dialokasikan ke nilai persediaan yang
ditrasfer diistilahkan sebagai harga transfer.

Persediaan yang Ditagih Sebesar Nilai Perolehan


Persediaan yang ditransfer dari kantor pusat dan ditagihkan ke cabang dicatat oleh
cabang dengan cara yang sama seperti jika memperoleh dari pihak eksternal, kecuali
dikreditkan ke akun Kantor Pusat. Transfer persediaan diperlakukan oleh kantor pusat dan
cabang dengan cara yang sama seperti transfer aset lainnya, yaitu diasumsikan menggunakan
metode persediaan perpetual. Sehingga, ayat jurnal yang dibuat untuk mencatat transfer
persediaan pada harga perolehan sama seperti ayat jurnal H(1) dan H(2). Untuk
membuktikannya, asumsikan kantor pusat PT Jaya mentransfer persediaan dengan harga
perolehan Rp8.000.000 ke cabang Medan. Transaksi tersebut dicatat di pembukuan kantor
pusat sebagai berikut:
H(6) Investasi di Cabang Medan 8.000.000
Persediaan 8.000.000
(transfer persediaan ke cabang Medan)

Cabang mencatat persediaan yang diterima sebagai aset di akun persediaan seperti yang
diperoleh dari pihak eksternal dan juga mengakui kenaikan ekuitas di aset neto dengan ayat
jurnal berikut:
B(7) Persediaan 8.000.000
Kantor Pusat 8.000.000
(transfer persediaan dari kantor pusat)

Tidak ada keuntungan yang diakui oleh kantor pusat atas transaksi tersebut. Seluruh nilai
keuntungan diakui oleh cabang ketika cabang menjual persediaan tersebut ke pihak eksternal.

Beban Pengiriman yang Dibebankan atas Pengiriman Persediaan


Biaya pengiriman yang timbul atas pengiriman persediaan dari kantor pusat ke cabang
menjadi bagian dari biaya perolehan persediaan cabang. Misalnya, asumsikan kantor pusat
PT Jaya membayar Rp100.000 untuk mengirim persediaan sebesar Rp8.000.000 ke cabang
Medan. Transfer tersebut dicatat oleh kantor pusat sebagai berikut:
H(8) Investasi di Cabang Medan 8.100.000
Persediaan 8.000.000
Kas 100.000

6
(transfer persediaan ke cabang Medan dan membayar ongkos kirim)

Cabang Medan mencatat transfer sebagai berikut:


B(8) Persediaan 8.100.000
Kantor Pusat 8.100.000
(transfer persediaan dari kantor pusat)

Persediaan yang Ditagih Melebihi Nilai Perolehan

Perusahaan kadang mentransfer persediaan dari kantor pusat ke cabang dan


menagihkan cabang pada nilai yang lebih besar dari harga perolehan kantor pusat. Ketika di
kantor pusat timbul biaya dan memberikan jasa, seperti perolehan persediaan pada harga
lebih murah melalui kuantitas pembelian atau memproduksi persediaan, perusahaan dapat
memilih untuk mengalokasikan atas laba penjualan persediaan antara kantor pusat dan
cabang yang menjual. Kantor pusat dikreditkan termasuk laba yang sama dengan selisih
antara biaya perolehannya dengan harga transfer ke cabang. Selisih ini disebut laba antar
perusahaan. Laba cabang dihitung sebagai selisih antara harga transfer dengan harga jual ke
pihak eksternal.
Walaupun perusahaan dapat menerapkan berbagai jenis system akuntansi
pertanggungjawaban internal, laporan keuangan eksternal harus mencerminkan persediaan
sebesar harga perolehannya (kecuali nilai pasar lebih rendah) dan tidak boleh memasukkan
laba sampai persediaan dijual ke pihak eksternal. Untuk tujuan laporan eksternal dalam
penyusunannya laba yang belum terealisasi harus dieliminasi. Proses ini dilakukan
menggunakan kertas kerja yang sama dengan yang digunakan dalam proses penyusunan
laporan konsolidasi. Biasanya kantor pusat mencatat laba atas persediaan yang dikirim ke
cabang pada akun terpisah, sehingga memungkinkan untuk menangguhkan laba dari
penjualan antar perusahaan sampai persediaan dijual ke pihak eksternal oleh cabang.
Berikut contoh perlakuan jika terjadi laba antar perusahaan dalam pengiriman
persediaan ke cabang, asumsikan kantor pusat PT Jaya memperoleh persediaan dengan harga
Rp.12.000.000 dan mengirimkan ke cabang Medan, menagihkan ke cabang sebesar
Rp.15.000.000. Kantor pusat mencatat pengiriman persediaan sebagai berikut.

