You are on page 1of 15

Lab/SMF Farmasi-Farmakoterapi P-treatment

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

KONTRASEPSI HORMONAL

Disusun Oleh
Harry Hamyasa 0808015017
Endang Yulia A 0808015024

Pembimbing
dr. Ika Fikriah, M.Kes

Dibawakan dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik pada


Lab/SMF Ilmu Farmasi/Farmakoterapi
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman
Samarinda
2012
BAB 1
PRESENTASI KASUS

SKENARIO

Seorang ibu hamil 5 bulan usia 38 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan
perdarahan pervaginam. Pasien didiagnosa abortus spontan dan telah dilakukan kuretase.
Setelah dilakukan anamnesa, pasien sudah memiliki 3 orang anak dan merupakan perokok
berat yang bisa menghabiskan lebih dari 1 bungkus rokok/hari (± 20 batang). Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah dalam batas normal dan pemeriksaan kadar gula
darah dalam batas normal.
Pertanyaan:
- Tentukan langkah-langkah p-treatment dalam pemilihan kontrasepsi pada kasus diatas.

1) Problem pasien
- Ingin menggunakan kontrasepsi yang aman pasca keguguran trimester II.

2) Tujuan Terapi
- Untuk mencegah kehamilan dan mengatur jarak kehamilan
- Memilihkan kontrasepsi yang sesuai untuk pasien pasca keguguran, usia > 35 tahun
dan perokok berat.

3) Pemilihan terapi
- Pemilihan kontrasepsi harus disesuaikan dengan keadaan ekonomi dan psikologis
dari pasien, serta memperhatikan keadaan pasien pasca keguguran, usia dan
kebiasaan merokok.

Kontrasepsi Efficacy Safety Suitability Cost


Hormonal +++ ++ ++ +++
Menghambat ES: gangguan KI: kehamilan, Microlut tab
ovulasi dengan cara haid, mual, wanita usia > 40 35
menekan sekresi peningkatan tahun, thrombosis (Rp.19.600),
hormone FSH dan berat badan, atau emboli, Microdiol tab
LH. Menambah gangguan hipertensi, 28 (Rp.5.200),
kekentalan mukus toleransi glukosa gangguan fungsi Planak tab 28
serviks, pada diabetes. hepar, hiperplasi (Rp.5.000),
menghambat nidasi endometrium Planibu
dan gangguan (MPA) vial
pergerakan tuba (Rp.8.000)
IUD ++ ++ ++ +
Terjadi ES: perdarahan KI: Hamil/diduga
Nova T Cu 200
endomeriosis steril dan nyeri, hamil, infeksi
sehingga ekspulsi, panggul, lecet/erosi AG
menimbulkan : perforasi,infeksi, mulut rahim,
(Rp.170.000)
proses nidasi sukar hamil, dicurigai
terjadi, kehamilan keganasan,
meningkatkan ektopik, perdarahan haid
lendir hebat
servik,adanya
makrofag yang
membuuh kuman
Efektif 97-99%

Tubektomi +++ +++ ++ +


 Memotong ES: Nyeri post KI: Kehamilan, Prosedural
saluran operasi infeksi panggul, operasi
tubafalopi Peradangan (Rp.750.000)
 Perlu panggul,
persyaratan Perdarahan uterus
khusus abnormal,Ca
panggul,Malformasi
rahim, Myoma
uteri,Dismenorrea
berat,Stenosis
kanalis ser vicalis,
Anemia berat

Kondom + ++ + +++
pemblokir / barrier ES : reaksi KI : Alergi trhadap Rp. 5000
sperma alergi, hamil bahan lateks

Kekurangan
metode ini:

 Mudah robek
bila tergores
kuku atau
benda tajam
lain
 Membutuhkan
waktu untuk
pemasangan
 Mengurangi
sensasi seksual
 Efektif 75-
80%
Kontrasepsi yang dipilih adalah kontrasepsi hormonal. Selain memiliki efikasi yang
tinggi dan relatif aman juga harganya terjangkau.

