Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
c
c
B.c 0ujuan
0 c
c
c
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan
tentang gambaran klinis infeksi odontogenik pada regio oromaksilofasial dan
penyebarannya, serta tindakan bedah mulut minor yang dikombinasikan
dengan pengobatan simtomatis.
0 c
c c
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan dapat :
1.c uenjelaskan gambaran klinis tentang infeksi oromaksilofasial
2.c uenjelaskan penyebaran infeksi oromaksilofasial
3.c uenjelaskan prinsip perawatan dengan tindakan bedah mulut minor
c
c
BAB II
PEuBAHASAN
Skenario
Seorang pasien wanita berusia 19 tahun, datang ke klinik gigi dengan keluhan
rasa sakit yang kompleks pada pipi sebelah kanan bawah belakang, disertai
pembengkakan, dan kemerahan, tidak bisa membuka mulut optimal. Pasien
merasa demam. Awalnya empat hari yang lalu pasien mengalami sakit gigi yang
luar biasa.
1.c Apa yang dimaksud dengan infeksi odontogenik, macam ± macam infeksi
odontogenik, serta bagaimana gambaran klinisnya?
2.c Apa saja etiologi dari infeksi?
3.c Bagamana mekanisme penyebaran infeksi?
-.c Apa kasus ini ada hubungannya dengan pertumbuhan gigi u3, mengingat
di skenario dinyatakan bahwa rasa sakit kompleks pada pipi sebelah kanan
bawah belakang?
5.c Bagaimana hubungan terjadinya trismus (tidak bisa membuka mulut
optimal) dengan pipi bengkak?
6.c uengapa pasien mengalami gejala demam?
7.c Bagaimana penegakan diagnosa pada kasus?
c
c
c
c
c0c
Definisi 1
Infeksi odontogenik: infeksi yang disebabkan oleh kerusakan gigi akibat dari
adanya kerusakan pada gigi.
uacam-macam : 1
c
c
c
c
×c Aktinomikosis
c
c
c
c
½c Ê (nama lain dari rasa tercekik dan susah bernapas) atau
merupakan Celulitis bilateral yang berkembang cepat pada ruang
sublingual dan submaksilla.
c
c
c $c
c c c c c c c c
c c
!c c
c c c
c c c ! c c
c
#
c c
" c
c !c
c c c
c c
!c c c
c !c c c
c
c& c
c c c
c c c
c c !c
c !c c c
c c c
c 0c c c c "
"
c c
cc c c c
c cc" cc
c c c c c
c c
! cc
ccc c
c!
c c
c cc
c
c
c
c
c c c c
!c c
'()*++! !c
c c c c
c c
!
! c !
c c
c 0c
c
c
c c c c
!c c
c c
c ! c
)" c
c,-#.c cc
c
% c
c c $c c !c c
c
c
c
c
!
!
!
!c
!c "
c
3.c Abses intraalveolar
Lokasi anatomic. uerupakan inflamasi purulent akut, yang berkembang
pada region apical dari gigi di tulang cancelous.
Etiologi. Biasanya disebabkan oleh bakteri yang menginfeksi gigi pada
maksila dan mandibula.
Gambaran klinis. Garakteristik dari gejalanya berupa kondisi rasa sakit
berdenyut yang parah,gigi goyang dan ada rasa goyang dari gigi
penyebab.
-.c Abses subperiosteal
c
c
c
c
Lokasi anatomi. Abses ini berkembang pada jaringan ikat longgar pada
dasar dari bibir atas di region anterior dari maksila, dibawah celah pear-
shaped.
Etiologi. Ini biasanya disesbabkan oleh infeksi dari saluran akar pada gigi
anterior maksila.
Gambaran klinis. Garakteristik dari infeksi ini yaitu pembengkakan dan
protrusi dari bibir atas, yang diikuti oleh penyebaran difus dan
menghilangkan kedalaman dari mucobucal fold.
å.c Abses fossa kanina
Lokasi anatomi. Fossa kanina, yang dimana abses tipe ini berkembang,
merupakan ruang kecil antara musculus levator labii superior dan
musculus levator anguli oris.
Etiologi. Infeksi dari saluran akar premolar dan khususnya pada kaninus
dari maksila yang dianggap bertanggungjawab terhadap perkembangan
dari abses pada fossa kanina.
Gambaran klinis. Garakteristiknya yaitu edema, berlokasi di region infra
orbital,dan menyebar kearah medial canthus dari mata, kelopak mata
bawah, dan sisi dari hidung hingga sudut dari mulut. Ini juga dapat
menghilangkan nasolabial fold dan agaknya pada mucobukal fold.
