You are on page 1of 27

SPESIFIKASI TEKNIS 2019

SPESIFIKASI TEKNIS

Program : Program Pembangunan Infrastruktur Perdesaan


Kegiatan : Peningkatan Dan Pencegahan Penurunan Kualitas Infrastruktur Permukiman
Perdesaan
Pekerjaan : Peningkatan Jalan Kecipir dan Sekitarnya, Kota Palangka Raya, Provinsi
Kalimantan Tengah

Keterangan:
Spesifikasi Teknis disusun oleh berdasar jenis Kegiatan yang akan dilelangkan,denganketentuan:
1. Tidak mengarah kepada merk/produk tertentu, tidak menutup kemungkinan digunakannya
Produksi dalam negeri;
2. Semaksimal mungkin diupayakan menggunakan standar nasional;
3. Metoda pelaksanaan harus logis, realistic dan dapat dilaksanakan;
4. Jadwal waktu pelaksanaan harus sesuai dengan metoda pelaksanaan;
5. Harus mencantumkan macam, jenis, kapasitas dan jumlah peralatan utama minimal yang
diperlukan dalam pelaksanaan Kegiatan;
6. Harus mencantumkan syarat-syarat bahan yang dipergunakan dalam pelaksanaan
Kegiatan;
7. Harus mencantumkan syarat-syarat pengujian bahan dan hasil produk;
8. Harus mencantumkan criteria kinerja produk (output performance) yang diinginkan;
9. Harus mencantumkan tata cara pengukuran dan tata cara pembayaran.

PASAL I
PEKERJAAN PENDAHULUAN

1.1. Lingkup Pekerjaan :


Mobilisasi tenaga kerja, bahan-bahan dan peralatan untuk persiapan pelaksanaan pekerjaan agar
pekerjaan konstruksi menjadi berhasil yang baik dan sempurna dan dilakukan selambat-
lambatnya15 hari setelah SPMK diterbitkan.

1.2. Pekerjaan Pendahuluan melingkupi:


1. Pembersihan Lokasi Pekerjaan
Pembersihan lokasi ini meliputi pembersihan dari material – material yang berada di lokasi
pekerjaan pada tahap awal pelaksanaan dan akhir pelaksanaan pekerjaan agar material yang
digunakan tidak mengganggu pekerjaan.

2. Papan Nama Kegiatan dan Rambu Kegiatan


Papan nama kegiatan dan rambu kegiatan dipasang di lokasi pelaksanaan pekerjaan dan dapat
dilhat oleh masyarakat sekitar.
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

3. Pengukuran dan Pemasangan Patok


Untuk patok ukur dipasang yang kuat, tertancap tanah sehingga tidak bisa digerak-
gerakkan atau diubah. Ketidak cocokan yang mungkin terjadi antara gambar dan keadaan
lapangan yang sebenarnya harus segera dilaporkan kepada Pengawas Lapangan maupun
Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) untuk dimintakan keputusannya.

4. Mobilisasi dan Demobilisasi Peralatan


Lingkup Kegiatan Mobilisasi
Mobilisasi yang diperlukan dalam Kontrak ini akan tergantung pada jenis dan volume
pekerjaan yang harus dilaksanakan, sebagaimana disyaratkan di bagian-bagian lain dari
Dokumen Kontrak, dan secara umum harus memenuhi.
Mobilisasi personil dan peralatan dapat dilakukan secara bertahap sesuai dengan kebutuhan
lapangan yang disepakati dalam Rapat Persiapan Pelaksanaan (Pre Construction Meeting).
Dalam waktu paling lambat 7 hari setelah Surat Perintah Mulai Kerja, Penyedia Jasa
harus melaksanakan Rapat Persiapan Pelaksanaan (Pre Construction Meeting) yang
dihadiri Pengguna Jasa, Direksi Pekerjaan, Direksi Teknis (bila ada), dan Penyedia Jasa
untuk membahas semua hal baik yang teknis maupun yang non teknis dalam kegiatan ini.
Setiap perubahan pada peralatan maupun personil yang diusulkan dalam
Penawaran harus memperoleh persetujuan dari Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan.
Dalam kegiatan Mobilisasi juga terdapat Uji Mutu terhadap pelaksanaan pekerjaan yang
mengikuti standar yang telah ditetapkan dalam spesifikasi teknis ini. Uji mutu dapat berupa
Design Mix Formula (DMF), Job Mix Formula (JMF), Test – Test Di Laboratorium dan di
Lapangan sesuai dengan jenis pekerjaan yang dikerjakan dan permintaan dari pemilik
pekerjaan.

Lingkup Kegiatan Demobilisasi


Pembongkaran tempat kerja oleh Penyedia Jasa pada saat akhir Kontrak, termasuk
pemindahan semua instalasi, peralatan dan perlengkapan dari tanah milik Pemerintah
dan pengembalian kondisi tempat kerja menjadi kondisi seperti semula sebelum Pekerjaan
dimulai.
Demobilisasi dapat dilakukan apabila telah mendapat persetujuan dari pemilik pekerjaan
berdasar dari hasil perhitungan pekerjaan yang telah disepakati dan apabila dilakukan tanpa
perintah baik lisan maupun tertulis penyedia jasa wajib untuk kembali memobilisasi semua
yang telah di demobilisasi sesuai dengan perintah pemilik pekerjaan.

Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)


Keselamatan dan Kesehatan Kerja dari mencakup ketentuan-ketentuan penanganan
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) konstruksi kepada setiap orang yang berada di tempat
kerja yang berhubungan dengan pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan
kerja konstruksi, proses produksi dan lingkungan sekitar tempat kerja.
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

Penanganan K3 mencakup penyediaan sarana pencegah kecelakaan kerja dan perlindungan


kesehatan kerja konstruksi maupun penyediaan personil yang kompeten dan organisasi
pengendalian K3 Konstruksi sesuai dengan tingkat resiko yang ada.

Pasal 2
PEKERJAAN TANAH
2.1 PENYIAPAN BADAN JALAN
 Pekerjaan ini harus mencakup penggalian, penanganan, pembuangan atau penumpukan
tanah atau batu atau bahan lain dari jalan atau sekitarnya yang diperlukan untuk penyelesaian
dari pekerjaan dalam Kontrak ini.
 Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran air dan selokan, untuk formasi
galian atau pondasi pipa, gorong-gorong, pembuangan atau struktur lainnya, untuk pembuangan
bahan yang tak terpakai dan tanah humus, untuk pekerjaan stabilisasi lereng dan
pembuangan bahan longsoran, untuk galian bahan konstruksi dan pembuangan sisa bahan
galian, untuk pengupasan dan pembuangan bahan perkerasan beraspal pada perkerasan lama,
dan umumnya untuk pembentukan profil dan penampang yang sesuai dengan Spesifikasi ini
dan memenuhi garis, ketinggian dan penampang melintang yang ditunjukkan dalam Gambar
atau sebagaimana yang diperintah-kan oleh Direksi Pekerjaan.
 Galian Biasa harus mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi sebagai galian batu, galian
struktur, galian sumber bahan (borrow excavation) dan galian perkerasan beraspal
 Galian Batu harus mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1 meter kubik
 atau lebih dan seluruh batu atau bahan lainnya yang menurut Direksi Pekerjaan adalah tidak
praktis menggali tanpa penggunaan alat bertekanan udara atau pemboran, dan peledakan.
Galian ini tidak termasuk galian yang menurut Direksi Pekerjaan dapat dibongkar dengan
penggaru (ripper) tunggal yang ditarik oleh traktor dengan berat maksimum 15 ton dan
tenaga kuda neto maksimum sebesar 180 PK (Tenaga Kuda).
 Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam batas pekerjaan yang disebut
atau ditunjukkan dalam Gambar untuk Struktur. Setiap galian yang didefinisikan sebagai Galian
Biasa atau Galian Batu tidak dapat dimasukkan dalam Galian Struktur.
 Galian Struktur terbatas untuk galian lantai pondasi jembatan, tembok penahan tanah beton,
dan struktur pemikul beban lainnya selain yang disebut dalam Spesifikasi ini.
 Pekerjaan galian struktur meliputi: penimbunan kembali dengan bahan yang disetujui oleh
Direksi Pekerjaan; pembuangan bahan galian yang tidak terpakai; semua keperluan drainase,
pemompaan, penimbaan, penurapan, penyokong; pembuatan tempat kerja atau cofferdam
beserta pembongkarannya.

