You are on page 1of 22

1.

Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Kwashiorkor


1. Pengkajian
(1) Identitas Pasien
Biodata anak terdiri dari nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,
suku/bangsa, golongan darah, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian,
no medrec, diagnosa medis, alamat. Kwashiorkor paling seringnya pada usia
antara 1 – 4 tahun, namun dapat pula terjadi pada bayi.
(2) Riwayat sakit dan Kesehatan
a. Keluhan utama:
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan gangguan
pertumbuhan (berat badan semakin lama semakin turun), bengkak pada
tungkai, sering diare dan keluhan lain yang menunjukkan terjadinya
gangguan kekurangan gizi.
b. Riwayat penyakit sekarang
Klien dengan kwashiorkor biasanya mengalami gangguan pertumbuhan
(BB < 80% dari BB normal seusianya), bengkak, serta mengalami
keterbelakangan mental yaitu apatis dan rewel. Pada anak kwarshiorkor
juga mengalami penurunan nafsu makan ringan sampai berat.
c. Riwayat Peri natal
a) Tahap Prenatal:
Hal yang dikaji adalah terkait asupan nutrisi pada ibu selama
kehamilan. Kekurangan nutrisi pada ibu selama kehamilan jugan
memungkinkan anak juga akan mengalami malnutrisi. Setelah itu,
infeksi yang mungkin dapat timbul pada ibu dan menyalur ke anak dan
menjadi infeksi kronis bagi anak.
b) Tahap Intranatal:
Hal yang dikaji adalah proses selama persalinan. Bayi mungkin dapat
lahir dengan berat badan rendah, dan karena pengetahuan ibu yang
kurang sehingga kwarshiorkor dapat timbul saat bayi.
c) Tahap Post natal
Hal yang dikaji adalah asupan nutrisi seperti pemberian ASI eksklusif
dan pemberian nutrisi setelah asi eksklusif. Beberapa ibu terkadang
tidak memberikan asi eksklsif pada bayinya setelah melahirkan. Hal ini
beresiko anak mengalami malnutrisi.
d. Riwayat penyakit keluarga.
Kaji apakah ada riwayat penyakit keluarga yang bisa menyebabkan
terjadinya kwarshiorkor. Namun, sebagian besar tidak ada pengaruh genetik
yang dapat menyebabkan kwarshiorkor. Penyebab kwarshiorkor dikaitkan
dengan asupan nutrisi yang tidak adekuat.
e. Pengkajian Psikososial :
Ibu dengan anak yang menderita kwarshiorkor dapat mengalami cemas
dikarenakan penurunan berat badan anak, penurunan nafsu makan serta
anak yang sering rewel.
f. Pengkajian lingkungan rumah dan komunitas:
Lingkungan yang buruk, dapat memicu timbulnya infeksi. Anak dapat
terkena kwarshiorkor dikarenakan infeksi yang kronik misalnya diare yang
membuatnya mengalami gangguan penyerapan protein.
g. Riwayat nutrisi :
Anak dengan kwarshiorkor akan mengalami malnutrisi terutama defisiensi
protein. Ana juga kekurangan asupan karbohidrat, lemak, vitamin, dan
mineral penting yang diperlukan tubuh. Vitamin yang kurang diantaranya
pembentuk darah seperti Ferum, vitamin B kompleks (B12, folat, B6) dan
vitamin A yang penting untuk pertumbuhan mata.
h. Riwayat pertumbuhan perkembangan :
- Anak yang menderita kwarshiorkor mengalami keterlambatn
pertumubuhan akibat defisiensi protein dan gangguan penglihatan.
- Kecerdasan anak dengan kwarshiorkor juga akan menurun akibat
keterbelakangan pertumbuhan dan perkembangan.
- Anak CP yang mengalami gangguan anoreksia dapat memperberat
gangguan nutrisi sehingga intake nutrisi semakin berkurang
Pengkajian Berdasarkan Pola Gordon:
1. Persepsi kesehatan dan Pola manajemen
Orang tua pasien mengetahui bahwa anaknya mengalami gangguan
malnutrisi atau kwarshiorkor namun tidak mengetahui perawatan pada
anak dan bagaiamana mengasuh anak yang menderita kwarshiorkor.
2. Pola nutrisi dan metabolisme
Anak dengan kwarshiorkor akan mengalami defisiensi nutrisi seperti
protein, karbohidrat, lemak, dan mineral yang penting untuk
tubuh.metabolisme akan terganggu akibat zat – zat yang tidak tersedia,
contohnya adalah pembesaran hati karena kekurangan asam amino.
3. Pola eliminasi
Pasien dapat memiliki gangguan gastointestinal seperti diare dan
anoreksia. Diare dapat disebabkan oleh 3 hal yaitu infeksi dapa saluran
cerna, intoleransi laktosa, dan malabsorbsi lemak
4. Pola aktivitas dan latihan
Anak akan mengalami gangguan aktivitas akibatstatus mental yang
apatis dan rewel. Aktifitas jugan akan terganggu akibat udem yang ada
pada ekstremitas, serta penurunan fungsi otot.
