You are on page 1of 11

Jurnal Agroteknologi, Vol. 9 No.

1, Agustus 2018 : 31-40

ISOLASI BAKTERI Rhizobium DARI TUMBUHAN LEGUMINOSA YANG TUMBUH


DI LAHAN BERGAMBUT

Isolation of Rhizobium From Legume That Growth In Peatland

R. DANANG SUTO PAMUNGKAS DAN MOKHAMAD IRFAN

Prodi Agroteknologi, Fakultas Pertanian dan Peternakan,


Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau
Email: mokhamadirfan@yahoo.com

ABSTRACT

Rhizobium is a group of soil bacteria that is able to fixing nitrogens from the atmosphere throught
symbiosis mechanism with legumes. It has an important role as a provider of nutrients the plants.
Regarding of the fact, this research was aimed to isolate the Rhizobium from root nodules of legumes
in peatland areas of State Islamic University of Sultan Syarif Kasim Riau. The Rhizobium isolation was
conducted in Laboratory of Pathology Entomology and Microbiology of Faculty of Agriculture and
Animal Science. The root nodules of legumes were selected and sterilized using 10 % disinfectant
solution for 2 minutes before isolated. The Rhizobium colonies were isolated on Nutrient Agar (NA)
media. The results showed there were nine isolates of Rhizobium to be isolated. Macroscopic of the
colonies showed there were eight isolates of translucen (white-milk) and one isolate was yellowish-
white, with spherical on shape, flat edges, convex surface, and sticky textures of colonies. Microscopic
of cells were gram-negative bacill with varies of size i.e. 0.42 ± 0.19 µm to 1.075 ± 0.425 µm of length
and 0.25 ± 0.03 µm to 0.6 ± 0.15 µm in width. The Rhizobium isolates of Clitoria laurifolia, Acacia sp.,
and Albizia sp. were three fastest in growth.

Keywords : Legume, Peatland, Rhizobium

PENDAHULUAN penggunaan pupuk nitrogen sintetis (Husin,


2012).
Bakteri Rhizobium adalah sekelompok Nitrogen merupakan suatu unsur hara
bakteri yang bersimbiosis dengan tanaman esensial yang dibutuhkan tanaman dalam
leguminosa dan hanya dapat memfiksasi jumlah banyak, yang berfungsi sebagai
nitrogen atmosfer bila berada di dalam bintil penyusun protein dan penyusun enzim.
akar tanaman leguminosa. Peran Rhizobium Tanaman memerlukan suplai nitrogen pada
terhadap pertumbuhan tanaman berkaitan semua tingkat pertumbuhan, terutama pada
dengan ketersediaan hara bagi tanaman awal pertumbuhan, sehingga adanya sumber
inangnya. Simbiosis ini menyebabkan bakteri N yang murah akan sangat membantu
Rhizobium dapat menambat nitrogen dari mengurangi biaya produksi. Jika unsur
atmosfir, dan selanjutnya digunakan oleh nitrogen terdapat dalam keadaan kurang,
tanaman inangnya (Sari, 2010). maka pertumbuhan dan produksi tanaman
Jumlah nitrogen yang difiksasi oleh akan terganggu. (Armiadi, 2009).
asosiasi leguminosa sangat bervariasi, Tabel 1. Perkiraan Jumlah Nitrogen yang
bergantung pada jenis leguminosa, kultivar, Ditambat oleh Tanaman
spesies, dan galur (strain) bakterinya (Gardner Leguminosa
& Mitchell, 1991). Kemampuan penambatan Spesies Jmlh N2 Umur tanaman
Nitrogen pada simbiosis Rhizobium dan tertambat waktu
(kg N/ ha) pengukuran
leguminosa dapat mencapai 380 kg N/ha
Arachispintoii 1–7 84 hari
(Peoples et al. 1995). Di Amerika sekitar 2 juta Calopogonium spp 64 – 182 Setahun
ton/ha/tahun nitrogen dapat diikat oleh bakteri Centrosema spp. 41 – 43 119 hari
pada tanaman leguminosa (Sutedjo et al., Centrosema spp. 67 – 280 Setahun
1991). Penelitian Peoples et al. (1995) Clitoria ternatea 197 – 249 190 – 195 hari
mengemukakan bahwa pada kondisi Desmodiums pp. 24 – 380 Setahun
Desmanthus virgatus 193 – 228 190 – 195 hari
percobaan, jumlah nitrogen yang ditambat
Macroptiliumatro 15 – 167 setahun
berkisar antara 1 – 380 kg N/ha (Tabel 1). purpureum
Setiap kg N yang difiksasi pada bintil akar Pueraria spp 9 – 115 72 – 199 hari
setara dengan 2,22 kg pupuk urea (kadar N Stylosanthes spp 2 – 75 63 – 77 hari
urea 45%) sehingga dapat menghemat Stylosanthes spp 20 – 263 Setahun
Zorniaglabra 61 119 hari
Sumber: Peoples et al. (1995)

