Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang
karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam ( Twondsend,
1998 ). Atau suatu keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya,
pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu
membina hubungan yang berarti dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain (Budi Anna Kelliat, 2006 ). Menarik diri merupakan
percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan
dengan orang lain ( Pawlin, 1993 dikutip Budi Kelliat, 2001). Faktor
perkembangan dan sosial budaya merupakan faktor predisposisi terjadinya
perilaku isolasi sosial. (Budi Anna Kelliat, 2006).
Menurut Townsend, M.C (1998:152) isolasi sosial merupakan keadaan
kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain dianggap menyatakan
sikap negatif dan mengancam bagi dirinya. Sedangkan menurut DEPKES RI
(1989: 117) penarikan diri atau withdrawal merupakan suatu tindakan melepaskan
diri, baik perhatian maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung
yang dapat bersifat sementara atau menetap. (Townsend, 1998)
Isolasi sosial merupakan keadaan di mana individu atau kelompok
mengalami atau merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan
keterlibatan dengan orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak
(Carpenito ,L.J, 1998: 381). Menurut Rawlins, R.P & Heacock, P.E (1988 : 423)
isolasi sosial menarik diri merupakan usaha menghindar dari interaksi dan
berhubungan dengan orang lain, individu merasa kehilangan hubungan akrab,
tidak mempunyai kesempatan dalam berfikir, berperasaan, berprestasi, atau selalu
dalam kegagalan. (Carpenito, L J, 1998).
2. Penyebab
Terjadinya faktor ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya
perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan perkembangan dapat
mengakibatkan individu tidak percaya diri, tidak percaya dengan orang lain,
ragu, takut salah, pesimis, putus asa terhadap hubungan dengan orang lain, tidak
mampu merumuskan keinginan, keadaan menimbulkan perilaku tidak ingin
berkomunikasi dengan orang lain.
3. Tanda dan Gejala
a. Menyendiri dalam ruangan
b. Tidak berkomunikasi, menarik diri, tidak melakukan kontak mata
c. Sedih, afek datar
d. Perhatian dan tindakan tidak sesuai dengan usia
e. Mengekspresikan penolakan atau kesepian pada orang lain
f. Menggunakan kata – kata simbolik
g. Menggunakan kata – kata yag tidak berarti
h. Konak mata kurang, tidak mau menatap lawan bicara
Adapun gejala klinis sebagai berikut :
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
2. penyakit
3. Rasa bersalah terhadap diri sendiri
4. Gangguan hubungan sosial
5. Percaya diri kurang
6. Menciderai diri
Akibat dari Isolasi Sosial
Klien dengan isolasi sosial dapat berakibat terjadinya resiko perubahan
sensori persepsi (halusinasi) atau bahkan perilaku kekerasan menciderai diri (
akibat dari harga diri rendah disertai dengan harapan yang suram, mungkin klien
akan mengakhiri hidupnya ).
4. Rentang Respon
Hubungan dengan orang lain dan lingkungan menimbulkan respon sosial pada
individu
Respon Adaptif Respon Maladaptif
Menyendiri Kesepian
Manipulatif Menarik Diri
Otonomi Impulsif
Respon Adaptif :
Respon individu dalam menyelesaikan masalah yang masih dapatditerima oleh norma -
norma sosial dan budayayang umum berlaku (masih dalam batasnormal), meliputi :
Menyendiri : respon seseorang untuk merenungkan apa yg telah dilakukan diilingkungan
sosial dan juga suatu caralmengevaluasi diri untuk menentukan langkah berikutnya
Otonomi : Kemampuan individu menentukan dan menyampaikan ide,pikiran, perasaan
dalam hubungan sosialpikiran, perasaan dlm hub sosial
Kebersamaan : indivud mampu saling memberi dan menerima.