H(10) Investasi di Cabang Medan 15.000.000


Persediaan 12.000.000
Laba Antarperusahaan Belum Terealisasi 3.000.000
(transfer persediaan ke cabang Medan, ditagih melebihi harga perolehan)

7
Laba antar perusahaan sebesar Rp.3000.000 bersifat belum terealisasi karena
persediaan belum dijual ke pihak eksternal. Pengakuan laba ditangguhkan sampai dengan
cabang menjual persediaan ke eksternal.

Cabang mencatat penerimaan pengiriman persediaan dengan ayat jurnal sebagai berikut.

B(11) Persediaan – Dari Kantor Pusat 15.000.000


Kantor Pusat 15.000.000
(transfer persediaan dariKantor Pusat)

Jurnal tersebut mencatat persediaan pada harga perolehan di cabang tanpa


memisahkan pengakuan laba antar perusahaan yang termasuk harga transfer. Akun
persediaan terpisah dibuat untuk memfasilitasi eliminasi laba antar perusahaan belum
terealisasi saat menyusun laporan keuangan perusahaaan secara keseluruhan untuk pihak
eksternal. Ketika saat laporan tersebut disusun dan terdapat persediaan yang masih disimpan,
ayat jurnal kertas kerja dibutuhkan untuk mengeliminasi saldo laba antar perusahaan belum
terealisasi terhadap akun Persediaan dari kantor pusat, sehingga laba perusahaan belum
terealisasi sebesar Rp.3.000.000 dieliminasi dan persediaan dilaporkan sebesar harga
perolehan awalnya Rp.12.000.000
Ketika cabang menjual persediaan yang diperoleh dari pusat, cabang mengakui laba
sebesar selisih antara harga jual ke pihak eksternal dengan harga transfer dari kantor pusat.
Setelah persediaan dijual ke pihak eksternal kantor pusat mengakui laba antar perusahaan
yang sebelumnya ditangguhkan. Misalnya, jika cabang Medan menjual 80% persediaan yang
ditransfer dari kantor pusat, laba antar perusahaan yang diakui oleh kantor pusat dicatat
sebagai berikut.

H(12) Laba Antarperusahaan Belum Terealisasi 2.400.000


Laba Cabang Medan 2.400.000
(mengakui laba antarperusahaan Rp3.000.000x0,8)

Jurnal tersebut tepat jika untuk tujuan internal, laba antar perusahaan dialokasikan ke cabang
medan.

Alternatif lain perusahaan dapat menganggap bahwa laba antar perusahaan


seharusnya dialokasikan ke kantor pusat atas jasa yang telah diberikan. Untuk kasus
tersebut, laba antar perusahaan diakui oleh kantor pusat dengan ayat jurnal sebagai berikut.

H(12a) Laba Antarperusahaan Belum Terealisasi 2.400.000


Laba terealisasi atas pengiriman ke Cabang 2.400.000
(mengakui laba antarperusahaan Rp3.000.000x0,8

8
Akuntansi untuk Aset Tetap Cabang

Tidak ada prosedur khusus yang diperlukan dalam akuntansi untuk pembelian asset
tetap cabang taupun penyusutan stelahnya atas asset tersebut. Sebaliknya jika asset tetap yang
dibeli kantor pusat untukcabang dan cabang mencatat asset tersebut pada bukunya, maka ayat
jurnal perlu dicatat baik oleh kantor pusat maupun cabang.
Sebagai ilustrasi kantor pusat PT Jaya membeli peralatan toko senilai Rp.30.000.000
untuk cabang Medan. Kantor pusat mencatat pembelian tersebut sebagai berikut.
H(13) Investasi di Cabang Medan 30.000.000
Kas 30.000.000
(membeli peralatan untuk cabang Medan)

Pembelian ini dicatat oleh cabang sebagai berikut.