31
Isolasi Bakteri Rhizobium dari Tumbuhan Leguminosa (Pamungkas dan Irfan)

Penelitian Nurhayati (2011) foil, kapas, reagen pewarnaan Gram, kertas


Bradyrhizobium asal tanah gambut dengan label dan aquades. Alat yang akan digunakan
sangat nyata meningkatkan jumlah bintil akar, dalam penelitian ini adalah : lampu bunsen,
tinggi tanaman umur 5 minggu setelah tanam. mikropipet, pipet volume, gelas Beaker, tabung
Perlakuan Bradyrhizobium ditambah mos dan reaksi, pinset, autoklaf, oven, termometer,
isolat mikoriza tanah gambut dapat kaca preparat, cover glass, pH meter, vortex,
meningkatkan pH tanah. Bradyrhizobium, mos cawan Petri, hotplat (magnetic
dan mikoriza dalam aktivitas dan proses stirer),erlenmeyer, timbangan elektrik, laminar
metabolismenya melepaskan senyawa- air flow, jarum Ose, mikroskop, kamera digital,
senyawa organik. Senyawa-senyawa organic dan cangkul.
ini berpeluang untuk mengikat kation-kation Penelitian ini berbentuk diskriptif
logam penyebab kemasaman tanah. dengan menggunakan 4 blok yang berbeda
Menurut Martani et al. (2011) inokulasi sebagai ulangan. Masing-masing blok memiliki
Rhizobium di Indonesia sudah lama dilakukan, karakteristik berbeda baik vegetasi yang
akan tetapi belum mendapat hasil yang tumbuh di atasnya kondisi lingkungannya. Blok
maksimal. Kegagalan inokulasi disebabkan I (Lahan Gambut di sekitar Lab. Patologi,
Rhizobium tidak dapat bertahan di lingkungan Entomologi dan Mikrobiologi dan Lab.
tanah masam dan mengandung material Pemuliaan dan Genetika), Blok II (Lahan
beracun, seperti Aluminium dan residu Gambut di sekitar Gedung Pusat Kegiatan
pestisida. Di samping itu sejumlah besar Mahasiswa), Blok III (Lahan Gambut di
bakteri Rhizobium dapat mati karena belakang Fakultas Sains dan Teknologi) dan
keasaman tanah yang rendah, oleh sebab itu Blok IV (Lahan Percobaan Fakultas Pertanian
diperlukan penambahan inokulum bila tidak dan Peternakan).
ada Rhizobium (Mulyadi, 2012). Keuntungan Pengambilan tumbuhan leguminosa
penggunaan bakteri Rhizobium adalah : (1) yang digunakan dalam penelitian ini adalah
mampu meningkatkan ketersedian unsure hara semua jenis tumbuhan leguminosa liar yang
terutama N, tidak mempunyai bahaya atau tumbuh pada blok-blok yang telah ditentukan.
efek samping, (2) efisiensi penggunaan yang Pengambilan bintil akar dilakukan dengan cara
dapat ditingkatkan sehingga bahaya membongkar dan menggali tanah dari
pencemaran lingkungan dapat dihindari, (3) permukaan tanah sampai dengan kedalaman
harganya relative murah, dan (4) teknologinya 15 cm sedikit demi sedikit hingga terlihat
atau penerapannya relative mudah dan bagian akar yang memiliki bintil akar dan
sederhana (Novriani, 2011). langsung mengukur letak kedalaman bintil akar
Melihat besarnya peran bakteri dari permukaan tanah menggunakan meteran.
Rhizobium, maka diperlukan isolasi kultur Pensterilan bintil akar tumbuhan
bakteri Rhizobium yang berasal dari tanaman leguminosa yang didapat dicuci bersih dengan
leguminosa yang tumbuh di daerah cara mengocok 1 gram bintil akar dalam 10 ml
bergambut, sehingga diharapkan kultur bakteri aquades steril di dalam tabung reaksi selama 1
Rhizobium yang diperoleh dapat diaplikasikan menit menggunakan vortex sebanyak 3 kali.
untuk meningkatkan asupan nitrogen di tanah Setelah bersih bintil akar disterilkan
bergambut dengan nilai pH tanah rendah. menggunakan 10 ml larutan dettol (10%, 7%,
Diperolehnya isolat Rhizobium dari tanaman 5%, 3%, dan 1%) dengan cara memvortex
leguminosa tanah bergambut, sangat masing – masing selama 2 menit, kemudian
memungkinkan peluang keberhasilan bintil akar dicuci kembali 3 kali menggunakan
aplikasinya yang lebih tinggi dari pada 10 ml aquades steril dengan cara divortex
penggunaan inokulan yang berasal dari lokasi masing – masing selama 1 menit. Bintil akar
lain (Purwaningsih, 2009). Berdasarkan uraian yang baik dipilih dengan membelah melintang,
di atas, perlu dilakukan eksplorasi dan isolasi dengan kriteria warna merah muda hingga
bakteri Rhizobium dari bintil akar tumbuhan kecoklatan di bagian tengahnya.
leguminosa lahan bergambut. Isolasi bintil akar yang telah disterilkan
dibelah menggunakan pinset dalam cawan
BAHAN DAN METODE petri. Cairan yang mengandung bakteri
Rhizobium diambil menggunakan jarum ose
Penelitian ini dilaksanakan di dan dipindahkan secara aseptik ke dalam
laboratorium Patologi, Entomologi, dan media NA dengan cara menggoreskan jarum
Mikrobiologi (PEM) dan lahan kampus ose membentuk zig-zag kemudian diinkubasi
Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim pada suhu kamar selama 2 kali 24 jam.
Riau. Bahan yang digunakan dalam penelitian Pemurnian bakteri dan penyimpanan
ini adalah : bintil akar tumbuhan leguminosa, kultur koloni tunggal yang terpisah dari media
disinfektan (dettol), alkohol, NA, aluminium kultur dianggap sebagai biakan murni. Isolat

