Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas
ini cenderung semakin meningkat. Peristiwa kehidupan yang sangat penuh
dengan tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai, putusnya
hubungan sosial, pengangguran, masalah pernikahan, krisis ekonomi,
tekanan dalam pekerjaan dan deskriminasi meningkat, resiko terjadi
gangguan jiwa (Suliswati, Payapo et al. 2014). Berdasarkan data dari
Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan tahun
2013 tercatat jumlah penduduk Indonesia sebesar 241.000.000 orang
sedangkan sekitar 17.400.000 orang (7,2%) mengalami gangguan jiwa
(Hasriana, dkk, 2013).
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa sebanyak
0,46% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar satu juta orang
menderita gangguan psikotik dan 11,6% menderita gangguan emosional
perilaku terhadap responden usia 15-64 tahun sehingga diperkirakan
penderita gangguan jiwa mencapai 19 juta orang. Hal ini menunjukkan
bahwa pada setiap 1000 orang penduduk terdapat empat sampai lima
orang menderita gangguan jiwa. Data tersebut menunjukkan bahwa data
pertahun di Indonesia yang mengalami gangguan jiwa selalu meningkat
(Depkes.RI 2013).
Jenis dan karakteristik gangguan jiwa beragam, satu diantaranya
gangguan jiwa yang sering ditemukan dan dirawat adalah Skizofrenia
(Maramis, W et al. 2009). Prevalensi gangguan jiwa berat skizofrenia di
Indonesia hasil dari Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas tahun 2018
adalah sekitar 282.654 orang. Daerah paling banyak pasien gangguan jiwa
di Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat sekitar 55.133 (Rikesdas 2018).
Menurut data prevalensi penderita skizofrenia yaitu 21 juta terkena
skizofrenia (WHO 2016).
2
baik setelah dianalisa menunjukkan Z hitung lebih kecil dari Z tabel yaitu
3,464 < 35 dengan signifikansi 0,001 < 0,05 artinya TAKS efektif
terhadap 3 pengaruh TAKS Sesi 1-7 terhadap peningkatan kemampuan
komunikasi verbal. Untuk kemampuan nonverbal, dari 0% berubah
menjadi 11,8% (2 responden dari 17 responden) masuk kategori baik,
setelah dianalisa menunjukkan Z hitung lebih kecil dari Z tabel yaitu -
3,162 < 35 dengan signifikansi 0,002 < 0,05, berarti Ha diterima. Artinya
TAKS efektif terhadap peningkatan kemampuan komunikasi nonverbal
klien isolasi sosial.
Jurnal Margitri 2010 tentang Efektifitas terapi aktivitas kelompok
sosialisasi terhadap perubahan perilaku isolasi sosial di ruang abimanyu,
maespati dan pringgondani rumah sakit jiwa daerah Surakarta. Dimana
jenis penelitiannya adalah quasi experiment dengan hasil penelitian
menunjukkan perubahan perilaku klien Isolasi Sosial, dari skor rata-rata
perilaku isolasi sosial klien sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi sebesar 16,61 menjadi skor rata-rata 1,17 setelah dilakuan
pemberian terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Pemberian terapi aktivitas
kelompok sosialisasi efektif terhadap perubahan perilaku klien isolasi
sosial.
B. Rumusan Masalah
TINJAUAN PUSTAKA
c. Lamanya sesi
Waktu optimal untuk satu sesi adalah 20-45 menit bagi fungsi kelompok
yang rendah 60-120 menit bagi fungsi kelompok yang tinggi (Keliat, B
et al. 2005). Biasanya dimulai dengan pemanasan berupa orientasi,
kemudian tahap kerja, dan finishing berupa terminasi. Banyaknya sesi
tergantung pada tujuan kelompok, dapat satu kali atau dua kali
perminggu ; atau dapat direncanakan sesuai dengan kebutuhan.
d. Komunkasi
Tugas pemimpin kelompok yang terpenting adalah mengobservasi dan
menganalisa pola komunikasi dalam kelompok. Pemimpin menggunakan
umpan balik untuk memberi kesadaran pada anggota kelompok terhadap
dinamika yang terjadi
e. Pemimpin
perlu mengobservasi peran yang terjdi dalam kelompok. Ada tiga peran
dan fungsi kelompok yang ditampilkan anggota kelompok dalam kerja
kelompok, yaitu maintence roles, task roles, dan individual role.
