Professional Documents
Culture Documents
SPESIFIKASI TEKNIS
Keterangan:
Spesifikasi Teknis disusun oleh berdasar jenis Kegiatan yang akan dilelangkan,denganketentuan:
1. Tidak mengarah kepada merk/produk tertentu, tidak menutup kemungkinan digunakannya
Produksi dalam negeri;
2. Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional;
3. Metoda pelaksanaan harus logis, realistic dan dapat dilaksanakan;
4. Jadwal waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metoda pelaksanaan;
5. Harus mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal yang
diperlukan dalam pelaksanaan Kegiatan;
6. Harus mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan
Kegiatan;
7. Harus mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk;
8. Harus mencantumkan criteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan;
9. Harus mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.
PASAL I
PEKERJAAN PENDAHULUAN
Pasal 2
PEKERJAAN TANAH
2.1 PENYIAPAN BADAN JALAN
Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan
tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang diperlukan untuk penyelesaian
dari pekerjaan dalam Kontrak ini.
Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan selokan, untuk formasi
galian atau pondasi pipa, gorong-gorong, pembuangan atau struktur lainnya, untuk pembuangan
bahan yang tak terpakai dan tanah humus, untuk pekerjaan stabilisasi lereng dan
pembuangan bahan longsoran, untuk galian bahan konstruksi dan pembuangan sisa bahan
galian, untuk pengupasan dan pembuangan bahan perkerasan beraspal pada perkerasan lama,
dan umumnya untuk pembentukan profil dan penampang yang sesuai dengan Spesifikasi ini
dan memenuhi garis, ketinggian dan penampang melintang yang ditunjukkan dalam Gambar
atau sebagaimana yang diperintah-kan oleh Direksi Pekerjaan.
Galian Biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai galian batu, galian
struktur, galian sumber bahan (borrow excavation) dan galian perkerasan beraspal
Galian Batu harus mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 meter kubik
atau lebih dan seluruh batu atau bahan lainnya yang menurut Direksi Pekerjaan adalah tidak
praktis menggali tanpa penggunaan alat bertekanan udara atau pemboran, dan peledakan.
Galian ini tidak termasuk galian yang menurut Direksi Pekerjaan dapat dibongkar dengan
penggaru (ripper) tunggal yang ditarik oleh traktor dengan berat maksimum 15 ton dan
tenaga kuda neto maksimum sebesar 180 PK (Tenaga Kuda).
Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang disebut
atau ditunjukkan dalam Gambar untuk Struktur. Setiap galian yang didefinisikan sebagai Galian
Biasa atau Galian Batu tidak dapat dimasukkan dalam Galian Struktur.
Galian Struktur terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan, tembok penahan tanah beton,
dan struktur pemikul beban lainnya selain yang disebut dalam Spesifikasi ini.
Pekerjaan galian struktur meliputi: penimbunan kembali dengan bahan yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan; pembuangan bahan galian yang tidak terpakai; semua keperluan drainase,
pemompaan, penimbaan, penurapan, penyokong; pembuatan tempat kerja atau cofferdam
beserta pembongkarannya.
dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan dan harus mencakup pembuangan
semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton,
pasangan batu dan bahan perkerasan lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan permanen
Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap
bahan di bawah dan di luar batas galian.
Bilamana bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau pondasi dalam
keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak
memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan
diganti dengan timbunan yang memenuhi syarat, sebagaimana yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan.
Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai pada garis
formasi untuk selokan yang diperkeras, pada tanah dasar untuk perkerasan maupun bahu
jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi struktur, maka bahan tersebut harus
digali 15 cm lebih dalam sampai permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan
batu yang runcing pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua
pecahan batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian yang
disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan bahan yang disetujui
Direksi Pekerjaan dan dipadatkan.
2) Galian pada Tanah Dasar Perkerasan dan Bahu Jalan, Pembentukan Berm, Selokan dan
Talud.