32
Jurnal Agroteknologi, Vol. 9 No. 1, Agustus 2018 : 31-40

yang diperoleh disimpan dalam tabung reaksi Blok II. Lahan Gambut di sekitar
yang berisi medium NA miring sebanyak 1/3 Gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM).
bagian dari tabung reaksi (sebagai kultur Kondisi lingkungan di lahan ini sebagian besar
murni) dan disimpan di dalam lemari pendingin selalu terendam air dan hanya kering pada
dengan suhu 4 °C sebagai koleksi. saat kemarau dalam waktu yang lama. Di
Pengamatan dilakukan secara sekeliling lahan ini terdapat drainase, akan
makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan tetapi tidak berfungsi. Jenis tanah di lokasi ini
makroskopis meliputi identifikasi bakteri adalah tanah bergambut sampai gambut
berdasarkan sifat-sifat morfologinya, yaitu sedang, dengan tingkat kematangan fibrik
warna koloni, bentuk koloni, dan tekstur koloni, sampai hemik. Jenis vegetasi yang tumbuh di
sedangkan pengamatan mikroskopis adalah lahan ini pepohonan dan semak belukar,
identifikasi bakteri di bawah mikroskop untuk seperti akasia, tenggek burung, alang - alang,
melihat bentuk sel, warna Gram, dan ukuran dan paku-pakuan.
sel. Blok III. Lahan Gambut di belakang
Fakultas Sains dan Teknologi. Area ini tidak
HASIL DAN PEMBAHASAN terdapat drainase maupun saluran air alami
akan tetapi lahan ini tidak tergenang karena
Keadaan Umum Lokasi Penelitian merupakan dataran yang lebih tinggi dari
Blok I. Lahan Gambut di sekitar lokasi lainnya. Jenis tanah di lahan ini adalah
Laboratorium PEM dan Laboratorium tanah bergambut sampai gambut dangkal
Pemuliaan dan Genetika. Kondisi lingkungan dengan tingkat kematangan fibrik sampai
di lahan ini sebagian besar selalu terendam air hemik dan di lahan ini masih banyak
dan hanya kering pada saat kemarau dalam ditemukan seresah organik. Lokasi ini
waktu yang lama, hal ini dikarenakan tidak ditumbuhi berbagai jenis vegetasi yang
adanya drainase. Jenis tanah di lahan ini didominasi oleh pohon akasia yang telah
adalah tanah bergambut dengan tingkat berukuran besar dan tinggi. Hal ini
kematangan dari tingkat kematangan fibrik menyebabkan kondisi lingkungan di bawah
sampai saprik. Beberapa vegetasi yang naungan, sehingga sinar matahari hanya
tumbuh seperti tenggek burung, akasia, dan sedikit yang sampai pada permukaan tanah,
tumbuhan semak seperti paku-pakuan dan sedangkan semak belukar didominasi oleh
kantung semar. paku-pakuan.

Blok I (Sekitar Laboratorium PEM dan Lab. Blok II (Sekitar Gedung Pusat Kegiatan
Pemuliaan dan Genetika) Mahasiswa)

Blok III (Belakang Fakultas Sains dan Blok IV (Lahan Percobaan Fakultas Pertanian
Teknologi ) dan Peternakan)

33
Isolasi Bakteri Rhizobium dari Tumbuhan Leguminosa (Pamungkas dan Irfan)

Gambar 1. Blok Lokasi Pengambilan Sampel


mempengaruhi aktifitas enzim, yang berkaitan
dengan populasi mikroba tanah (Waluyo,
Faktor Lingkungan 2009). Suhu menunjukkan gambaran umum
Faktor lingkungan merupakan hal energi kinetik suatu objek. Sifat fisik
penting dalam kehidupan mikroba seperti permukaan suatu objek menentukan keadaan
halnya Rhizobium. Beberapa faktor lingkungan suhu permukaan dan suhu di sekitarnya.
yang penting sebagai syarat hidup bagi Faktor lingkungan dari keempat blok dapat
mikroba, diantaranya adalah suhu, pH, bahan dilihat seperti pada Tabel 2.
organik dan kelembapan. Faktor suhu dan pH

Tabel 2. Kondisi Lingkungan Lokasi Pengambilan Sampel


Parameter Blok I Blok II Blok III Blok IV
o
Suhu Udara ( C) 32,2 31,6 29 35
o
Suhu Tanah ( C) 28,6 28,4 27,25 28,43
pH Tanah 4,72 4,46 4,35 3,94
Kadar air Tanah (%) 69.86 66,52 67,72 71,87
Pemupukan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada
Pengelolaan lahan Tidak ada Tidak ada Tidak ada Ada
Drainase Tidak ada Kurang baik Tidak ada Kurang baik
Seresah organik Sedikit Sedang Banyak Sedikit
Jenis Tanah Tanah bergambut Tanah bergambut Tanah Tanah bergambut
dan gambut bergambut dan
dangkal gambut dangkal