Respon Maladaptif :
Respon individu dalam penyelesaian masalah menyimpang dari norma – norma sosial dan
budaya lingkungannya, meliputi :
Manipulasi : orang lain diperlakukan sebagai objek,hubungan terpusat pada
masalah pengendalianorang lain dan individu cenderung berorientasi padadiri
sendiri atau tujuan, bukan pada orang lain.diri sendiri atau tujuan, bukan pada
Impulsif : individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu
belajar daripengalaman, tidak dapat diandalkanpengalaman, tidak dapat
Narkisisme : harga diri yang rapuh, secara terussmenerus berusaha mendapatkan
penghargaan danpujian, sikap egosentris, pencemburu, marah jikaorang lain tidak
mendukung.ain tidak m’dukung
5. Fase Terjadinya Masalah
Menurut (Stuart. G. W ; 2007 ) isolasi sosial di sebabkan oleh beberapa
faktor antara lain :
Faktor Predisposisi
a. Faktor tumbang :
tugas perkembangan pada fase tumbang tidak terselesaikanf
b. Faktor komunikasi dalam keluarga :
komunikasiyang tidak jelas (suatu keadaan dimana seorangmenerimapesan
yang salingbertentangan dlm waktu yg bersamaan), ekpresiemosi yang tinggi
dalam keluarga yg menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan diluar
keluarga.
c. Faktor Sosial Budaya :
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial, disebabkan
norma - norma yangsalah dianut keluarga, seperti : anggota keluarga tidak
produktif ( lansia, berpenyakit kronis dan penyandangcacat) diasingkan dari
lingkungan sosialnya.
d. Faktor biologis :
gangguan dalam otak, seperti pada skizofrenia terdapat struktur otak yang
abnormal( atropi otak, perubahan ukuran dan bentuk sel – seldalam limbik dan
daerah kortikal).
Faktor Presipitasi
a. Faktor eksternal :
stressor sosial budaya : stress yang ditimbulkan oleh faktor sosial budaya/
keluarga.
b. Faktor Internal :
stresor psikologik : stres terjadiakibat ansietas berkepanjangan disertaiakibat
keterbatasan kemampuan mengatasinyaketerba
Mekanisme Kopingtasan kemampuan m’atasinya
a. Perilaku curiga : regresi, proyeksi, represiPerilaku curiga : regresi, proyeksi.
b. Perilaku dependen : regresiPerilaku dependen : regresi
c. Perilaku manipulatif : regresi, represiPerilaku manipulatif : regresi, represi
d. Isolasi/ menarik diri : regresi, represi, isolasi
Perilaku
a. Menarik diri :
kurang spontan, apatis, ekspresiiwajah kurang berseri, defisit perawatan diri
komunikasi kurang, isolasi diri, aktivitasmenurun, kurang berenergi, rendah
diri, postur tubuh sikap fetus.
b. Curiga :
tidak percaya orang lain, bermusuhan,isolasi sosial, paranoiaisolasi
c. Manipulasi :
kurang asertif, isolasi sosial, hargadiri rendah, tergantung pd orang lain,
ekspresiperasaan tdk langsung pd tujuan.
Sumber Koping
Sumber koping individu harus dikaji dengan pemahaman tentang pengaruh
gangguan otak pada prilaku. Kekuatan dapat meliputi model, seperti intelegensi
dan kretifitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik anak – anak dan
dewasa muda tentang keterampilan koping kerena mereka biasanya tidak hanya
belajar dari pangalaman.p
Penatalaksanaan
A. Penatalaksanaan Medis (Dalami, et.all, 2009 : hal.120)
Isolasi sosial termasuk dalam kelompok penyakit skizofrenia tak tergolongkan
maka jenis penatalaksanaan medis yang bisa dilakukan adalah :
1. Electro Convulsive Therapy (ECT)
Electro Convulsive Therapy (ECT) adalah suatu jenis pengobatan dimana
arus listrik digunakan pada otak dengan menggunakan 2 elektrode yang
ditempatkan dibagian temporal kepala (pelipis kiri dan kanan). Arus tersebut
menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik dengan tujuan
terapeutik. Respon bangkitan listriknya di otak menyebabkan terjadinya perubahan
faal dan biokimia dalam otak.
Indikasi :
a. Depresi mayor
1) Klien depresi berat dengan retardasi mental, waham, tidak ada perhatian
lagi terhadap dunia sekelilingnya, kehilangan berat badan yang berlebihan
dan adanya ide bunuh diri yang menetap.
2) Klien depresi ringan adanya riwayat responsif atau memberikan respon
3) membaik pada ECT.
4) Klien depresi yang tidak ada respon terhadap pengobatan antidepresan
atau
5) klien tidak dapat menerima antidepresan.
b. Maniak
Klien maniak yang tidak responsif terhadap cara terapi yang lain atau terapi
lain berbahaya bagi klien.
c. Skizofrenia
Terutama akut, tidak efektif untuk skizofrenia kronik, tetapi bermanfaat pada
skizofrenia yang sudah lama tidak kambuh.
2. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan bagian
penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi:
memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik,
bersifat empati, menerima klien apa adanya, memotivasi klien untuk dapat
mengungkapkan perasaannya secara verbal, bersikap ramah, sopan dan jujur
kepada klien.
3. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi seseorang
dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan maksud
untuk memperbaiki, memperkuat dan meningkatkan harga diri seseorang.
B. Penatalaksanaan Keperawatan
Terapi Modalitas Keperawatan yang dilakukan adalah:
1. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
a. Pengertian
TAK merupakan salah satu terapi modalitas yang dilakukan perawat
kepada sekelompok klien yang mempunyai masalah keperawatan yang
sama. (Keliat, 2004 : hal.1).
b. Tujuan
Membantu anggotanya berhubungan dengan orang lain serta mengubah
perilaku yang destruktif dan maladaptif. (Keliat, 2004 : hal.3).
c. Terapi aktivitas kelompok yang digunakan untuk pasien dengan isolasi
sosial adalah TAK Sosialisasi dimana klien dibantu untuk melakukan
sosialisasi dengan individu yang ada di sekitar klien. Sosialisasi dapat
pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok dan massa.
(Keliat, 2004 : hal.14).
C. Prinsip Perawatan Isolasi Sosial
1. Psikoterapeutik
a. Bina hubungan saling percaya
1) Buat kontrak dengan pasien memperkenalkan nama perawat pada
waktu interaksi dan tujuan.
2) Ajak klien bercakap-cakap dengan memanggil nama klien, untuk
menunjukan penghargaan yang tulus.
3) Jelaskan pada klien bahwa informasi tentang pribadi klien tidak akan
diberitahukan kepada orang lain yang tidak berkepentingan.
b. Berkomunikasi dengan pasien secara jelas dan terbuka
1) Bicarakan dengan pasien tentang sesuatu yang nyata dan pakai
istilah yang sederhana.
2) Bersama klien menilai manfaat dari pembicaraan dengan perawat.
3) Gunakan komunikasi verbal dan non verbal yang sesuai, jelas dan
teratur.
4) Tunjukan sikap empati dan beri kesempatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya.
c. Kenal dan dukung kelebihan klien
Tunjukkan dan cari penyelesaian masalah (koping) yang bisa
digunakan klien, cara menceritakan perasaannya kepada orang lain
yang terdekat/dipercaya.
1) Bahas dengan klien tentang koping yang konstruktif.
2) Dukung koping klien yang konstruktif.
3) Anjurkan klien untuk menggunakan koping yang konstruktif.
d. Bantu klien mengurangi ansietasnya ketika hubungan interpersonal
1) Batasi jumlah orang yang berhubungan dengan klien pada awal
2) terapi.
3) Lakukan interaksi dengan klien sesering mungkin.
4) Temani klien beberapa saat dengan duduk di sampingnya.
5) Libatkan klien dalam berinteraksi dengan orang lain secara
6) bertahap.
7) Libatkan klien dalam aktifitas kelompok.
2. Pendidikan kesehatan
a. Jelaskan kepada klien cara mengungkapkan perasaan klien selain kata-
b. kata seperti menulis, menangis, menggambar, berolahraga atau bermain
musik.
c. Bicarakan dengan klien peristiwa yang menyebabkan menarik diri.
d. Jelaskan dan anjurkan pada keluarga untuk tetap mengadakan hubungan
dengan klien.
a. Anjurkan kepada keluarga agar mengikutsertakan klien dalam kegiatan
di masyarakat.
3. Kegiatan hidup sehari-hari (ADL)
a. Bantu klien dalam melaksanakan kebersihan diri sampai dapat
melaksanakan secara mandiri.
b. Bimbing klien berpakaian yang rapi.
c. Batasi kesempatan untuk tidur, sediakan sarana informasi dan hiburan
seperti majalah, surat kabar, radio dan televisi.
d. Buat dan rencanakan jadwal kegiatan bersama-sama klien.
4. Lingkungan terapeutik
a. Pindahkan barang-barang yang dapat membahayakan klien maupun
orang lain di lingkungan.
b. Cegah agar klien tidak berada di dalam ruang sendiri dalam jangka
waktu yang lama.
c. Beri rangsangan sensorik seperti suara musik, gambar hiasan di ruangan.