5. Pola istirahat dan tidur
Anak akan mengalami gangguan tidur akibat edema.
6. Pola persepsi dan kognitif
Anak akan mengalami gangguan kgonitif akibat asupan nutrisi yang
kurang, keterbelakangan pertumbuhan dan perkembangan serta
gangguan penglihatan akibat defisiensi vitamin A.
7. Pola konsep diri
Anak akan merasa malu untuk berkomunikasi dengan dunia luar akibat
gangguan penglihatan dan ketidaknormalan tubunhnya.
8. Pola peran dan hubungan
Hubungan sosial anak dengan dunia luar akan terhambat akibat
keterbelakangan mental dan gangguan pertumbuhan yang dirasakan.
9. Pola seksualitas dan reproduksi
Pasien tidak mengalami kelainan apapun.
10. Pola keyakinan dan nilai
11. Keluarga pasien selalu berdoa untuk kesembuhan pasien.

2. Pemeriksaan Fisik
a) Penampilan Umum
Secara umumnya penderita kwashiorkor tampak pucat, kurus, atrofi
pada ekstremitas, adanya edema pedis dan pretibial serta asites. Muka
penderita ada tanda moon face dari akibat terjadinya edema. Biasanya
penderita cengeng, hilang nafsu makan dan rewel. Pada stadium lanjut bisa
menjadi apatis. Kesadarannya juga bisa menurun, dan anak menjadi pasif.
b) Pengukuran Antopometri
Berat badan menurut usia < 80 % dari berat badan normal usianya. LLA
(Lingkar Lengan Atas) <14cm
c) Otot
Atrofi otot selalu ada hingga penderita tampak lemah terus-menerus, tidak
mampu berjalan dengan baik.
d) Kontrol Sistem Saraf
Kurang perhatian, iritabilitas, bingung.
e) Sistem gastrointestinal
Terjadi anoreksia, diare tampak pada sebagian besar penderita.
f) Sistem kardiovaskular
Bisa terjadi miodegenerasi jantung dan gangguan fungsi jantung disebabkan
hipokalemi dan hipomagnesemia.
g) Rambut
Sangat khas untuk penderita kwashiorkor ialah rambut kepala yang mudah
tercabut tanpa rasa sakit, warna menjadi kemerahan. Pada penderita
kwashiorkor lanjut, rambut akan tampak kusam, halus, kering, jarang dan
berubah warna menjadi putih.
h) Kulit
Kulit penderita biasanya kering dengan menunjukkan garis-garis kulit yang
lebih mendalam dan lebar. Sering ditemukan hiperpigmentasi dan persisikan
kulit. Perubahan kulit lain pun dapat ditemui, seperti kulit yang
keringdengan garis kulit yang mendalam. Kadang-kadang pada kasus yang
sangat lanjut ditemui petehia tanpa trombositopenia dengan prognosis yang
buruk bagi si penderita.
i) Gigi
Sering juga ditemukan caries pada gigi penderita.
j) Tulang
Pada tulang penderita kwashiorkor didapatkan dekalsifikasi, osteoporosis,
dan hambatan pertumbuhan.
k) Edema
Pada sebagian besar penderita ditemukan edema baik ringan maupun berat.
Edemanya bersifat pitting. Edema terjadi bisa disebabkan hipoalbuminemia,
gangguan dinding kapiler, dan hormonal akibat dari gangguan eliminasi
ADH.
l) Hati
Hati yang membesar merupakan gejala yang sering ditemukan. Kadang-
kadang batas hati terdapat setinggi pusar. Hati yang membesar dengan
mudah dapat diraba.
m) Kelainan Darah dan Sumsum Tulang
Anemia ringan selalu ditemukan pada penderita kwashiorkor. Bila disertai
penyakit lain, terutama infestasi parasit (ankilostomiasis, amoebiasis) maka
dapat dijumpai anemia berat. Anemia juga terjadi disebabkan kurangnya
nutrien yang penting untuk pembentukan darah seperti Ferum, vitamin B
kompleks (B12, folat, B6). Kelainan dari pembentukan darah dari hipoplasia
atau aplasia sumsum tulang disebabkan defisiensi protein dan infeksi
menahun. Defisiensi protein juga menyebabkan gangguan pembentukan
sistem kekebalan tubuh. Akibatnya terjadi defek umunitas seluler, dan
gangguan sistem komplimen.
n) Pankreas dan Kelenjar Lain
Di pankreas dan kebanyakan kelenjar lain seperti parotis, lakrimal, saliva
dan usus halus terjadi perlemakan.