Ketentuan dalam Penyiapan Badan Jalan, harus berlaku seperti juga ketentuan dalam
prosedur penggalian ini.
b) Pekerjaan galian untuk selokan drainase dan saluran air, kecuali untuk galian batu,
tidak akan diukur untuk pembayaran menurut Seksi ini. Pengukuran dan Pembayaran
harus dilaksanakan menurut Spesifikasi.
c) Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk pemasangan gorong-gorong pipa, tidak akan
diukur untuk pembayaran, kompensasi dari pekerjaan ini dipandang telah dimasukkan
ke dalam berbagai harga satuan penawaran untuk masing- masing bahan tersebut,
sesuai dengan Spesifikasi.
d) Pekerjaan galian yang dilaksanakan dalam pengembalian kondisi (reinstatement)
perkerasan lama tidak akan diukur untuk pembayaran, kompensasi untuk pekerjaan ini
telah dimasukkan dalam berbagai harga satuan penawaran yang untuk masing-
masing bahan yang digunakan pada operasi pengembalian kondisi sesuai dengan
Spesifikasi.
e) Galian untuk pengembalian kondisi bahu jalan dan pekerjaan minor lainnya, kecuali
untuk galian batu, tidak akan dibayar menurut Seksi ini. Pengukuran dan pembayaran
akan dilaksanakan sesuai Spesifikasi.
f) Galian yang diperlukan untuk operasi pekerjaan pemeliharaan rutin tidak akan diukur
untuk pembayaran, kompensasi untuk pekerjaan ini telah termasuk dalam operasi
pemeliharaan rutin.
2) Pengukuran Galian Untuk Pembayaran
a) Pekerjaan galian di luar ketentuan seperti di atas harus diukur untuk pembayaran sebagai
volume di tempat dalam meter kubik bahan yang dipindahkan, setelah dikurangi bahan
galian yang digunakan dan dibayar sebagai timbunan biasa atau timbunan pilihan dengan
faktor penyesuaian berikut ini :
i) Bahan Galian Biasa yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan
penyusutan (shrinkage) sebesar 0,85.
ii) Bahan Galian Batu yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan faktor
pengembangan (swelling) 1, 2.
b) Pekerjaan galian yang dapat dimasukkan untuk pengukuran dan pembayaran menurut
Seksi ini akan tetap dibayar sebagai galian hanya bilamana bahan galian tersebut tidak
digunakan dan dibayar dalam Seksi lain dari Spesifikasi ini.
c) Bilamana bahan galian dinyatakan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan dapat
digunakan sebagai bahan timbunan, namun tidak digunakan oleh Kontraktor sebagai
bahan timbunan, maka volume bahan galian yang tidak terpakai ini dan terjadi
semata-mata hanya untuk kenyamanan Kontraktor dengan exploitasi sumber bahan
(borrow pits) tidak akan dibayar.
d) Pekerjaan galian struktur yang diukur adalah volume dari prisma yang dibatasi oleh
bidang-bidang sebagai berikut :
Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar pondasi yang melalui
titik terendah dari terain tanah asli. Di atas bidang horisontal ini galian tanah
SPESIFIKASI TEKNIS 2019
diperhitungkan sebagai galian biasa atau galian batu sesuai dengan sifatnya
Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi.
Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling pondasi.
Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang-bidang yang diuraikan di atas
atau sebagai pengembangan tanah selama pemancangan, tambahan galian karena
kelongsoran, bergeser, runtuh atau karena sebab-sebab lain.
e) Pekerjaan galian perkerasan beraspal yang dilaksanakan di luar ketentuan Pengembalian
Kondisi (Reinstatement) Perkerasan Lama, harus diukur untuk pembayaran sebagai
volume di tempat dalam meter kubik bahan yang digali dan dibuang.
f) Pengangkutan hasil galian ke lokasi pembuangan akhir atau lokasi timbunan
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dengan jarak yang melebihi
5 km harus diukur untuk pembayaran sebagai volume di tempat dalam kubik meter
bahan yang dipindahkan per jarak tempat penggalian sampai lokasi pembuangan akhir
atau lokasi timbunan dalam kilometer.