BAB II
TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian
Tanggal Pengkajian : 19 APRIL 2017
Tempat Pengkajian : DESA KALIREJO
I. Identitas Klien
Nama : Nn.M
Umur : 52 thn
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Buruh
Suku/Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : Desa Kalirejo 2/3 , Kec.Kebumen, Kab.Kebumen
B. Faktor Predisposisi
1. Riwayat gangguan jiwa
Orang tua klien mengatakan pada tahun 1980-an awal mula terjadinya
gangguan jiwa pada klien adalah karena hubungan klien dengan pacarnya
tidak disetujui oleh orang tua pacarnya, kemudian akhirnya hubungan klien
terputus pada waktu itu klien akan masuk SMA, akhirnya klien tidak
melanjutkan sekolah SMA tapi masuk ke Pesantren selama 1 tahun
2. Riwayat pengobatan
Keluarga klien mengatakan bahwa klien pernah dibawa berobat ke RSJ tapi
klien tidak mau menginap di Rumah Sakit akhirnya berobat jalan dan
pengobatan hanya 1 tahun karena harga obat yang mahal maka keluarga
akhirnya berhenti karena tidak punya biaya untuk pengobatan, kemudian
akhirnya di bawa berobat ke paranormal tapi belum ada hasilnya, klien selalu
berdiam diri di rumah dan tidak mau bersosialisasi dengan orang tetangganya
3. Riwayat penganiayaan
Orang tua klien mengatakan pernah tidak pernah ada penganiayaan yang
dilakukan pada klien
4. Riwayat anggota keluarga yang gangguan jiwa
Keluarga klien mengatakan bahwa di keluarganya tidak ada yang mengalami
gangguan jiwa.
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
Klien mengatakan dari masa sekolah hingga sekarang ia tidak pernah
mengalami kejadian yang tidak menyenangkan.
C. Fisik
1. Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/80 mmhg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,1 0C
Pernafasan : 20 x/menit
2. Ukur
Berat badan : 45 kg
Tinggi badan : 152 cm
3. Keluhan fisik
Klien mengatakan ia tidak memiliki keluhan fisik.
Masalah keperawatan : tidak ditemukan
D. Psikososial
1. Genogram
1. DS :
Klien mengatakan bingung dalam memulai Isolasi Sosial
pembicaraan karena menurut klien tidak
bahan pembicaraan untuk berinteraksi
DO :
- Klien lebih banyak berdiam diri
- Kontak mata kurang
- Klien sering menyendiri
- Klien tidak komunikatif
- Afek tumpul
Rencana Tindakan Keperawatan
Inisial klien : Tn. K Dx Medis : Skizofrenia
No RM : 013650 Ruangan : Cendrawasih
No. DX. Rencana Rasional
Keperawatan Tindakan Keperawatan
Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
2.Diskusikan
dengan klien
penyebab
menarik diri /
tidak mau
bergaul dengan
orang lain
3.Beri pujian
terhadap
kemampuan
klien
mengungkapkan
perasaanya
3.Libatkan klien
dalam terapi
aktivitas
kelompok
sosialisasi
4.Diskusikan
jadwal harian
yang dilakukan
untuk
meningkatkan
kemampuan
klien
bersosialisasi
5.Beri motivasi
klien untuk
melakukan
kegiatan sesuai
jadwal yang telah
dibuat
6.Beri pujian
terhadap
kemampuan
klien
memperluas
pergaulanya
melalui aktifitas
yang
dilaksanakan
2.Beri pujian
terhadap
kemampuan
klien
mengungkapkan
perasaaanya
4.Latih keluarga
cara merawat
klien menarik
diri
5.Tanyakan
perasaan
keluarga setelah
mencoba cara
yang dilatihkan
6.Beri motivasi
keluarga agar
membantu klien
bersosialisasi
7.Beri pujian
pada keluarga
atas
keterlibatannya
merawat klien
dirumah sakit
TUK 7 : 7.1 Setelah 2X 1.Diskusikan Minum obat
Klien dapat interaksi klien dengan klien dapat
memanfaatkan menyebutkan : tentang manfaaat menyembuhkan
obat dengan -manfaat minum dan kerugian penyakit klien
baik obat tidak minum
-kerugian tidak obat, nama,
meminum obat warna, dosis,
-nama, warna, cara, efek terapi,
dosis, efek terapi, dan efek samping
efek samping obat penggunaan obat.