Maintence role yaitu peran serta aktif dalam proses kelompok dan fungsi
kelompok. Task role, yaitu fokus pada penyelesaian tugas. Individual
role adalah self-centered dan distraksi pada kelompok (Keliat, B et al.
2005)
f. Kekuatan kelompok
Kekuatan (power) adalah kemampuan anggota kelompok dalam
mempengaruhi berjalannya kegiatan kelompok. Untuk mendapatkan
kekuatan anggota kelompok yang bervariasi diperlukan kajian siapa
yang paling banyak mendengar dan siapa yang membuat keputusan
dalam kelompok.
g. Norma kelompok
Norma adalah standar perilaku yang dalam kelompok. Pengharapan
terhadap perilaku kelompok pada masa yang akan datang berdasarkan
pengalaman masa lalu dan saat ini. Pemahaman tentang norma
kelompok berguna untuk mengetahui pengaruhnya terhadap komunikasi
11
TAK sosialisasi terdiri dari 2 sesi yaitu sesi 1 : memperkenalkan diri, sesi 2
: berkenalan dengan anggota kelompok(Keliat, B et al. 2014).
C. Gangguan jiwa
1.Pengertian
Gangguan jiwa atau mental illenes adalah kesulitan yang harus
dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan
karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya
sendiri-sendiri (Budiman 2010). Salah satu bentuk dari gangguan jiwa
adalah skizofrenia. Skizofrenia merupakan suatu penyakit persisten dan
serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkrit dan
kesulitan dalam memproses informasi, hubungan interpersonal, serta
14
1) Isolasi Sosial
a. Pengertian
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI, T et al.
2017) Isolasi sosial ialah ketidak mampuan untuk membina hubungan
yang erat, hangat, terbuka, dan interdependen dengan orang lain.
Isolasi sosial adalah keadanaan dimana individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain. (Dermawan, D et al. 2013).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain (Yosep and Iyus 2009).
Menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) isolasi sosial :
menarik
diri adalah keadaan di mana seseorang mengalami atau tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien merasa di tolak,
tidak di terima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain
b. Rentang respon
16
A
daptif 1. Menyendiri 1.Merasa sendiri 1. Menarik diri
2. Otonomi 2. Ketergantungan
maladapti 2. Dependensi
3. Bekerja sama 3. Manipulasi curiga
f
4. Saling 3. curiga
ketergantungan
1.Respon adaptif
c. Etiologi
1.Faktor predisposisi
a) Factor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stess yang
ditimbulkan oleh factor sosial budaya seperti keluarga.
b) Factor internal
Contohnya adalah stressor psikologi, yaitu stress terjadi akibat
ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadinya
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk
mengatasinya.
d.Tanda gejala
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI, T et al.
2017) tanda gejala isolasi sosial sebagai berikut:
1) Gejala dan Tanda Mayor isolasi sosial
Subyektif Obyektif
19
2). Halusinasi
a. Pengertian
Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merusak
stimulasi yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik
stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan maupun (Yosep
and Iyus 2009) perabaan. Menurut (Stuart 2007)Halusinasi adalah
kesan respon dan pengalaman sensori yang salah. Halusinasi juga
dinyatakan sebagai persepsi klien terhadap lingkungan tanpa
stimulus yang nyata, artinya klien menginterpretasikan sesuatu
yang nyata tanpa rangsangan dari luar (direja, A. et al. 2011).
Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi yang
berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara
mengenai klien sehingga klien terhadap suara atau bunyi tersebut
(Stuart 2007)
b. Etiologi
Faktor Predisposisi menurut Yosep (2011)
1).Faktor perkembangan Perkembangan klien yang terganggu
misalnya kurangnya mengontrol emosi dan keharmonisan
keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, dan hilang percaya diri.
2).Faktor sosioklturalStres lingkungan dapat menyebabkan
terjadinya respon maladaptif, misalnya bermusuhan,
kehilangan harga diri, kerusakan dalam berhubungan
interpersonal, tekanan dalam pekerjaan dan kemiskinan.