3. Pemeriksaan Penunjang
Pada pemeriksaan laboratorium, anemia selalu ditemukan terutama jenis
normositik normokrom karena adanya gangguan sistem eritropoesis akibat
hipoplasia kronis sumsum tulang di samping karena asupan zat besi yang kurang
dalam makanan, kerusakan hati dan gangguan absorbsi. Pemeriksaan radiologis
juga perlu dilakukan untuk menemukan adanya kelainan pada paru. Selain itu
juga ditemukan:
1) Penurunan kadar albumin (Kadar Albumin normal : 3.5-5.0 g/dl)
2) Penurunan kadar kreatinin
3) Kurangnya kadar kalsium, kalium dan magnesium
4) Penurunan kolesterol (Kadar Kolesterol normal : < 200 mg/dl)
5) Kadar globulin dalam serum kadang-kadang menurun akan tetapi tidak
sebanyak menurunnya albumin serum, hingga pada kwashiorkor terdapat
rasio albumin/globulin yang biasanya 2 menjadi lebih rendah, bahkan pada
kwashiorkor yang berat ditemukan rasio yang terbalik (Kadar globulin
normal: 2.0- 3.5 g/dl)
6) Kadar asam amino essensial dalam plasma relatif lebih rendah dari pada
asam amino non essiensial.
7) Kadar amylase, esterase, kolinasterase, transaminase, lipase dan alkali
fostase menurun
8) Anemia

4. Analisa Data
No. Data Masalah Keperawatan
1. Anak dengan kwashiorkor dalam asupan kalori Gangguan pertumbuhan dan
dan protein tidak adekuat. Umumnya kandungan perkembangan
karbohidrat pada makanan yang dikonsumsi anak
tinggi, namun mutu dan kandungan proteinnya
rendah. Berat dan tinggi badan anak kwashirkor
akan berbeda dengan anak sehat.
2. Anak dengan kwashiorkor mengalami anoreksia Perubahan nutrisi kurang dari
dan diare sehingga nutrisi dalam tubuh kurang dari kebutuhan tubuh
kebutuhan tubuh. Faktor yang paling mungkin
adalah menyusui ketika ASI digantikan oleh
makanan pengganti ASI yang tidak adekuat atau
tidak seimbang (kurang protein).
3. Anak dengan kwashiorkor mengalami intake Gangguan kekurangan cairan
cairan yang tidak adekuat. Hal ini dikarenakan
penyerapan tidak berjalan dengan baik, terutama
penyerapan protein.
4. Anak dengan kwashiorkor mengalami perubahan Gangguan persepsi sensori
dalam penerimaan sensori di mata karena (penglihatan)
defisiensi vitamin A.
5. Anak dengan kwashiorkor mengalami gangguan Gangguan integritas kulit
nutrisi dan status metabolik. Kulit biasanya kering
dengan garis-garis kulit yang lebih mendalam dan
lebar serta crazy pavement dermatosis.
6. Anak dengan kwashiorkor mengalami penurunan Intoleransi aktivitas
asupan kalsium sehingga mengalami kelemahan
dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
7. Anak dengan kwashiorkor mengalami penurunan Kerusakan gigi
asupan kalsium sehingga terjadi caries pada gigi.
8. Anak dengan kwashiorkor mengalami inflamasi Diare
GI dan malabsorbsi dalam menyerap protein. Hal
ini dikarenakan infeksi atau infestasi usus,
intoleransi laktosa, dan malabsorbsi lemak.
9. Anak dengan kwashiorkor mengalami perubahan Ansietas
mental dan anoreksia.
10. Anak dengan kwashiorkor memiliki daya tahan Resiko infeksi
tubuh yang rendah sehingga mudah terserang
infeksi, baik bakteri maupun virus. Infeksi dapat
memperburuk keadaan gizi anak dan MEP akan
menurunkan imunitas tubuh terhadap infeksi.
Anak akan udah terserang infeksi seperti ISPA,
TBC, polio, dan lain-lain.
11. Orang tua anak dengan kwashiorkor umumnya Kurang pengetahuan
memiliki pengetahuan yang terbatas tentang
asupan kebutuhan nutrisi yang tepat bagi anak
sehingga menyebabkan keseimbangan nutrisi
anak tidak terkontrol dengan baik. Selain itu,
keluarga tertentu memiliki beberapa pantangan
dalam mengkonsumsi makanan tertentu yang
sebenarnya bermanfaat bagi anak.

5. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul adalah:
1. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan asupan kalori
dan protein yang tidak adekuat.
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan yang
tidak adekuat, anoreksia dan diare.
3. Gangguan kekurangan cairan berhubungan dengan intake cairan tidak adekuat.
4. Gangguan persepsi sensori (penglihatan) berhubungan dengan defisiensi vitamin
A.
5. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan gangguan nutrisi atau status
metabolik.
6. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan gangguan faktor sekunder akibat
malnutrisi.
