You are on page 1of 16

SATUAN ACARA KEGIATAN

TERAPI BERMAIN MEWARNAI DI RUANG ANGGREK


RSUD KOTA SALATIGA

DISUSUN OLEH :

AKHMAD MAULANA

NAHLA HAYYATU SYIFA

NURUL APRILIANI

FERIADIANTO

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN SURAKARTA
PROGRAM STUDI NERS
SURAKARTA
2019
1
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Aktivitas bermain merupakan salah satu stimulasi bagi
perkembangan anak secara optimal. Dalam kondisi sakit atau anak dirawat
di rumah sakit, aktivitas bermain ini tetap dilaksanakan, namun harus
disesuaikan dengan kondisi anak. Pada saat dirawat di rumah sakit, anak
akan mengalami berbagai perasaan yang sangat tidak menyenangkan,
seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan tersebut merupakan
dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi beberapa
stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan
permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya
karena dengan melakukan permainan anak akan dapat mengalihkan rasa
sakitnya pada permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui
kesenangannya melakukan permainan. Tujuan bermain di rumah sakit
pada prinsipnya adalah agar dapat melanjutkan fase pertumbuhan dan
perkembangan secara optimal, mengembangkan kreatifitas anak, dan dapat
beradaptasi lebih efektif terhadap stress. Bermain sangat penting bagi
mental, emosional, dan kesejahteraan anak seperti kebutuhan
perkembangan dan kebutuhan bermain tidak juga terhenti pada saat anak
sakit atau anak di rumah sakit (Wong, 2009).
Berdasarkan sensus penduduk pada tahun 2003 didapatkan jumlah
anak usia toddler (1-3 tahun) di Indonesia adalah 13,50 juta anak. Anak-
anak pada usia toddler dapat memainkan sesuatu dengan tangannya serta
senang bermain dengan warna, oleh karena itu bermain dengan mewarnai
bisa menjadi alernatif untuk mengembangkan kreatifias anak dan dapat
menurunkan tingkat kecemasan pada anak selama dirawat. Mewarnai
dapat menjadi salah satu media bagi perawat untuk mampu mengenali
tingkat perkembangan anak.
Dinamika secara psikologis menggambarkan bahwa selama anak
bermain dengan sesuatu yangdiwarnai sesuai dengan imajinasi anak akan

2
membantu anak untuk menggunakan tangannya secara aktif sehingga
merangsang motoric halusnya. Oleh karena sangat pentingnya kegiatan
bermain terhadap tumbuh kembang anak dan untuk mengurangi
kecemasan akibat hospitalisai, maka akan dilaksanakan terapi bermain
pada anak usia toddler dengan cara membuat kreasi dengan mewarnai
gambar.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari terapi bermain dengan mewarnai ini adalah
meminimalkan dampak hospitalisasi pada anak.
2. Tujuan Khusus
1. Anakdapatlebihmengenali bentuk danwarna
2. Menurunkantingkatkecemasanpadaanak
3. Mengembangkanimajinasipadaanak

3
BAB 2
TINJAUAN TEORI

A. Bermain
1. Pengertian Bermain
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh kesenangan, tanpa mempertimbangkan hasil akhir. Ada
orang tua yang berpendapat bahwa anak yang terlalu banyak bermain akan
membuat anak menjadi malas bekerja dan bodoh. Anggapan ini kurang
bijaksana, karena beberapa ahli psikolog mengatakan bahwa permainan
sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa anak.
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang secara
sukarela untuk memperoleh kesenangan atau kepuasan, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir (Suhendi, 2001). Bermain merupakan
suatu aktivitas dimana anak dapat melakukan atau mempraktekkan
ketrampilan, memberikan ekspresi terhadap pemikiran, menjadi kreatif,
mempersiapkan diri untuk berperan dan berperilaku dewasa (Aziz A,
2005). Jadi kesimpulannya bermain adalah cara untuk memperoleh
kesenangan agar anak dapat kreatif dan mengekspresikan pikiran, tanpa
mempertimbangkan hasil akhir.

2. Kategori Bermain
1. BermainAktif: Anakbanyakmenggunakan energy inisiatifdarianaksendiri.
Contoh: bermainsepak bola.
2. BermainPasif: Energi yang dikeluarkansedikit,
anaktidakperlumelakkanaktivitas (hanyamelihat)
Contoh: Memberikan support.

