You are on page 1of 3

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam, yang memerintahkan kita untuk terus bertakwa kepada-
Nya. Allah juga memerintahkan kita juga untuk menjaga lisan, dan itulah bentuk takwa. Takwa ini
adalah bukti bahwa kita telah mensyukuri nikmat-nikmat-Nya yang ada. Siapa yang bersyukur kepada
Allah, maka Allah akan terus menambahkan ia nikmat.
Pada hari Jumat penuh berkah ini, kita diperintahkan bershalawat kepada Nabi akhir zaman, Nabi kita
Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga, para sahabat, serta pengikut setia beliau
hingga akhir zaman.
Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …
Pada Jumat kali ini, kami akan terangkan mengenai dosa yang diperbuat oleh lisan kita yaitu dosa
ghibah.

Apa itu ghibah?


Kita bisa pahami artinya dari hadits berikut.

ُُ ُ ‫ َق ُالوا ه‬.» ‫ون َما ْالغ َيب ُة‬َ ُ ْ ََ َ َ ‫َ ْ َ ُ َ ْ َ َ َ َّ َ ُ َ ه‬


‫اَّلل َو َر ُسوله‬ ‫َُى‬ ‫ر‬َ ‫د‬ ‫ت‬ ‫أ‬ « ‫ال‬ ‫ق‬ - ‫وسلم‬ َ َ ‫عليه‬ ‫هللا‬ ‫صىل‬ - ‫اَّلل‬
‫ع َن َأ ىِب َهريرة أن ْ رس َول ى‬
َ َ ْ َ
َ ُ َ َ ْ
َ ِ ِ ‫يل أف َرأ ْيت إن كان‬ َ َ ْ
َ ‫ ق‬.» ‫اك ب َما َيك َر ُه‬ َ َ َ ُ َ ‫ ق‬.‫أ ْعل ُم‬
‫يه َما‬
‫ف َأ ىخ ما أقول قال « ىإن كان ىف ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ى‬ ‫ال « ىذكرك أخ‬
ُ َّ ْ َ ْ ‫اغ َت ْب َت ُه َوإ ْن َل ْم َي ُك‬
ْ ََ ُ َُ
»‫يه فقد َب َهته‬ ‫ى ى‬‫ف‬ ‫ن‬ ‫ى‬ ‫تقول فق ىد‬
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tahukah
engkau apa itu ghibah?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu.” Ia berkata,
“Engkau menyebutkan kejelekan saudaramu yang ia tidak suka untuk didengarkan orang
lain.” Beliau ditanya, “Bagaimana jika yang disebutkan sesuai kenyataan?” Jawab Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, “Jika sesuai kenyataan berarti engkau telah mengghibahnya. Jika tidak sesuai,
berarti engkau telah memfitnahnya.” (HR. Muslim, no. 2589).

Secara bahasa ghibah berasal dari kata al-ightiyab, yang artinya tertutup, di mana sesuatu tertutup
dari pandangan.

Pengertian paling bagus tentang ghibah secara istilah adalah menyebut-nyebut aib tanpa orang lain
yang disebut itu ada (dzikrul ‘aibi bi zhahril ghaibi). Hal ini dinyatakan oleh Imam Al-
Munawi rahimahullah.

Sebab ghibah dan faktor pendorongnya


Kata Imam Al-Ghazali rahimahullah dalam Ihya’ Al-‘Ulumuddin, sebab ghibah adalah:
Pertama: Untuk meredam marah lantas menyebut aib orang lain yang mengghibahnya.
Kedua: Untuk bahan candaan ketika kumpul-kumpul.
Ketiga: Suuzhan atau berprasangka buruk pada orang lain.
Keempat: Orang yang mengghibah ingin berlepas diri dari aib dan ia menyatakan aib tersebut pada
orang lain serta menyebut lainnya sama dengannya.
Kelima: Mengangkat diri sendiri dengan merendahkan orang lain.
Keenam: Hasad pada orang yang dipuji oleh orang lain dan akhirnya ia menyebut dirinya sendiri
dengan kebaikan.
Ketujuh: Bahan istihza’ (mengolok-olok) dan merendahkan orang lain.
Bentuk ghibah itu bagaimana?
Dikatakan dalam Majma’ Al-Anhar (2:552), segala sesuatu yang ada maksud untuk mengghibah
termasuk dalam ghibah dan hukumnya haram.
Imam Nawawi mengatakan dalam kitabnya Al-Adzkar, “Cara ghibah bisa jadi melakui lisan, tulisan,
isyarat, atau bermain isyarat dengan mata, tangan, kepala atau semisal itu.”