3).Faktor biokimia Adanya stress yang berlebihan yang dialami
oleh seorang maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat
yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia buffoferom dan
dimetytron ferase sehingga terjadi ketidakseimbangan
acetykolin dan dopamine.
4).Faktor psikologis Tipe kepribadian yang lemah dan tidak
bertanggung jawab akan mudah terjerumus pada
21
No Nama Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Dan Hasil Penelitian Kesimpulan
Variable Penelitian
1 (Nyumirah Peningkatan Bertujuan untuk Dengan metode Sample berjumlah Berdasarka hasil
2013) Kemampuan mengetahui pengaruh kuantitatif 33 orang dengan uji statistic tidak
Interaksi Sosial pemberian terapi menggunakan desain tehnik ada hubungan
(Kognitif, afektif
perilaku kognitif quasi experimental pengambilan umur dengan
dan Prilaku) Melalui
terhadap kemampuan pre –post test sample total kognitif, efektif,
Penerapan Terapi
klien isolasi sosial without control sampling. Hasil dan prilaku dan
Perilaku Kognitif
dalam melakukan teknik pengambilan penelitian ada hubungan
interaksi. Penelitian sample secara total menunjukkan ada antara jenis
dilakukan untuk sampling . denga pegaruh terapi kelamin dengan
menganalisa variable yang di perilaku kognitif kognitif (P< 0,05)
peningkatan teliti yaitu kognitif terhadap ada hubungan
kemampuan kognitif sebelum 13,79 dan kemampuan
,efektif dan perilaku sesudah 19,88 interaksi
24
menggunakan
wawancara bebas
terpimpin
4 (Nancye and Pengaruh Terapi Untuk mengetahui Dalam penelitian ini Hasil dari Ada pengaruh
Maulidah Aktivitas Klompok pengruh terapi aktivitas rancangan yang di penelitian ini terapi aktivitas
2018) Sosialisasi kelompok sosialisasi gunakan adalah penilitian ini kelompok
Terhadap terhadap kemampuan quasi eksperiment semua responden sosiaisasi terhadap
Kemampuan bersosialisasi dengan metode one- tidak memiliki kemampuan
Bersosialisasi group pre-post test kemampuan bersosialiasasi
Pasien Isolasi design. Yaitu bersosialisasi pada pasien isolasi
Sosial Diagnosa menggunakan dengan baik sosial diagnose
Skizofrenia Di hubungan sebab sebelum skizofrenia .
Rumah Sakit Jiwa akibat dengan cara dilakukan TAKS
Menur Surabaya melibatkan satu sebanyak 7
klompok oarang (100%)
subjek,variable sedangkan setelah
bebas dalam di lakukan TAKS
penelitian ini adalah sebagaian
terapi aktivitas responden
27
tenik p
purposive sampling eningkatan
sebanyak 10 orang. sosialisasi
menjadi baik.
34
C. Kerangka Teori
1. Faktor genetic
Faktor
2. Ketidakberdayaan,
Gangguan jiwa predisposisi
putus asa terhadap
interaksi sosial : hubungan dengan
menarik diri orang lain
3. Menghindar dari
orang lain
4. Tidak mampu
Faktor
Tahap penanganan merumusakan
presipitasi
krisis keinginandan
merasa tertekan
1 kehilangan 5. Teori kehilangan
Tahap penanganan keterikatan obyek
fase akut 2 peristiwa besar dalam
kehidupan
D. Kerangka Konsep
Variable Independen variable dependen
1. Keteraturan
minum obat
2. Terapi
pengobatan
3. Satus gizi
Keterangan :
= Tidak Diteliti
= = Diteliti
E. Hipotesa
1.Ha : adanya pengaruh terapi aktivitas terhadap kemampuan verbal pasien
isolasi sosial di Rumah Sakit Jiwa Abepura
BAB III
METODE PENELITIAN
Keterangan :
XI : Pengukuruan sebelum dilakukan perlakuan
X2 : Pengukuran sesudah dilakukan perlakuan
I : Perlakuan
Sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah pasien isolasi sosial dan