3. Ciri-Ciri Bermain
1. Selalu bermain dengan sesuatu atau benda
2. Selalu ada timbal balik interaksi
3. Selalu dinamis

4
4. Ada aturan tertentu
5. Menuntut ruangan tertentu

4. Klasifikasi Bermain Menurut Isi


1. Social affective play
Anak belajar memberi respon terhadap respon yang diberikan oleh
lingkungan dalam bentuk permainan, misalnya orang tua berbicara
memanjakan anak tertawa senang, dengan bermain anak diharapkan
dapat bersosialisasi dengan lingkungan.
2. Sense of pleasure play
Anak memperoleh kesenangan dari satu obyek yang ada di
sekitarnya, dengan bermain anak dapat merangsang perabaan alat,
misalnya bermain air atau pasir.
3. Skill play
Memberikan kesempatan bagi anak untuk memperoleh ketrampilan
tertentu dan anak akan melakukan secara berulang-ulang misalnya
mengendarai sepeda.
4. Dramatika play role play
Anak berfantasi menjalankan peran tertentu misalnya menjadi ayah
atau ibu.

5. Klasifikasi Bermain Menurut Karakteristik Sosial


1. Solitary play
Jenis permainan dimana anak bermain sendiri walaupun ada beberapa
orang lain yang bermain disekitarnya. Biasa dilakukan oleh anak
balita Toddler.
2. Paralel play
Permaianan sejenis dilakukan oleh suatu kelompok anak masing-
masing mempunyai mainan yang sama tetapi yang satu dengan yang
lainnya tidak ada interaksi dan tidak saling tergantung, biasanya
dilakukan oleh anak pre school.
Contoh : bermain balok

5
3. Asosiatif play
Permainan dimana anak bermain dalam keluarga dengan aktivitas
yang sama tetapi belum terorganisasi dengan baik, belum ada
pembagian tugas, anak bermain sesukanya.
4. Kooperatif play
Anak bermain bersama dengan sejenisnya permainan yang
terorganisasi dan terencana dan ada aturan tertentu. Biasanya
dilakukan oleh anak usia sekolah Adolesen.

6. Fungsi Bermain
Anak dapat melangsungkan perkembangannya
1. Perkembangan Sensorik Motorik
Membantu perkembangan gerak dengan memainkan obyek tertentu,
misalnya meraih pensil.
2. Perkembangan Kognitif
Membantu mengenal benda sekitar (warna, bentuk kegunaan).
3. Kreatifitas
Mengembangkan kreatifitas menoba ide baru misalnya menyusun
balok.
4. Perkembangan Sosial
Diperoleh dengan belajar berinteraksi dengan orang lain dan
mempelajari belajar dalam kelompok.
5. Kesadaran Diri (Self Awareness)
Bermain belajar memahami kemampuan diri, kelemahan, dan tingkah
laku terhadap orang lain.
6. Perkembangan Moral
Interaksi dengan orang lain, bertingkah laku sesuai harapan teman,
menyesuaikan dengan aturan kelompok.
Contoh : dapat menerapkan kejujuran
7. Terapi
Bermain kesempatan pada anak untuk mengekspresikan perasaan
yang tidak enak, misalnya : marah, takut, benci.

6
8. Komunikasi
Bermain sebagai alat komunikasi terutama bagi anak yang belum
dapat mengatakan secara verbal, misalnya : melukis, menggambar,
bermain peran.

7. Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Bermain


1. Tahap perkembangan, tiap tahap mempunyai potensi / keterbatasan
2. Status kesehatan, anak sakit  perkembangan psikomotor kognitif
terganggu
3. Jenis kelamin
4. Lingkungan  lokasi, negara, kultur
5. Alat permainan  senang dapat mengguanakan
6. Intelegensia dan status sosial ekonomi

8. Tahap Perkembangan Bermain


1. Tahap eksplorasi
Merupakan tahapan menggali dengan melihat cara bermain
2. Tahap permainan
Setelah tahu cara bermain, anak mulai masuk dalam tahap permainan
3. Tahap bermain sungguhan
Anak sudah ikut dalam permainan
4. Tahap melamun
Merupakan tahapan terakhir anak membayangkan permainan
berikutnya.

