Professional Documents
Culture Documents
Pada kondisi real yang lain, banyak dijumpai partikel-partikel dalam sistem akan
berinteraksi.
• Zat padat
• Gas klassik non-ideal
• Ferromagnetisme
ξ iα = xiα − xi(α0 )
setimbang
xi(α0)
xiα
Maka energi kinetik vibrasi:
1 N 3 1 N 3
∑ ∑ mi x&iα = ∑ ∑ miξ&iα
2 2
Ek =
2 i =1α =1 2 i =1α =1
∂V
Kalau dalam keseimbangan V minimum, maka =0.
∂xiα
∂ 2V
Kalau disingkat = Aiα , jγ dan abaikan suku-suku tinggi, maka:
∂xiα ∂x jγ
1
V = V0 + ∑ Aiα , jγ ξ iα ξ jγ
2 iα , jγ
Kinetik
Potensial
1 N 3 &2 1
H = V0 + ∑ ∑ miξ iα + ∑ Aiα , jγ ξ iα ξ jγ
2 i =1α =1 2 iα , jγ
Pada bagian potensial Æ atom saling berinteraksi, jadi tidak saling independen.
Energi total:
3N
E n1 ,n 2 ,n 3 ,....., n3 N = V0 + ∑ (nr + 1 )hω r
2
r =1
3N
dengan − Nη = V0 + 1 ∑ hω r Æ konstan tidak tergantung nr
2
r =1
Terlihat bahwa −Nη energi terkecil yang mungkin.
3N
Kita tahu bahwa 1 ∑ hω r adalah “energi titik nol”.
2
r =1
− β ( − Nη + n1hω1 + n 2 hω 2 + ......n3 N hω 3 N )
Z = ∑e
n1 , n 2 ,.....
⎛ ∞ ⎞⎛ ∞ ⎞ ⎛ ∞ ⎞
= e βNη ⎜ ∑ e − β ( n1hω1 ) ⎟⎜ ∑ e − β ( n2 hω 2 ) ⎟.....⎜ ∑ e − β ( n3 N hω3 N ) ⎟
⎜ n =0 ⎟⎜ n = 0 ⎟ ⎜ n =0 ⎟
⎝ 1 ⎠⎝ 2 ⎠ ⎝ 3N ⎠
⎛ ⎞⎛ ⎞ ⎛ ⎞
= e βNη ⎜⎜
1 1 1
⎟⎟⎜⎜ ⎟⎟.....⎜⎜ ⎟⎟
⎝ 1 − e − βhω1 ⎠⎝ 1 − e − βhω 2 ⎠ ⎝ 1 − e − βhω 3 N ⎠
atau
3N
ln Z = βNη − ∑ ln(1 − e − βhω r )
r =1
Frekuensi mode normal yang mungkin ωr bernilai berdekatan, sehingga cukup
menguntungkan kalau didefinisikan besaran
σ(ω) dω ≡ jumlah mode normal dengan frekuensi angular antara ω dan ω + dω.
Seterusnya:
∞
ln Z = βNη − ∫ ln(1 − e − βhω )σ (ω )dω
0
Terlihat disini bahwa problem statistik sangat sederhana. Yang terlihat sulit adalah
transformasi Hamiltonian, yakni problem mekanika untuk mencari frekuensi mode
normal.
∞
e β hω
CV = k ∫ βhω
( β hω ) 2 σ (ω )dω
0
( e − 1) 2
⎧σ (ω ) untuk ω < ω D
σ D (ω ) = ⎨ D
⎩ 0 untuk ω > ω D
∫σ
0
D (ω )dω = ∫ σ c (ω )dω = 3 N
0
V
kalau dimasukkan σ c (ω )dω = 3 ω 2 dω , akan diperoleh:
2π c2 3
s
1
⎛ N⎞ 3
ω D = c s ⎜ 6π 2
⎟
⎝ V⎠
apabila dihitung secara numerik, didapat ωD ≈ 1014 det-1 (pada daerah inframerah).
∞
e β hω 3V
CV = k ∫ β hω
( β hω ) 2 ω 2 dω
0
(e − 1) 2
2π c s
2 3
dapat ditulis:
θD
CV = 3Nkf D ( )
T
3Nk
CV
Sekarang kita lihat apabila interaksi ini dimasukkan dalam perhitungan (gas klassik non-
ideal).
3
1
4
2
U = u1,2 + u1,3 + u1,4 ….+ u2,3 + u2,4 +…..+ uN-1, N
atau
N N N N
U= ∑ ∑ ujk = ½ ∑ ∑ ujk
j =1 k =1 j =1 k =1
j<k j ≠k
Secara umum hubungan antara energi potensial dan jarak terlihat pada gambar berikut:
u(R)
Ro R
(Pada limit gas ideal U → 0 atau pada suhu tinggi β→0 dengan mudah dilihat bahwa ZU
= VN).