Edema pada region infraorbital menimbulkan sakit bila dipalpasi, dan
kemudian pada kulit menjadi tegang dan licin yang disebabkan supurasi,
disamping itu kulit menjadi kemerahan.
9.c Abses bukal
Lokasi anatomi. Pada ruang dimana abses ini berkembang berada
diantara musculus buccinators dan masseter. Pada atas, berhubungan
dengan ruang pterygopalatina,dan bawahnya ruang pterygomandibular.
Penyebaran dari pus pada ruang bukal bergantung pada posisi apical dari
gigi yang bertanggung jawab yang berhubungan dengan musculus
buccinators.
Etiologi. Abses bukal ini mungkin disebabkan oleh saluran akar dari gigi
posterior mandibula dan maksila.
c
c
c
c
c
c
c
c
c c
c c c
" c
c c
c
c
^ cc
c
c
c - c
c c c
c
c
"c c
c c
" c
c c
c
c c
c
c #
c c
c c
!cc
c c
c
cc
c
c cc c cc c
c c
c
, "
.!ccc c
cc c c
c c c c
c c c c
c c c c
c
" c
!c c
c c c c
c
c c c
c
c
" c
c % c
c c c c
c c
c c
c c
c
!c
" c
c c c
c c c
c c
c c c c !c
c c
" cc
c, /. c
^ cc#
c
c
c - c c c c
c
c
c
c
c
!c
c
c
" c
c
!c
c
c
" c
c !c
c
c c
!c c
c
c c
c - c
c
c
c
" c !c
c !c c c c c c c c c
c
!c
!c
!c c c
c c
ccc c c
c c
c c c
c
c c
c c c c c
c c
c
!c c
c c
c c c c
c,c "
. c
c c 0
c c c c
c c
c
$c c c
cc
c
!c
cc
c
c
c
c
0c0-%1cc'c
c
c
×c Infeksi bakteri pada jaringan di sekitar gigi yang baru tumbuh sebagian.
Poket yang terbentuk di sekitar gigi yang erupsi sebagian memungkinkan
terjadinya infeksi pada gigi yang bersangkutan
×c Gigi molar tiga merupakan gigi yang sering kali terlibat
×c 0rauma yang berasal dari gigi molar atas yang berkontak dengan
operkulum di atas molar ketiga rahang bawah merupakan faktor yang
memperparah lesi.
×c Akibatnya terjadi pembengkakan di bawah dan di atas sudut mandibula
dapat disertai pus yang keluar dari operkulum tersebut.
×c Pada insiden ini ditemukan kesulitan membuka mulut.
c
#1&-cc-c0c
Penyebaran infeksi dari fokus primer ke tempat lain dapat berlangsung melalui
beberapa cara, yaitu transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen), transmisi
melalui aliran limfatik (limfogen), perluasan langsung infeksi dalam jaringan, dan
penyebaran dari traktus gastrointestinal dan pernapasan akibat tertelannya atau
teraspirasinya materi infektif.
c
c
Seperti halnya suplai darah, gingiva dan jaringan lunak pada mulut kaya dengan
aliran limfatik, sehingga infeksi pada rongga mulut dapat dengan mudah menjalar
ke kelenjar limfe regional. Pada rahang bawah, terdapat anastomosis pembuluh
darah dari kedua sisi melalui pembuluh limfe bibir. Akan tetapi anastomosis
tersebut tidak ditemukan pada rahang bawah.
c
c
Perluasan langsung infeksi dapat terjadi melalui penjalaran material septik atau
organisme ke dalam tulang atau sepanjang bidang fasial dan jaringan penyambung
di daerah yang paling rentan. 0ipe terakhir tersebut merupakan selulitis sejati, di
mana pus terakumulasi di jaringan dan merusak jaringan ikat longgar, membentuk
ruang (), menghasilkan tekanan, dan meluas terus hingga terhenti oleh
barier anatomik. Ruang tersebut bukanlah ruang anatomik, tetapi merupakan
ruang potensial yang normalnya teriis oleh jaringan ikat longgar. Getika terjadi
infeksi, jaringan areolar hancur, membentuk ruang sejati, dan menyebabkan
infeksi berpenetrasi sepanjang bidang tersebut, karena fasia yang meliputi ruang
tersebut relatif padat.