7. Kerusakan gigi berhubungan dengan penurunan asupan kalsium.
8. Diare berhubungan dengan inflamasi GI, malabsorbsi lemak.
9. Ansietas berhubungan dengan kurang pengetahuan mengenai penyakit.
10. Resiko infeksi berhubungan dengan daya tahan tubuh rendah.
11. Kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan nutrisi.

6. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan/ kriteria Perencanaan/ Rasional
Keperawatan hasil Intervensi
1 Gangguan Setelah dilakukan 1. Ajarkan kepada
1. 1. Untuk meningkatkan
pertumbuhan tindakan asuhan orang tua tentang pengetahuan keluarga tentang
dan keperawatan standar pertumbuhan keterlambatann pertumbuhan dan
perkembangan selama 3 x 24 jam, fisik dan tugas-tugas perkembangan anak.
berhubungan pasien mampu perkembangan sesuai 2. Untuk mengetahui
dengan asupan bertumbuh dan uisa anak. pertumbuhan fisik dan tugas
kalori dan berkembang sesuai 2. Kaji keadaan fisik perkembangan anak yang belum
protein yang usianya. kemampuan anak. tercapai sesuai umur.
tidak adekuat. 3. Lakukan pemberian 3. Diit khusus untuk pemulihan
makanan/minuman nutrisi diprogramkan secara
sesuai terapi diit bertahap sesuai dengan
pemulihan. kebutuhan anak dan kemampuan
4. Lakukan program toleransi system pencernaan.
antropometrik secara 4. Untuk menilai perkembangan
berkala. masalah klien.
5. 5. Lakukan stimulasi 5. Stimulasi diperlukan untuk
tingkat perkembanngan mengejar keterlambatan
sesuai dengan usia perkembangan anak dalam aspek
klien. motorik, bahasa, dan
6. Lakukan rujukan ke personal/social.
lembaga pendukung
6. 6. Mempertahankan
stimulasi pertumbuhan kesinambungan program
dan perkembanagan stimulasi pertumbuhan dan
(puskesmas/posyandu) perkembangan anak dengan
memberdayakan sistem
pendukung yang ada.
2 Perubahan Setelah dilakukan
1. 1. Kaji antropometri. 1. 1. Untuk menentukan berat
nutrisi kurang tindakan asuhan 2. Kaji pola makan badan, osteometri dan resiko
dari kebutuhan keperawatan klien. berat berlemak, kurus.
tubuh selama 3 x 24 jam, 3. Berikan intake makan2. 2. Untuk mengetahui kebiasaan
berhubungan kebetuhan nutrisi tinggi potein, kalori, makan klien.
dengan asupan pasien adekuat. mineral, dan vitamin. 3. 3. Untuk mempertahankan berat
yang tidak 4. Timbang berat badan, kebutuhan memenuhi
adekuat, badan. metabolik dan meningkatkan
anoreksia dan 5. Tingkat pemberian penyembuhan
diare. ASI dengan pemasukan4. 4. Untuk menentukan diet dan
nutrisi yang adekuat menetahui keefektifan terapi.
pada ibu 5. 5. Pemberian ASI yang adekuat
6. Kolaborasi dengan mempengaruhi kebutuhan nutrisi
ahli gizi. si anak dan pemasukan nutrisi
pada ibu dapat meningkatkan
produksi ASI si ibu.
6. 6. Untuk merencanakan masukan
nutrisi dan cairan.
3 Gangguan Setelah dilakukan
1. 1. Pantau Tanda-tanda
1. 1. Untuk mengetahui keadaan
kekurangan tindakan asuhan vital umum pasien.
cairan keperawatan 2. 2. Ukur intake dan
2. 2. Untuk mengetahui status
berhubungan selama 2 x 24 jam, output. keseimbangan cairan.
dengan intake kebutuhan cairan
3. 3. Kaji terjadinya kulit
3. 3. Menunjukkan kehilangan
cairan tidak pasien terpenuhi kering, membran cairan berlebih.
adekuat. mukosa kering dan
4. 4. Edema dapat terjadi karena
pengisian kapiler. perpindahan cairan dan
4. Pantau adanya edema. berkenaan dengan penurunan
kadar albunim serum / protein.
5. Berikan cairan yang
5. 5. Untuk meminimalkan
adekuat sesuai dengan terjadinya dehidrasi.
kondisi. 6. 6. Untuk mempertahankan
6. 6. Kolaborasikan untuk keseimbangan cairan elektrolit
adanya pemberian
cairan parental.
4 Gangguan Setelah dilakukan 1. Kaji ketajaman
1. 1. Untuk mengetahui ketajaman
persepsi tindakan asuhan pengelihatan. pengelihatan klien dan sumber
sensori keperawatan 2. Dorong agar pasien pengelihatan menurut ukuran
(penglihatan) selama 2 x 24 jam, mengekspresikan yang baku.
berhubungan tidak terjadi perasaan tentang
2. 2. Pada saat intervensi dini
dengan gangguan persepsi kehilangan atau mencegah kebutaan, pasien
defisiensi sensori kemungkinan menghadapi kemungkinan
vitamin A. (penglihatan) kehilangan pengelihatan kehilangan pengelihatan
3. Lakukan tindakan sebagian atau total, meskipun
untuk membantu klien kehilangan pengelihatan telah
menangani keterbatasan terjadi tidak dapat diperbaiki
pengelihatan, contoh : meskipun dengan pengobatan
kurangi kekacauan, atur kehilangan lanjut dapat dicegah.
prabot, perbaiki sinar
3. 3. Untuk menurunkan bahaya
yang suram dan masalah keamanan sehubungan dengan
pengelihatan malam. perubahan lapang pandang atau
4. 4. Kolaborasikan untuk kehilangan pengelihatan dan
dilakukan Test adaptasi akomodasi pupil terhadap sinar
gelap lingkungan.