2.2 PROSEDUR PENGGALIAN


1) Prosedur Umum
 Penggalian harus dilaksanakan menurut kelandaian, garis, dan elevasi yang ditentukan
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

dalam Gambar atau ditunjukkan oleh Direksi Pekerjaan dan harus mencakup pembuangan
semua bahan dalam bentuk apapun yang dijumpai, termasuk tanah, batu, batu bata, beton,
pasangan batu dan bahan perkerasan lama, yang tidak digunakan untuk pekerjaan permanen
 Pekerjaan galian harus dilaksanakan dengan gangguan yang seminimal mungkin terhadap
bahan di bawah dan di luar batas galian.
 Bilamana bahan yang terekspos pada garis formasi atau tanah dasar atau pondasi dalam
keadaan lepas atau lunak atau kotor atau menurut pendapat Direksi Pekerjaan tidak
memenuhi syarat, maka bahan tersebut harus seluruhnya dipadatkan atau dibuang dan
diganti dengan timbunan yang memenuhi syarat, sebagaimana yang diperintahkan Direksi
Pekerjaan.
 Bilamana batu, lapisan keras atau bahan yang sukar dibongkar dijumpai pada garis
formasi untuk selokan yang diperkeras, pada tanah dasar untuk perkerasan maupun bahu
jalan, atau pada dasar galian pipa atau pondasi struktur, maka bahan tersebut harus
digali 15 cm lebih dalam sampai permukaan yang mantap dan merata. Tonjolan-tonjolan
batu yang runcing pada permukaan yang terekspos tidak boleh tertinggal dan semua
pecahan batu yang diameternya lebih besar dari 15 cm harus dibuang. Profil galian yang
disyaratkan harus diperoleh dengan cara menimbun kembali dengan bahan yang disetujui
Direksi Pekerjaan dan dipadatkan.
2) Galian pada Tanah Dasar Perkerasan dan Bahu Jalan, Pembentukan Berm, Selokan dan
Talud.
Ketentuan dalam Penyiapan Badan Jalan, harus berlaku seperti juga ketentuan dalam
prosedur penggalian ini.

2.3 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1) Galian Yang Tidak Diukur Untuk Pembayaran
Sebagian besar pekerjaan galian dalam Kontrak tidak akan diukur dan dibayar menurut Seksi
ini, pekerjaan tersebut dipandang telah dimasukkan ke dalam harga penawaran untuk
berbagai macam bahan konstruksi yang dihampar di atas galian akhir, seperti pasangan batu
(stone masonry) dan gorong-gorong pipa. Jenis galian yang secara spesifik tidak dimasukkan
untuk pengukuran dalam Seksi ini adalah:
a) Galian di luar garis yang ditunjukkan dalam profil dan penampang melintang yang
disetujui tidak akan dimasukkan dalam volume yang diukur untuk pembayaran kecuali
bilamana :
i) Galian yang diperlukan untuk membuang bahan yang lunak atau tidak memenuhi
syarat, di atas, atau untuk membuang batu atau bahan keras lainnya seperti yang
disyaratkan
ii) Pekerjaan tambah sebagai akibat dari longsoran lereng a t a u struktur sementara
penahan tanah atau air (seperti penyokong, pengaku, atau cofferdam) yang
sebelumnya telah diterima oleh Direksi Pekerjaan secara tertulis.
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

b) Pekerjaan galian untuk selokan drainase dan saluran air, kecuali untuk galian batu,
tidak akan diukur untuk pembayaran menurut Seksi ini. Pengukuran dan Pembayaran
harus dilaksanakan menurut Spesifikasi.
c) Pekerjaan galian yang dilaksanakan untuk pemasangan gorong-gorong pipa, tidak akan
diukur untuk pembayaran, kompensasi dari pekerjaan ini dipandang telah dimasukkan
ke dalam berbagai harga satuan penawaran untuk masing- masing bahan tersebut,
sesuai dengan Spesifikasi.
d) Pekerjaan galian yang dilaksanakan dalam pengembalian kondisi (reinstatement)
perkerasan lama tidak akan diukur untuk pembayaran, kompensasi untuk pekerjaan ini
telah dimasukkan dalam berbagai harga satuan penawaran yang untuk masing-
masing bahan yang digunakan pada operasi pengembalian kondisi sesuai dengan
Spesifikasi.
e) Galian untuk pengembalian kondisi bahu jalan dan pekerjaan minor lainnya, kecuali
untuk galian batu, tidak akan dibayar menurut Seksi ini. Pengukuran dan pembayaran
akan dilaksanakan sesuai Spesifikasi.
f) Galian yang diperlukan untuk operasi pekerjaan pemeliharaan rutin tidak akan diukur
untuk pembayaran, kompensasi untuk pekerjaan ini telah termasuk dalam operasi
pemeliharaan rutin.
2) Pengukuran Galian Untuk Pembayaran
a) Pekerjaan galian di luar ketentuan seperti di atas harus diukur untuk pembayaran sebagai
volume di tempat dalam meter kubik bahan yang dipindahkan, setelah dikurangi bahan
galian yang digunakan dan dibayar sebagai timbunan biasa atau timbunan pilihan dengan
faktor penyesuaian berikut ini :
i) Bahan Galian Biasa yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan
penyusutan (shrinkage) sebesar 0,85.
ii) Bahan Galian Batu yang dipakai sebagai timbunan harus dibagi dengan faktor
pengembangan (swelling) 1, 2.
b) Pekerjaan galian yang dapat dimasukkan untuk pengukuran dan pembayaran menurut
Seksi ini akan tetap dibayar sebagai galian hanya bilamana bahan galian tersebut tidak
digunakan dan dibayar dalam Seksi lain dari Spesifikasi ini.
c) Bilamana bahan galian dinyatakan secara tertulis oleh Direksi Pekerjaan dapat
digunakan sebagai bahan timbunan, namun tidak digunakan oleh Kontraktor sebagai
bahan timbunan, maka volume bahan galian yang tidak terpakai ini dan terjadi
semata-mata hanya untuk kenyamanan Kontraktor dengan exploitasi sumber bahan
(borrow pits) tidak akan dibayar.
d) Pekerjaan galian struktur yang diukur adalah volume dari prisma yang dibatasi oleh
bidang-bidang sebagai berikut :
 Bidang atas adalah bidang horisontal seluas bidang dasar pondasi yang melalui
titik terendah dari terain tanah asli. Di atas bidang horisontal ini galian tanah
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

diperhitungkan sebagai galian biasa atau galian batu sesuai dengan sifatnya
 Bidang bawah adalah bidang dasar pondasi.
 Bidang tegak adalah bidang vertikal keliling pondasi.
Pengukuran volume tidak diperhitungkan di luar bidang-bidang yang diuraikan di atas
atau sebagai pengembangan tanah selama pemancangan, tambahan galian karena
kelongsoran, bergeser, runtuh atau karena sebab-sebab lain.
e) Pekerjaan galian perkerasan beraspal yang dilaksanakan di luar ketentuan Pengembalian
Kondisi (Reinstatement) Perkerasan Lama, harus diukur untuk pembayaran sebagai
volume di tempat dalam meter kubik bahan yang digali dan dibuang.
f) Pengangkutan hasil galian ke lokasi pembuangan akhir atau lokasi timbunan
sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan dengan jarak yang melebihi
5 km harus diukur untuk pembayaran sebagai volume di tempat dalam kubik meter
bahan yang dipindahkan per jarak tempat penggalian sampai lokasi pembuangan akhir
atau lokasi timbunan dalam kilometer.
2) Dasar Pembayaran
Kuantitas galian yang diukur menurut ketentuan di atas, akan dibayar menurut satuan
pengukuran dengan harga yang dimasukkan dalam Daftar Kuantitas dan Harga untuk masing-
masing Mata Pembayaran yang terdaftar di bawah ini, dimana harga dan pembayaran
tersebut merupakan kompensasi penuh untuk seluruh pekerjaan termasuk cofferdam,
penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, dan biaya yang diper-lukan dalam
melaksanakan pekerjaan galian sebagaimana diuraikan dalam Seksi ini.
Bilamana cofferdam, penyokong, pengaku dan pekerjaan yang berkaitan, termasuk dalam
Mata Pembayaran yang terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga, maka pekerjaan ini akan
dibayar menurut Harga Penawaran dalam lump sum sesuai dengan ketentuan berikut ini;
pekerjaan ini mencakup penyediaan, pembuatan, pemeliharaan dan pembuangan setiap dan
semua cofferdam, penyokong, pengaku, sumuran, penurapan, pengendali air (water control), dan
operasi-operasi lainnya yang diperlukan untuk diterimanya penyelesaian galian yang termasuk
dalam pekerjaan dari Pasal ini sampai suatu kedalaman yang ditentukan.

PASAL 3
PEKERJAAN JALAN
3.1 LAPIS RESAP PENGIKAT DAN LAPIS PEREKAT
3.1.1 UMUM
Pekerjaan ini harus mencakup penyediaan dan penghamparan bahan aspal pada
permukaan yang telah disiapkan sebelumnya untuk pemasangan lapisan beraspal
berikutnya. Lapis Resap Pengikat harus dihampar di atas permukaan yang bukan beraspal
(misalnya Lapis Pondasi Agregat), sedangkan Lapis Perekat harus dihampar di atas
permukaan yang beraspal (seperti Lapis Penetrasi Macadam, Laston, Lataston dll).
3.1.2 BAHAN
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