9. Bermain di Rumah Sakit


1. Tujuan
a. Melanjutkan tugas kembang selama perawatan
b. Mengembangkan kreativitas melalui pengalaman permainan yang
tepat
c. Beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit atau dirawat

7
2. Prinsip
a. Tidak banyak energi, singkat dan sederhana
b. Mempertimbangkan keamanan dan infeksi silang
c. Kelompok umur sama
d. Melibatkan keluarga/orangtua
3. Upaya perawatan dalam pelaksanaan bermain
a. Lakukan saat tindakan keperawatan
b. Sengaja mencari kesempatan khusus
4. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
a. Alat bermain
b. Tempat bermain
5. Pelaksanaan bermain di RS dipengaruhi oleh:
a. Faktor pendukung
Pengetahuan perawat, fasilitas kebijakan RS, kerjasama Tim dan
keluarga
b. Faktor penghambat
c. Tidak semua RS mempunyai fasilitas bermain

B. Anak Pra Sekolah


1. Pengertian Anak Prasekolah
Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara 3-6 tahun. Dalam
usia ini anak umumnya mengikuti program anak (3Tahun-5tahun) dan
kelompok bermain (Usia 3 Tahun), sedangkan pada usia 4-6tahun biasanya
mereka mengikuti program Taman Kanak-Kanak, Patmonedowo
(2008:19). Menurut Noorlaila (2010:22), dalam perkembangan ada
beberapa tahapan yaitu: 1) sejak lahir sampai usia 3 tahun, anak memiliki
kepekaan sensories dan daya pikir yang sudah mulai dapat “menyerap”
pengalaman-pengalaman melalui sensorinya, usia setengah tahun sampai
kira-kira tiga tahun, mulai memiliki kepekaan bahasa dan sangat tepat
untuk mengembangkan bahsanya, 2) masa usia 2-4 tahun, gerakan-gerakan
otot mulai dapat dikoordinasikan dengan baik, untuk berjalan maupun
untuk banyak bergerak yang semi rutin dan yang rutin, berminat pada

8
benda-benda kecil, dan mulai menyadari adanya urutan waktu (pagi, siang,
sore, malam).
Rentang usia tiga sampai enam tahun, terjadi kepekaan untuk
peneguhan sensoris, semakin memiliki kepekaan indrawi, khususnya pada
usia 4 tahun memiliki kepekaan menulis dan pada usia 4-6 tahun memiliki
kepekaan yang bagus untuk membaca. Anak prasekolah adalah anak yang
masih dalam usia 3-6 tahun, mereka biasanya sudah mampu mengikuti
program prasekolah atau Taman Kanak–kanak. Dalam perkembangan anak
prasekolah sudah ada tahapan-tahapanya, anak sudah siap belajar kususnya
pada usia sekitar 4-6 tahun memiliki kepekaan menulis dan memiliki
kepekaan yang bagus untuk membaca. Perkembangan kognitif anak masa
prasekolah berbeda pada tahap praoperasional.b. Pendidikan Anak
Prasekolah Anak usia Taman kanak-kanak termasuk dalam kelompok
umum yaitu prasekolah. Pada usia 2-4 tahun anak ingin
nermain,melakukan latihan berkelompok, melakukan penjelajahan,
bertanya, menirukan, dan menciptakan sesuatu. Di taman kanak-kanak,
anak juga mengalami kemajuan pesat dalam penguasaan bahasa, terutama
dalam kosakata. Pada usia 5 tahun pada umumnya anak-anak baik secara
fisik maupun kejiwaan sudah siap hal-hal yang semakin tidak sederhana
dan berada pada waktu yang cukup lama disekolah.
Menurut Montessori (dalam Noorlaila 2010:48), bahwa pada usia
3-5 tahun anak-anak dapat diajari menulis membaca, dikte dengan belajar
mengetik. Sambil belajar mengetik anak-anak belajar mengeja, menulis
dan membaca. Usia taman kanak-kanak merupakan kehidupan tahun-tahun
awal yang kreatif dan produktif bagi anak-anak. Oleh karena itu sesuai
dengan kemampuan tingkat perkembangan dan kepekaan belajar mereka
kita dapat juga mengajarkan menulis, membaca dan berhitung pada usia
dini. Jadi adanya pendidikan prasekolah dan adanya tugas perkembangan
yang diemban anak-anak, diperlukan adanya pembelajaran yang menarik
dan menyanangkan bagi anak-anak yang selalu “dibungkus” dengan
permainan, suasana riang, enteng, bernyanyi dan menarik. Bukan
pendekatan pembelajaran yang penuh dengan tugas-tugas berat apalagi