2) Dasar Pembayaran
Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar menurut satuan
pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk masing-
masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini, dimana harga dan pembayaran
tersebut merupakan kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan termasuk cofferdam,
penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, dan biaya yang diper-lukan dalam
melaksanakan pekerjaan galian sebagaimana diuraikan dalam Seksi ini.
Bilamana cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, termasuk dalam
Mata Pembayaran yang terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga, maka pekerjaan ini akan
dibayar menurut Harga Penawaran dalam lump sum sesuai dengan ketentuan berikut ini;
pekerjaan ini mencakup penyediaan, pembuatan, pemeliharaan dan pembuangan setiap dan
semua cofferdam, penyokong, pengaku, sumuran, penurapan, pengendali air (water control), dan
operasi-operasi lainnya yang diperlukan untuk diterimanya penyelesaian galian yang termasuk
dalam pekerjaan dari Pasal ini sampai suatu kedalaman yang ditentukan.
PASAL 3
PEKERJAAN JALAN
3.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT
3.1.1 UMUM
Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada
permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal
berikutnya. Lapis Resap Pengikat harus dihampar di atas permukaan yang bukan beraspal
(misalnya Lapis Pondasi Agregat), sedangkan Lapis Perekat harus dihampar di atas
permukaan yang beraspal (seperti Lapis Penetrasi Macadam, Laston, Lataston dll).
3.1.2 BAHAN
SPESIFIKASI TEKNIS 2019
pada permukaan perkerasan jalan yang ada atau bahu jalan yang ada, semua
kerusakan perkerasan maupun bahu jalan harus diperbaiki menurut Spesifikasi
ini.
Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan
pada perkerasan jalan baru atau bahu jalan baru, perkerasan atau bahu itu
harus telah selesai dikerjakan sepenuhnya, menurut Spesifikasi ini yang sesuai
dengan lokasi dan jenis permukaan yang baru tersebut.
Permukaan yang akan disemprot itu harus dipelihara menurut standar butir
(a) dan butir (b) di atas sebelum pekerjaan pelaburan dilaksanakan.
Sebelum penghamparan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan dengan
memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya. Bilamana
peralatan ini belum dapat memberikan permukaan yang benar-benar bersih,
penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat yang kaku.
Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan
disemprot.
3.1.4.2 Takaran dan Temperatur Pemakaian Bahan Aspal
Kontraktor harus melakukan percobaan lapangan di bawah pengawasan
Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan tingkat takaran yang tepat (liter per
meter persegi) dan percobaan tersebut akan diulangi, sebagaimana diperin-
tahkan oleh Direksi Pekerjaan, bila jenis dari permukaan yang akan disemprot
atau jenis dari bahan aspal berubah. Biasanya takaran pemakaian yang
didapatkan akan berada dalam batas-batas sebagai berikut :
Lapis Resap Pengikat : 0,4 sampai 1,3 liter per meter persegi untuk
Lapis Pondasi Agregat Kelas A 0,2 sampai 1,0 liter
per meter persegi untuk Lapis Pondasi Semen Tanah.
Kuantitas yang sebagaimana ditetapkan di atas harus dibayar menurut Harga Satuan
Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang tercantum di bawah
ini dan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana pembayaran tersebut harus
merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan dan penghamparan seluruh bahan,
termasuk bahan penyerap (blotter material), penghamparan ulang, termasuk seluruh
pekerja, peralatan, perlengkapan, dan setiap kegiatan yang diperlukan untuk
menyelesaikan dan memelihara pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini sudah
termasuk dalam item pekerjaan lapis perkerasan aspal dan tidak ada pembayaran
terpisah untuk pekerjaan ini.