Suhu udara tertinggi diperoleh di lahan Bakteri Rhizobium hanya dapat


percobaan Fakultas Pertanian dan Peternakan bersimbiosis pada tumbuhan leguminosa dan
C
yaitu 35 o dan suhu udara terendah diperoleh setiap spesies bakteri Rhizobium hanya efektif
di lahan bergambut di belakang Fakultas Sains bersimbiosis dengan spesies tumbuhan yang
C
dan Teknologi yaitu 29 o . Suhu udara ini khas, dengan demikian hubungannya bersifat
dipengaruhi oleh vegetasi yang tumbuh di spesifik. Infeksi dengan bakteri lain selalu
atasnya, dimana di lahan percobaan tidak gagal atau hanya menghasilkan sedikit bintil
terdapat pepohonan yang besar, seperti pada (Sutedjo et al., 1991). Tumbuhan leguminosa
lahan gambut di belakang Fakultas Sains dan yang ditemukan dalam penelitian ini berjumlah
teknologi yang didominasi pepohonan yang 10 spesies dan hanya sembilan spesies
berukuran cukup besar seperti akasia. Suhu tumbuhan leguminosa yang memiliki bintil
tanah terendah juga diperoleh di lahan gambut akar. Satu tumbuhan leguminosa yang tidak
di belakang Fakultas Sains dan Teknologiyaitu ditemukan bintil akarnya adalah pohon jengkol
C
27,3 o , sedangkan suhu tanah di tiga lokasi (Archidendron pauciflorum). Hal ini diduga
lainnya relatif sama yaitu berkisar pada suhu tidak adanya spesies bakteri Rhizobium
C C
28 o – 28,6 o . Suhu tanah, merupakan suhu spesifik yang bersimbiosis dengan tumbuhan
optimum untuk pertumbuhan Rhizobium A. pauciflorum atau karena terlalu banyaknya
seperti yang dikemukakan Surtiningsih et al., tumpukan serasah organik yang menyebabkan
(2009) suhu optimum pertumbuhan Rhizobium banyak mikroba lain yang tumbuh dan
C C
berkisar antara 25 o – 30 o . berkompetisi dengan Rhizobium sedangkan
pH tanah terendah diperoleh dari Blok Rhizobium tidak tumbuh di seresah bahan
IV yaitu 3,94 dan pH tertinggi diperoleh dari organik (Sutedjo et al., 1991).
lahan Blok I yaitu 4,72, sesuai dengan Di sisi lain, kondisi Blok III banyak
pernyataan Agus & Subiksa (2008) bahwa ditumbuhi pepohonan besar menyebabkan
keasaman tanah gambut relatif tinggi yaitu sedikitnya intensitas cahaya yang sampai ke
berkisar 3-5. Lahan Blok I memiliki pH tanah dalam tanah. Menurut Utomo (2008) kondisi
paling rendah, diduga karena seringnya gambut yang sedikit mendapat intensitas
dilakukan pemupukan menggunakan pupuk cahaya yang masuk ke dalam tanah
Nitrogen anorganik, seperti pernyataan Lestari menyebabkan kondisi oksigen tanah gambut
(2009) bahwa penggunaan pupuk nitrogen semakin rendah. Rhizobium merupakan
anorganik (ammonium sulfat dan sulfur coated golongan bakteri aerobik yang membutuhkan
urea) yang terus menerus selama 20 tahun oksigen sebagai syarat hidupnya. Menurut
dapat menyebabkan pemasaman tanah. Dwidjoseputro (2005) oksigen dari udara
bebas sangat penting untuk pernapasan
3.3. Tumbuhan Leguminosa bakteri aerob, karena proses pernapasan

34
Jurnal Agroteknologi, Vol. 9 No. 1, Agustus 2018 : 31-40

bertujuan untuk membongkar zat makanan tumbuhnya. Karakteristik bintil akar tumbuhan
untuk menjadi energi. leguminosa yang ditemukan dalam penelitian
Hasil penelitian Purwaningsih (2005) ini dapat dilihat pada Tabel 3.
menyatakan bahwa kegagalan pembentukan Pengambilan tumbuhan leguminosa
bintil akar oleh bakteri Rhizobium dapat yang tepat untuk diisolasi bintil akarnya adalah
dihambat oleh zat penghambat yang dihasilkan yang masih berada pada masa pertumbuhan
jamur yang tumbuh berlimpah di tumpukan (fase vegetatif). Tumbuhan leguminosa muda
bahan organik (seresah). Lahan gambut di lebih banyak memiliki bintil akar yang efektif
Blok III memiliki seresah organik yang cukup berbanding dengan leguminosa yang berada
tebal berbanding 3 blok lainnya, sehingga sulit pada fase generatif. Tumbuhan leguminosa
untuk menemukan tumbuhan leguminosa yang pada saat pertumbuhan vegetative akan lebih
memiliki bintil akar atau sangat sedikit jumlah aktif menyerap unsur hara dan bagian akar
bintil akar yang efektif. masih dalam keadaan lunak sehingga
Tumbuhan Acasia sp. (akasia) memudahkan bakteri Rhizobium untuk masuk
memiliki bintil akar paling besar yang ke dalam jaringan akar dan membentuk nodul.
berukuran rata - rata panjang 1,3– 11 mm dan Bintil akar efektif pada tumbuhan leguminosa
diameter 1,1 – 5,1 mm, sedangkan tumbuhan tua jumlahnya menurun dan banyak yang
leguminosa yang memiliki bintil akar paling kosong, sehingga leguminosa tua akan
kecil adalah tumbuhan P. javanica (kacang- kekurangan suplai Nitrogen dari bakteri
kacangan) yang memiliki bintil akar berukuran simbiosisnya. Tumbuhan leguminosa yang
diameter rata-rata 0,95 – 2,7 mm. Setiap dipanen muda akan memiliki kandungan
tumbuhan leguminosa memiliki bentuk dan Nitrogen yang lebih tinggi dibandingkan pada
ukuran bintil yang berbeda – beda yang saat dipanen tua (Sutedjo et al., 1991).
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tempat