B(14) Peralatan Toko 30.000.000


Kantor Pusat 30.000.000
(mencatat pembelian peralatan oleh kantor pusat)

Ketika asset tetap cabang dicatat hanya di buku kantor pusat, tidak ada ayat jurnal
yang dicatat oleh cabang saat kantor pusat melakukan pembelian. Misalnya jika kantor pusat
PT Jaya membeli Rp.30.000.000 peralatan toko untuk cabang Medan dan peralatan dicatat di
pembukuan kantor pusat disbanding di cabang, maka kantor pusat mencatat pembelian
tersebut sebagai berikut.

H(15) Peralatan Toko – Cabang Medan 30.000.000


Kas 30.000.000
(membeli peralatan untuk cabang Medan)

Tidak ada ayat jurnal yang dicatat oleh cabang

Jika cabang membeli asset tetap yang dicatat di pembukuan kantor pusat, maka ayat
jurnal harus disusun baik oleh kantor pusat maupun cabang. Misalnya cabang medan PT Jaya
membeli peralatan toko senilai Rp. 30.000.000 yang digunakan oleh cabang namun dicatat
oleh kantor pusat. Cabang mencatat pembelian asset tetap sbagai berikut.

B(16) Kantor Pusat 30.000.000


Kas 30.000.000
(membeli peralatan)

Pembelian dicatat di kantor pusat sebagai berikut.

9
H(17) Peralatan Toko – Cabang Medan 30.000.000
Investasi di Cabang Medan 30.000.000
(membeli peralatan)

5. PEMBAGIAN BEBAN

Pengalokasian beban dapt dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu:


1. Beban yang terjadi di cabang tapi dibayar oleh kantor pusat
2. Beban yang dikeluarkan oleh kantor pusat atas nama cabang
3. Alokasi biaya yang dikeluarkan kantor pusat
Dalam beberapa kasus biaya-biaya ini dapat dialokasikan berdasarkan laba cabang
dan dicatat pada pembukuan kantor pusat. Namun sering kali cabang yang mendapat alokasi
beban diberitahu tentang jumlah yang dialokasikan.
Sebagai contoh perlakuan alokasi biaya kantor pusat, perhatikan kasus kantor pusat
PT Jaya berikut yang mengeluarkan biaya yang dialokasikan ke cabang medan.
Beban utilitas (buaya terjadi di cabang Medan dan ditagih ke Rp 14.000.000
akun utama kantor pusat)
Beban Penyusutan (aset cabang Medan yang di catat di
pembukuan kantor pusat) Rp 3.000.000
Overhead umum (dialokasikan ke cabang berdasarkan
penjualan bruto) Rp 8.000.000
Total Rp 35.000.000

Kantor pusat sudah mencatat beban-beban secara biasa, seolah-olah beban-beban


terkait dengan kantor pusat. Kantor pusat mencatat ayat jurnal berikut setelah memberitau
cabang medan beban yang dialokasikan sebesar Rp 35.000.000

H(18) Investasi di Cabang Medan 35.000.000


Beban Utilitas 14.000.000
Beban Penyusutan 3.000.000
Beban Overhead Umum 18.000.000
(mengalokasikan beban ke Cabang Medan)

Berdasarkan pemberitahuan beban dari kantor pusat, cabang mencatat beban tersebut
sebagai berikut.

B(19) Beban Utilitas 14.000.000


Beban Penyusutan 3.000.000
Beban Overhead Umum 18.000.000
Investasi di Cabang Medan 35.000.000
(mencatat beban ke Cabang Medan)

10
11

You might also like