1. Bahan Lapis Resap Pegikat


Bahan aspal untuk Lapis Resap Pengikat haruslah salah satu dari berikut ini :
 Aspal emulsi reaksi sedang (medium setting) atau reaksi lambat (slow setting)
yang memenuhi AASHTO M140 atau Pd S-01-1995-03 (AASHTO M208).
Umumnya hanya aspal emulsi yang dapat menun-jukkan peresapan yang baik
pada lapis pondasi tanpa pengikat yang disetujui. Aspal emulsi harus
mengandung residu hasil penyulingan minyak bumi (aspal dan pelarut) tidak
kurang dari 50 % dan mempu-nyai penetrasi aspal tidak kurang dari 80/100.
Aspal emulsi untuk Lapis Resap pengikat ini tidak boleh diencerkan di lapangan.
 Aspal semen Pen.80/100 atau Pen.60/70, memenuhi AASHTO M20, diencerkan
dengan minyak tanah (kerosen). Proporsi minyak tanah yang digunakan
sebagaimana diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan, setelah percobaan di atas
lapis pondasi atas yang telah selesai sesuai dengan Pasal 6.1.4.(2). Kecuali
diperintah lain oleh Direksi Pekerjaan, perbandingan pemakaian minyak tanah
pada percobaan pertama harus dari 80 bagian minyak per 100 bagian aspal
semen (80 pph kurang lebih ekivalen dengan viskositas aspal cair hasil kilang
jenis MC-30).
 Bilamana lalu lintas diijinkan lewat di atas Lapis Resap Pengikat maka harus
digunakan bahan penyerap (blotter material) dari hasil pengayakan kerikil atau
batu pecah, terbebas dari butiran-butiran berminyak atau lunak, bahan kohesif
atau bahan organik. Tidak kurang dari 98 persen harus lolos ayakan ASTM 3/8”
(9,5 mm) dan tidak lebih dari 2 persen harus lolos ayakan ASTM No.8 (2,36
mm).
3.1.2.1 Bahan Lapis Perekat
 Aspal emulsi jenis Rapid Setting yang memenuhi ketentuan AASHTO M140
atau Pd S-01-1995-03 (AASHTO M208). Direksi Pekerjaan dapat meng-ijinkan
penggunaan aspal emulsi yang diencerkan dengan perbandingan 1 bagian air
bersih dan 1 bagian aspal emulsi.
 Aspal semen Pen.60/70 atau Pen.80/100 yang memenuhi ketentuan AASHTO
M20, diencerkan dengan 25 sampai 30 bagian minyak tanah per 100 bagian
aspal.
3.1.3 PERALATAN
3.1.3.1 Ketentuan Umum
Kontraktor harus melengkapi peralatannya terdiri dari penyapu mekanis dan atau
kompresor, peralatan untuk memanaskan bahan aspal dan peralatan yang sesuai
untuk menyebarkan kelebihan bahan aspal.
3.1.4 PELAKSANAAN PEKERJAAN
3.1.4.1 Penyiapan Permukaan Yang Akan Dihampar Aspal
 Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

pada permukaan perkerasan jalan yang ada atau bahu jalan yang ada, semua
kerusakan perkerasan maupun bahu jalan harus diperbaiki menurut Spesifikasi
ini.
 Apabila pekerjaan Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat akan dilaksanakan
pada perkerasan jalan baru atau bahu jalan baru, perkerasan atau bahu itu
harus telah selesai dikerjakan sepenuhnya, menurut Spesifikasi ini yang sesuai
dengan lokasi dan jenis permukaan yang baru tersebut.
 Permukaan yang akan disemprot itu harus dipelihara menurut standar butir
(a) dan butir (b) di atas sebelum pekerjaan pelaburan dilaksanakan.
 Sebelum penghamparan aspal dimulai, permukaan harus dibersihkan dengan
memakai sikat mekanis atau kompresor atau kombinasi keduanya. Bilamana
peralatan ini belum dapat memberikan permukaan yang benar-benar bersih,
penyapuan tambahan harus dikerjakan manual dengan sikat yang kaku.
 Pembersihan harus dilaksanakan melebihi 20 cm dari tepi bidang yang akan
disemprot.
3.1.4.2 Takaran dan Temperatur Pemakaian Bahan Aspal
 Kontraktor harus melakukan percobaan lapangan di bawah pengawasan
Direksi Pekerjaan untuk mendapatkan tingkat takaran yang tepat (liter per
meter persegi) dan percobaan tersebut akan diulangi, sebagaimana diperin-
tahkan oleh Direksi Pekerjaan, bila jenis dari permukaan yang akan disemprot
atau jenis dari bahan aspal berubah. Biasanya takaran pemakaian yang
didapatkan akan berada dalam batas-batas sebagai berikut :
Lapis Resap Pengikat : 0,4 sampai 1,3 liter per meter persegi untuk
Lapis Pondasi Agregat Kelas A 0,2 sampai 1,0 liter
per meter persegi untuk Lapis Pondasi Semen Tanah.

Lapis Perekat : Sesuai dengan jenis permukaan yang akan


menerima pelaburan dan jenis bahan aspal yang
akan dipakai. Lihat Tabel untuk jenis takaran
pemakaian lapis aspal.
 Suhu penghamparan harus sesuai dengan Tabel kecuali diperintahkan lain oleh
Direksi Pekerjaan. Suhu penghamparan untuk aspal cair yang kandungan
minyak tanahnya berbeda dari yang ditentukan dalam daftar ini,
temperaturnya dapat diperoleh dengan cara interpolasi.
Tabel Takaran Pemakaian Lapis Perekat
Takaran (liter per meter persegi) pada
Jenis Aspal Permukaan Baru atau Permukan Porous dan
Aspal Lama Yang Terekpos Cuaca
Aspal Cair 0,15 0,15 - 0,35
Aspal Emulsi 0,20Licin 0,20 - 0,50
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

Aspal Emulsi 0,40 0,40 - 1,00 *


yang diencerkan
(1:1)
Catatan :
* Takaran pemakaian yang berlebih akan mengalir pada bidang permukaan
yang terjal, lereng melintang yang besar atau permukaan yang tidak rata.
Tabel 6.1.4.(2) Suhu Penghamparan
Jenis Aspal Rentang Suhu Penghamparan
Aspal cair, 25 pph minyak tanah 110 ± 10 ºC
Aspal cair, 50 pph minyak tanah (MC-70) 70 ± 10 ºC
Aspal cair, 75 pph minyak tanah (MC-30) 45 ± 10 ºC
Aspal cair, 100 pph minyak tanah 30 ± 10 ºC
Aspal cair, lebih dari 100 pph minyak ta- Tidak dipanaskan
nah
Aspal emulsi atau aspal emulsi yang di- Tidak dipanaskan
encerkan
Catatan :
Tindakan yang sangat hati-hati harus dilaksanakan bila memanaskan setiap
aspal cair.
 Frekuensi pemanasan yang berlebihan atau pemanasan yang berulang-ulang
pada temperatur tinggi haruslah dihindari. Setiap bahan yang menurut
pendapat Direksi Pekerjaan, telah rusak akibat pemanasan berlebihan harus
ditolak dan harus diganti atas biaya Kontraktor.
3.1.4.3 Pelaksanaan Penghamparan
 Batas permukaan yang akan disemprot oleh setiap lintasan penghamparan
harus diukur dan ditandai. Khususnya untuk Lapis Resap Pengikat, batas-
batas lokasi yang disemprot harus ditandai dengan cat atau benang.
 Agar bahan aspal dapat merata pada setiap titik maka bahan aspal harus
disemprot dengan batang penyemprot dengan kadar aspal yang diperintahkan,
kecuali jika penghamparan dengan distributor tidaklah praktis untuk lokasi yang
sempit, Direksi Pekerjaan dapat menyetujui pemakaian penyemprot aspal
tangan (hand sprayer).
 Alat penyemprot aspal harus dioperasikan sesuai grafik penghamparan yang
telah disetujui. Kecepatan pompa, kecepatan kendaraan, ketinggian batang
semprot dan penempatan nosel harus disetel sesuai ketentuan grafik tersebut
sebelum dan selama pelaksanaan penghamparan.
 Bila diperintahkan, bahwa lintasan penghamparan bahan aspal harus satu lajur
atau setengah lebar jalan dan harus ada bagian yang tumpang tindih (overlap)
selebar 20 cm sepanjang sisi-sisi lajur yang bersebelahan. Sambungan
memanjang selebar 20 cm ini harus dibiarkan terbuka dan tidak boleh ditutup
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

oleh lapisan berikutnya sampai lintasan penghamparan di lajur yang


bersebelahan telah selesai dilaksanakan. Demikian pula lebar yang telah
disemprot harus lebih besar dari pada lebar yang ditetapkan, hal ini
dimaksudkan agar tepi permukaan yang ditetapkan tetap mendapat semprotan
dari tiga nosel, sama seperti permukaan yang lain.
 Sisa aspal dalam tangki distributor harus dijaga tidak boleh kurang dari 10
persen dari kapasitas tangki untuk mencegah udara yang terperangkap (masuk
angin) dalam sistem penghamparan.
 Jumlah pemakaian bahan aspal pada setiap kali lintasan penghamparan harus
segera diukur dari volume sisa dalam tangki dengan meteran tongkat celup.
 Takaran pemakaian rata-rata bahan aspal pada setiap lintasan penghamparan,
harus dihitung sebagai volume bahan aspal yang telah dipakai dibagi luas
bidang yang disemprot. Luas lintasan penghamparan didefinisikan sebagai hasil
kali panjang lintasan penghamparan dengan jumlah nosel yang digunakan dan
jarak antara nosel. Takaran pemakaian rata-rata yang dicapai harus sesuai
dengan yang diperintahkan Direksi Pekerjaan.
3.1.5 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN
3.1.5.1 Pengukuran Untuk Pembayaran
 Kuantitas dari bahan aspal yang diukur untuk pembayaran adalah nilai terkecil
di antara berikut ini : jumlah liter pada 15 ºC menurut takaran yang
diperlukan sesuai dengan Spesifikasi dan ketentuan Direksi Pekerjaan, atau
jumlah liter aktual pada 15 ºC yang terhampar dan diterima. Pengukuran
volume harus diambil saat bahan berada pada temperatur keseluruhan yang
merata dan bebas dari gelembung udara. Kuantitas dari aspal yang digunakan
harus diukur setelah setiap lintasan penghamparan.
 Setiap agregat penutup (blotter material) yang digunakan harus dianggap
termasuk pekerjaan sementara untuk memperoleh Lapis Resap Pengikat yang
memenuhi ketentuan dan tidak akan diukur atau dibayar secara terpisah.
 Pekerjaan untuk penyiapan dan pemeliharaan formasi yang di atasnya diberi
Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat, tidak akan diukur atau dibayar di
bawah Seksi ini, tetapi harus diukur dan dibayar sesuai dengan Seksi yang
relevan yang disyaratkan untuk pelaksanaan dan rehabilitasi.
 Pembersihan dan persiapan akhir pada permukaan jalan sesuai dengan Pasal
diatas dari Spesifikasi ini dan pemeliharaan permukaan Lapis Resap Pengikat
atau Lapis Perekat yang telah selesai. Dari Spesifikasi ini harus dianggap
merupakan satu kesatuan dengan pekerjaan Lapis Resap Pengikat atau Lapis
Perekat yang memenuhi ketentuan dan tidak boleh diukur atau dibayar secara
terpisah.
3.1.5.2 Dasar Pembayaran
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

