Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Yulianti Wulan Sari 101611233050
BAB II
Pembahasan
2.1 Hubungan Anemia dengan Konsumsi Jeroan
Berdasarkan analisis yang dilakukan, didapatkan nilai p sebesar 0.049 sehingga
anemia berhubungan dengan konsumsi jeroan. Responden yang mengonsumsi jeroan
dalam 24 jam terakhir memiliki risiko mengalami anemia sebanyak 0.27 lebih tinggi.
Hal ini dimungkinkan karena jeroan mengandung zat – zat inhibitor atau penghambat
penyerapan Fe.
Z-
Odds Coefficien P-
Term 95% C.I. S.E. Statisti
Ratio t Value
c
Hubungan
Anemia dengan
Konsumsi 0.2667 0.0716 0.9931 -1.3217 0.6708 -1.9703 0.0488
Jeroan dalam 24
Jam Terakhir
Constant -0.6931 0.4082 -1.6979 0.0895
Z-
Odds Coefficien P-
Term 95% C.I. S.E. Statisti
Ratio t Value
c
Hubungan
Anemia dengan
Rata-rata
0.9741 0.9451 1.0040 -0.0262 0.0154 -1.6998 0.0892
Asupan Vitamin
C dalam 24 Jam
Terakhir
Constant 1.3223 1.3524 0.9778 0.3282
Hubungan Anemia dengan Rata-Rata Asupan Zat Besi
Berdasarkan analisis yang dilakukan, didapatkan nilai p sebesar 0.568 sehingga
anemia tidak berhubungan dengan rata-rata asupan zat besi.
Z-
Odds Coefficien P-
Term 95% C.I. S.E. Statisti
Ratio t Value
c
Hubungan
Anemia dengan
Rata-rata
1.0325 0.9251 1.1522 0.0320 0.0560 0.5706 0.5683
Asupan Zat Besi
dalam 24 Jam
Terakhir
Constant -1.9390 1.1683 -1.6597 0.0970
Pada scatter plot diatas terlihat bahwa, rata- rata asupan protein mempunyai
korelasi positif dengan besar BMI dimana semakin tinggi rata – rata asupan protein,
semakin besar nilai BMI.
Pada scatter plot diatas terlihat bahwa, rata- rata asupan vitamin C mempunyai
korelasi positif dengan besar BMI dimana semakin tinggi rata – rata asupan vitamin C,
semakin besar nilai BMI.