You are on page 1of 19

HARDNESS TEST

Oleh:
IGusti Ngurah Bagus Jaya Rusyana
1705531040

Teknik Mesin Fakultas Teknik Univesitas Udayana


2017

1
Kekerasan suatu bahan adalah kemampuan sebuah material untuk menerima beban
tanpa mengalami deformasi plastis yaitu tahan terhadap identasi, tahanterhadap penggoresan,
tahan terhadap aus, tahan terhadap pengikisan (abrasi).Kekerasan suatu bahan merupakan sifat
mekanik yang paling penting, karena kekerasan dapat digunakan untuk mengetahui sifat-sifat
mekanik yang lain, yaitu strenght (kekuatan). Bahkan nilai kekuatan tarik yang dimiliki suatu
material dapat dikonversi dari kekerasannya.

Ada beberapa metode pengujian kekerasan yang digunakan untuk menguji kekerasan logam,
yaitu :
1.Metode Pengujian Kekerasan Brinell
2.Metode Pengujian Kekerasan Vickers
3.Metode Pengujian Kekerasan Rockwell
Dari ketiga metode yang tersebut di atas, yang biasanya digunakan hanya dua saja, yaitu Brinell
dan Vickers.

1. Metode Pengujian Kekerasan Brinell


Uji kekerasan lekukan yang pertama kali banyak di gunakan serta disusun pembakuannya
adalah metode yang di ajukan oleh J.A Brinell pada tahun1900. Uji kekerasan Brinell
berupa pembentukan lekukan pada permukaan logam dengan memakai bola baja
berdiameter 10 mm dan di beri beban 3000 kg. Untuk logam lunak, beban di kurangi
hingga tinggal 500 kg, untuk menghindarkan jejak yang dalam, dan untuk bahan yang
sangat keras, digunakan paduan kabrida tungsten, untuk memperkecil terjadinya distorsi
identor. Beban diterapkan selama waktu tertentu, biasanya 30 detik, dan diameter lekukan
diukur dengan mikroskop gaya rendah, setengah beban tersebut di hilangkan. Kemudian
di cari harga rata-rata dari 2 sampai 3 buah pengukuran diameter pada jejak yang berarah

2
tegak lurus. Permukaan dimana lekukan akan dibuat harus relatif halus, bebas dari debu
atau kerak.
Angka kekerasan Brinell (HB) atau (BHN) dinyatakan sebagai beban P dibagi luas
permukaan lekukan. Rumus angka kekerasan tersebut adalah :

𝑃
HB = atau
𝐴

2P
HBN 
BHN
D(D  D 2  d 2 )
Dimana
BHN = Angka kekerasan Brinell (kg/mm 2).
P = Beban (kg).
D = Diameter bola (mm).
d = Diameter rata-rata indentasi (mm).

Pada metode Brinell Indentor berbentuk bola ditekan kepermukaan benda uji dan
diameter hasil penekanan diukur setelah identor dipindahkan dari benda uji. Pengujian

3
kekerasan dengan metode Brinnel bertujuan untuk menentukan kekerasan
suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap bola baja (identor) yang
ditekankan. Pada permukaan material uji tersebut (speciment). Idealnya, pengujian Brinnel
diperuntukan bagi material yang memiliki kekerasan Brinnel sampai 400 HB, jika lebih dati
nilai tersebut maka disarankan menggunakan metode pengujian Rockwell ataupun Vickers.
Angka Kekerasan Brinnel (HB) didefinisikan sebagai hasil bagi (Koefisien) dari beban uji
(F) dalam Newton yang dikalikan dengan angka faktor 0,012 dan luas permukaan bekas luka
tekan (injakan) bola baja (A) dalam milimeter persegi.

Pengujian kekerasan Brinell merupakan pengujian standard secara industri t etapi


karena penekannya terbuat dari bola baja yang berukuran besar dan beban besar, maka
bahan lunak atau keras sekali tidak dapat diukur kekerasannya. dinyatakan sebagai beban P
dibagi luas permukaan tekukan.