Kuantitas yang sebagaimana ditetapkan di atas harus dibayar menurut Harga Satuan
Kontrak per satuan pengukuran untuk Mata Pembayaran yang tercantum di bawah
ini dan dalam Daftar Kuantitas dan Harga, dimana pembayaran tersebut harus
merupakan kompensasi penuh untuk pengadaan dan penghamparan seluruh bahan,
termasuk bahan penyerap (blotter material), penghamparan ulang, termasuk seluruh
pekerja, peralatan, perlengkapan, dan setiap kegiatan yang diperlukan untuk
menyelesaikan dan memelihara pekerjaan yang diuraikan dalam Seksi ini sudah
termasuk dalam item pekerjaan lapis perkerasan aspal dan tidak ada pembayaran
terpisah untuk pekerjaan ini.

3.2 CAMPURAN ASPAL PANAS


3.2.1 UMUM
3.2.1.1 Pekerjaan ini mencakup penyediaan lapis perata, lapis pondasi atau lapis aus
campuran aspal yang padat dan awet, terdiri dari agregat dan bahan aspal yang
dicampur di pusat instalasi pencampuran, serta penghamparan dan pemadatan
campuran tersebut di atas pondasi atau permukaan jalan yang telah disiapkan sesuai
dengan Spesifikasi ini dan garis, kelandaian, penampang memanjang yang ditunjukkan
dalam Gambar atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
3.2.1.2 Beberapa campuran dirancang menggunakan prosedur khusus yang diberikan di
dalam Spesifikasi ini, untuk menjamin bahwa asumsi rancangan yang berkenaan
dengan kadar aspal efektif minimum, rongga udara, stabilitas, kelenturan dan
ketebalan film aspal benar-benar terpenuhi. Dalam hal ini penting diingat bahwa,
dalam pembuatan campuran Lataston (HRS) dan Asphalt Treated Base (ATB), metode
konvensional dalam merancang aspal beton, yang dimulai dengan mendapatkan
kepadatan agregat maksimum yang paling mungkin, tidak boleh digunakan karena
pendekatan cara ini umumnya tidak akan menghasilkan campuran yang memenuhi
Spesifikasi ini.
3.2.1.3 Jenis Campuran Aspal
Jenis campuran dan ketebalan lapisan harus seperti yang ditunjukkan dalam Gambar
atau sebagaimana yang diperintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
Lataston (HRS)
HRS (Hot Rolled Sheet) setara dengan Lataston (Lapis Tipis Aspal Beton,
Spesifikasi Bina Marga 12/PT/B/1983) dan ditunjukkan untuk digunakan pada
jalan yang memikul lalu lintas ringan sampai sedang. Beberapa karakteristik yang
paling penting adalah keawetan, kelenturan dan ketahanan kelelahan yang tinggi,
sedangkan pertimbangan kekuatan hanya prioritas kedua, asalkan ketentuan minmum
dari Spesifikasi ini dicapai.
4) Tebal Lapisan dan Toleransi
a) Tebal nominal campuran aspal kecuali untuk lapisan perata, yang aktual
dihampar di setiap ruas Pekerjaan, didefinisikan sebagai tebal rata-rata dari
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

benda uji inti yang diambil dari ruas tersebut.


b) Tebal nominal campuran aspal yang aktual dihampar, , harus sama atau lebih
besar dari tebal nominal rancangan pada Tabel 4.2.1.(1) untuk lapisan aus, dan
harus sama dengan atau lebih besar dari tebal yang ditunjukkan dalam
Gambar. Untuk lapis pondasi atau lapis perata. Dalam beberapa hal, Direksi
Pekerjaan menurut pendapatnya, dapat menyetujui dan menerima tebal rata-
rata yang kurang dari tebal nominal rancangan sehubungan dengan kerataan
perkerasan atau ukuran maksimum butiran agregat atau data rancangan
lainnya asalkan campuran aspal yang dihampar di atas “hamparan baru”
(bukan di atas perkerasan lama) utuh (sound) dan memenuhi ketentuan.
Meskipun demikian, tebal padat campuran aspal tidak boleh kurang dari 10 mm
dari tebal nominal rancangan yang dapat dibayarkan.
Tabel Tebal Nominal Rancangan Campuran Aspal
Jenis Campuran Simbol Tebal nominal rancangan
Latasir (Sand Sheet) Kelas A SS-A (cm) 1,5
Latasir (Sand Sheet) Kelas B SS-B 2,0
Lataston (Hot Rolled Sheet) HRS 3,0
Lapis Aus Aspal Beton AC-WC 4,0
Lapis Pengikat Aspal Beton AC-BC sesuai Gambar
Asphalt Treated Base ATB sesuai Gambar

3.2.2 BAHAN
1) Agregat - Umum
a) Agregat yang akan digunakan dalam pekerjaan harus sedemikian rupa agar
campuran aspal, yang proporsinya dibuat sesuai dengan rumus perbandingan
campuran, akan memiliki kekuatan sisa yang tidak kurang dari 75 % bilamana
kehilangan daya kohesi akibat pengaruh air diuji sesuai dengan AASHTO T165
- 86 dan SNI 06-2489-1991 (AASHTO T245 - 90).
b) Agregat tidak boleh digunakan sebelum disetujui terlebih dahulu oleh Direksi
Pekerjaan. Bahan harus ditumpuk sesuai dengan ketentuan dalam Spesifikasi
ini.
c) Sebelum memulai pekerjaan Kontraktor harus sudah menumpuk setiap fraksi
agregat pecah mesin dan pasir alam yang dibutuhkan untuk campuran aspal
minimum untuk kebutuhan satu bulan dan selanjutnya tumpukan persediaan
harus dipertahankan paling sedikit untuk kebutuhan satu bulan berikutnya
d) Direksi Pekerjaan dapat menyetujui, atau memerintahkan penggunaan agregat
yang tidak memenuhi ketentuan gradasi dari Spesifikasi ini asalkan dapat
dibuktikan bahwa campuran aspal selain jenis aspal beton (Laston atau AC)
yang dihasilkan dapat memenuhi ketentuan sifat-sifat campuran yang
diberikan dari Spesifikasi ini.
e) Tiap jenis agregat harus dipasok ke instalasi pusat pencampuran melalui
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

pemasok penampung dingin (cold feed bin) yang terpisah. Pencampuran


terlebih dulu pada agregat dari jenis atau sumber agregat yang berbeda, tidak
diperbolehkan.
2) Agregat Kasar Untuk Campuran Aspal
a) Agregat kasar untuk HRS dan ATB pada umumnya harus mendekati gradasi
yang disyaratkan dalam Tabel 4.2.2.(1) dan harus terdiri dari batu pecah atau
kerikil pecah atau campuran bahan-bahan tersebut di atas. Fraksi agregat
kasar untuk Latasir (Sand Sheet) Kelas A atau B boleh digunakan selain batu
pecah atau kerikil pecah. Agregat kasar yang digunakan untuk HRS dan ATB
dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan hanya bila bahan tersebut dapat
menunjukkan bahwa hasil pengujian laboratorium dan semua ketentuan sifat-
sifat campuran dalam Tabel 4.2.3.(1) dapat dipenuhi.
Dalam kondisi apapun, agregat kasar yang kotor dan berdebu atau kandungan
partikel halus lolos ayakan No.200 lebih besar dari 1 % tidak boleh digunakan.
Tabel 4.2.2.(1) Gradasi Agregat Kasar Untuk HRS dan ATB
Ukuran Ayakan Persen Berat Yang Lolos
STM (mm) Campuran Normal Campuran Lapis Perata
¾” 19 100 100
½” 12,7 30 - 100 95 - 100
3/8” 9,5 0 - 55 50 - 100
No.4 4,75 0 - 10 0 - 50
No.200 0,075 0-1 0-5