5. Lakukan kolaborasi 4. Untuk mengetahui adanya
untuk pemberian obat kelainan atau abnormalitas dari
sesuai indikasi, fungsi pengelihatan klien.
pemberian vitamin A
5. 5. Pemberian vitamin A dosis
dalam dosis terapeutik terapeutik dapat mengatasi
yaitu vitamin A oral gangguan pengelihatan secara
50.000-75.000 IU/kgBB teratur dapat mengembalikan
tidak lebih dari 400.000- pengelihatan pada mata.
500.000 IU. 6. Untuk mengembelikan ke
6. 6. Lakukan kolaborasi fungsi pengelihatan yang beik da
untuk pengobatan mencegah terjadinya komplikasi
kelainan pada mata lebih lanjut.
Sta
5 Gangguan Setelah dilakukan
1. 1. Obervasi adanya1. 1. Area ini meningkat resikonya
integritas kulit tindakan asuhan kemerahan, pucat, untuk kerusakan dan
berhubungan keperawatan ekskoriasi. memerlukan pengobatan dan
dengan selama 2 x 24 jam, 2. Gunakan krim kulit 2 perawatan lebih intensif
gangguan tidak terjadi kali sehari setelah2. 2. Melicinkan kulit dan
nutrisi atau gangguan integritas mandi, pijat kulit, menurunkan gatal. Pemijatan
status kulit pada pasien khususnya di daerah di sirkulasi pada kulit, dapat
metabolik. atas penonjolan tulang. meningkatkan tonus kulit.
3. 3. Lakukan perubahan 3. Meningkatkan sirkulasi dan
posisi sering. perfusi kulit dengan mencegah
4. Tekankan pentingnya tekanan lama pada jaringan.
masukan nutrisi/cairan 4. Perbaikan nutrisi dan hidrasi
adekuat. akan memperbaiki kondisi kulit.
6 Intoleransi Terjadi peningkatan
1. 1. Catat frekuensi
1. 1. Mengetahui kondisi terkini
aktivitas toleransi pada klien jantung, irama, dan pasien sebelum dan setelah
berhubungan setelah perubahan TD selama melakukan aktivitas.
dengan dilaksanakan dan sesudah aktifitas. 2. 2. Menurunkan kinerja metabolise
gangguan tindakan 2. 2. Tingkatkan istirahat tubuh dan mengurangi
faktor sekunder keperawatan (di tempat tidur) dan penggunaan energi.
akibat selama di RS. batasi aktifitas pada 3. Meningkatkan pengetahuan
malnutrisi. Kriteria hasil klien dasar nyeri dan berikan pasien dalam perubahan
berpartisipasi aktifitas sensori yang bertahapa pada tingkatan
dalam aktifitas tidak berat. aktivitas.
sesuai kemampuan
3. 3. Jelaskan pola
4. 4. Mengetahui gangguan yang
klien. peningkatan bertahap terjadi akibat pasien tidak toleran
dari tingkat aktifitas. pada suatu aktivitas.
4. Kaji ulang tanda
5. 5. Meningkatkan kemampuan
gangguan yang klien dalam beraktivitas secara
menunjukan tidak bertahap dan mengurangi resiko
toleran terhadap kecelakaan dari intoleransi
aktifitas. aktivitas.
5. 5. Fasilitasi klien
memilih aktivitas yang
mampu dilakukan
secara mandiri dan
aktivitas yang
memerlukan bantuan
dari orang lain.
7 Kerusakan gigi Setelah dilakukan
1. 1. Kaji kondisi umum
1. 1. Mengetahui kondisi umum gigi
berhubungan tindakan gigi klien. klien yang mengalami caries gigi.
dengan keperawatan 2. Anjurkan klien gosok
2. 2. Menjaga kebersihan mulut dan
penurunan diharapkan gigi 2x sehari. gigi untuk mengurangi
asupan kerusakan gigi
3. 3. Meningkatkan asupan pengeroposan gigi.
kalsium. berkurang teratasi, kalsium klien untuk
3. 3. Kalsium merupakan bagian
dengan kriteria mengurangi caries gigi. penting yang ada digigi dan jika
hasil kondisi gigi 4. Informasikan kepada tubuh kekurangan kalsium maka
pasien mulai pasien pentingnya tubuh akan mengambil kalsium
membaik dan caries asupan kalsium bagi dari gigi.
gigi berkurang. tulang dan gigi. 4. 4. Meningkatkan pengetahuan
pasien mengenai pentingnya
kalsium.
8 Diare Setelah dilakukan
1. 1. Observasi tanda-tanda
1. 1. Mengetahui keadaan umum
berhubungan tindakan vital klien. pasien.
dengan keperawatan
inflamasi GI, diharapkan diare
2. 2. Observasi adanya 2. Tanda terjadinya perforasi atau
malabsorbsi teratasi, dengan demam, takikardi, toksik megakolon.
lemak. Kriteria Hasil: ansietas dan kelemahan.