Ini merupakan tipe infeksi yang serupa dengan tipe di atas, tetapi
perluasan tidak terlokalisis melainkan melewati tulang menuju jaringan
lunak dan kemudian membentuk abses. Di rahang atas proses ini
membentuk abses bukal, palatal, atau infraorbital. Selanjutnya, abses
infraorbital dapat mengenai mata dan menyebabkan edema di mata. Di
rahag bawah, pointing dari infeksi menyebabkan abses bukal. Apabila
pointing terarah menuju lingual, dasar mulut dapat ikut terlibat atau pusa
terdorong ke posterior sehingga membentuk abses retromolar atau
peritonsilar.
c
c
Di bawah ini adalah beberapa fasia dan area yang penting, sesuai dengan
klasifikasi dari Burman:
Bakteri yang tertelan dan produk-produk septik yang tertelan dapat menimbulkan
tonsilitis, faringitis, dan berbagai kelainan pada lambung. Aspirasi produk septik
dapat menimbulkan laringitis, trakeitis, bronkitis, atau pneumonia. Absorbsi
limfogenik dari fokus infeksi dapat menyebabkan adenitis akut dan selulitis
dengan abses dan septikemia. Penyebaran hematogen terbukti sering
menimbulkan infeksi lokal di tempat yang jauh.
Infeksi oral dapat menimbulkan sensitisasi membran mukosa saluiran napas atas
dan menyebabkan berbagai gangguan, misalnya asma. Infeksi oral juga dapat
memperburuk kelainan sistemik yang sudah ada, misalnya tuberkulosis dan
c
c
diabetes melitus. Infeksi gigi dapat terjadi pada seseorang tanpa kerusakan yang
jelas walaupun pasien memiliki sistem imun yang normal. Pneumonia dapat
disebabkan oleh aspirasi material infeksi, terutama pada kelainan periodontal yang
lanjut. 0uberkel basil dapat memasuki tubuh melalui oral, yaitu
periodontal
dan gingiva yang terinfeksi yang meliputi molar ketiga. Infeksi oral, selain
dapat memperburuk 0B paru yang sudah ada, juga dapat menghambat respon
tubuh dalam melawan efek kaheksia dari penyakit 0B tersebut.
c
c
cc
Gondisi mulut yang patologis yang sering menjadi sumber infeksi adalah:
×c Pulpa terdegenasi yang masih vital, infeksi periapikal dengan gigi yang
sudah tanpa pulpa, dan gigi nonvital
×c Gista
×c Infeksi residual setelah ekstraksi
×c Gigi impaksi atau gigi yang tererupsi sedemikian dan terjadilah
periocoronitits
×c Gingivitis, stomatitis, dan gingivitis nekrotikans ulsertafif
×c
periodontal, terutama ketika supurasi
×c
×c 0onsil lingua terinfeksi
c
c
c&c0c0c0-%1cc^c
uanifestasi sistemik yang utama dari infeksi adalah demam, temperature mulut
diatas 37,5 (dianggap febril). Geadaan tersebut disebabkan endoktoksin bakteri,
ekstrak leukosit, hipermetabolisme, defisiensi cairan atau kombinasi dari hal-hal
tersebut.
#cc*c
RIAYA0 PENYAGI0
c
c
Pada 25iagnose diketahui awalnya - hari yang lalu pasien mengalami rasa
sakit gigi yang luar biasa. Setelah itu, terjadi pembengkakan pada sisi
sebelah kanan bawah belakang dan pasien mengeluhkan ada rasa sakit
yang kompleks
xiwayat medis
c
c
xiwayat keluarga
Riwayat sosial
PEuERIGSAAN GLINIS
c
c
RADIOGRAFI
c
c
Apabila inflamasi disebabkan oleh impaksi u3, maka pada ro foto dapat pula
diketahui posisi u3 yang sangat berperan dalam penentuan perawatan
selanjutnya.
2 c
c
# c#$c c
c
Untuk menangani infeksi dentoalveolar akut, maupun abses fasial, berikut ini
beberapa pertimbangan yang perlu diperhatikan:
6c Dilakukan pemeriksaan riwayat kesehatan pasien secara detail
6c Drainase pus, disaat pus terdapat pada jaringan. Ini dicapai: (1) melalui
saluran akar (2) dengan insisi intraoral (3) dengan insisi ekstraoral (-)
sepanjang alveolus pada pencabutan. 0anpa evakuasi pus, misalnya
dengan pemberian antibiotic saja, infeksi tidak dapat dihilangkan.