b) Gradasi agregat kasar untuk jenis aspal beton (AC) tidak disyaratkan seperti
Tabel 4.2.2.(1) di atas, akan tetapi yang disyaratkan hanyalah gradasi akhir
(gabungan) yang harus memenuhi batas-batas gradasi yang disyaratkan dalam
Tabel 4.2.4.(1).
c) Agregat kasar harus terdiri dari bahan yang bersih, keras, awet dan bebas dari
kotoran atau bahan yang tidak dikehendaki dan harus memiliki persentase
keausan agregat dengan mesin Los Angeles yang tidak lebih dari 40 pada 500
putaran seperti yang ditetapkan oleh SNI 03-2417-1991. Bilamana diuji dengan
5 siklus pengujian sifat kekekalan bentuk batu dengan larutan natrium sulfat
dan magnesium sufat menurut SNI 03-3407-1994, kehilangan berat pada
agregat kasar tidak boleh besar dari 12 %.
3) Agregat Halus Untuk Campuran Aspal
a) Agregat halus untuk HRS dan ATB pada umumnya harus mendekati gradasi
yang disyaratkan dalam Tabel 4.2.2.(2) dan harus terdiri dari pasir alam atau
pengayakan batu pecah mesin halus (crusher dust) atau kombinasi keduanya.
Biasanya diperlukan sejumlah hasil pengayakan batu pecah mesin ("abu batu
pecah mesin") untuk menghasilkan suatu campuran ATB dan HRS yang
ekonomis dan memenuhi ketentuan campuran yang disyaratkan. Abu batu
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

pecah mesin harus diproduksi melalui proses pemecahan batu yang bersih dan
tidak mengandung lempung atau lanau dan harus disimpan secara terpisah
dari pasir alam yang akan digunakan dalam campuran. Pemasokan komponen
abu batu dan pasir ke dalam instalasi pencampur aspal harus dipisahkan
melalui pemasok (feeder) cold bin yang terpisah sehingga rasio pasir terhadap
abu batu dapat dikendalikan dengan baik.
Tabel 4.2.2.(2) Gradasi Agregat Halus Untuk Latasir, Lataston dan ATB
Ukuran Ayakan JENIS CAMPURAN
Latasir (SS) Latasir (SS) Lataston (HRS) dan
(ASTM) (mm) Kelas A Kelas B ATB
3/8” 9,5 100 100 100
No.4 4,75 98 - 100 72 - 100 90 - 100
No.8 2,36 95 - 100 72 - 100 80 - 100
No.30 0,600 76 - 100 25 - 100 25 - 100
No.200 0,075 0-8 0–8 3 - 11

b) Agregat halus harus terdiri dari partikel yang bersih, keras, bebas dari gum-
palan atau bola-bola lempung, atau bahan yang tidak dikehendaki lainnya. Batu
pecah mesin halus harus diperoleh dari batu yang memenuhi ketentuan mutu
agregat kasar yang disyaratkan dalam alinea (c) dan (d) dari Pasal 4.2.2.(2).
Dalam segala hal, pasir yang kotor dan berdebu serta mempunyai partikel lolos
ayakan No.200 (0,075 mm) lebih dari 8 % atau pasir yang mempunyai nilai
setara pasir (sand equivalent) kurang dari 50 sesuai dengan Pd M-03-1996-03,
tidak diperkenankan untuk digunakan dalam campuran.
4) Bahan Pengisi (Filler) Untuk Campuran Aspal (AASHTO M17)
a) Bahan pengisi harus terdiri dari debu batu kapur (limestone dust), semen
portland, abu terbang, abu tanur semen atau bahan non plastis lainnya yang
memenuhi ketentuan. Bahan tersebut harus bebas dari bahan lain yang tidak
dikehendaki.
b) Bahan pengisi harus kering dan bebas dari gumpalan lempung dan bilamana
diuji dengan pengayakan secara basah harus mengandung bahan yang lolos
ayakan No.200 (75 micron) tidak kurang dari 75 % terhadap berat total.
c) Penggunaan kapur tohor sebagai bahan pengisi dapat memperbaiki daya tahan
campuran, membantu penyelimutan dari partikel agregat dan membantu men-
cegah pengelupasan. Akan tetapi mutu dari berbagai sumber kapur yang
bervariasi dan kecenderungan kapur untuk membentuk gumpalan terbukti
dapat menimbulkan masalah sewaktu penakaran. Pengembangan (ekspansi)
kapur karena proses hidrasi dapat menyebabkan keretakan campuran bila-
mana kadar kapur tersebut terlalu tinggi. Bila digunakan kapur maka proporsi
maksimum yang diijinkan adalah 1,0 % dari berat total campuran aspal.
5) Bahan Aspal Untuk Campuran Aspal
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

Bahan aspal harus dari jenis aspal semen AC-20 (Pen.60/70) atau boleh AC-10
(Pen.80/100) yang memenuhi ketentuan yang disyaratkan AASHTO M226 - 80
6) Bahan Aditif Untuk Aspal
Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan atau menyetujui penggunaan suatu bahan
tambah (aditif) untuk meningkatkan daya adhesi atau mengurangi pengelupasan
(anti stripping). Bahan aditif tersebut harus dari jenis yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan dan persentase bahan aditif yang diperlukan harus dicampurkan ke
dalam bahan aspal sampai merata dalam waktu yang sedemikian hingga
menghasilkan campuran yang homogen sesuai dengan petunjuk pabrik
pembuatanya dan sebagaimana yang dipe-rintahkan oleh Direksi Pekerjaan.
7) Sumber Pasokan
a) Sumber bahan untuk memasok agregat dan bahan pengisi (filler) harus
disetujui terlebih dahulu oleh Direksi Pekerjan sebelum pengiriman bahan.
Contoh setiap bahan harus diserahkan kepada Direksi Pekerjaan sebagaimana
yang diperintahkan.
b) Dalam pemilihan sumber agregat, Kontraktor dianggap telah memperhitung-
kan penyerapan aspal oleh agregat sehingga hanya agregat lokal dengan
penyerapan terkecil yang akan digunakan. Variasi kadar aspal akibat tingkat
penyerapan aspal yang berbeda, tidak dapat dipertimbangkan sebagai alasan
untuk negosiasi kembali harga satuan dari Campuran Aspal.
3.2.3 KETENTUAN SIFAT-SIFAT CAMPURAN
1) Campuran aspal harus memenuhi ketentuan yang disyaratkan dalam Tabel

Tabel Ketentuan Sifat-sifat Campuran


SIFAT-SIFAT CAMPURAN SS - A SS - B HRS ATB AC- AC-
WC BC
Kadar Aspal Efektif Min. 9,1 7,9 6,2 5,5 - -
Kadar Penyerapan Min. 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5
Aspal (terhadap berat total) Maks 2,0 2,0 1,7 1,7 1,7 1,7

Tebal Film (mikron) Min. 8,0 8,0 8,0 8,0 - -


Jumlah Tumbukan 50 x 50 x 50 x 50 x 75 x 2 75 x
Stabilitas Marshall Min. 2200 2200 2550 2750 750 2750
(kg)
Kelelehan (mm) Min. - - - - 2,0 2,0
Marshall Quotient Min. 80 80 180 180 200 200
(kg/mm) ( Rasio Stabilitas / Maks 400 400 500 500 500 500
.
Kelelehan)
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

Stabilitas Marshall
Sisa setelah Min. 75 75 75 75 75 75
perendaman 24
jam, 60 0C (% terhadap
stabilitas semula)
Rongga Udara Min. 3 3 4 4 4 4
dalam Cam-puran (% Maks 9 9 6 8 6 6
terhadap .
volume)
Rongga Terisi Min. - - - - 65 65
Aspal (%) Maks - - - - - -
.

2) Bahan aspal yang diperoleh kembali dari benda uji pada rumus perbandingan campuran harus
mempunyai penetrasi tidak kurang dari 55 % nilai penetrasi aspal sebelum pencampuran dan
daktilitas tidak kurang dari 40 cm, bila diperiksa masing-masing dengan prosedur SNI 06-2456-1991
dan SNI 06-2432-1991.
3) Bahan aspal harus diekstraksi dari benda uji sesuai dengan cara SNI 03-3640- 1994. Setelah
konsentrasi larutan aspal yang terekstraksi mendekati 200 mm, partikel mineral yang terkandung
harus dipindahkan ke dalam suatu sentrifugal. Pemindahan ini dianggap memenuhi bilamana kadar
abu dalam bahan aspal yang diperoleh kembali tidak melebihi 1% (dengan pengapian listrik /
ignition). Bahan aspal harus diperoleh kembali dari larutan sesuai dengan prosedur Pd M-21-1995-
03.
3.2.4 RUMUS PERBANDINGAN CAMPURAN (JOB MIX FORMULA)
1) Persetujuan
a) Sebelum memulai pekerjaan, Kontraktor harus menyerahkan rumus per- bandingan
campuran yang diusulkan secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan. Rumus yang diserahkan
harus mencantumkan ukuran nominal maksimum agregat, sumber agregat, persentase dari
agregat campuran yang lolos ayakan 2,36 mm (No.8) dan 75 mikron (No.200), kadar aspal
total dan efektif yang dinyatakan sebagai persentase berat dari campuran total, temperatur
tertentu saat campuran harus dikeluarkan dari instalasi pencampur aspal, dan temperatur
tertentu saat campuran harus dikirim ke tempat penghamparan, yang semuanya harus
terletak dalam rentang dan komposisi umum yang disyaratkan. Rumus yang diusulkan harus
didukung dengan data campuran percobaan di laboratorium dan khususnya selain Laston
(AC) dengan grafik- grafik yang diuraikan pada Pasal 6.2.5.(4) dari Spesifikasi ini.
b) Direksi Pekerjaan, menurut pendapatnya, dapat menyetujui rumus yang diserahkan, baik
secara keseluruhan maupun sebagian, atau dapat meminta Kontraktor untuk melaksanakan
pengujian campuran percobaan tambahan atau untuk memeriksa alternatif agregat lainnya.
c) Perbandingan campuran khususnya selain Laston (AC) harus ditetapkan dan mutu campuran
tersebut harus dikendalikan, dalam bentuk Rancangan Fraksi untuk berbagai macam agregat.
d) Direksi Pekerjaan akan menyetujui rumus perbandingan campuran yang dise- rahkan dengan
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

menominasi agregat tertentu beserta sumbernya.