𝑃 𝑃
BHN = 𝜋 = (2.4)
( 2 )𝐷²(1−𝑐𝑜𝑠𝜃) 𝜋𝐷𝑡

Dimana:
P = beban yang diterapkan (kg).
D = diameter bola (mm).
d = diameter lekukan (mm).

4
t = kedalaman jejak (mm).

Satuan dari BHN adalah kilogram per milimeter kuadrat. Akan tetapi BHN tidak
memenuhi konsep fisika, karena persamaan (2.4), tidak melibatkan tekanan rata-rata pada
permukaan lekukan.

Parameter-parameter dasar pada pengujian Brinell.

Untuk mendapatkan BHN yang sama dengan beban atau diameter bola yang tidak
standar, diperlukan keserupaan lekukan secara geometris. Keserupaan geometris akan
diperoleh, sejauh besar sudut 2∅ tidak berubah. Persamaan (2.5) menunjukan bahwa agar ∅
dan BHN tetap konstan, beban dan diameter bola harus divariasikan memenuhi
perbandingan

𝑃1 𝑃 𝑃
= 𝐷22 = 𝐷32 (2.5)
𝐷12 2 3

Jejak yang relatif besar dari pada kekerasan Brinell memberikan keuntungan dalam
membagikan secara pukul rata ketidak seragaman lokal. Jejak Brinell yang besar ukuranya
dapat menghalangi pemakaian uji tersebut, untuk benda uji yang kecil atau pada bagian yang
kritis terhadap tegangan, dimana lekukan yang terjadi dapat menyebabkan kegagalan
(failure).
Identor atau bola kecil untuk pengujian Brinell ini dibuat dari baja biasa atau baja yang
disepuh atau dari karbit wolfram, dimana pemakainya tergantung kepada kekerasan benda

5
yang akan diselidiki. Diameter bola tersebut bervariasi yaitu 1,25 mm, 25 mm, 5 mm dan 10
mm dengan tujuan pemakaian tertentu. Waktu yang dipakai untuk menekan identor ke
material benda uji akan mempengaruhi hasil uji. Untuk material yang mempunyai titik lebur
Ts > 600 °C. Waktu yang dibutuhkan harus 10 detik dan untuk material dengan Ts < 600 °C,
waktu yang dibutuhkan minimum 30 detik.

Pernyataan hasil uji Brinell yang lengkap biasanya memuat nilai kekerasan, diameter
bola, besar gaya yang dipakai untuk menekan bola dan waktu yang dibutuhkan untuk bola,
misalnya 350 HB 5/250/30 berarti diameter bola yang dipakai 5 mm, gaya untuk menekan
250
bola adalah 0,102 = 2450 N dan waktu yang dibutuhkan untuk menekan bola adalah 30 detik.

Penulisan nilai kekerasan seperti contoh berikut :


150 BH 2,5/150 – 10
Dimana :
150 = Nilaikekerasan.
BH =MetodePengujianBrinell
2,5 = Diameter Identor
150 = Gaya pembebanan (N)
10 = Waktupembebanan (detik)

2 . Metode Pengujian Kekerasan Vickers


Uji kekerasan Vickers menggunakan penumbuk piramida intan yang dasarnya
berbentuk bujur sangkar. Besarnya sudut antara permukaan-permukaan piramid yang
saling berhadapan adalah 136°. Sudut ini dipilih, karena nilai tersebut mendekati
sebagian besar nilai pebandingan yang diinginkan antara diameter lekukan dan diameter
bola penumbuk pada uji kekerasan Brinell. Karena bentuk penumbuknya piramid, maka
pengujian ini sering dinamakan uji kekerasan piramida intan. Angka kekerasan piramida
intan (DPH), atau angka kekerasan Vickers (VHN atau VPH), didefinisikan sebagai
beban dibagi luas permukaan lekukan. Pada prakteknya luas ini dihitung dari pengukuran
mikroskopik panjang diagonal jejak. HV (Hardness Vickers) dapat di tentukan dari
persamaan berikut :