c
c
c
c
c
c
#cc
c c
ccccccccccc cccccccccccccc
insisi abses intraoral dan penempatan hemostat untuk memfasilitasi drainase pus
cccccc c
Penempatan karet drain pada kavitas dan stabilisasi dengan jahitan pada satu sisi
insisi.
c
c
insisi kulit untuk drainase abses submandibular.
c
c
#cc c
Perawatan untuk abses ini pada dasarnya intraoral, dengan insisi yang dimulai
pada prosessus coronoideus dan berjalan sepanjang tepi anterior dari ramus kearah
mucobuccal fold, kurang lebih sejauh molar kedua. Insisi juga mungkin dapat
dilakukan pada ekstraoral pada kulit, dibawah sudut dari mandibula. Pada kasus
kedua, hemostat diinsersikan, yang mana dilanjutkan sejauh pusat dari supurasi
dan hingga dapat berkontak dengan tulang. Garena abses jauh dari akumulasi
purulent, sering ini sulit untuk dialirkan, menyebabkan frekuensi untuk sakit lagi.
c
c
#cc
c
Insisi untuk drainase dilakukan pada mukosa pada oral kavitas dan, lebih spesifik
sepanjang mesial puncak temporal. Insisi seharusnya panjang 1,5 cm dan dalam
3--mm. Hemostat lengkung lalu diinsersikan , yang mana diarahkan ke posterior
dan lateral hingga berkontak dengan permukaan medial dari ramus. Abses
didrainase, sehingga pus dapat dikeluarkan melalui shaft instrument.
c
c
0-#c0&0c^c
0erapi antibiotic yang dilakukan secara luas mengakibatkan meningkatnya jumlah
pasien yang dan beberapa organism terhadap obat. Dua hal
tersebut harus dipertimbangkan apabila akan melakukan terapi dengan antibiotik.
Selain itu sebaiknya didapatkan riwayat lengkap sebelumnya, karena respons
negative yang terjadi pada pengobatan sebelumnya bukan merupakan jaminan
bahwa pengobatan selanjutnya aman, yakni tidak terjadi laergi silang pada
kelompok obat tertentu yang akan diberikan. Pemberian antibiotic terutama secara
oral bisa mereduksi flora gastrointestinal yang terlibat dalam sintesis vitamin G.
Apabila seseorang mempunyai kelainan pembekuan darah yang disebabkan
karena penyakit hepar, atau terapi warfarin (Coumadin), maka terapi antibiotic
dapat menyebabkan tertundanya proses pembekuan darah atau terjadi perdarahan
spontan. Belumnya bukan merupakan jaminan bahwa pengobatan selanjutnya.
# c
c
Apabila memungkinkan, sebaiknya pemilihan obat didasarkan pada hasil
smear/pewarnaan gram, kultur dan tes sensitivitas. Antibiotic yang dipilih
diresepkan dengan dosis yang adekuat dan jangka waktu yang memadai. Dosis
subklinis tidak efektif dan bisa mengakibatkan terjadinya resistensi pada bakteri
pathogen tertentu. Gombinasi antibiotic tertentu misalnya satu atau dua macam
obat yang biasanya digunakan di Rumah Sakit untuk infeksi-infeksi yang serius.
0erapi antibiotic kombinasi yang biasanya dilakukan adalah suatu antibiotic
c
c
c
c
dalam darah selama ½-1 jam. Secara umum kegunaannya sangat dibatasi yakni
pada orang yang menderita kelainan ginjal. Clindamycin bersifat bakterisid, yatu
dengan cara menghambat sintesis protein. alaupun clindamycin efektif terhadap
sebagian bakteri gram positif, indikasinya terutama untuk perawatan infeksi yang
disebabkan oleh coccus gram positif anaerob dan batang gram negative.
Clindamycin dicadangkan untuk infeksi serius yang disebabkan oleh bakteri
anaerob yang rentan terhadap obat ini, dan pada kasus dimana respon terhadap
penicillin kurang baik. Indikasi lainnya dalah pada pasien yang mengalami infeksi
yang parah dan alergi terhadap penicillin.
/
uetronidazole adalah anti protozoa mulut (0
) dan anti-
bakteri. Cara kerja bakteriosidnya dengan jalan mengganggu sintesis DNA. Obat
ini bisa diabsorpsi dengan baik apabila diberikan secara oral, dan terserap dengan
baik pada kebanyakan cairan dan jaringan tubuh termasuk saliva dan cairan
serebrospinal. uetronidazole efektif untuk bakteri anaerob. Apabila digunakan
pada kasus campuran (anaerob dan aerob), maka perlu ditambahkan antibiotic
yang sesuai untuk infeksi aerob. Pada kondisi penyakit hepar yang parah,
dosisnya dikurangi. Efek samping yang paling sering terjadi adalah mual, disertai
dengan sakit kepala, anoreksia dan kadang-kadang muntah.