2) Percobaan Penghamparan
Setelah Rumus Perbandingan Campuran disetujui oleh Direksi Pekerjaan,
Kontraktor harus melakukan percobaan penghamparan minimum 50 ton untuk
setiap jenis campuran aspal dengan menggunakan produksi, peralatan
penghampar dan prosedur yang diusulkan. Bilamana percobaan tersebut gagal
memenuhi Spesifikasi pada salah satu ketentuannya maka perlu dilakukan
penyesuaian dan percobaan harus diulang kembali. Pekerjaan pengaspalan yang
permanen belum dapat dimulai sebelum percobaan yang memenuhi semua
ketentuan telah disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
3) Penerapan Rumus Perbandingan Campuran dan Toleransi Yang Diijinkan
a) Semua campuran yang dihasilkan harus memenuhi rumus perbandingan campuran yang
disetujui oleh Direksi Pekerjaan, dalam rentang toleransi yang disyaratkan dalam Tabel di
bawah ini :

Tabel Toleransi Komposisi Campuran :


Agregat Gabungan Lolos Ayakan Toleransi Komposisi Campuran
Sama atau lebih besar dari 2,36 mm ± 7 % berat total agregat
2,36 mm sampai No.50 ± 5 % berat total agregat
No.100 dan tertahan No.200 ± 2 % berat total agregat
No.200 ± 1,5 % berat total agregat

Kadar aspal Toleransi


Kadar aspal untuk Laston (AC) ± 0,3 % berat total campuran
Kadar aspal selain Laston (AC) + 0,5 % berat total campuran
- 0,0 % berat total campuran

Temperatur Campuran Toleransi


Bahan meninggalkan AMP dan dikirim ± 10 ºC
ke
tempat penghamparan
b) Setiap hari Direksi Pekerjaan akan mengambil benda uji baik bahan baku maupun bahan
olahan (campuran) seperti diuraikan dalam Spesifikasi ini, atau benda uji tambahan yang
dianggap perlu untuk pemeriksaan keseragaman campuran. Bilamana hasil pengujian
menun-jukkan perubahan pada bahan baku maupun bahan olahan (campuran) dimana
kepadatan laboratorium rata- rata selama empat hari produksi yang terakhir berbeda lebih
dari 2 % dari kepadatan laboratorium yang diperoleh pada saat percobaan penghamparan
maka Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan Kontraktor untuk membuat rumus
perbandingan campuran yang baru atas biaya Kontraktor sendiri.
c) Jika terjadi perubahan pada bahan atau sumber bahan, suatu rumus perban- dingan
campuran yang baru harus diserahkan dan disetujui sebelum campuran yang mengandung
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

bahan baru tersebut dikirim ke tempat penghamparan. Bahan baku akan ditolak bilamana
bahan baku tersebut menghasilkan cam- puran aspal dengan rongga udara atau
karakteristik lainnya sedemikian rupa sehingga untuk memenuhi semua ketentuan diperlukan
kadar aspal yang lebih tinggi atau lebih rendah dari rentang yang disyaratkan.
3.2.5 PEMBUATAN DAN PRODUKSI CAMPURAN ASPAL
1) Kemajuan Pekerjaan
Campuran aspal tidak boleh diproduksi bilamana tidak cukup tersedia peralatan
pengangkutan, penghamparan atau pembentukan, atau pekerja, yang dapat
menjamin kemajuan pekerjaan dengan tingkat kecepatan minimum 60 % kapasitas
instalasi pencampuran.
2) Penyiapan Bahan Aspal
Bahan aspal harus dipanaskan dengan temperatur antara 140 ºC sampai 160 ºC di
dalam suatu tangki yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat mencegah
terjadinya pemanasan setempat dan mampu mengalirkan bahan aspal ke alat pen-
campur secara terus menerus pada temperatur yang merata setiap saat. Pada
setiap hari sebelum proses pencampuran dimulai, minimum harus terdapat 30.000
liter aspal panas yang siap untuk dialirkan ke alat pencampur.
3) Penyiapan Agregat
a) Setiap fraksi agregat harus disalurkan ke instalasi pencampur
aspal melalui pemasok penampung dingin yang terpisah. Pra-
pencampuran agregat dari berbagai jenis atau dari sumber yang
berbeda tidak diperkenankan. Agregat untuk campuran aspal harus
dikeringkan dan dipanaskan pada alat pengering sebelum
dimasukkan ke dalam alat pencampur. Nyala api yang terjadi dalam
proses pengeringan dan pemanasan harus diatur secara tepat agar
dapat mencegah terbentuknya selaput jelaga pada agregat.
b) Bila agregat akan dicampur dengan bahan aspal, maka agregat
harus kering dengan temperatur dalam rentang yang disyaratkan
untuk bahan aspal, tetapi tidak melampaui 15 ºC di atas temperatur
bahan aspal.
c) Bila diperlukan untuk memenuhi gradasi yang disyaratkan, maka
bahan peng- isi (filler) tambahan harus ditakar secara terpisah dalam
penampung kecil yang dipasang tepat di atas alat pencampur.
Bahan pengisi tidak boleh ditabur di atas tumpukan agregat
maupun dituang ke dalam penampung instalasi pemecah batu. Hal
ini dimaksudkan agar pengendalian kadar filler dapat dijamin.
4) Penyiapan Pencampuran
a) Agregat kering yang telah disiapkan seperti yang dijelaskan di atas,
harus dicampur di instalasi pencampuran dengan proporsi tiap
fraksi agregat yang tepat agar memenuhi rumus perbandingan
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

campuran. Proporsi takaran ini harus ditentukan dengan mencari


gradasi secara basah dari contoh yang diambil dari penampung
panas (hot bin) segera sebelum produksi campuran dimulai dan
pada interval waktu tertentu sesudahnya, sebagaimana ditetapkan
oleh Direksi Pekerjaan, untuk menjamin pengendalian penakaran.
Bahan aspal harus ditimbang atau diukur dan dimasukkan ke dalam
alat pencampur dengan jumlah yang ditetapkan oleh Direksi
Pekerjaan.
b) Temperatur campuran aspal saat dikeluarkan dari alat pencampur
harus dalam rentang absolut seperti yang dijelaskan dalam Tabel
6.2.8.(1), termasuk toleransi yang diijinkan.
5) Pengangkutan dan Penyerahan di Lapangan
a) Campuran aspal harus diserahkan ke alat penghamparan dengan
temperatur dalam rentang absolut ditunjukkan dalam Tabel 4.2.8.(1).
Tabel 4.2.8.(1) Ketentuan Viskositas Aspal dan Suhu Campuran Aspal
Suhu Campuran Aspal
Prosedur Pelaksanaan Viskositas Aspal (oC)Pen.
Aspal Aspal Pen.
(centistokes) 60/70 80/100
Pencampuran benda uji 170 ± 20 155 145
Marshall benda uji Marshall
Pemadatan 280 ± 30 140 130
Suhu pencampuran di AMP - < 165 < 155
Menuangkan campuran aspal 100 - 400 >135 >125
alat
dari pencampur ke dalam truk
Pemasokan ke alat penghampar 400 - 1.000 120 - 150 110 - 140
Penggilasan awal (roda baja) 1.000 - 1.800 110 - 125 102 - 111
Penggilaan kedua (roda karet) 1.800 - 1.0000 95 - 110 83 - 102
Penggilasan akhir (roda baja) 10.000 - 80 - 95 63 - 83
Catatan : 100.000
1) Direksi Pekerjaan akan menyetujui atau memerintahkan
setiap perubahan yang dianggap perlu terhadap rentang suhu
yang diberikan dalam tabel di atas, berdasarkan data
pengujian viskositas aspal yang dipakai, untuk menjamin
agar rentang viskositas yang disyaratkan terpenuhi. Dengan
demikian kriteria batas-batas viskositas inilah yang diatur
dalam Spesifikasi, bukan kriteria suhu.
2) Bilamana campuran aspal sulit dipadatkan (retak atau
sungkur) temperatur campuran harus diturunkan lebih
rendah dari yang ditunjukkan dalam tabel ini. Hal ini terjadi
sehubungan dengan jenis campuran aspal yang berbeda
(terlalu halus, atau kadar pasir terlalu tinggi).
b) Setiap truk yang telah dimuati harus ditimbang di rumah timbang
dan setiap muatan harus dicatat berat kotor, berat kosong dan berat
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