3.2.2 BAHAN
1) Agregat - Umum
a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar
campuran aspal, yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumus perbandingan
campuran, akan memiliki kekuatan sisa yang tidak kurang dari 75 % bilamana
kehilangan daya kohesi akibat pengaruh air diuji sesuai dengan AASHTO T165
- 86 dan SNI 06-2489-1991 (AASHTO T245 - 90).
b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh Direksi
Pekerjaan. Bahan harus ditumpuk sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi
ini.
c) Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus sudah menumpuk setiap fraksi
agregat pecah mesin dan pasir alam yang dibutuhkan untuk campuran aspal
minimum untuk kebutuhan satu bulan dan selanjutnya tumpukan persediaan
harus dipertahankan paling sedikit untuk kebutuhan satu bulan berikutnya
d) Direksi Pekerjaan dapat menyetujui, atau memerintahkan penggunaan agregat
yang tidak memenuhi ketentuan gradasi dari Spesifikasi ini asalkan dapat
dibuktikan bahwa campuran aspal selain jenis aspal beton (Laston atau AC)
yang dihasilkan dapat memenuhi ketentuan sifat-sifat campuran yang
diberikan dari Spesifikasi ini.
e) Tiap jenis agregat harus dipasok ke instalasi pusat pencampuran melalui
SPESIFIKASI TEKNIS 2019
b) Gradasi agregat kasar untuk jenis aspal beton (AC) tidak disyaratkan seperti
Tabel 4.2.2.(1) di atas, akan tetapi yang disyaratkan hanyalah gradasi akhir
(gabungan) yang harus memenuhi batas-batas gradasi yang disyaratkan dalam
Tabel 4.2.4.(1).
c) Agregat kasar harus terdiri dari bahan yang bersih, keras, awet dan bebas dari
kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki dan harus memiliki persentase
keausan agregat dengan mesin Los Angeles yang tidak lebih dari 40 pada 500
putaran seperti yang ditetapkan oleh SNI 03-2417-1991. Bilamana diuji dengan
5 siklus pengujian sifat kekekalan bentuk batu dengan larutan natrium sulfat
dan magnesium sufat menurut SNI 03-3407-1994, kehilangan berat pada
agregat kasar tidak boleh besar dari 12 %.
3) Agregat Halus Untuk Campuran Aspal
a) Agregat halus untuk HRS dan ATB pada umumnya harus mendekati gradasi
yang disyaratkan dalam Tabel 4.2.2.(2) dan harus terdiri dari pasir alam atau
pengayakan batu pecah mesin halus (crusher dust) atau kombinasi keduanya.
Biasanya diperlukan sejumlah hasil pengayakan batu pecah mesin ("abu batu
pecah mesin") untuk menghasilkan suatu campuran ATB dan HRS yang
ekonomis dan memenuhi ketentuan campuran yang disyaratkan. Abu batu
SPESIFIKASI TEKNIS 2019
pecah mesin harus diproduksi melalui proses pemecahan batu yang bersih dan
tidak mengandung lempung atau lanau dan harus disimpan secara terpisah
dari pasir alam yang akan digunakan dalam campuran. Pemasokan komponen
abu batu dan pasir ke dalam instalasi pencampur aspal harus dipisahkan
melalui pemasok (feeder) cold bin yang terpisah sehingga rasio pasir terhadap
abu batu dapat dikendalikan dengan baik.
Tabel 4.2.2.(2) Gradasi Agregat Halus Untuk Latasir, Lataston dan ATB
Ukuran Ayakan JENIS CAMPURAN
Latasir (SS) Latasir (SS) Lataston (HRS) dan
(ASTM) (mm) Kelas A Kelas B ATB
3/8” 9,5 100 100 100
No.4 4,75 98 - 100 72 - 100 90 - 100
No.8 2,36 95 - 100 72 - 100 80 - 100
No.30 0,600 76 - 100 25 - 100 25 - 100
No.200 0,075 0-8 0–8 3 - 11
b) Agregat halus harus terdiri dari partikel yang bersih, keras, bebas dari gum-
palan atau bola-bola lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu
pecah mesin halus harus diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu
agregat kasar yang disyaratkan dalam alinea (c) dan (d) dari Pasal 4.2.2.(2).