Kontrasepsi Efficacy Safety Suitability Cost


Hormonal
Progesteron ++ ++ +++ ++
Merubah lendir servik jadi ES: Dapat Cerazette
kental sehingga Berat badan digunakan pada tab 75 mcg
menghambat penetrasi bertambah, usia > 35 tahun, x 28
sperma, dan sebagai gangguan siklus perokok, pasca (Rp.79.695)
spermasid, supresi haid, mual, keguguran,
menstruasi muntah, menyusui
tromboemboli KI: hamil,
tromboembolik,
riwayat penyakit
hepar, tumor
yang tergantung
progestin
Estrogen +++ + + ++
Progesteron Menyebabkan hambatan ES: gangguan Dapat Mercilon 28
pada GnRH (Gonadotropin siklus haid, mual, digunakan pasca Tab 28 (Rp.
releasing hormone) muntah , keguguran 75.394)
sehingga tidak terjadi tromboemboli, KI: wanita hamil
ovulasi dan kemudian gangguan fungsi atau menyusui,
menstruasi tidak terjadi, ginjal. Gangguan wanita usia > 35
Merubah lendir servik jadi serebrovaskuler tahun yang
kental sehingga perokok,
menghambat penetrasi gangguan hepar,
sperma,Perubahan riwayat
endometrium menghalangi thrombosis atau
nidasi,Merubah kecepatan emboli,
transportasi ovum melalui hipertensi,
tuba penyakit jantung

Pilihan kontrasepsi yang baik untuk pasien ini adalah progesteron karena progesteron
dapat digunakan pada pasien pasca keguguran, usia > 35 tahun yang merokok. Kontrasepsi
progestin dapat berupa oral (pil), suntikan dan implant subkutan sehingga pemilihan pemberian
kontrasepsi sangat tergantung daripada pasien.
Cara Efficacy Safety Suitability Cost
pemberian
Oral +++ ++ ++ ++
Menekan ovulasi, Gangguan I: wanita pasca Cerazette tab
mempengaruhi siklus haid, siklus haid, keguguran, usia > 75 mcg x 28
dan meningkatkan peningkatan 35 tahun, perokok (Rp.79.695)
viskositas mucus serviks berat badan, berat
pusing, mual
dan anoreksia
Injeksi +++ ++ +++ +++
Menghambat ovulasi Gangguan I: wanita pasca Lanibu
dengan menekan sekresi siklus haid, keguguran, usia > (MPA) vial
hormone FSH dan LH peningkatan 35 tahun, perokok (Rp.8.000)
berat badan, berat
pusing, mual
dan anoreksia
Implan ++ + ++ +
subkutan Menekan lonjakan LH dan Gangguan I: wanita pasca Implanon,
ovulasi. Perlindungan siklus haid, keguguran, usia > Implan limas
kontrasepsi mulai 24 jam peningkatan 35 tahun, perokok (Rp.608.000)
setelah insersi dimana obat berat badan, berat
dilepaskan kedalam darah pusing, mual
secara difusi melalui dan anoreksia
dinding kapsul

Cara pemberian kontrasepsi yang dipilih adalah suntikan karena pasien tidak
perlu mengingat-ingat setiap hari karena penyuntikan dilakukan 3 bulan sekali, tidak
mengganggu hubungan seksual serta cocok untuk wanita usia >35 tahun dan perokok
berat sedangkan dengan pemberian oral kemungkinan untuk lupa karena harus
diminum tiap hari dan efektif bila dilakukan secara benar (waktu yang tepat/jam yang
sama setiap harinya dan tidak oleh ada tablet yang lupa diminum setiap hari). Coitus
hendaknya dilakukan 3-20 jam setelah penggunaan minipil. Sedangkan untuk
pemberian intradermal, selain harga yang lebih tinggi dibandingkan oral dan suntikan,
juga mempertimbangkan keadaan psikologis pasien dengan tindakan bedah minor dan
kesukaran dalam pengangkatan implant.
4) Pemberian terapi
a. Terapi non farmakologis
- Memberikan pengertian tentang kontrasepsi pilihan yang aman dan sesuai untuk
pasien
- Menghindari stress agar tidak takut dalam memilih kontrasepsi yang sesuai dan
aman
- Mengatur pola makan dan menu makanan yang sehat dan bergizi
b. Terapi farmakologis
Penulisan Resep
Apabila setelah diberi penjelasan dan saran ternyata ibu memilih bentuk
konrasepsi suntik, maka obat yang diberikan :

dr. Endang Yulia Angraini


Jln. Dr. Soetomo No. 87 Kelurahan Sidodadi (081254234123)
SIP : 272 / 50 / SIP / V / 2010
Samarinda, 7 November 2012