neto. Muatan campuran aspal tidak boleh dikirim terlalu sore agar
penghamparan dan pemadatan hanya dilaksanakan pada saat masih
terang terkecuali tersedia penerangan yang dapat diterima oleh
Direksi Pekerjaan.
3.2.6 PENGHAMPARAN CAMPURAN
1) Menyiapkan Permukaan Yang Akan Dilapisi
a) Bilamana permukaan yang akan dilapisi termasuk perataan setempat dalam
kondisi rusak, menunjukkan ketidakstabilan, atau permukaan aspal lama telah
berubah bentuk secara berlebihan atau tidak melekat dengan baik dengan
lapisan di bawahnya, harus dibongkar atau dengan cara perataan kembali
lainnya. Semua bahan yang lepas atau lunak harus dibuang, dan permu-
kaannya dibersihkan dan/atau diperbaiki dengan campuran aspal atau bahan
lain yang disetujui oleh Direksi Pekerjaan, kemudian dipadatkan. Toleransi
permukaan setelah diperbaiki harus sama dengan yang disyaratkan untuk
pelaksanaan lapis pondasi agregat.
b) Sesaat sebelum penghamparan, permukaan yang akan dihampar harus diber-
sihkan dari bahan yang lepas dan yang tidak dikehendaki dengan sapu
mekanis yang dibantu dengan cara manual bila diperlukan. Lapis perekat (tack
coat) atau lapis resap pengikat (prime coat) harus diterapkan sesuai dengan
Spesifikasi ini.
2) Acuan Tepi
Balok kayu atau acuan lain yang disetujui harus dipasang sesuai dengan garis dan
serta ketinggian yang diperlukan oleh tepi-tepi lokasi yang akan dihampar.
3) Penghamparan Dan Pembentukan
a) Sebelum memulai penghamparan, sepatu (screed) alat penghampar harus
dipanaskan. Campuran aspal harus dihampar dan diratakan sesuai dengan
kelandaian, elevasi, serta bentuk penampang melintang yang disyaratkan.
b) Penghamparan harus dimulai dari lajur yang lebih rendah menuju lajur yang
lebih tinggi bilamana pekerjaan yang dilaksanakan lebih dari satu lajur.
c) Mesin vibrasi pada alat penghampar harus dijalankan selama penbghamparan
dan pembentukan.
d) Penampung alat penghampar tidak boleh dikosongkan, tetapi temperatur sisa
campuran aspal harus dijaga tidak kurang dari temperatur yang disyaratkan
dalam Tabel.
e) Alat penghampar harus dioperasikan dengan suatu kecepatan yang tidak
menyebabkan retak permukaan, koyakan, atau bentuk ketidakrataan lainnya
pada permukaan. Kecepatan penghamparan harus disetujui oleh Direksi
Pekerjaan dan ditaati.
f) Bilamana terjadi segregasi, koyakan atau alur pada permukaan, maka alat
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

penghampar harus dihentikan dan tidak boleh dijalankan lagi sampai


penyebabnya telah ditemukan dan diperbaiki. Penambalan tempat-tempat
yang mengalami segregasi, koyakan atau alur dengan menaburkan bahan
halus dari campuran aspal dan diratakan kembali sebelum penggilasan
sedapat mungkin harus dihindari. Butiran kasar tidak boleh ditaburkan di atas
permukaan yang dihampar dengan rapi.
g) Harus diperhatikan agar campuran tidak terkumpul dan mendingin pada tepi-
tepi penampung alat penghampar atau tempat lainnya.
4) Pemadatan
a) Segera setelah campuran aspal dihampar dan diratakan, permukaan tersebut
harus diperiksa dan setiap ketidaksempurnaan yang terjadi harus diperbaiki.
Temperatur campuran aspal yang terhampar dalam keadaan gembur harus
dipantau dan penggilasan harus dimulai dalam rentang viskositas aspal yang
ditunjukkan pada Tabel.
b) Penggilasan campuran aspal harus terdiri dari tiga operasi yang terpisah
berikut ini :

No. Operasi Perkiraan waktu mulai


setelah penghamparan

1. Penggilasan Awal atau Breakdown 0 - 10 menit


2. Penggilasan Kedua atau Utama 10 - 20 menit
3. Penggilasan Akhir / Penyelesaian < 45 menit
Catatan :
Perkiraan waktu di atas hanyalah pedoman kasar, bagaimanapun juga apli-
kasi penggilasan harus berdasarkan viskositas aspal yang ditentukan dalam
Tabel 4.2.8.(1).
c) Penggilasan awal atau breakdown harus dilaksanakan baik dengan alat pema-
dat roda baja maupun dengan alat pemadat roda karet. Penggilasan awal
harus dioperasikan dengan roda penggerak berada di dekat alat penghampar.
Setiap titik perkerasan harus menerima minimum dua lintasan pengilasan awal.
Penggilasan kedua atau utama harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda
karet sedekat mungkin di belakang penggilasan awal. Penggilasan akhir atau
penyelesaian harus dilaksanakan dengan alat pemadat roda baja tanpa
penggetar (vibrasi).
d) Pertama-tama penggilasan harus dilakukan pada sambungan melintang yang
telah terpasang kasau dengan ketebalan yang diperlukan untuk menahan
pergerakan campuran aspal akibat penggilasan. Bila sambungan melintang
dibuat untuk menyambung lajur yang dikerjakan sebelumnya, maka lintasan
awal harus dilakukan sepanjang sambungan memanjang untuk suatu jarak
yang pendek.
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

e) Penggilasan harus dimulai dari tempat sambungan memanjang dan kemudian


dari tepi luar. Selanjutnya, penggilasan dilakukan sejajar dengan sumbu jalan
berurutan menuju ke arah sumbu jalan, kecuali untuk superelevasi pada
tikungan harus dimulai dari tempat yang terendah dan bergerak kearah yang
lebih tinggi. Lintasan yang berurutan harus saling tumpang tindih (overlap)
minimum setengah lebar roda dan lintasan-lintasan tersebut tidak boleh
berakhir pada titik yang kurang dari satu meter dari lintasan sebelumnya.
f) Bilamana menggilas sambungan memanjang, alat pemadat untuk penggilasan
awal harus terlebih dahulu menggilas lajur yang telah dihampar sebelumnya
sehingga tidak lebih dari 15 cm dari lebar roda penggilas yang menggilas tepi
sambungan yang belum dipadatkan. Penggilasan dengan lintasan yang
berurutan harus dilanjutkan dengan menggeser posisi alat pemadat sedikit
demi sedikit melewati sambungan, sampai tercapainya sambungan yang
dipadatkan dengan rapi.
g) Kecepatan alat pemadat tidak boleh melebihi 4 km/jam untuk roda baja dan 10
km/jam untuk roda karet dan harus selalu dijaga rendah sehingga tidak
mengakibatkan bergesernya campuran panas tersebut. Garis, kecepatan dan
arah penggilasan tidak boleh diubah secara tiba-tiba atau dengan cara yang
menyebabkan terdorongnya campuran aspal.
h) Semua jenis operasi penggilasan harus dilaksanakan secara menerus untuk
memperoleh pemadatan yang merata saat campuran aspal masih dalam
kondisi mudah dikerjakan sehingga seluruh bekas jejak roda dan ketidakrataan
dapat dihilangkan.
i) Roda alat pemadat harus dibasahi secara terus menerus untuk mencegah
pelekatan campuran aspal pada roda alat pemadat, tetapi air yang berlebihan
tidak diperkenankan. Roda karet boleh sedikit diminyaki untuk menghindari
leng- ketnya campuran aspal pada roda,
j) Peralatan berat atau alat pemadat tidak diijinkan berada di atas permukaan
yang baru selesai dikerjakan, sampai seluruh permukaan tersebut dingin.
k) Setiap produk minyak bumi yang tumpah atau tercecer dari kendaraan atau
perlengkapan yang digunakan oleh Kontraktor di atas perkerasan yang sedang
dikerjakan, dapat menjadi alasan dilakukannya pembongkaran dan perbaikan
oleh Kontraktor atas perkerasan yang terkontaminasi, selanjutnya semua biaya
pekerjaaan perbaikan ini menjadi beban Kontraktor.
l) Permukaan yang telah dipadatkan harus halus dan sesuai dengan lereng
melintang dan kelandaian yang memenuhi toleransi yang disyaratkan. Setiap
campuran aspal padat yang menjadi lepas atau rusak, tercampur dengan
kotoran, atau rusak dalam bentuk apapun, harus dibongkar dan diganti dengan
campuran panas yang baru serta dipadatkan secepatnya agar sama dengan
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

lokasi sekitarnya. Pada tempat-tempat tertentu dari campuran aspal terhampar


dengan luas 1000 cm2 atau lebih yang menunjukkan kelebihan
atau kekurangan bahan aspal harus dibongkar dan diganti. Seluruh tonjolan
setempat, tonjolan sambungan, cekungan akibat ambles, dan segregasi
permukaan yang keropos harus diperbaiki sebagaimana diperintahkan oleh
Direksi Pekerjaan.
m) Sewaktu permukaan sedang dipadatkan dan diselesaikan, Kontraktor harus
memangkas tepi perkerasan agar bergaris rapi. Setiap bahan yang berlebihan
harus dipotong tegak lurus setelah penggilasan akhir, dan dibuang oleh
Kontraktor di luar daerah milik jalan sehingga tidak kelihatan dari jalan
yang lokasinya disetujui oleh Direksi Pekerjaan.
3.2.7 PENGENDALIAN MUTU DAN PEMERIKSAAN DI LAPANGAN
1) Pengujian Permukaan Perkerasan
a) Pemukaan perkerasan harus diperiksa dengan mistar lurus
sepanjang 3 meter atau mistar lurus beroda sepanjang 3 meter,
keduanya disediakan oleh Kontraktor, dilaksanakan tegak lurus
dan sejajar dengan sumbu jalan. Kontraktor harus menugaskan
beberapa surveyornya yang sudah terlatih untuk menggunakan
mistar lurus tersebut sesuai dengan petunjuk Direksi Pekerjaan
untuk memeriksa seluruh permukaan perkerasan. Toleransi harus
sesuai dengan yang disyaratkan.
b) Pengujian untuk memeriksa toleransi kerataan yang disyaratkan
harus dilaksa-
nakan segera setelah pemadatan awal, penyimpangan yang terjadi harus
diperbaiki dengan membuang atau menambah bahan sebagaimana diperlukan.
Selanjutnya pemadatan dilanjutkan seperti yang dibutuhkan. Setelah penggi-
lasan akhir, kerataan lapisan ini harus diperiksa kembali dan setiap ketidak-
rataan permukaan yang melampaui batas-batas yang disyaratkan dan setiap
lokasi yang cacat dalam tekstur.
2) Ketentuan Kepadatan
a) Kepadatan semua jenis campuran aspal yang telah dipadatkan,
seperti yang ditentukan dalam AASHTO T 166, tidak boleh kurang
dari 97 % kepadatan benda uji yang dipadatkan di laboratorium
dengan bahan dan proporsi yang sama untuk Lataston (HRS) dan 98
% untuk semua campuran aspal lainnya.
b) Cara pengambilan benda uji campuran aspal dan pemadatan
benda uji di laboratorium masing-masing harus sesuai dengan
AASHTO T168 dan SNI-06- 2489-1991.
3) Jumlah Pengambilan Benda Uji Campuran Aspal
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