Apabila kerapatan gas n tidak begitu besar, prosedur pendekatan secara sistematik untuk
mencari ZU dapat dilakukan.
sehingga:
β
ln ZU (β) = N ln V − ∫ U (β’) dβ’
0
U = ½ N(N−1) u ≈ ½ N2 u
u = ∫ e − βu ud 3 R
=−
∂
ln ∫ e − βu d 3 R
∫ ∂β
− βu 3
e d R
Integral dapat ditulis dalam bentuk:
⎛ I⎞
∫e d 3 R = ∫ [1 + (e − βu − 1)]d 3 R = V + I = V ⎜1 + ⎟
− βu
⎝ V⎠
dengan
∞
I(β) = ∫ (e − βu
− 1)d R = ∫ (e − βu − 1) 4πR2dR yang bernilai cukup kecil
3
Ingat kembali:
Pada gas ideal ZU = VN
N
Sehingga persamaan keadaan menjadi p = atau p V = NkT
βV
n = N/V
Tampak bahwa:
∞
B2(T) = −½ I = −2π ∫ (e − βu − 1) R2dR
0
Pada pendekatan suhu cukup tinggi e − βu ≈ 1 − βu, persamaan keadaan akan mendekati
persamaan gas Van der Waals:
a
( p + 2 )(v−b) = RT
v
(See complete proof in Reif page 424-427)
8.3. Ferromagnetisme
Ferromagnet :
Material yang masih memperlihatkan gejala magnetisme meskipun medan luar sudah
tidak ada.
Hamiltonian total:
H’ = H’o + H’′
dua dimensi. Untuk problem tiga dimensi, sampai saat ini belum ada solusi yang
memuaskan.
Tetapi beberapa pendekatan sederhana dapat dilakukan seperti dengan teori medan
molekular dari Pierre Weiss.
Pada model ini perhatian utama pada suatu atom tertentu j (sebut saja sebagai ‘atom
pusat’).
Ho
Dari hal ini, kita dapat menghitung spin rata-rata pada komponen z
dari atom tersebut:
S jz = SBs (η )
dengan
η = βgμo(Ho + Hm)
Pada persamaan S jz = SBs (η ) terlihat ada satu parameter Hm yang tidak diketahui.
Untuk penyelesaiannya digunakan cara konsistensi-diri (self-consistent) dengan
mengingat kedudukan atom-atom adalah setara (tidak ada atom pusat).
n
Supaya self-consistent maka persamaan 2 J ∑ S kz = gμ0 H m menjadi:
k =1
2J n S Bs(η) = gμoHm
Kita masukkan definisi η = βgμo(Ho + Hm) diperoleh:
kT ⎛ gμ H ⎞
Bs (η ) = ⎜η − o o ⎟
2nJS ⎝ kT ⎠
yang menentukan η dan juga Hm
y = Bs(η)
kT
η’ η
2nJS
gμo H o
kT
Kalau parameter medan molekular dapat ditentukan, maka momen magnetik total
juga dapat dicari:
M = gμo ∑ S jz = Ngμo S Bs(η)
j
Kalau medan luar Ho = 0, maka η = 0 merupakan salah satu solusi. sehingga Hm juga
tidak ada.
disini:
2nJS ( S + 1)
kTc ≡
3
T < Tc
Fisis??
Dimungkinan terjadi fenomena ferromagnetisme pada suhu di bawah Tc (temperatur
Curie).
Keadaan ferromagnet ini terjadi karena interaksi mutual antar spin sehingga keadaan spin
paralel memiliki energi paling rendah.
Sekarang kita lihat suseptibilitas magnetik untuk solid yang mengalami medan
magnet luar kecil di atas Tc.
Karena η kecil maka:
kT ⎛ gμ H ⎞
3 (S + 1)η = ⎜η − o o ⎟
1
2nJS ⎝ kT ⎠
Hukum Curie-Weiss berbeda dengan hukum Curie dengan adanya faktor Tc pada
penyebut.
Secara eksperimen, hukum Curie-Weiss ini terekam dengan baik di atas suhu Curie.
Namun tidak begitu tepat pada saat material menjadi ferromagnetik pada suhu Curie.
The attraction between the unlike poles of two iron bar magnets is a consequence of the
interaction of the magnetic moments of the atoms in each magnet with the field produced
by atoms in the other magnet. The bar magnet, or horseshoe magnet, has the property of
permanent magnetism and is an example of ferromagnetism.