Dalam segala hal, pasir yang kotor dan berdebu serta mempunyai partikel lolos
ayakan No.200 (0,075 mm) lebih dari 8 % atau pasir yang mempunyai nilai
setara pasir (sand equivalent) kurang dari 50 sesuai dengan Pd M-03-1996-03,
tidak diperkenankan untuk digunakan dalam campuran.
4) Bahan Pengisi (Filler) Untuk Campuran Aspal (AASHTO M17)
a) Bahan pengisi harus terdiri dari debu batu kapur (limestone dust), semen
portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan non plastis lainnya yang
memenuhi ketentuan. Bahan tersebut harus bebas dari bahan lain yang tidak
dikehendaki.
b) Bahan pengisi harus kering dan bebas dari gumpalan lempung dan bilamana
diuji dengan pengayakan secara basah harus mengandung bahan yang lolos
ayakan No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 % terhadap berat total.
c) Penggunaan kapur tohor sebagai bahan pengisi dapat memperbaiki daya tahan
campuran, membantu penyelimutan dari partikel agregat dan membantu men-
cegah pengelupasan. Akan tetapi mutu dari berbagai sumber kapur yang
bervariasi dan kecenderungan kapur untuk membentuk gumpalan terbukti
dapat menimbulkan masalah sewaktu penakaran. Pengembangan (ekspansi)
kapur karena proses hidrasi dapat menyebabkan keretakan campuran bila-
mana kadar kapur tersebut terlalu tinggi. Bila digunakan kapur maka proporsi
maksimum yang diijinkan adalah 1,0 % dari berat total campuran aspal.
5) Bahan Aspal Untuk Campuran Aspal
SPESIFIKASI TEKNIS 2019
Bahan aspal harus dari jenis aspal semen AC-20 (Pen.60/70) atau boleh AC-10
(Pen.80/100) yang memenuhi ketentuan yang disyaratkan AASHTO M226 - 80
6) Bahan Aditif Untuk Aspal
Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan atau menyetujui penggunaan suatu bahan
tambah (aditif) untuk meningkatkan daya adhesi atau mengurangi pengelupasan
(anti stripping). Bahan aditif tersebut harus dari jenis yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan dan persentase bahan aditif yang diperlukan harus dicampurkan ke
dalam bahan aspal sampai merata dalam waktu yang sedemikian hingga
menghasilkan campuran yang homogen sesuai dengan petunjuk pabrik
pembuatanya dan sebagaimana yang dipe-rintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
7) Sumber Pasokan
a) Sumber bahan untuk memasok agregat dan bahan pengisi (filler) harus
disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjan sebelum pengiriman bahan.
Contoh setiap bahan harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan sebagaimana
yang diperintahkan.
b) Dalam pemilihan sumber agregat, Kontraktor dianggap telah memperhitung-
kan penyerapan aspal oleh agregat sehingga hanya agregat lokal dengan
penyerapan terkecil yang akan digunakan. Variasi kadar aspal akibat tingkat
penyerapan aspal yang berbeda, tidak dapat dipertimbangkan sebagai alasan
untuk negosiasi kembali harga satuan dari Campuran Aspal.
3.2.3 KETENTUAN SIFAT-SIFAT CAMPURAN
1) Campuran aspal harus memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Tabel
Stabilitas Marshall
Sisa setelah Min. 75 75 75 75 75 75
perendaman 24
jam, 60 0C (% terhadap
stabilitas semula)
Rongga Udara Min. 3 3 4 4 4 4
dalam Cam-puran (% Maks 9 9 6 8 6 6
terhadap .
volume)
Rongga Terisi Min. - - - - 65 65
Aspal (%) Maks - - - - - -
.
2) Bahan aspal yang diperoleh kembali dari benda uji pada rumus perbandingan campuran harus
mempunyai penetrasi tidak kurang dari 55 % nilai penetrasi aspal sebelum pencampuran dan
daktilitas tidak kurang dari 40 cm, bila diperiksa masing-masing dengan prosedur SNI 06-2456-1991
dan SNI 06-2432-1991.
3) Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara SNI 03-3640- 1994. Setelah
konsentrasi larutan aspal yang terekstraksi mendekati 200 mm, partikel mineral yang terkandung
harus dipindahkan ke dalam suatu sentrifugal. Pemindahan ini dianggap memenuhi bilamana kadar
abu dalam bahan aspal yang diperoleh kembali tidak melebihi 1% (dengan pengapian listrik /
ignition). Bahan aspal harus diperoleh kembali dari larutan sesuai dengan prosedur Pd M-21-1995-
03.
3.2.4 RUMUS PERBANDINGAN CAMPURAN (JOB MIX FORMULA)
1) Persetujuan
a) Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan rumus per- bandingan
campuran yang diusulkan secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan. Rumus yang diserahkan
harus mencantumkan ukuran nominal maksimum agregat, sumber agregat, persentase dari
agregat campuran yang lolos ayakan 2,36 mm (No.8) dan 75 mikron (No.200), kadar aspal
total dan efektif yang dinyatakan sebagai persentase berat dari campuran total, temperatur
tertentu saat campuran harus dikeluarkan dari instalasi pencampur aspal, dan temperatur
tertentu saat campuran harus dikirim ke tempat penghamparan, yang semuanya harus
terletak dalam rentang dan komposisi umum yang disyaratkan. Rumus yang diusulkan harus
didukung dengan data campuran percobaan di laboratorium dan khususnya selain Laston
(AC) dengan grafik- grafik yang diuraikan pada Pasal 6.2.5.(4) dari Spesifikasi ini.
b) Direksi Pekerjaan, menurut pendapatnya, dapat menyetujui rumus yang diserahkan, baik
secara keseluruhan maupun sebagian, atau dapat meminta Kontraktor untuk melaksanakan
pengujian campuran percobaan tambahan atau untuk memeriksa alternatif agregat lainnya.
c) Perbandingan campuran khususnya selain Laston (AC) harus ditetapkan dan mutu campuran
tersebut harus dikendalikan, dalam bentuk Rancangan Fraksi untuk berbagai macam agregat.
d) Direksi Pekerjaan akan menyetujui rumus perbandingan campuran yang dise- rahkan dengan
SPESIFIKASI TEKNIS 2019
bahan baru tersebut dikirim ke tempat penghamparan. Bahan baku akan ditolak bilamana
bahan baku tersebut menghasilkan cam- puran aspal dengan rongga udara atau
karakteristik lainnya sedemikian rupa sehingga untuk memenuhi semua ketentuan diperlukan
kadar aspal yang lebih tinggi atau lebih rendah dari rentang yang disyaratkan.
3.2.5 PEMBUATAN DAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL
1) Kemajuan Pekerjaan
Campuran aspal tidak boleh diproduksi bilamana tidak cukup tersedia peralatan
pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau pekerja, yang dapat
menjamin kemajuan pekerjaan dengan tingkat kecepatan minimum 60 % kapasitas
instalasi pencampuran.
2) Penyiapan Bahan Aspal
Bahan aspal harus dipanaskan dengan temperatur antara 140 ºC sampai 160 ºC di
dalam suatu tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah
terjadinya pemanasan setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal ke alat pen-
campur secara terus menerus pada temperatur yang merata setiap saat. Pada
setiap hari sebelum proses pencampuran dimulai, minimum harus terdapat 30.000
liter aspal panas yang siap untuk dialirkan ke alat pencampur.