R/ Depo Prevora vial fl No. I


S i.m.m

R/ Spuit 3 cc No. I
S i.m.m

Pro : Ny. A
Usia : 38 tahun
Alamat : Jln. Suwandi 5 No. 7

5) Komunikasi terapi
 Informasi obat
- Bentuk sediaan adalah suntik
- Cara pemakaian: suntikan secara intramuskulus di pantat , diberikan setiap 12
minggu sekali
 Informasi terapi
- Dengan memakai kontrasepsi ini dapat timbul efek samping berupa terjadinya
perubahan pola haid. Efek samping lainnya, mual, muntah dan sakit kepala.
- Memberi informasi pada pasien mengenai adanya kemungkinan untuk terjadinya
kehamilan, walaupun telah menggunakan kontrasepsi.
.
6) Monitoring dan evaluasi
- Jika efek samping sangat menganggu, segera kembali ke dokter
- Apabila pasien mengeluh nyeri perut bawah hebat kemungkinan terjadi kehamilan
ektopik, segera kembali ke dokter.
- Kembali ke dokter, apabila ingin mengganti kontrasepsi untuk kemudian diganti
dengan kontrasepsi bentuk lain (tergantung pasien).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Di bawah pengaruh hipotalamus, hipofisis mengeluarkan menurut urutan tertentu
Follicle Stimulang Hormone (FSH) dan Luteinizing Hormone (LH). Hormon-hormon ini dapat
merangsang ovarium untuk menghasilkan estrogen dan progesteron. Estrogen dan progesteron
berperan menumbuhkan endometrium pada waktu daur haid, dalam keseimbangan tertentu
menyebabkan ovulasi dan penurunan kadarnya mengakibatkan disintegrasi endometrium dan
haid. Kontrasepsi hormonal berperan dalam menghambat proses proses tersebut di atas
(Prawirohardjo, 2009).
Kontrasepsi Hormonal Golongan Progestin
Progestin Oral (Minipil)
Progestin oral disebut juga minipil merupakan pil yang mengandung progestin 350 µg
dan diminum setiap hari (Cunningham dkk, 2006). Minipil tersedia dalam dua kemasan yaitu
isi 35 pil (mengandung 300 µg levonorgestrel atau 350 µg noretindron) dan isi 28 pil
(mengandung 75 µg desogestrel)
A. Efektivitas
Penggunaan minipil sangat efektif dalam mencegah kehamilan (sekitar 98,5%). Minipil
harus diminum setiap hari (sebaiknya pada malam hari di jam yang sama) dan jangan sampai
ada tablet yang lupa diminum. Gangguan gastrointestinal seperti muntah dan diare sebaiknya
dihindari karena dapat menurunkan efektivitas dari minipil sehingga angka kejadian kehamilan
akan meningkat. Penggunaan obat – obatan mukolitik juga perlu dihindari karena dapat
meningkatkan penetrasi sperma sehingga kemampuan kontraseptif minipil akan terganggu.
Senggama sebaiknya dilakukan 3 – 20 jam setelah penggunaan minipil.
B. Keuntungan Minipil
Manfaat minipil setara dengan kontrasepsi kombinasi. Minipil juga tidak mengganggu
hubungan seksual. Apabila digunakan pada wanita menyusui, pil ini hampir 100 persen efektif
sampai 6 bulan postpartum dan tidak mempengaruhi ASI. Selain itu wanita perokok dengan
usia diatas 35 tahun yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi oral kombinasi dapat
menggunakan minipil.
C. Kerugian
Kerugian utama adalah kegagalan kontrasepsi dan meningkatnya insiden kehamilan
ektopik apabila kontrasepsi gagal. Selain itu hampir 30 – 60% pasien mengalami gangguan
haid (amenorea, spotting dan breakthrough bleeding). Pasien harus minum pil setiap hari dan
pada waktu yang sama memungkinkan ketidakteraturan konsumsi minipil sehingga efek yang
diharapkan tidak dapat dicapai maksimal. Bila lupa satu minum satu pil saja maka tingkat
kegagalan kontrasepsi akan menjadi lebih besar. Penggunaan minipil bersamaan obat
antituberkulosis (rifampisin) dan anti epilepsi akan menurunkan efektivitas minipil.
D. Kategori Pasien
a. Pasien yang menginginkan metode kontrasepsi yang efektif selama periode
menyusui
b. Pascapersalinan dan tidak menyusui
c. Pascakeguguran
d. Perokok segala usia
e. Riwayat tekanan darah tinggi (<180/110 mmHg) atau dengan masalah
pembekuan darah
E. Kontraindikasi Minipil
a. Hamil atau diduga hamil
b. Perdarahan pervaginam tanpa sebab yang jelas
c. Sedang terapi tuberkulosis (rifampisin) atau terapi epilepsi (fenitoin dan
barbiturat)
d. Riwayat kanker payudara, mioma uteri dan stroke
e. Sering lupa menggunakan pil
F. Waktu Penggunaan Minipil
a. Mulai pemakaian pada hari pertama sampai hari ke-5 siklus haid baik baru
memulai penggunaan kontrasepsi maupun kontrasepsi alih (sebelumnya
menggunakan kontrasepsi nonhormonal atau AKDR).
b. Apabila minum minipil setelah hari ke-5 jangan melakukan hubungan selama 2
hari sejak minum minipil.
c. Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pascapersalinan dapat dimulai
saat itu juga.
d. Minipil dapat diberikan segera pasca abortus.
e. Bila pasien sebelumnya menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin
mengganti minipil, minipil dapat segera diberikan. apabila sebelumnya
menggunakan kontrasepsi suntikan, minipil diberikan saat jadwal suntikan
berikutnya.
G. Edukasi Pasien
a. Cara Minum Minipil
i. Minum pil setiap hari pada jam yang sama
ii. Bila pasien muntah setelah 2 jam menggunakan pil, minumlah pil yang
lain atau gunakan kontrasepsi lain jika ingin melakukan hubungan
seksual dalam 48 jam berikutnya. Begitu pula bila pasien lupa minum
lebih dari 3 jam
iii. Bila pasien lupa minum 1 atau 2 pil segera minum saat pasien ingat dan
gunakan metode perlindungan hingga akhir bulan.
b. Efek Samping Minipil
i. Terjadi perubahan pola haid dalam 2-3 bulan pertama. Perubahan pola
haid ini sifatnya sementara dan tidak mengganggu kesehatan.
ii. Kadang – kadang muncul efek samping peningkatan berat badan, sakit
kepala ringan dan nyeri payudara namun tidak berbahaya dan dapat
hilang sendiri.