6
P d2 d2
Hv  dimana A 
A 2 cos 22 o 1,8544

P
Jadi Hv = 1,8544 (2.2)
d2
dimana Hv = angka kekerasan Vickers (kg/mm 2).
P = beban yang besarnya (5, 10, 20, 50, 100 atau 200 kg) tergantung
ketebalan spesimen.
A = luas indentasi (mm2).
d  d2
d = diagonal rata-rata. d 1
2

Uji kekerasan Vickers banyak dilakukan penelitian, karena metode tersebut


memberikan hasil serupa kekerasan yang kontinyu, untuk suatu beban tertentu dan
digunakan pada logam yang sangat lunak, yakni HV-nya 5 hingga logam yang sangat
keras, dengan HV 1500. Dengan uji kekerasan Rockwell, yang telah dijelaskan, atau uji
kekerasan Brinell, biasanya diperlukan perubahan beban atau penumbuk pada nilai
kekerasan tertentu, sehingga pengukuran pada suatu skala kekerasan yang ekstrim tidak
bisa di bandingkan dengan skala kekerasan yang lain. Karena jejak yang
dibuat dengan penumbuk piramida serupa secara geometris dan tidak terdapat persoalan
mengenai ukurannya, maka HV tidak tergantung pada beban.

7
Pada umumnya hal ini dipenuhi, kecuali pada beban yang sangat ringan. Beban yang
biasanya di gunakan pada uji Vickers berkisar antara 1 hingga 120 kg, tergantung kepada
kekerasan yang akan diuji. Hal-hal yang menghalangi keuntungan pemakaian metode
Vickers adalah uji kekerasan Vickers tidak dapat digunakan untuk pengujian rutin karena
pengujian tersebut lamban, memerlukan persiapan permukaan benda uji yang hati -hati
dan terdapat pengaruh kesalahan manusia yang besar pada penentuan panjang diagonal.
Lekukan yang benar yang dibuat oleh penumbuk piramida intan harus bebentuk bujur
sangkar. Akan tetapi, penyimpangan yang telah dijelaskan secara berkala karena keadaan
demikian terdapat pada logam-logam yang dilunakkan dan mengakibatkan pengukuran
panjang diagonal yang berlebihan. Bentuk demikian diakibatkan oleh penimbunan diatas
logam-logam di sekitar pemukaan penumbuk.
P

136o

d1 d2

8
3 .Metode Pengujian Kekerasan Rockwell
Uji kekerasan yang paling banyak di gunakan di Amerika Serikat adalah uji
kekerasan Rockwell. Hal ini di sebabkan oleh sifat-sifatnya yaitu : cepat, bebas dari
kesalahan manusia, mampu untuk membedakan perbedaan kekerasan yang kecil pada
baja yang di perkeras, dan ukuran lekukannya kecil, sehingga bagian yang mendapat
perlakuan panas yang lengkap, dapat diuji kekerasannya tanpa menimbulkan kerusakan.
Uji ini menggunakan kedalaman lekukan pada beban yang konstan sebagai ukuran
kekerasannya. Mula-mula diterapkan beban kecil sebesar 10 kg untuk menempatkan
benda uji. Hal ini akan memperkecil jumlah preparasi permukaan yang di butuhkan dan
juga memperkecil kecinderungan untuk terjadi penumbukan keatas atau penurunan yang
di sebabkan oleh penumbuk. Kemudian diterapkan beban yang besar, dan secara
otomatis kedalaman lekukan akan terekam pula gage penunjuk yang menyatakan angka
kekerasan. Penunjuk tersebut terdiri atas 100 bagian, masing-masing bagian menyatakan
penembusan sedalam 0,00008 inci. Petunjuk kebalikan sedemikian hingga kekerasan
yang tinggi yang berkaitan dengan penembusan yang kecil, menghasilkan penunjukkan
angka kekerasan yang tinggi. Hal ini sesuai dengan angka kekerasan lain yang telah
dijelaskan sebelumnya. Tetapi tidak seperti penentuan kekerasan cara Vickers dan
Brinell, yang mempunyai satuan kg per milimeter kuadrat (kg/mm2), angka kekerasan
Rockwell semata-mata tergantung pada kita.