1. Fungsi usus
3. 3. Observasi dan catat
3. 3. Mengetahui keadaan klien dan
stabil. frekuensi BAB, membantu membedakan kondisi
2. BAB anak karakteristik, jumlah dan keparahan penyakit.
berkurang dan dan faktor pencetus. 4. 4. Bertahap dapat memberikan
konsistensi normal.4. 4. Berikan masukan periode istirahat pada kolon,
3. Tanda-tanda vital makanan dan cairan per sedangkan pemasukan kembali
dalam keadaan oral secara bertahap . mencegah kram dan diare.
normal. 5. Kolaborasi dengan
5. 5. Mengobati infeksi supuratif
tim kesehatan lain lokal.
terkait pemberian
antibiotik (sesuai
indikasi).
9 Ansietas Setelah dilakukan
1. 1. Kaji ulang pembatasan1. 1. Memberikan informasi pada
berhubungan tindakan aktivitas pasca operasi. pasien untuk merencanakan
dengan kurang keperawatan 2. Ajarkan teknik kembali rutinitas biasa tanpa
pengetahuan selama 1x24 jam relaksasi: nafas dalam menimbulkan masalah.
mengenai tingkat kecemasan untuk mengurangi 2. Untuk membantu pasien
penyakit. pasien menurun. kecemasan pasien memperoleh kenyamanan .
Kriteria hasil: 3. Informasikan kondisi 3. Pemahaman meningkatkan
1. Menyatakan pasien dan kondisi kerjasama dengan program
pemahamannya penyakit yang dialami. terapi, meningkatkan
tentang proese 4. Identifikasi gejala penyembuhan dan mengurangi
penyakit, yang memerlukan tingkat kecemasan pasien.
pengobatan. evaluasi medik, contoh 4. Upaya intervensi menurunkan
2. Berpartisipasi peningkatan nyeri, resiko komplikasi serius dan
dalam edema/eritema luka, mengurangi kecemasan pasien
memprogram adanya drainase
perawatan.
10 Resiko infeksi Setelah dilakukan
1. 1. Awasi TTV.
1. 1. Dugaan adanya infeksi.
berhubungan tindakan Perhatikan demam, 2. Menurunkan resiko
dengan daya keperawatan menggigil, berkeringat, penyebaran bakteri.
tahan tubuh selama 2x24 jam perubahan mental, 3. Pengetahuan tentang kemajuan
rendah. diharapkan resiko meningkatkan nyeri situasi memberikan dukungan
infeksi berkurang. abdomen. emosional, membantu
Pasien akan
2. 2. Lakukan pencucian menurunkan ansietas.
menunjukkan bebas tangan yang benar
4. 4. Mencegah dan menurunkan
tanda dalam perawatan penyebaran bakteri di rongga
infeksi/inflamasi, pasien. abdomen.
drainase 3. 3. Berikan informasi
purulen,eritema dan yang tepat, jujur, dan
edema jelas pada pasien atau
orang terdekat.
4. 4. Kolaborasi pemberian
antibiotik sesuai
indikasi.
11 Kurang Setelah dilakukan1. 1. Memvalidasi tingkat1. 1. Mengidentifikasi pengetahuan
pengetahuan tindakan saat ini pemahaman, pasein, sehingga dapat
tentang keperawatan 2x24 mengidentifikasi meberikan pendidikan kesehatan
kondisi, jam pengetahuan pembelajaran yang tepat.
prognosis dan klien adekuat kebutuhan, dan 2. Memudahkan pendidikan yang
kebutuhan kriteria Hasil: menyediakan basis diberikan oleh perawat.
nutrisi. klien memahami pengetahuan dari mana 3. Persepsi klien mempengaruhi
informasi terkait klien dapat membuat proses perawatan anak.
penyakit keputusan 4. Pengalaman membantu proses
kwarsiokor 2.2. Membantu identifikasi adaptasi klien
adanya perubahan ide, sikap, rasa takut, 5. Meningkatkan pengetahuan
perilaku dan kesalahpahaman,dan klien
berpartisipasi pada kesenjangan dalam
program perawatan
identifikasi pengetahuan tentang 6. Media membantu
dangunakan kwarsiokor meningkatkan pengetahuan
sumber informasi 3. Tentukan persepsi klien.
yang tepat terkait klien tentang perawatan
penyakit kwarsiokor
4. 4. Tanyakan tentang
sendiri atau sebelumnya
pengalaman klien atau
pengalaman dengan
orang lain yang
memiliki riwayat
kwarsiokor .
5. 5. Memberikan
informasi yang jelas dan
akurat secara faktual.
6. 6. Menyediakan bahan-
bahan tertulis tentang
kwarsiokor,
pengobatan, dan
tersediasistem
pendukung.