Kontrasepsi Progestin Suntik


Keunggulan dari kontrasepsi progestin suntik adalah efektivitas kontrasepsi yang setara
atau lebih baik daripada kontrasepsi oral kombinasi (0,3 kehamilan per 100 perempuan per
tahun dengan syarat penyuntikan dilakukan teratur sesuai jadwal) serta gangguan laktasi yang
minimal (Cunningham dkk, 2006; BKKBN, 2011). Tersedia dua jenis kontrasepsi suntik
progestin yaitu
 Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera) mengandung 150 mg DMPA yang
diberikan setiap 3 bulan dengan disuntikkan intramuskular di daerah bokong.
 Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat) mengandung 200 mg Noretindron
Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntikkan intramuskular.
A. Mekanisme Kerja
Progestin mencegah ovulasi dengan menekan gonadotropin-releasing factors dari
hipotalamus. Hal ini menghambat sekresi follicle stimulating hormone (FSH) dan luteinizing
hormone (LH) dari hipofisis. Progestin juga menyebabkan terbentuknya mukus serviks yang
kental sehingga memperulit perjalanan sperma. Kapasitasi sperma juga mungkin dihambat.
Selain itu, progestin juga menghambat transportasi ovum di dalam tuba.
B. Keuntungan
a. Mencegah kehamilan jangka panjang.
b. Tidak mempengaruhi ASI
c. Dapat digunakan wanita usia > 35 tahun sampai perimenopause
C. Kerugian
a. Sering ditemukan gangguan haid (siklus memanjang atau memendek,
perdarahan banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur atau perdarahan
bercak, amenorea)
b. Tidak dapat dihentikan sewaktu – waktu.
c. Berat badan pasien bertambah.
D. Kategori Pasien
a. Ibu menyusui
b. Pasca abortus
c. Sedang terapi tuberkulosis atau terapi epilepsi
d. Sering lupa minum pil kontrasepsi
e. Perokok
f. Tekanan darah <180/110 mmHg dengan masalah pembekuan darah.
E. Kontraindikasi
a. Hamil atau dicurigai hamil.
b. Perdarahan pervaginam tanpa sebab yang jelas.
c. Menderita kanker payudara atau riawayat kanker payudara
d. Diabetes mellitus disertai komplikasi.
F. Waktu Memulai Suntikan Progestin
a. Hari pertama sampai hari ketujuh siklus haid.
b. Pada ibu yang tidak sedang haid, suntikan dapat diberikan kapan saja. Setelah
dilakukan suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual selama 7 hari.
G. Cara Pemberian Suntikan
a. Injeksi noretisteron enantat. Pada 4 injeksi pertama berjarak 8 minggu,
sedangkan pada injeksi ke-5 dilakukan 12 minggu setelah injeksi ke-4 begitu
juga seterusnya. Injeski intramuskular di bagian bokong.
b. Injeksi depo medroksiprogesteron asetat diberikan setiap 3 bulan dengan
disuntikkan intramuskular di bagian bokong.
H. Edukasi Pasien
a. Dapat menimbulkan gangguan haid yang bersifat sementara.
b. Efek samping yang sering terjadi yaitu peningkatan berat badan, sakit kepala,
nyeri kepala. Efek samping ini tidak berbahaya dan dapat hilang dengan
sendirinya.
c. Setelah suntikan dihentikan, haid biasanya dating setelah 6 bulan.
Implan Progestin
Implan adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan dapat