0" " c
0etracycline merupakan obat yang bersifat bakteriostatis yang bekerja dengan
jalan menghambat sintesis protein. 0etracycline tidak dianjurkan sebagai obat
utama untuk infeksi orofasial yang serius. Obat ini sebaiknya digunakan apabila
tes sensitivitas menunjukkan perlunya pemberian obat tersebut, atau obat lain
tidak ada, atau pasien alergi terhadap obat utama. Untuk membantu absorpsinya,
sebaiknya obat ini diminum 1-2 jam sebelum atau sesudah makan. 0etracycline
yang digunakan selama odontogenesis, yaitu pertengahan kedua masa kehamilan
sampai anak berumur å tahun, bisa mengakbatkan perubahan warna pada gigi
(kuning, abu-abu, coklat).
Obat-obatan topical biasanya sering diberikan dalam b entuk kombinasi dengan
yang lain supaya spektrumnya lebih luas misalnya Bacitracin, Neomycin,
Gramicidine, Polymyxin B atau kombinasi lainnya.
c
c
c
3cc02cc#-0c,^!.c
Setelah dilakukan pembedahan dilakukan, maka dokter gigi akan memberikan
obat-obat paska operasi agar penyembuhan luka akibat pembedahan mudah
sembuh , namun tugas dokter gigi tidak hanya sampai dengan pemberian obat-
obatan, tetapi juga harus mengevaluasi hasil perawatan, apakah obat yang telah
diberikan telah sesuai atau apakah ada komplikasi-komplikasi yang terjadi setelah
pembedahan. Ada pun yang mungkin terjadi setelah pembedahan, yaitu:
2.c 0rismus
0rismus: jika setelah pembedahan dan masih trismus maka dapat
dilakakuna heat therapy dilakukan pengompresan kurang lebih 20 menit
setiap jam sampe gejala mereda. Dan bias juga dilakukan pemijitan di
daerah temporo mandibular join
3.c Hematome
c
c
-.c Ecchymosis
Ecchymosis: tdk ada pengobatan khusus akan hilang beberapa hari
5.c Edema
Edema adalah komplikasi sekunder dari trauma jaringan lunak.
Pembengkakan normal selama 2å-72 stlh pembedahan tapi akan merdah
setelah 3-- hr pasca operasi. Ditandai dengan kulit halus dan pucat dan
tegang. Jika pembedahan dilakukan di rahang atas maka edema bias
sampai di bawa kelopak mata. Perawatan pertama bs dilakukan
pengopresan dengan cold packs ektraoral, selama --6 kemudian bila tidak
hilang maka kmgkinan biasa terjadi fibrosis dan simphisis pemberian
atnibiotik dan fibrinolitic (trenaxam
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
c
BAB III
GESIuPULAN
Infeksi odontogenik: infeksi yang disebabkan oleh kerusakan gigi akibat dari
adanya kerusakan pada gigi.
Penyebaran infeksi dari fokus primer ke tempat lain dapat berlangsung melalui
beberapa cara, yaitu transmisi melalui sirkulasi darah (hematogen), transmisi
melalui aliran limfatik (limfogen), perluasan langsung infeksi dalam jaringan, dan
penyebaran dari traktus gastrointestinal dan pernapasan akibat tertelannya atau
teraspirasinya materi infektif.
c , c c c
c
"c .!c
c c
cc c c
c
c
DAF0AR PUS0AGA
1.c Pedersen, Gordon . 1996. Buku Ajar Praktis Bedah uulut. Jakarta :
Penerbit Buku Gedokteran EGC
.
2.c Fragiskos, F. D. Oral surgery. Berlin : Springer-Verlag Berlin Heidelberg,
2007. P. 206-37.
3.c Patologi umum dan sistemik. Vol. 1/ J.C.E. Underwood ; editor edisi bahasa
Indonesia, Sarjadi ± Ed. 2 ± Jakarta : EGC, 1999. Hal. 232-3
-.c Birnbaum, warren. Dunne, Stephen.u. Diagnosis kelainan dalam mulut. Alih
bahasa : hartono ruslijanto. Jakarta. EGC. 2009. P.122--
5.c http://lawalangy.wordpress.com/2007/06/09/mengenal-tanda-sepsis-akibat-
infeksi-odontogenik/. 2007.
c
c