Gambar 2.3 Cara kerja mesin penguji kekerasan Rockwell.

9
Suatu kombiasi antara beban dan penumbuk, tidak akan memberikan hasil yang
memuaskan, unuk bahan-bahan yang mempunyai daerah kekerasan yang luas. Biasanya
digunakan penumbuk berupa kerucut intan 120° dengan puncak yang hampir bulat dan
1 1
dinamakan penumbuk Brale, serta bola baja berdiameter inci dan inci. Beban besar
16 8

yang di gunakan adalah 60, 100, dan 150 kg. Karena kekerasan Rockwell tidak
tergantung pada bebean dan penumbuk, maka diperlukan mengenai kombinasi yang
digunakan. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan awalan huruf pada angka
kekerasan yang menunjukkan kombinasi beban dan penumbuk tertentu untuk skala
beban yang digunakan. Suatu kekerasan Vickers yang tidak mempunyai awalan huruf,
tidak mempunyai arti.

Gambar 2.4 Media Pengujian Rockwell.

Baja yang diperkeras yang diuji pada skala C dengan menggunakan penumbuk
intan dan beban besar 100 kg. Daerah dari skala tersebut adalah dari 𝑅𝐵 0 hingga 𝑅𝐵 100.
skala A (penumbuk intan, beban besar 60 kg) merupakan skala kekerasan Rockwell ya ng
paling luas, yang dapat di gunakan untuk bahan-bahan mulai dari tembaga yang di
lunakkan hingga kabrida sementara (cemented cabride). Terdapat skala yang dapat di
gunakan untuk keperluan-keperluan khusus.

10
Angka kekerasan Rockwell B dan Rockwell C dinyatakan sebagai kedalaman
indentasi dapat ditulis sebagai berikut :
kedalaman indentasi (mm)
R B  130 
0,002

(2.1)

kedalaman indentasi (mm)


R C  100 
0,002

Skala yang umum dipakai dalam pengujian Rockwell adalah :

a. HRa (Untuk material yang sangat keras).


1
b. HRb (Untuk material yang lunak). Identor berupa bola baja dengan diameter 6 Inchi dan

beban uji 100 Kgf.

c. HRc (Untuk material dengan kekerasan sedang). Identor berupa Kerucut intan dengan
sudut puncak 120 derjat dan beban uji sebesar 150 kgf.

Skala dan Indentor Beban Skala yang


Huruf Depan Dibaca
Mayor

Group I

B Bola 1/16“ 100 Merah

C Kerucut Intan 150 Hitam

Group II

A Kerucut Intan 60 Hitam

D Kerucut Intan 60 Hitam

E Bola 1/8” 100 Merah

F Bola 1/16” 60 Merah

11
G Bola 1/16” 150 Merah

H Bola 1/8” 60 Merah

K Bola 1/16” 150 Merah

Group III

L Bola ¼” 60 Merah

M Bola ¼” 100 Merah

P Bola ¼” 150 Merah

R Bola ½” 100 Merah

S Bola ½” 100 Merah

V Bola ½” 150 Merah

Tabel 2. Skala kekerasan Rockwell dan Huruf Depan.

Uji kekerasan Rockwell sangat berguna dan mempunyai kemampuan ulang


(reproducible) asalkan sejumlah kondisi sederhana yang diperlukan dapat dipenuhi.
Sebagian besar hal-hal yang disusun berikut dapat diterapkan dengan baik pada uji
kekerasan yang lain :
1. Penumbuk dan landasan harus bersih dan terpasang dengan baik.
2. Permukaan benda yang akan diuji harus bersih dan kering, halus, dan bebas dari
oksida.
3. Permukaan yang kasar biasanya dapat menggunakan uji Rockwell.
4. Permukaan harus datar dan tegak lurus terhadap penumbuk.
5. Uji untuk permukaan silinder akan memberikan pembacaan hasil pembacaan yang
rendah, kesalahan yang terjadi tergantung pada lekungan, beban, penumbuk, dan
kekerasan bahan. Juga telah dipublikasikan koreksi secara teoritis dan empiris.
6. Daerah diantara lekukan-lekukan harus 3 sampai 5 kali diameter lekukan.
7. Kecepatan penerapan beban harus dibakukan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengatur daspot pada mesin uji Rockwell. Tanpa pengontrolan beban secara hati -