3) Penyiapan Agregat
a) Setiap fraksi agregat harus disalurkan ke instalasi pencampur
aspal melalui pemasok penampung dingin yang terpisah. Pra-
pencampuran agregat dari berbagai jenis atau dari sumber yang
berbeda tidak diperkenankan. Agregat untuk campuran aspal harus
dikeringkan dan dipanaskan pada alat pengering sebelum
dimasukkan ke dalam alat pencampur. Nyala api yang terjadi dalam
proses pengeringan dan pemanasan harus diatur secara tepat agar
dapat mencegah terbentuknya selaput jelaga pada agregat.
b) Bila agregat akan dicampur dengan bahan aspal, maka agregat
harus kering dengan temperatur dalam rentang yang disyaratkan
untuk bahan aspal, tetapi tidak melampaui 15 ºC di atas temperatur
bahan aspal.
c) Bila diperlukan untuk memenuhi gradasi yang disyaratkan, maka
bahan peng- isi (filler) tambahan harus ditakar secara terpisah dalam
penampung kecil yang dipasang tepat di atas alat pencampur.
Bahan pengisi tidak boleh ditabur di atas tumpukan agregat
maupun dituang ke dalam penampung instalasi pemecah batu. Hal
ini dimaksudkan agar pengendalian kadar filler dapat dijamin.
4) Penyiapan Pencampuran
a) Agregat kering yang telah disiapkan seperti yang dijelaskan di atas,
harus dicampur di instalasi pencampuran dengan proporsi tiap
fraksi agregat yang tepat agar memenuhi rumus perbandingan
SPESIFIKASI TEKNIS 2019
neto. Muatan campuran aspal tidak boleh dikirim terlalu sore agar
penghamparan dan pemadatan hanya dilaksanakan pada saat masih
terang terkecuali tersedia penerangan yang dapat diterima oleh
Direksi Pekerjaan.
3.2.6 PENGHAMPARAN CAMPURAN
1) Menyiapkan Permukaan Yang Akan Dilapisi
a) Bilamana permukaan yang akan dilapisi termasuk perataan setempat dalam
kondisi rusak, menunjukkan ketidakstabilan, atau permukaan aspal lama telah
berubah bentuk secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik dengan
lapisan di bawahnya, harus dibongkar atau dengan cara perataan kembali
lainnya. Semua bahan yang lepas atau lunak harus dibuang, dan permu-
kaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki dengan campuran aspal atau bahan
lain yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, kemudian dipadatkan. Toleransi
permukaan setelah diperbaiki harus sama dengan yang disyaratkan untuk
pelaksanaan lapis pondasi agregat.
b) Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar harus diber-
sihkan dari bahan yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan sapu
mekanis yang dibantu dengan cara manual bila diperlukan. Lapis perekat (tack
coat) atau lapis resap pengikat (prime coat) harus diterapkan sesuai dengan
Spesifikasi ini.
2) Acuan Tepi
Balok kayu atau acuan lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan garis dan
serta ketinggian yang diperlukan oleh tepi-tepi lokasi yang akan dihampar.
3) Penghamparan Dan Pembentukan
a) Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat penghampar harus
dipanaskan. Campuran aspal harus dihampar dan diratakan sesuai dengan
kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang melintang yang disyaratkan.
b) Penghamparan harus dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur yang
lebih tinggi bilamana pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu lajur.
c) Mesin vibrasi pada alat penghampar harus dijalankan selama penbghamparan
dan pembentukan.
d) Penampung alat penghampar tidak boleh dikosongkan, tetapi temperatur sisa
campuran aspal harus dijaga tidak kurang dari temperatur yang disyaratkan
dalam Tabel.
e) Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang tidak
menyebabkan retak permukaan, koyakan, atau bentuk ketidakrataan lainnya
pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus disetujui oleh Direksi
Pekerjaan dan ditaati.
f) Bilamana terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat
SPESIFIKASI TEKNIS 2019
PASAL 4
PEKERJAAN LAIN– LAIN
Pasal 5
PENUTUP
Pekerjaan yang menjadi bagian dari pekerjaan pcmbangunan ini tetapi tidak diuraikan atau dimuat dalam
bestek, tetapi diselenggarakan atau diselesaikan oleh Kontraktor, hal itu harus dianggap seakan-akan
pekerjaan ini diuraikan dan dimuat dalam spesifikasi teknis ini, untuk menuju penyerahan selesai yang
lengkap dan sesuai spesifikasi.