halusinasi yang di rawat di Ruah Sakit Jiwa Daerah Abepura. Teknik
pengambilan sampel dengan menggunakan total sampling yaitu teknik
penetapan pada sampel sesuai apa yang dikehendaki agar sampel dapat
mewakili karakteristik populasi. Pengambilan sampel di Rumah Sakit Jiwa
Daerah Abepura. Pengambilan sampel dalam penelitian ini ditetapkan
dengan suatu pertimbangan dengan kriteria yang berfokus kepada pasien
Isolasi Sosial dan halusinasi, mempunyai kriteria sebagai berikut :
a) Kriteria inklusi
Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subyek penelitian yang
layak untuk dilakukan penelitian atau dijadikan responden. Kriteria
inklusi pada penelitian ini adalah:
1.Pasien yang bisa diajak berkomunikasi
2.Pasien yang mampu menjawab pertanyaan dengan baik
3.Pasien bersedia mengikuti TAKS
4. Pasien dengan masalah utama isolasi sosial dan halusinasi yang
dapat diajak berkomunikasi
b) Kriteria eksklusi
Kriteria eksklusi merupakan subyek penelitian yang tidak dapat
mewakili sample karena tidak memenuhi syarat sebagai sample
penelitian. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:
1. Pasien yang tidak dapat diajak kompromi
2. Pasien tidak mampu menjawab pertanyaan dengan baik
3. Pasien tidak mengikuti TAKS
dilakukan TAK
1-2 kali dalam
seminggu,
Kemampuan
pasien dalam
komunikasi
verbal, melalui
terapi aktivitas
kelompok yang
dilakukan sesi
1-7 selama 45
menit. Yang
akan di pimpin
oleh leader, dan
di bantu oleh co
leader, observer
dan vasilitator.
Variabel kemampuan Menggunakan Interval Diharapkan klien
Dependen : komunikas klien Lembar mampu
Kemampuan dengan observasi menerapkan TAK
Komunikasi diharapkan penilaian sesi 1 yaitu
pasien isolasi adanya timbal kemampuan Kemampuan
sosial dan balik antara komunikasi memperkenalakan
halusinasi sesama klien, verbal diri.
dokter dan tim
medis yang lain
Di harapkan klien
mampu
menerapkan TAK
sesi 2 yaitu
kemampuan
berkenalan
Di harapkan klien
mampu
menerapkan TAK
sesi 3 yaitu
kemampuan
bercakap-cakap
Di harapkan klien
mampu
menerapkan TAK
sesi 4 yaitu
kemampuan
bercakap-cakap
topik tertentu
Di harapkan klien
39
mampu
menerapkan TAK
sesi 5 yaitu
kemampuan
bercakap-cakap
masalah pribadi
Di harapkan klien
mampu
menerapkan TAK
sesi 6 yaitu
kemampuan
bekerjasama
Di harapkan klien
mampu
menerapkan TAK
sesi 7 yaitu
evaluasi
kemampuan
sosialisiasi
a. Editing
Peneliti melihat dan memeriksa kuisioner yang sudah dibagikan hasil
yang didapat peneliti. Setelah kuisioner terisi, kemudian diperiksa
kembali untuk melihat adakah lembaran kuisioner yang belum terjawab
oleh responden dan peneliti juga memeriksa ulang kelengkapan
40
pengisian kesalahan atau jika ada bagian dari lembar kuisioner yang
belum diisi tidak ada kendala, sehingga lanjut ke pengolahan data
berikutnya.
b. Codding
Pernyataan yang telah dijawab diberi kode untuk mempermudah
peneliti melakukan pengolahan data.
c. Entry
Kategori-kategori yang sudah diberi kode kemudian dimasukkan
kedalam komputer untuk diolah.
d.Scoring
Pada tahap ini dilakukan dengan memberi nilai sesuai jawaban
responden untuk memudahkan pengolahan data
e. Tabulating
Data yang sudah dimasukkan ke dalam program komputer kemudian
diolah dan dianalisa. Data disajikan kedalam bentuk distribusi frekuensi
2. Analisa data
a. Analisa Univariat
Analisa univariat dilakukkan untuk mendapatkan gambaran distribusi
karakterisstik responden.