9
dengan tingkat pengetahuan,keterampilan dan pembiasaan yang tidak
sederhana lagi seperti paksaan untuk membaca, menulis, berhitung yang
melebihi kemampuan anak-anak.c.Ciri-ciri Anak Prasekolah Snowman
(dalam Patmonodewo 2008: 32), mengemukakan ciri-ciri anak prasekolah
(3-6 tahun) yang biasanya ada di TK meliputi aspek fisik, emosi, social
dan kognitif anak,yaitu:Ciri fisik anak prasekolah dalam penampilan
maupun gerak gerik prasekolah mudah dibedakan dengan anak yang
berada dalam tahapan sebelumnya yaitu umumnya anak sangat aktif,
mereka telah memiliki penguasaan (kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat
menyukai kegiatan yang dilakukan sendiri.seperti memberikan kesempatan
kepada anak untuk lari memanjat dan melompat.Ciri sosial anak
prasekolah biasanya bersosialisasi dengan orang di sekitarnya. Umumnya
anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat,tetapi sahabat ini
cepat berganti,mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih
biasanya sama jenis kelaminnya. Tetapi kemudian berkembang sahabat
yang terdiri dari jenis kelamin yang berbeda.Ciri emosional anak
prasekolah yaitu cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan
terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut,
dan iri hati sering terjadi. Mereka sering kali mempeributkan perhatian
guru.Ciri kognitif anak prasekolah umumnya telah terampil dalam bahasa.
Sebagai besar dari mereka senang bicara,kususnya dalam kelompoknya.
Sebaiknya anak diberi kesempatan untuk bicara. Sebagian mereka perlu
dilatih untuk menjadi pendengar yang baik.

C. Mewarnai Gambar
Mewarnai gambar merupakan terapi permainan yang kreatif untuk
mengurangi stres dan kecemasan serta meningkatkan komunikasi pada
anak.(www.pediatric.com). Manfaat dari terapi bermain mewarnai adalah:
1. Memberikan kesempatan pada anak untuk bebas berekspresi dan
sangat terapeutik (sebagai permainan penyembuh/ ”therapeutic play”).

10
2. Dengan menggambar berarti anak dapat mengekspresikan
”feelingnya” atau memberikan pada anak suatu cara untuk
berkomunikasi, tanpa menggunakan kata.
3. Sebagai terapi kognitif, pada saat anak menghadapi kecemasan karena
proses hospitalisasi, karena pada keadaan cemas dan sterss,
kognitifnya tidak akurat dan negatif.
4. Mewarnai gambar dapat memberikan peluang untuk meningkatkan
ekspresi emosional anak, termasuk pelepasan yang aman dari rasa
marah dan benci.
5. Dapat digunakan sebagai terapi permainan kreatif yang merupakan
metode penyuluhan kesehatan untuk merubah perilaku anak selama
dirawat di rumah sakit.(www.pediatric.com).

11
BAB 3
SATUAN ACARA KEGIATAN
TERAPI BERMAIN MEWARNAI

Judul : Terapi bermain mewarnai


Tanggal pelaksanaan : 09Februari 2019
Waktu : 10.00 WIB
Tempat :Di Ruang Anggrek
Peserta : 3 – 4 anak

A. Sasaran
1. Anak usia pra sekolah ( 3 – 6 )
2. Anak yang dirawat di ruang Anggrek
3. Anak usia pra sekolah yang bersedia di ajak untuk TAB
4. Tidak mempunyai keterbatasan (fisik atau akibat terapi lain) yang
dapat menghalangi proses terapi bermain
5. Kooperatif dan mampu mengikuti proses kegiatan sampai selesai