mencegah terjadinya kehamilan antara tiga sampai lima tahun. Metode ini dikembangkan oleh
The Population Council, yaitu suatu organisasi international yang didirikan pada tahun 1952
untuk mengembangkan teknik kontrasepsi.
A. Mekanisme Kerja
Implan mencegah kehamilan melalui beberapa cara. Seperti kontrasepsi progestin pada
umumnya, mekanisme utamanya adalah menebalkan mucus serviks sehingga tidak dapat
dilalui oleh sperma. walaupun dalam konsentrasi rendah, progestin dapat mengentalkan mukus
serviks. Levonogestrel (LNG) menyebabkan terjadi perubahan komposisi mukus serviks.
Perubahan terjadi segera setelah pemasangan implan. Levonogestrel dilepaskan secara terus
menerus dari kapsul utnuk menekan pengeluaran FSH dan LH dari hipotalamus dan hipofise.
Lonjakan LH direndahkan sehingga ovulasi ditekan oleh levonorgestrel. Level LH ditekan
lebih kuat oleh etonogestrel sehingga tidak terjadi ovulasi dalam 3 tahun pertama setelah
penggunaan implan.
Penggunaan progestin jangka panjang dapat menyebabkan hipotropisme endometrium
sehingga dapat mengganggu proses implantasi. Levonogestrel dan progestin sintetik lainnya
menghambat reseptor progesterone sehingga sel endometrium menjadi tipis dan sekresi
kelenjar menurun. Perubahan pertumbuhan dan maturasi endometrium juga menjadi sebab
terjadinya perdarahan irregular.
B. Efektivitas Implan
Implan sangat efektif dalam mencegah kehamilan. Angka kehamilan dalam tahun
pertama adalah 0,2 per 100 perempuan dan angka kumulatif pada tahun kelima hanya 1,6.
C. Efek Samping Implan
Efek samping yang sering terjadi adalah perubahan pola haid. Dapat terjadi perdarahan terus
menerus atau spotting dalam 6-9 bulan pertama pemakaian. Pada tahun pertama pemakaian,
66% mengalami siklus haid tidak teratur, 27% teratur dan 7% amenorea. Setelah 3-5 tahun
pemakaian hanya 38% yang tetap mengalami haid yang tidak teratur sedangkan 62% normal
dan tidak mengalami amenorea. Efek samping lain yang sering timbul antara lain sakit kepala
(1,9%), peningkatan berat badan (1,7%), gugup atau cemas (1,1%), depresi (0,9%) da
D. Kondisi Pasien
a. Cocok menggunakan implan
i. Pasien menyukai metode jangka panjang sehingga tidak repot.
ii. Tidak mau menambah anak tetapi belum siap unk melakukan
kontrasepsi mantap (MOP/MOW)
iii. Sedang menyusui bayi yang berusia > 6 minggu yang membutuhan
kontrasepsi
iv. Pasien merokok.
b. Perlu pertimbangan.
i. WHO Kelas 1. Hipertensi moderat (TD < 180/105 mmHg)
ii. WHO Kelas 2. Pasien diabetes mellitus, hipertensi berat (TD > 180/105
mmHg), sefalgia, perubahan pola haid.
c. Aman. Pasien penyakit kantung empedu, riwayat pre-eklamsia, merokok,
operasi, penyakit tromboembolik dan penyakit katup jantung.
E. Jenis Implan
a. Norplant I
b. Norplant II
c. Implanon
F. Waktu Pemasangan
a. Selama haid (hari 1-7)
b. Pascapersalinan (3-4 minggu) apabila tidak sedang menyusui bayinya.
c. Pascakeguguran (segera atau dalam 7 hari)
d. Sedang menyusui bayi secara ekslusif (6 minggu – 6 bulan pascapersalinan)