Dosa ghibah seperti makan bangkai saudaranya sendiri


Dalam ayat disebutkan,
ْ ‫الظ ِّن إ ْث ٌم َو ََل َت َج َّس ُسوا َو ََل َي ْغ َت‬
ْ‫ب َب ْع ُض ُكم‬ ‫َ َ ُّ َ ه َ َ َ ُ ْ َ ُ َ ً َ ه ِّ َّ َ ْ َ ه‬
‫يا أيها ال ىذ َين آمنوا اجت ىنبوا ك ىث ريا ىمن الظن إن بعض‬
ٌ‫اب َرحيم‬ ٌ ‫اَّلل َت َّو‬ َ ‫وه َو َّات ُقوا ه‬
َ ‫اَّلل إ َّن ه‬ ُ ‫ب َأ َح ُد ُك ْم َأ ْن َي ْأ ُك َل َل ْح َم َأخ ىيه َم ْي ًتا َف َكر ْه ُت ُم ى‬
ُّ ‫َب ْع ًضا أ ُيح‬
‫ى‬ ‫ى‬ ِ ‫ى ى‬ ‫ى‬
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu
dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang. Jangan pula menggunjing satu sama lain. Adakah
seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati?Maka
tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Hujurat: 1

Mengghibah sebagai nasihat masih boleh


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menyarankan pada Fatimah binti Qais radhiyallahu ‘anha
untuk menikah dengan Usamah, dibanding dengan dua laki-laki yang telah melamarnya yaitu
Mu’awiyah dan Abu Jahm. Beliau berkata pada Fatimah,

َ َ ُ ْ ُ َ َ َ َ ٌ ُ ْ ُ َ ُ َ َ ُ َّ َ َ َ َ ْ َ ُ َ َ ُ َ َ َ َ ْ َ ُ َ َّ َ
‫ال له ان ىك ىِح أ َس َامة ْب َن ْزي ٍد‬ ‫أما أبو جه ٍم فال يضع عصاه عن ُعات ىق ىه وأما مع ِاوية فصعلوك َل م‬
ُ َ ْ َ ُ‫ََ َ ْ ُُ َ َ َ َ ه‬ َ َ َ ْ َ َ َّ ُ ُ ُ ْ َ َ
.‫يه خ رْ ًيا َواغت َب ْطت ىب ىه‬
‫ فنكحته فجعل اَّلل ىف ى‬.» ‫فك ِرهته ثم قال « ان ىك ىِح أسامة‬.»
“Abu Jahm itu biasa memukul istri. Sedangkan Mu’awiyah itu miskin (tidak punya banyak harta).
Nikahlah saja dengan Usamah bin Zaid.” Fatimah berkata, “Aku awalnya enggan.” Namun
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap mengatakan, “Nikahlah dengan Usamah.” Akhirnya, aku
memilih menikah dengan Usamah, lantas Allah mengaruniakan dengan pernikahan tersebut kebaikan.
Aku pun berbahagia dengan pernikahan tersebut. (HR. Muslim, no. 1480).

Tinggalkan majelis ghibah


Allah Ta’alaberfirman,
َِ ‫الل ْغ َو َأ ْع َر ُضوا َع ْن ُه َو َق ُالوا َل َنا َأ ْع َم ُال َنا َو َل ُك ْم َأ ْع َم ُال ُك ْم َس َال ٌم َع َل ْي ُك ْم ََل َن ْب َت ِغ ْال َجاهل‬
‫ي‬
‫ه‬
‫وا‬‫ع‬ُ ‫َوإ َذا َسم‬
‫ىىر‬ ‫ىي‬ ‫ى‬ ‫ى‬
“Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling daripadanya dan
mereka berkata: “Bagi kami amal-amal kami dan bagimu amal-amalmu, kesejahteraan atas dirimu,
kami tidak ingin bergaul dengan orang-orang jahil.” (QS. Al-Qashash: 55)

Ma’asyirol muslimin rahimani wa rahimakumullah …


Tinggalkan kita renungkan saja dunia politik saat ini, apakah termasuk nasihat ataukah ghibah
ataukah fitnah, apa kita mau terus-terusan habiskan waktu terjun di dalamnya jikalau itu maksiat?
Silakan pikirkan!
Yang lebih baik kita perbuat saat ini adalah mendoakan baik untuk pemimpin-pemimpin kita. Moga kita
mendapatkan pemimpin yang shalih dan dapat terus memperjuangkan hak-hak kaum muslimin.

You might also like