7. Implementasi
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
1 Gangguan pertumbuhan dan
1. Telah diajarkan kepada orang tua tentang standar
perkembangan berhubungan pertumbuhan fisik dan tugas-tugas perkembangan sesuai
dengan asupan kalori dan protein uisa anak.
yang tidak adekuat. 2. Telah dikaji keadaan fisik kemampuan anak.
3. Telah dilakukan pemberian makanan/minuman sesuai
terapi diit pemulihan.
4. Telah dilakukan program antropometrik secara berkala.
5. Telah dilakukan stimulasi tingkat perkembanngan sesuai
dengan usia klien.
6. Telah dilakukan rujukan ke lembaga pendukung stimulasi
pertumbuhan dan perkembanagan (puskesmas/posyandu)
2 Perubahan nutrisi kurang dari
1. Telah dikaji antropometri.
kebutuhan tubuh berhubungan
2. Telah dikaji pola makan klien.
dengan asupan yang tidak adekuat,
3. Telah diberikan intake makan tinggi potein, kalori,
anoreksia dan diare. mineral, dan vitamin.
4. Telah ditimbang berat badan.
5. Telah ditingkatkan pemberian ASI dengan pemasukan
nutrisi yang adekuat pada ibu
6. Telah dikolaborasikan dengan ahli gizi.
3 Gangguan kekurangan cairan
1. Telah dipantau Tanda-tanda vital.
berhubungan dengan intake cairan
2. Telah diukur intake dan output.
tidak adekuat. 3. Telah dikaji terjadinya kulit kering, membran mukosa
kering dan pengisian kapiler.
4. Telah dipantau adanya edema.
5. Telah diberikan cairan yang adekuat sesuai dengan
kondisi.
6. Telah dikolaborasikan untuk adanya pemberian cairan
parental.
4 Gangguan persepsi sensori
1. Telah dikaji ketajaman pengelihatan.
(penglihatan) berhubungan dengan
2. Telah didorong agar pasien mengekspresikan perasaan
defisiensi vitamin A. tentang kehilangan atau kemungkinan kehilangan
pengelihatan.
3. Telah dilakukan tindakan untuk membantu klien
menangani keterbatasan pengelihatan, contoh : kurangi
kekacauan, atur prabot, perbaiki sinar yang suram dan
masalah pengelihatan malam.
4. Telah dikolaborasikan untuk dilakukan Test adaptasi
gelap.
5. Telah dilakukan kolaborasi untuk pemberian obat sesuai
indikasi, pemberian vitamin A dalam dosis terapeutik yaitu
vitamin A oral 50.000-75.000 IU/kgBB tidak lebih dari
400.000-500.000 IU.
6. Telah dilakukan kolaborasi untuk pengobatan kelainan
pada mata

5 Gangguan integritas kulit


1. Telah diobervasi adanya kemerahan, pucat, ekskoriasi.
berhubungan dengan gangguan
2. Telah digunakan krim kulit 2 kali sehari setelah mandi,
nutrisi atau status metabolik. pijat kulit, khususnya di daerah di atas penonjolan tulang.
3. Telah dilakukan perubahan posisi sering.
4. Telah ditekankan pentingnya masukan nutrisi/cairan
adekuat.
6 Intoleransi aktivitas berhubungan
1. Telah dicatat frekuensi jantung, irama, dan perubahan TD
dengan gangguan faktor sekunder selama dan sesudah aktifitas.
akibat malnutrisi. 2. Telah dilakukan peningkatkan istirahat (di tempat tidur)
dan membatasi aktifitas pada dasar nyeri dan berikan
aktifitas sensori yang tidak berat.
3. Telah dijelaskan pola peningkatan bertahap dari tingkat
aktifitas.
4. Telah dikaji ulang tanda gangguan yang menunjukan tidak
toleran terhadap aktifitas.
5. Telah difasilitasi klien memilih aktivitas yang mampu
dilakukan secara mandiri dan aktivitas yang memerlukan
bantuan dari orang lain.
7 Kerusakan gigi berhubungan
1. Telah dikaji kondisi umum gigi klien.
dengan penurunan asupan kalsium.
2. Telah dianjurkan klien gosok gigi 2x sehari.
3. Telah meningkatkan asupan kalsium klien untuk
mengurangi caries gigi.
4. Telahdiinformasikan kepada pasien pentingnya asupan
kalsium bagi tulang dan gigi.
8 Diare berhubungan dengan
1. Telah diobservasi tanda-tanda vital klien.
inflamasi GI, malabsorbsi lemak. 2. Telah diobservasi adanya demam, takikardi, ansietas dan
kelemahan.
3. Telah diobservasi dan catat frekuensi BAB, karakteristik,
jumlah dan faktor pencetus
4. Telah diberikan masukan makanan dan cairan per oral
secara bertahap .
Telah berelaborasi dengan tim kesehatan lain terkait
pemberian antibiotik (sesuai indikasi).
9 Ansietas berhubungan dengan
1. Telah dikaji ulang pembatasan aktivitas pasca operasi.
kurang pengetahuan mengenai
2. Telah diajarkan teknik relaksasi: nafas dalam untuk
penyakit. mengurangi kecemasan pasien
5. Telah diinformasikan kondisi pasien dan kondisi penyakit
yang dialami.