BAB III
KESIMPULAN

Pemakaian kontrasepsi didasarkan pada empat hal yaitu efikasi, keamanan, kecocokan
dan harga. Pada kondisi – kondisi khusus seperti ibu pasca keguguran, usia > 35 tahun dan
perokok berat, kontrasepsi yang dapat digunakan harus dipilih secara hati – hati. Sebisa
mungkin dihindari penggunaan penggunaan kontrasepsi yang dapat menimbulkan efek
samping berat pada kondisi – kondisi tersebut.
Pada pasien pasca keguguran sebaiknya dihindari pemakaian kontrasepsi AKDR (alat
kontrasepsi dalam rahim). Pemakaian AKDR pada pasien pasca keguguran di khawatirkan
dapat mengakibatkan infeksi uterus karena kondisi uterus yang masih lemah postabortus.
Sehingga lebih aman dipilih kontrasepsi hormonal. Dalam pemilihan kontrasepsi hormonal,
perlu memperhatikan kondisi pasien. Pada pasien usia > 35 tahun dan perokok tidak disarankan
menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi. Sehingga pasien lebih diarahkan untuk
menggunakan kontrasepsi progestin yang lebih aman untuk pasien dengan kondisi tersebut.
Penggunaan tipe kontrasepsi progestin (oral, suntik atau implan) juga didasarkan pada
kebutuhan pasien seperti pasien sering lupa apabila harus minum pil setiap hari atau kondisi
perekonomian pasien yang tidak memungkinkan untuk memasang implan.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. (2011). Buku Panduan Praktis
Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiohardjo
Cunningham, F. Gary. Gant, Norman F. Leveno, Kenneth J. Gilstrap, Larry C. Hauth, John C.
Wenstrom, Katharine D. (2006). Obstertri Williams (21th Edition). Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC

Katzung, B.G. 2001. Farmakologi Dasar dan Klinik. Diterjemahkan oleh Dripa Sjabana, dkk.
Jakarta: Penerbit Salemba Medika

Prawirohardjo, Sarwono. (2009). Ilmu Kandungan (Edisi 2). Jakarta: PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawiohardjo

Suherman, Suharti K. (2008). Farmakologi dan Terapi (Edisi 5). Jakarta: Departemen
Farmakologi dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

You might also like