Tabel 3. Tumbuhan Leguminosa Hasil Penelitian


Kedalaman Bintil
Ukuran Bintil
Sampel Akar dari permu- Bentuk Bintil Akar Warna Bintil Akar
Akar (mm)
kaan tanah (cm)
Acasia sp. (Akasia) 12 Bulat, bulat Merah kecoklatan, P = 1,3 – 11
panjang, bercabang coklat l/d = 1,1 – 5,1
M. invisa (putri malu Permukaan tanah Bulat panjang Putih kecoklatan, P = 1,4 – 5,1
memanjat) coklat l/d = 0,6 – 1,1
M. pudica (putri malu Permukaan tanah Bulat panjang Putih kecoklatan, P =1,6 – 5,7
menjalar) coklat l/d = 0,8 – 1,5
M. vigra (putri malu 3 Bulat panjang Putih kemerahan, P = 1,4 – 4,3 l/d
perdu) coklat = 0,5 – 1,5
P. javanica (kacang- Permukaan tanah Bulat Putih krem, putih d = 0,95 – 2,7
kacangan) kecoklatan
Glycine sp. 9 Bulat pipih Putih krem, coklat d = 0,4 – 3
Albizia sp. 8 Bulat Coklat, coklat tua d = 1 – 3,5
Uraria sp. Permukaan tanah Bulat, oval Putih kecoklatan, P = 0,7 – 3,5 l/d
coklat = 1 – 2,5
Clitoria laurifolia Poir. 2 Bulat pipih Putih krem, coklat d = 0,6 – 4,1
muda

3.4. Morfologi Koloni


Hasil isolasi bintil akar dari sembilan bertekstur lengket sama dengan hasil
spesies tumbuhan leguminosa didapat penelitian Heliati (2003) yang mendapatkan
sembilan isolat Rhizobium dengan delapan isolate Rhizobium dengan bentuk koloni
isolat yang memiliki karakteristik morfologi cembung, warna putih dan putih susu dengan
koloni yang sama, yaitu dengan bentuk koloni tekstur lengket yang merupakan ciri dari
bulat (circular), tepi rata, permukaan koloni bakteri Rhizobium (Tabel 4). Bintil akar yang
cembung (convex), dan warna koloni putih diisolasi sebagian dapat diperoleh koloni
susu (semitranslucen). Satu isolat memiliki tunggal pada saat pertumbuhan pertama
warna koloni putih kekuningan. Bentuk dan setelah isolasi, sedangkan sebagian lagi perlu
warna koloni Rhizobium hasil isolasi dapat dilakukan pemurnian ulang hingga didapatkan
dilihat pada Tabel 4. koloni yang terpisah untuk mendapatkan koloni
Seluruh isolate Rhizobium hasil isolasi tunggal (Gambar 2).
dan pemurnian mempunyai kesamaan Koloni tunggal yang didapat setelah
morfologi koloni yaitu memiliki permukaan isolasi kemudian disubkultur. Hasil
koloni cembung dengan tepi koloni rata dan pengamatan selama 8 hari inkubasi, isolat dari

35
Isolasi Bakteri Rhizobium dari Tumbuhan Leguminosa (Pamungkas dan Irfan)

tumbuhan Clitoria laurifolia Poir. dari Acasia sp. dan Albizia sp. juga
memperlihatkan pertumbuhan koloni yang memperlihatkan pertumbuhan koloni yang
sangat cepat. Ukuran koloni pada 24 jam cepat, setelah isolat dari dari tumbuhan C.
inkubasi dapat mencapai panjang 5,3 cm dan laurifolia Poir. Isolat dari tumbuhan P. javanica
lebar 2,9 cm sampai berukuran panjang 8,8 cm dan M. invisa paling lambat pertumbuhannya.
dan lebar 5,3 cm pada 8 hari inkubasi. Isolat

Koloni tunggal

Gambar 2. Hasil Isolasi dan Pemurnian Sel Rhizobium dari Bintil Akar Tumbuhan Leguminosa.

Tiga isolat yang berasal dari yang baik dan cepat dalam skala laboratorium
tumbuhan C. laurifolia Poir., Acasia sp., dan diharapkan juga dapat terjadi saat
Albizia sp. sangat baik untuk dijadikan stok diinokulasikan ke lapangan sebagai
pembuatan biofertilizer. Pertumbuhan koloni biofertilizer.