12
hati dapat terjadi variasi nilai kekerasan yang cukup besar pada bahan-bahan yang
sangat lunak. Untuk bahan-bahan dimikian gagang pengoperasian mesin uji
Rockwell harus dikembalikan keposisi semula segera setelah beban besar diterapkan
secara penuh.

1. Contoh Pengujian dan Perhitungan Brinell

Brinell Hardness Test


Load (P): 62,5 kgf
Indentor: Bola Baja
No Time: 15detik
Ø ball: 2,5 mm
Kuningan
(mm)
1 0,847
2 0,830
3 0,829

Base Metal 1 (BM 1)


2P
1. BHN 
D( D  D 2  d 2 )
2  62,5kgf

3,14  2,5mm(2,5mm  (2,5mm) 2  (0,847mm) 2 )

 107,70 kgf mm
2P
2. BHN 
D( D  D 2  d 2 )
2  62,5kgf

3,14  2,5mm(2,5mm  (2,5mm) 2  (0,830mm) 2 )

 112,29 kgf mm
2P
3. BHN 
D( D  D 2  d 2 )

13
2  62,5kgf

3,14  2,5mm(2,5mm  (2,5mm) 2  (0,829mm) 2 )

 114,27 kgf mm

BHNtotal
Rata-rata BHN padaKuningan =
3
334,26
=
3
= 111,42 kgf mm

JadiNilaiKekerasanpadakuningan = 111,42 kgf mm

Brinell Hardness Test


Load (P) : 62,5 kgf
Indentor : Bola Baja
No Time : 20 detik
Ø ball : 2,5 mm Nilaikekerasan
Kuningan (kgf/mm²)
(mm) Brinell
1 0.847 107,70
2 0.830 112,29
3 0.829 114,27

14
116

114

112

0,847
110
0,83
0,829
108

106

104
HBN

2 Contoh Pengujian danPerhitungan Vickers

Vickers Hardness Test


Load (P) : 5 kgf
Indentor : Piramid Intan
No Time : 15 detik
Weld Part
BM HAZ WM
(mm) (mm) (mm)
1 0,309 0,324 0,296
2 0,317 0,333 0,301
3 0,305 0,322 0,286