6. Telah didentifikasi gejala yang memerlukan evaluasi
medik, contoh peningkatan nyeri, edema/eritema luka,
adanya drainase
10 Resiko infeksi berhubungan
1. Telah diawasi TTV. Perhatikan demam, menggigil,
dengan daya tahan tubuh rendah. berkeringat, perubahan mental, meningkatkan nyeri
abdomen.
2. Telah dilakukan pencucian tangan yang benar dalam
perawatan pasien.
3. Telah diberikan informasi yang tepat, jujur, dan jelas pada
pasien atau orang terdekat.
4. Telah dikolaborasikan pemberian antibiotik sesuai
indikasi.
11 Kurang pengetahuan tentang
1. Telah memvalidasi tingkat saat ini pemahaman,
kondisi, prognosis dan kebutuhan mengidentifikasi pembelajaran kebutuhan, dan
nutrisi. menyediakan basis pengetahuan dari mana klien dapat
membuat keputusan
2. Telah membantu identifikasi ide, sikap, rasa takut,
kesalahpahaman,dan kesenjangan dalam pengetahuan
tentang kwarsiokor
3. Telah menentukan persepsi klien tentang perawatan
kwarsiokor
4. Telah menanyakan tentang sendiri atau sebelumnya
pengalaman klien atau pengalaman dengan orang lain yang
memiliki riwayat kwarsiokor .
5. Telah memberikan informasi yang jelas dan akurat secara
faktual.
6. Telah menyediakan bahan-bahan tertulis tentang
kwarsiokor, pengobatan, dan tersedia sistem pendukung.

8. Evaluasi
No Diagnosa Keperawatan Implementasi
1 Gangguan pertumbuhan dan perkembangan S: Keluarga pasien mengatakan “sus, anak saya
berhubungan dengan asupan kalori dan sudah bisa berhitung”
protein yang tidak adekuat. O: Anak mampu menebak gambar
A: Tujuan tercapai
P: Hentikan tindakan keperawatan
2 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan S: Keluarga pasien mengatakan “sus, anak saya
tubuh berhubungan dengan asupan yang sudah menghabiskan porsi makannya”
tidak adekuat, anoreksia dan diare. O: BB pasien bertambah
A: Tujuan tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan
3 Gangguan kekurangan cairan berhubungan S: Keluarga pasien mengatakan “sus, anak saya
dengan intake cairan tidak adekuat. mampu menghabiskan 8 gelas air sehari”
O: Anak terlihat tidak pucat
A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan.
4 Gangguan persepsi sensori (penglihatan) S: pasien mengatakan “sus, anak saya sudah bisa
berhubungan dengan defisiensi vitamin A. melihat dengan jelas jarak jauh”
O: Hasil Test menunjukkan ketajaman penglihatan
pasien meningkat
A: tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan
5 Gangguan integritas kulit berhubungan S: pasien mengatakan “sus, anak saya sudah tidak
dengan gangguan nutrisi atau status gatal-gatal lagi”
metabolik. O: Tidak terjadi abnormalitas pada kulit
A:tujuan telah tercapai
P: hentikan tindakan keperawatan
6 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan S: klien mengatakan bahwa kondisi mulai membaik
gangguan faktor sekunder akibat malnutrisi. dan tidak merasa lemah.
O: klien terlihat mulai mampu beraktivitas secara
normal
A: Masalah intoleransi teratasi sebagian
P: tindakan di lanjutkan.
7 Kerusakan gigi berhubungan dengan S: klien mengatakan kondisi giginya mulai
penurunan asupan kalsium. membaik
O: caries pada gigi klien berkurang.
A: masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi
8 Diare berhubungan dengan inflamasi GI, S: klien mengatakan bahwa diare berkurang
malabsorbsi lemak. O: BAB klien normal (<3x/hari)
A: Masalah diare teratasi.
P: tindakan dihentikan.
9 Ansietas berhubungan dengan kurang S: Pasien mengatakan sudah merasa lebih tenang
pengetahuan mengenai penyakit. O: Raut muka pasien tenang dan pasien mampu
menjelaskan kondisi mengenai dirinya.
A: Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan.
10 Resiko infeksi berhubungan dengan daya S: Klien mengatakan tidak merasa nyerinya sudah
tahan tubuh rendah. hilang.
O: terlihat raut muka pasien tidak merintih
menahan nyeri.
A: Masalah Resiko infeksi teratasi
P: tindakan dihentikan
11 Kurang pengetahuan tentang kondisi, S: Klien mengatakan ”setelah perawat memberikan
prognosis dan kebutuhan nutrisi. penyuluhan saya jadi tahu penyakit yang saya alami
dan caraperawatannya”
O: Terlihat klien sudah mulai mengkonsumsi
makanan yang bernutrisi.
A: Masalah kurang pengetahuan teratasi
P: tindakan dihentikan

You might also like