Tabel 4. Morfologi Koloni


No. Kode Isolat Morfologi Koloni
Bentuk Tepi Permukaan Warna
1. AC 1, 2, 3 dan 4 Bulat Rata Cembung Putih susu
2. MI 4 Bulat Rata Cembung Putih susu
3. MP 1, 2 dan 4 Bulat Rata Cembung Putih susu
4. MV 1, 2 dan 4 Bulat Rata Cembung Putih susu
5. PJ 3 dan 4 Bulat Rata Cembung Putih kekuningan
6. GS1, 2, 3 dan 4 Bulat Rata Cembung Putih susu
7. AB1 dan 2 Bulat Rata Cembung Putih susu
8. US3 Bulat Rata Cembung Putih susu
9. CL4 Bulat Rata Cembung Putih susu
Keterangan : AC = Acasia sp.,MI = M. invisa, MP = M. pudica, MV = M. vigra, PJ = P. javanica, AB = Albizia sp., GS = Glycine
sp., US = Uraria sp., dan CL = Clitoria laurifolia.

3.5. Pewarnaan Gram pewarnaan gram dari sembilan isolat


Pewarnaan Gram bertujuan untuk seluruhnya berwarna merah yang merupakan
membedakan bakteri ke dalam dua kelompok ciri bakteri gram negatif dan seluruh isolat
yaitu bakteri Gram positif dan bakteri Gram memiliki bentuk sel yang sama yaitu
negatif, sesuai dengan pernyataan Rostinawati berbentuk batang (basil) dapat dilihat pada
(2008), yang menyatakan bahwa pewarnaan Tabel 5. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Gram digunakan untuk mengetahui morfologi Manalu (2011) mengatakan bakteri Rhizobium
sel bakteri serta untuk membedakan bakteri merupakan bakteri gram negatif berbentuk
Gram positif dan Gram negatif. Hasil batang (basil).

Tabel 5. Pewarnaan Gram dan Ukuran Rata-rata Sel Rhizobium


Pewarnaan Gram Ukuran sel (µm)
No. Kode isolate
Gram Bentuk sel Panjang Lebar
1. AC Negatif Basil 1,08 ± 0,43 0,35 ± 0,04
2. MI Negatif Basil 0,42 ± 0,19 0,25 ± 0,03
3. MP Negatif Basil 1,18 ± 0,49 0,37 ± 0,04
4. MV Negatif Basil 0,96 ± 0,44 0,38 ± 0,06
5. PJ Negatif Basil 0,66 ± 0,24 0,27 ± 0,04
6. GS Negatif Basil 1,05 ± 0,51 0,35 ± 0,05
7. AB Negatif Basil 1,05 ± 0,41 0,35 ± 0,03
8. US Negatif Basil 0,90 ± 0,30 0,60 ± 0,15
9. CL Negatif Basil 1,05 ± 0,30 0,51 ± 0,06

Pewarnaan gram dilakukan pada isolat karena semakin tua umur sel akan berubah
murni (kultur murni) yang berumur 18 jam bentuk. Dwijoseputro (2010) mengatakan
inkubasi dengan tujuan agar bentuk sel yang bahwa bentuk tubuh (sel) bakteri dipengaruhi
akan diamati berada pada bentuk sebenarnya, oleh keadaan medium dan usia bakteri.

36
Jurnal Agroteknologi, Vol. 9 No. 1, Agustus 2018 : 31-40

Ukuran sel Rhizobium yang diperoleh menggunakan media NA yang merupakan


bervariasi pada setiap isolat yang berumur 18 media umum untuk bakteri dan tidak
jam inkubasi pada saat pewarnaan kecuali dua menggunakan media selektif untuk Rhizobium
isolat dengan kode PJ dan MI baru dapat yang menyebabkan perbedaan nutrisi yang
dilakukan pewarnaan setelah berumur 48 jam didapatkan oleh sel Rhizobium untuk
karena pada saat 24 jam inkubasi belum pertumbuhannya.
tumbuh atau belum terlihat jelas koloninya. Setiap mikroba membutuhkan nutrisi
Sel Rhizobium paling besar diperoleh yang spesifik untuk pertumbuhannya, sehingga
dari tumbuhan C. laurifolia Poir. yaitu dengan perbedaan nutrisi yang digunakan akan
panjang 1,05 ± 0,3 µm dan lebar 0,51 ± 0,06 mempengaruhi pertumbuhannya sehingga
µm dan sel terkecil diperoleh dari tumbuhan M. tidak tumbuh seperti pertumbuhan pada
invisa yaitu panjang 0,42 ± 0,19 µm dan lebar umumnya. Dwijoseputro (2005) menyatakan
0,25 ± 0,03 µm, sedikit berbeda dengan bahwa bentuk tubuh (sel) bakteri dipengaruhi
pernyataan Surtiningsih et al. (2009) bahwa oleh keadaan medium tumbuhnya, dan
secara mikroskopis sel Rhizobium berukuran Sutedjo et al. (1991) menambahkan, jika
panjang 0,5 – 0,9 µm dan lebar1,2 – 3 µm di terlalu lama ditumbuhkan dalam media dengan
media YEMA (Yeast Ekstract Mannitol Agar). pH yang tidak sesuai dengan habitat aslinya
Hal ini diduga disebabkan oleh penggunaan dapat menyebabkan perubahan warna Gram
media yang berbeda, di mana pada penelitian pada bakteri.
ini isolasi dan subkultur dilakukan

Pembesaran 1000 X
a B c d
Gambar 4. a) Tumbuhan Clitoria laurifolia Poir., b) bintil akar, c) hasil isolasi, dan d) sel Rhizobium dari
tumbuhan C. laurifolia Poir

Pembesaran 1000 X
a B c d
Gambar 5. a) Tumbuhan M. invisa, b) bintil akar, c) hasil isolasi, dan d) sel Rhizobium dari tumbuhan M. invisa.