b.Analisa Bivariat
Analisis bivariat dilakukan peneliti untuk mengetahui apakah ada
pengaruh Terapi Aktifitas Sosialisasi (TAKS) Terhadap Kemampuan
Berinteraksi Klien isolasi sosial dan halusinasi, sebelum dan sesudah
intervensi. Peneliti menggunakan uji statistik Paired Sample Test untuk
menganalisa perbedaan skor rata-rata kemampuan berinteraksi pada
responden sebelum dan sesudah intervensi,
Uji signifikan terhadap hasil perhitungan adalah dengan membandingkan
hasil perhitungan signifikan (p) untuk “ level of significance”(α) = 5 %
(0,05) atau CI (Confidence Interval ) 95%. Bila nilai p < α (0.05) maka
dapat disimpulkan bahwa Terapi Aktifitas Sosialisasi (TAKS)
mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap kemampuan verbal pada
Klien isoasi sosial
41
G. Etika Penelitian
Selama penelitian, responden dilindungi dengan memperhatika aspek –
aspek self determination, privacy and anonymity, benefience,
maleficience, justice, informand consent (Polit & Beck, 2004).
Penelitian dilakukan setelah mendapat persetujuan dengan
menekankan masalah etika sebagai berikut :
1. Self determination ( keputusan sendiri ) Prinsip self determination
dijelaskan bahwa responden (pasien dan keluarga) diberi kebebasan
oleh penulis untuk menentukan keputusan sendiri, apakah bersedia
ikut dalam penelitian atau tidak tanpa paksaan (sukarela). Setelah
responden bersedia, maka langkah selanjutnya peneliti menjelaskan
maksud dan tujuan serta manfaat penelitian, kemudian peneliti
menanyakan kesediaan responden, setelah setuju, respon diminta
untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi subyek penelitian
atau informed consent yang disediakan.
2. Privacy and anonymity ( pribadi dan tanpa nama ) Prinsip etik ini
yaitu prinsip menjaga kerahasiaan informasi responden dengan tidak
mencantumkan nama, tetapi hanya menuliskan kode inisial dan
hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.
3. Beneficience ( berprilaku baik ) Beneficience merupakan prinsip
etik yang mementingkan keuntungan, baik bagi peneliti maupun
responden sendiri. Peneliti menjelaskan kepada responden tentang
manfaat penelitian ini untuk menambah pengetahuan klien sizofrenia
4. Maleficience ( tidak merugikan orang lain ) Penelitian ini
menggunakan prosedur yang tidak menimbulkan bahaya bagi
responden dan terbebas dari rasa tidak nyaman, dalam hal ini peneliti
meyakinkan responden bahwa intervensi ini tidak merugikan pasien
dan peneliti akan memperhatikan setiap responden dalam mengikuti
kegiatan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi ini (TAKS).
42
H. Alur Penelitian
Persiapan penelitian :
1. Prosedur administrasi
2. Prosedur teknis
Daftar Pustaka
Dermawan, et al. (2013). Konsep dan Kerangka Kerja Keperawatan Jiwa. Yogyakarta,
GOSYEN.
direja, s., et al. (2011). BUKU AJAR ASUHAN KEPERAWATAN JIWA YOGYAKARTA, NUHA
MEDIKA.
Hasriana, H., et al. (2013). "Pengaruh terapi aktivitas kelompok sosialisasi terhadap
kemampuan bersosialisasi pada klien isolasi sosial menarik diri di Rumah Sakit Khusus
Daerah Provinsi Sulawesi Selatan." Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis 2(6): 74-79.
Keliat and Akemat (2012). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta, EGC.
Keliat, et al. (2014). KEPERAWATAN JIWA TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK. JAKARTA, EGC.
Maramis, et al. (2009). Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa Jakarta, Airlangga university press.
Nugroho, W. (2010). Modul Teori Komunikasi Verbal dan Nonverbal Jakarta, EGC.
Pangestu, D. W., et al. (2014). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi Terhadap
Kemampuan Komunikasi Verbal Klien Menarik Diri Di RSJD Surakarta, Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Rikesdas (2018). Riset Kesehatan Dasar, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan
Stuart, et al. (2006). Principles and practice of psychiatric nursing. Mosby Year Book,
Misouri.
Suliswati, et al. (2014). Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta, EGC.
WHO (2016). "World Health Statistics Monitoring Health For The Sdgs." from
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004.
Windy asih (2008). Manajemen Stres, National Safety Councli. Jakarta, EGC.
46
Yosep and Iyus (2009). KEPERAWATAN JIWA. BANDUNG, PT. Revika Aditama.