Base Metal
F×1,854
1. HVN =
d2
5 kgf ×1,854
=
(0,309mm)2

= 97,09 kgf/mm2

15
F×1,854
2. HVN =
d2
5 kgf ×1,854
=
(0,317mm)2

= 92,25 kgf/mm2
F×1,854
3. HVN =
d2
5 kgf ×1,854
=
(0,305mm)2

= 99,65 kgf/mm2

Heat Affected Zone


F×1,854
1. HVN =
d2
5 kgf ×1,854
=
(0,324mm)2

= 88,31 kgf/mm2
F×1,854
2. HVN =
d2
5 kgf ×1,854
=
(0,333mm)2

= 83,60 kgf/mm2
F×1,854
3. HVN =
d2
5 kgf ×1,854
=
(0,322mm)2

= 89,41 kgf/mm2

16
Weld Metal
F×1,854
1. HV =
d2
5 kgf ×1,854
=
(0,296 mm)2

= 105,80 kgf/mm2
F×1,854
2. HV =
d2
5 kgf ×1,854
=
(0,301 mm)2

= 102,32 kgf/mm2
F×1,854
3. HV =
d2
5 kgf ×1,854
=
(0,286 mm)2

= 113,33 kgf/mm2

Rata-rata VHN padaWeld Part


VHNtotal
1. Base Metal =
3
288,99
=
3
= 96,33 kgf mm

VHNtotal
2. Heat Afffected Zone =
3
261,31,4
=
3
= 87,10 kgf mm

17
VHNtotal
3. Weld Metal =
3
321,45
=
3
= 107,15 kgf mm

Vickers Hardness Test


Load (P) : 5 kg
Indentor : PiramidIntan Nilaikekerasan (kgf/mm²)
No Time : 15 detik
Weld Part
BM HAZ WM BM HAZ WM
(mm) (mm) (mm) (kgf/mm²) (kgf/mm²) (kgf/mm²)
1 0,309 0,324 0,296 97,09 88,31 105,80
2 0,317 0,333 0,301 92,25 83,60 102,32
3 0,305 0,322 0,286 99,65 89,41 113,33

Hardness Vickers Number


120.00

100.00

80.00
Percobaan 1
60.00
Percobaan 2
40.00 Percobaan 3

20.00

0.00
BM HAZ WM

18
TINGKAT-TINGKAT KEKERASAN PADA LOGAM

1) Aluminium (Al)

Kekerasan gabungan dari berbagai sifat yang terdapat dalam suatu bahan yang mencegah
terjadinya suatu deformasi terhadap bahan tersebut ketika diaplikasikan suatu gaya.
Kekerasan suatu bahan dipengaruhi oleh elastisitas, plastisitas, viskoelastisitas, kekuatan
tensil, ductility, dan sebagainya. Kekerasan dapat diuji dan diukur dengan berbagai metode.
Yang paling umum adalah metode Brinnel, Vickers, Mohs, dan Rockwell.
Kekerasan bahan aluminium murni sangatlah kecil, yaitu sekitar 65 skala Brinnel, sehingga
dengan sedikit gaya saja dapat mengubah bentuk logam. Untuk kebutuhan aplikasi yang
membutuhkan kekerasan, aluminium perlu dipadukan dengan logam lain dan/atau diberi
perlakuan termal atau fisik. Aluminium dengan 4,4% Cu dan diperlakukan quenching, lalu
disimpan pada temperatur tinggi dapat memiliki tingkat kekerasan Brinnel sebesar 135.
2) Baja
a. Baja karbon rendah (low carbon steel)
Machine, machinery dan mild steel (0,05 % – 0,30% C) Sifatnya mudah ditempa dan
mudah di mesin. Penggunaannya:
• 0,05 % – 0,20 % C: automobile bodies, buildings, pipes, chains, rivets, screws, nails.
• 0,20 % – 0,30 % C: gears, shafts, bolts, forgings, bridges, buildings
b. Baja karbon tinggi (high carbon steel) tool steel
Sifatnya sulit dibengkokkan, dilas dan dipotong. Kandungan 0,60 % – 1,50 % C
Penggunaan:
screw drivers, blacksmiths hummers, tables knives, screws, hammers, vise jaws, knives,
drills. tools for turning brass and wood, reamers, tools for turning hard metals, saws for
cutting steel, wire drawing dies, fine cutters
c. Stainless Stell
Sifat bahan stainless stell yaitu memiliki daya tahan lebih dari pada besi dan baja.
Stainless stell aatu baja yang memiliki sifat tahan karat, hal ini karena baja initahan
terhadap pengaruh oksigen dan memiliki lapisan oksida yang stabil dipermukaan baja.
Stainless stell mampu bertahan dari pengaruh oksida karena mengandung unsur
Chromium, lebih dari 10,5% unsur Chromuim ini menjadi pelindung utama baja dalam
stainlss stell.
Penggunaanya:
- stainless food grade, Biasanya tipe yang digunakan untuk komponen mesin
produksi adalah tipe SS 304, Kecuali pada proses yang membutuhkan panas yang
cukup tinggi menggunakan tipe SS 316
- alat pengiriman susu seperti jalur pipa digunakan untuk menyalurkan susu ke tangki
penyimpan dingin, umumnya menggunakan tipe SS 304
- Penggunaan baja tahan karat juga digunakan industri lainnya seperti industri kue,
pengolahan daging, restoran, dan industri agro lainnya.

19

You might also like