Pembesaran 1000 X

a B c d
Gambar 6. a) Tumbuhan Acasia sp., b) bintil akar, c) hasil isolasi, dan d) sel Rhizobium dari tumbuhan Acasia
sp.

Pembesaran 1000 X

37
Isolasi Bakteri Rhizobium dari Tumbuhan Leguminosa (Pamungkas dan Irfan)

a B c d
Gambar 7. a) Tumbuhan M. pudica, b) bintil akar, c) hasil isolasi, dan d) sel Rhizobium dari tumbuhan M. pudica

Pembesaran 1000 X
a B c d
Gambar 8. a) Tumbuhan Glycine sp., b) bintil akar, c) hasil isolasi, dan d) sel Rhizobium dari tumbuhan Glycine
sp

Pembesaran 1000 X
a B c d
Gambar 9. a) Tumbuhan M. vigra, b) bintil akar, c) hasil isolasi, dan d) sel Rhizobium dari tumbuhanM. vigra.

Pembesaran 1000 X
a B c d
Gambar 10. a) Tumbuhan Albizia sp., b) bintil akar, c) hasil isolasi, dan d) sel Rhizobium dari tumbuhan Albizia
sp.

Pembesaran 1000 X
a B c d
Gambar 11. a) Tumbuhan P. javanica, b) bintil akar, c) hasil isolasi, dan d) sel Rhizobium dari tumbuhan P.
javanica.

Pembesaran 1000 X
a B c d
Gambar 12. a) Tumbuhan Uraria sp., b) bintil akar, c) hasil isolasi, dan d) sel Rhizobium dari tumbuhan Uraria sp.

KESIMPULAN DAN SARAN 1. Jumlah isolat murni yang didapatkan


berjumlah sembilan isolat yang berasal
Kesimpulan dari isolasi bintil akar sembilan spesies
tumbuhan leguminosa, yaitu Acasia sp.,

38
Jurnal Agroteknologi, Vol. 9 No. 1, Agustus 2018 : 31-40

Albizia sp., Clitoria laurifolia Poir., Glycine Mulyadi, A. 2012. Pengaruh Pemberian Legin,
sp., M. invisa, M. pudica, M. vigra, P. Pupuk NPK (15:15:15) dan Urea pada
javanica, dan Uraria sp. Tanah Gambut Terhadap Kandungan N,P
2. Hasil pengamatan makroskopis, Total Pucuk dan Bintil Akar Kedelai
morfologi koloni berbentuk bulat, warna (Glycine max (L.) Mer.). Kaunia, 8 (1): 21-
koloni putih susu dan putih kekuningan, 29
tepi koloni rata, dan permukaan koloni Novriani. 2011. Peranan Rhizobium dalam
cembung. Hasil pengamatan mikroskopis Meningkatkan Ketersediaan Nitrogen bagi
sel seluruh isolat berbentuk batang (basil) Tanaman Kedelai. Agronobis, 3 (5):35-42
dan gram negatif. Ukuran sel bervariasi Nurhayati. 2011 Pengaruh Jenis Amelioran
antara panjang 0,42 ± 0,19 µm – 1,075 ± Terhadap Efektivitas Dan Infektivitas
0,425 µm dan lebar 0,25 ± 0,03 µm – 0,6 Mikroba Pada Tanah Gambut Dengan
± 0,15 µm. Kedelai Sebagai Tanaman Indikator. J.
Floratek, 6: 124 – 139
Saran Peoples, M.B., D.F. Herridge, And J.K. Ladha.
Perlu penelitian lanjutan untuk indentifikasi 1995. Biological Nitrogen Fixation: An
isolat biakan murni dan dikembangkan sebagai Efficient Source of Nitrogen For
inokulan (biofertilizer) pada budidaya tanaman Sustainable Agriculture Production. Plant
di lahan gambut. and Soil, 174: 3 – 28
Purwaningsih, S. 2005. Isolasi, Enumerasi,
DAFTAR PUSTAKA dan Karakterisasai Bakteri Rhizobium
Dari Tanah Kebun Biologi Wamena,
Agus, F. dan I.G.M. Subiksa. 2008. Lahan Papua. Biodiversitas, 6(2): 82-84
Gambut: Potensi untuk Pertanian dan Purwaningsih, S. 2009. Populasi Bakteri
Aspek Lingkungan. Balai Penelitian Rhizobium di Tanah pada beberapa
Tanah dan World Agroforestry Centre Tanaman dariPulau Buton, Kabupaten
(ICRAF). Bogor. 40 hal. Muna, Propinsi Sulawesi Tenggara. J.
Armiadi. 2009. Penambatan Nitrogen Secara Tanah Trop., 14 (1): 65-70
Biologis pada Tanaman Leguminosa. Rostinawati, T. 2008. Skrining dan Identifikasi
Wartazoa, 19 (1): 23-30 Bakteri Penghasil Enzim Kitinase dari Air
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Laut di Perairan Pantai Pondok Bali.
Mikrobiologi. Djambatan. Jakarta. 214 hal. Penelitian Mandiri. Fakultas Farmasi
Gardner, F. P., R. B. Pearce dan R. L. Mitchell. Universitas Padjadjaran Jatinangor. 76
1991. Fisiologi Tanaman Budidaya. Alih hal.
Bahasa oleh H. Susilo dan Subiyanto. Sari, P. 2010. Efektivitas Beberapa Formula
Universitas Indonesia. Jakarta. 428 hal. Pupuk Hayati Rhizobium Toleran Masam
Heliati, I. 2003. Teknik Isolasi Rhizobium Alam pada Tanaman Kedelai di Tanah Masam
dari Tanah. Prosiding. Temu Teknis Ultisol. Skripsi. Fakultas Sains dan
Fungsional Non Peneliti. Bogor. Hal. 62- Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN)
65 Maulana Malik Ibrahim Malang. 107 hal.
Husin, M. N. 2012. Pengaruh Pupuk Organik Surtiningsih, T., Farida, dan T. Nurhariyati.
Cair NASA terhadap Nitrogen Bintil Akar 2009. Biofertilisasi Bakteri Rhizobium
dan Produksi Macroptilium pada Tanaman Kedelai (Glycine max (L)
atropurpureum. Agripet, 12 (2): 20-23 Merr.). Berk. Penel. Hayati, 15: 31–35
Lestari, A. P. 2009. Pengembangan Pertanian Sutedjo, M. M., A. G. Kartasapoetra, dan RD.
Berkelanjutan Melalui Subtitusi Pupuk S. Sastroatmodjo. 1991. Mikrobiologi
Anorganik dengan Pupuk Organik. Jurnal Tanah. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 446
Agronomi, 13 (1): 38-44 hal.
Manalu, M. H. I. 2011. Aplikasi Bakteri Utomo, B. 2008. Eksplorasi Fungi pada Tanah
Penambat Nitrogen Dengan Media Tanah Gambut yang Berada pada Lapis Fibrik,
Gambut Terbakar Dan Tidak Terbakar Hemik, dan Saprik. Media Unika No. 73
Pada Semai Acacia Crassicarpa Cunn. edisi ke 4
Ex-Benth. Skripsi. Fakultas Kehutanan Waluyo. 2009. Mikrobiologi Lingkungan. UMM
Institut Pertanian Bogor. 63 hal. Press. Malang. 87 hal.
Martani, E., S. Margino, D. Indradewa and A.
Supriyo. 2011. Isolation and Selection of
Rhizobium Tolerant to Pesticides and
Aluminum from Acid Soils in Indonesia. J.
Trop. Soils, 16 (1) : 47-54