a) Pengambilan Benda Uji Campuran Aspal :


Pengambilan benda uji umumnya dilakukan di instalasi pencampur aspal, tetapi
Direksi Pekerjaan dapat memerintahkan pengambilan benda uji di lokasi
penghamparan bilamana terjadi segregasi yang berlebihan selama pengang-
kutan dan penghamparan campuran aspal.
b) Pengendalian Proses
Frekwensi minimum pengujian yang diperlukan dari Kontraktor untuk
maksud pengendalian proses harus seperti yang ditunjukkan dalam Tabel di
bawah ini atau sampai dapat diterima oleh Direksi Pekerjaan.
Untuk mengurangi kuantitas bahan terhadap resiko dari setiap rangkaian peng-
ujian, Kontraktor dapat memilih untuk mengambil contoh pada ruas yang lebih
panjang (yaitu, pada suatu frekuensi yang lebih besar) dari yang diperlukan
dalam Tabel.

Tabel Pengendalian Mutu Pengambilan Campuran


Pengujian Frekwensi pengujian (satu
pengambilan contoh per)
Agregat :
- Abrasi dengan mesin Los Angeles 5.000 m3
- Gradasi agregat yang ditambahkan 1.000 m3
ke
tumpukan
- Gradasi agregat dari penampung panas 250 m3 (min. 2 pengujian per
(hot hari) 3
- Nilai setara pasir (sand equivalent) 250 m
bin)
Campuran :
- Suhu di AMP dan suhu saat sampai di Setiap Truk
lapangan
- Gradasi dan Kadar Aspal 200 ton (min. 2 pengujian per
hari)
- Kepadatan, Stabilitas, Kelelehan, Marshall 200 ton (min. 2 pengujian
Quo-tient, Rongga Udara dalam Campuran per
- Campuran Rancangan (Mix Tiap perubahan agregat /
hari)
Design) rancangan
Lapisan yang dihampar :
Marshall
- Benda uji inti (core), baik untuk 200 meter panjang
pemeriksaan pe-madatan maupun tebal
lapisan : paling
Toleransi
sedikitPelaksanaan
2 benda uji : inti per lajur atau
- Elevasi permukaan, untuk
paling sedikit 6 benda penampang
uji inti per Paling sedikit 3 titik yang
melintang dari setiap jalur lalu lintas.
pembayaran. diukur
melintang pada paling sedikit
setiap 12,5 meter memanjang
c) Pemeriksaan dan Pengujian Rutin sepanjang jalan tersebut..
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

Pemeriksaan dan pengujian rutin akan dilaksanakan oleh Kontraktor di bawah


pengawasan Direksi Pekerjaan untuk menguji pekerjaan yang sudah diselesai-
kan sesuai toleransi dimensi, mutu bahan, kepadatan pemadatan dan setiap
ketentuan lainnya yang disyaratkan dalam Seksi ini.
Seluruh pengujian dari setiap ruas jalan, meliputi bahan atau ketenaga-kerjaan,
yang tidak memenuhi ketentuan yang disyaratkan harus dibuang dan diganti
dengan bahan dan ketenga-kerjaan yang memenuhi Spesifikasi atau, bilamana
diperkenankan oleh Direksi Pekerjaan, diperbaiki sedemikian rupa sehingga
setelah diperbaiki, pekerjaan tersebut memenuhi semua ketentuan yang disya-
ratkan, semua biaya pembuangan dan penggantian bahan maupun perbaikan
menjadi beban Kontraktor.
d) Pengambilan Benda Uji Inti Lapisan Beraspal
Kontraktor harus menyediakan mesin bor pengambil benda uji inti (core) yang
mampu memotong benda uji (core) pada lapisan beraspal yang telah selesai
dikerjakan. Biaya ektraksi benda uji inti untuk pengendalian proses harus sudah
termasuk ke dalam harga satuan Kontraktor untuk pelaksanaan perkerasan
lapis beraspal dan tidak dibayar secara terpisah.
4) Pengujian Pengendalian Mutu Campuran
a) Kontraktor harus menyimpan seluruh catatan pengujian dan
catatan tersebut harus segera dikirim ke Direksi Pekerjaan tanpa
keterlambatan.
b) Kontraktor harus menyampaikan kepada Direksi Pekerjaan hasil
dan catatan pengujian berikut ini, yang dilaksanakan setiap hari
produksi beserta lokasi penghamparan yang sesuai.
i) Analisa saringan (metode pencucian) paling sedikit dua
pengujian per hari dari setiap penampung panas (hot bin).
ii) Analisa saringan (metode pencucian) paling sedikit dua
pengujian per hari dari campuran agregat panas.
iii) Temperatur campuran saat pengambilan benda uji di
instalasi pen- campuran maupun pada lokasi penghamparan
(setiap truk).
iv) Stabilitas Marshall dan kelelehannya serta rasio stabilitas
Marshall terhadap kelelehan (Marshall Quotient), seperti
didefinisikan dalam Pasal 4.3.3 dari Spesifikasi ini paling
sedikit dua pengujian per hari.
v) Kadar aspal dan gradasi campuran agregat yang diperoleh
dari pengujian ekstraksi aspal, paling sedikit dua
pengujian per hari. Bilamana digunakan metode ekstraksi
sentrifugal, koreksi abu harus dilakukan sesuai ketentuan
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

AASHTO T164 - 90.


vi) Rongga udara untuk selain campuran aspal beton (AC),
dihitung berdasarkan Berat Jenis Maksimum Campuran
Aspal aktual (bukan teoritis) yang ditentukan menurut
prosedur AASHTO T209 - 90.
vii) Aspal yang diserap oleh agregat untuk selain campuran
aspal beton (AC), dihitung berdasarkan Berat Jenis
Maksimum Campuran Aspal aktual (bukan teoritis) yang
ditentukan menurut prosedur AASHTO T209 - 90.

3.2.8 PENGUKURAN DAN PEMBAYARAN


1) Dasar Pembayaran
Kuantitas yang sebagaimana ditetapkan di atas harus dibayar menurut Harga
Kontrak per satuan pengukuran, untuk Mata Pembayaran yang ditunjukkan di
bawah ini dan dalam Daftar Kuantintas dan Harga, dimana harga dan pembayaran
tersebut harus merupakan kompensasi penuh untuk menyediakan, memproduksi,
mencampur dan menghampar semua bahan, termasuk semua pekerja, peralatan,
pengujian, perkakas dan pelengkapan lainnya yang diperlukan
untuk menyelesaikan pekerjaan yang diurai-kan dalam Seksi ini

PASAL 4
PEKERJAAN LAIN– LAIN

4.1 Pembuatan Laporan, Back Up Data dan As Built Drawing


Kontraktor pelaksana (Penyedia Jasa) wajib untuk membuat laporan yang dilakukan saat
pelaksanaan pekerjaan.Laporan tersebut berupa laporan harian, laporan mingguan, laporan
bulanan, yang didalamnya terdapat volume bahan yang telah digunakan, jumlah dan peran tenaga
manusia yang digunakan, alat – alat yang digunakan, dan jadwal pelaksanaan pekerjaan berupa
time schedule.

4.2 Dokumentasi Pelaksanaan Pekerjaan


Dokumentasi pada pelaksanaan pekerjaan harus mencerminkan setiap item pekerjaan yang ada
pada RAB (Rencana Anggaran Biaya). Untuk Foto pelaksanaan pekerjaan dilakukan pada kondisi
0%, 50%, dan 100% pada setiap item pekerjaan yang terdapat dalam Daftar Kuantitas dan Harga.
SPESIFIKASI TEKNIS 2019

Pasal 5
PENUTUP

Pekerjaan yang menjadi bagian dari pekerjaan pcmbangunan ini tetapi tidak diuraikan atau dimuat dalam
bestek, tetapi diselenggarakan atau diselesaikan oleh Kontraktor, hal itu harus dianggap seakan-akan
pekerjaan ini diuraikan dan dimuat dalam spesifikasi teknis ini, untuk menuju penyerahan selesai yang
lengkap dan sesuai spesifikasi.

You might also like