B. Media
1. Buku gambar
2. Crayon
3. Lembar penilaian

C. Setting Tempat
Keterangan :
: Leader

: Co-leader

: Fasilitator

: Observer

12
D. Srategi Pelaksanaan
No. Waktu Kegiatan Peserta
1. 5 menit Pembukaan :
1. Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam
mengucapkan salam.  Mendengarkan
2. Memperkenalkan diri  Memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan dari terapi  Memperhatikan
bermain
4. Kontrak waktu anak dan orang
tua
2. 15 menit Pelaksanaan :
1. Menjelaskan tata cara  Memperhatikan
pelaksanaan terapi bermain
kepada anak  Bertanya
2. Memberikan kesempatan kepada
anak untuk bertanya jika belum  Antusias saat
jelas menerima
3. Membagikan bahan buku peralatan
gambar dan crayon  Memulai untuk
4. Fasilitator mendampingi anak mewarnai
dan memberikan motivasi  Menjawab
kepada anak pertanyaan
5. Menanyakan kepada anak  Mendengarkan
apakah telah selesai membentuk  Memperhatikan
sebuah benda
6. Memberitahu anak bahwa waktu
yang diberikan untuk mewarnai
telah selesai
7. Memberikan pujian terhadap
anak yang mampu mewarnai
sampai selesai

13
3. 10 menit Evaluasi :
1. Memotivasi anak untuk  Menceritakan
menyebutkan warna yang
digunakan untuk mewarnai  Gembira
2. Mengumumkan nama anak yang
dapat mewarnai sesuai contoh  Gembira
3. Membagikan reward kepada
seluruh peserta
4. 5 menit Terminasi:
1. Memberikan motivasi dan  Memperhatikan
pujian kepada seluruh anak  Gembira
yang telah mengikuti program  Mendengarkan
terapi bermain
2. Mengucapkan terima kasih  Menjawab salam
kepada anak dan orang tua
3. Mengucapkan salam penutup

E. Kriteria Evaluasi
1. Evalusi Struktur
a. Anak hadir di ruangan minimal 6 orang.
b. Penyelenggaraan terapi bermain dilakukan di ruanganggrek.
c. Pengorganisasian penyelenggaraan terapi dilakukan sebelumnya
2. Evaluasi Proses
a. Anak antusias dalam kegiatan mewarnai
b. Anak mengikuti terapi bermain dari awal sampai akhir
c. Tidak terdapat anak yang rewel atau malas untuk mewarnai
3. Kriteria Hasil
a. Anak terlihat senang dan gembira
b. Kecemasan anak berkurang
c. Mewarnai sesuai dengan contoh
d. Anak mampu menyebutkan warna yang dipakai

14
F. Pengorganisasian
1. Pembimbing Pendidikan :
2. PembimbingKlinik : Natalia, S.Kep, Ns
3. Leader :NurulApriliani, S.Tr.Kep
4. Co-leader : NahlaHayyatuSyifa, S.Tr.Kep
5. Fasilitator : AkhmadMaulana, S.Tr.Kep
6. Observer : Feriadianto, S.Tr.Kep

G. Tugas Masing-Masing
1. Leader : Memimpin jalannya program terapi
2. Co-leader : Membantu leader
3. Fasilitator : Mendampingi dan mengarahkan saat anak terapi
4. Observer: Mencatat dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
5. Anak : Mengikuti jalannya terapi bermain

H. Perkiraan Hambatan :
1. Jadwal terapi bermain yang kurang sesuai (lebih lambat dari yang di
jadwalkan)
2. Anak rewel atau ingin keluar dari terapi bermain

I. Antisipasi Hambatan/Masalah
1. Jadwal terapi bermain disesuaikan (tidak pada waktu terapi)
2. Melakukan kerjasama dengan orang tua untuk mendampingi anak
selama program terapi.

15
DAFTAR PUSTAKA

Erlita, dr. (2006).PengaruhPermainanpadaPerkembanganAnak.Terdapatpada


:http://info. balitacerdas.com.
Foster and Humsberger, 1998, Family Centered Nursing Care of Children. WB
sauders Company, Philadelpia USA
Hurlock, E B.1991. PerkembanganAnakJilid 1.Erlangga : Jakarta
L. Wong, Donna. 2003. PedomanKlinikKeperawatanPediatrikEdisi 4. EGC:
Jakarta www.Pediatrik.com
Markum, dkk. 1990.Buku Ajar IlmuKesehatanAnak, EGC : Jakarta
Soetjiningsih, 1995,TumbuhKembangAnak, EGC : Jakarta
Whaley and Wong, 1991, Nursing Care Infanst and Children.Fourth
Edition.Mosby Year Book. Toronto Canada

16

You might also like