39
Isolasi Bakteri Rhizobium dari Tumbuhan Leguminosa (Pamungkas dan Irfan)

40
Volume 9 Nomor 1, Agustus 2018 PRINT ISSN 2087-0620
ONLINE ISSN 2356-4091

RESPON PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN SELEDRI TERHADAP NUTRISI DAN


NAUNGAN MENGGUNAKAN SISTEM HIDROPONIK RAKIT APUNG
Growth and Production Response of Celery on nutrion and shading rate Using Floating Hydroponics
System
Mercy Bientri Yunindanova, Linayanti Darsana dan Ardianto Pradana Putra .......................................... 1-8

PERTUMBUHAN PADI GOGO PADA MEDIUM ULTISOL DENGAN APLIKASI BIOCHAR DAN
ASAP CAIR
Application of Biochar dan Liquid Smoke to the Growth of Upland Rice (Oryza sativa. L) on Ultisol
Medium
John Ivan Ndruru, Nelvia dan Adiwirman ................................................................................................ 9 -16

PENGGUNAAN ATRAKTAN ASAM KLOROGENAT PADA PERANGKAP DALAM


MENGENDALIKAN PBKo (Hypothenemus hampei Ferr.) PADA PERKEBUNAN KOPI DI
KABUPATEN DAIRI
The Utilization of Chlorogenic Acid Attractant in Traps to Controlling PBKo (Hypothenemus hampei
Ferr.) on Coffee Plantation in Dairi
M Mustain Aziz, Ameilia Zuliyanti Siregar dan Hasanuddin ................................................................... 17 – 22

SELEKSI BEBERAPA GENOTIPE PADI SAWAH LOKAL (Oryza sativa L.) TERHADAP CEKAMAN
KEKERINGAN MENGGUNAKAN POLYETHYLENE GLYCOL (PEG) PADA FASE
PERKECAMBAHAN
Selection of Many Genotypes the Rice Paddy Local (Oryza sativa L.) Against Drought Stress Using
Polyethylene Glycol (PEG) in the Phase of Germination
Shinta Sawitri, Rabbana Saragih dan Ervina Ariyanti ............................................................................. 23 - 30

ISOLASI BAKTERI Rhizobium DARI TUMBUHAN LEGUMINOSA YANG TUMBUH DI LAHAN


BERGAMBUT
Isolation of Rhizobium From Legume That Growth In Peatland
R. Danang Suto Pamungkas dan M. Irfan ............................................................................................. 31 - 40

UJI PESTISIDA NABATI SIRIH HUTAN (Piper aduncum L.) TERHADAP LARVA KUMBANG
TANDUK Oryctes rhinoceros L. PADA TANAMAN KELAPA SAWIT
Test of Piper Bettle Forest (Piper aduncum L.) Against The Larvae Horn Beetle Oryctes rhinoceros
L. On Palm Oil Crop
Joni Irawan, Rusli Rustam dan Hafiz Fauzana ........................................................................................ 41 - 50

You might also like