You are on page 1of 2

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FKUP-RS HASAN SADIKIN BANDUNG

Bacaan Jurnal
Oleh : Adila Nurhadiya
Sub Bagian : Respirologi
Pembimbing : Prof. Cissy B Kartasasmita, dr.,MSc.,SpA(K),PhD
Prof. Dr. Heda Melinda, dr., Sp.A(K).,MKes
Sri Sudarwati, dr.,Sp.A(K)
Diah Asri Wulandari, dr., Sp.A(K)
M. Akbar Tirtosudiro, dr., Sp.A
Hari/tanggal : 20 Januari 2019

Detection of Chlamydia Pneumonia and Mycoplasma Pneumonia in hospitalised children


with community acquired pneumonia
Ramammorthy K, Sundaram A

Background: Mycoplasma pneumoniae and Chlamydia pneumoniae are atypical pathogens responsible for community acquired
pneumonia (CAP) and are a leading cause of morbidity and mortality in low income countries. The study objective was to
determine the prevalence of C. pneumoniae and M. pneumonia in hospitalized children with CAP. Methods: This study was
performed on ninety-four children admitted with radiologically confirmed diagnosis of pneumonia in Government Rajah
Mirasudar Hospital, Thanjavur, during the period of July 2005 to April 2006. The diagnosis of infections with C. pneumonia and
M. pneumonia was determined by detection of IgM antibody by using ELISA method. In this study clinical and radiological feature
of these infections were also looked for. Results: Among 94 children, 9 children (9.6%) were detected positive for M. pneumonia
and 8 children (8.5%) were detected positive for C. pneumonia. Infection rate was highest among 5-12 years and least among 1
month to 24 months age group. The most common symptoms observed in patients with these pathogens are cough, fever,
crepitations and rhonchi. Pulmonary infiltrates were the most common chest X-ray features of both C. pneumoniae pneumonia
and M. pneumoniae pneumonia. Conclusions: This study has shown that C. pneumonia and M. pneumonia play a significant role
in paediatric CAP. Identification and confirmation of these organisms by IgM ELISA helps in better management that would
decrease the need for hospitalization and IV antibiotics.

PENDAHULUAN
Pneumonia merupakan penyebab penting terhadap morbiditas dan mortalitas pada anak. United Nations
Population Division memerkirakan pneumonia sebagai penyebab pertama kematian pada anak di negara
berkembang. Bakteri dan virus ditemukan pada 60–80% anak dengan CAP. Mycoplasma pneumonia dan
C. pneumonia merupakan salah satu penyebab yang penting pada CAP dan sebagai penyebab primer
pneumonia atipikal. Pneumonia atipikal adalah bentuk pneumonia yang sering ditemukan pada anak,
anggota militer, sekolah asrama, dan mahasiswa. Beberapa studi menunjukkan prevalensi mycoplasma
yang tinggi, yaitu 22% di negara luar, 15,5% di india, dan C. pneumonia berkisar 1–7,7%. Jika organisme
tersebut memainkan peranan yang penting sebagai penyebab CAP maka akan terjadi perubahan yang
signifikan terhadap pemberian antibiotik empirik spektrum luas karena sebagian besar antibiotik tersebut
tidak efektif terhadap organisme tersebut. Tujuan dari studi ini untuk mengetahui prevalensi C.
Pneumonia dan M. Pneumonia pada anak dalam perawatan dengan CAP.

METODE dan PROSEDUR PENELITIAN


Metode Penelitian Penelitian ini merupakan studi prospektif untuk mengevaluasi insidensi C. pneumonia
dan M. pneumoniae pada anak yang dirawat dengan CAP. Tempat dan waktu penelitian Penelitian
dilakukan di rumah sakit pemerintah Rajah Mirasudar dari tahun 2005–2006. Prosedur Penelitian. Anak
berusia 1 bulan–12 tahun yang dirawat di bangsal anak dengan tanda dan gejala berupa batuk, demam,
dan sesak nafas dengan durasi < 2 minggu disertai gambaran radiologi dengan bukti pneumonia,
diikutsertakan dalam penelitian. Kriteria eksklusi yaitu anak berusia < 1 bulan, anak yang dirawat dengan
penyakit penyerta lain, dan pneumonia nosokomial. Rontgen dada diklasifikasikan berdasarkan kriteria
WHO. Sampel darah diambil dalam 48 jam perawatan dan dilakukan pemeriksaan serologis untuk
mendeteksi kadar IgM antibodi terhadap M. pneumonia dan C. pneumonia menggunakan metode Elisa
dengan 2 alat yang berbeda. Analisis statistik variabel kuantitatif disajikan dalam bentuk frekuensi dan
persentase. Analisis statistik menggunakan Chi square dan Fisher’s exact dengan piranti lunak Graph Pad
Prism3.

HASIL PENELITIAN
Karakteristik demografis Dari 94 kasus CAP yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, didapatkan anak
berusia < 24 bulan sebanyak 65 orang (69,1%), usia 25–60 bulan 23 anak, dan usia 6–144 bulan 6 anak.
Perbandingan laki-laki dan perempuan 66% dan 34%. Prevalensi Sembilan anak terdeteksi positif untuk
antibody IgM terhadap M. pneumonia dan 8 anak positif terhadap C. pneumonia. Kelompok usia tersering
yang terkena M. pneumonia dan C. pneumonia usia < 24 bulan sebanyak 55,5% dan 50%. Gejala klinis
Gejala yang paling sering ditemukan pada pasien dengan berupa batuk, demam, krepitasi, dan ronkhi.
Pada pasien dengan hasil positif M. pneumonia, batuk didapatkan pada semua kasus (100%) diikuti
demam, krepitasi, dan ronkhi masing-masing 8 kasus, sesak nafas 6 kasus, dan limfadenopati 4 kasus.
Hanya limfadenopati servikal dan sesak nafas yang secara signifikan bermakna ketika dibandingkan
dengan kasus pada IgM negatif. Pasien dengan C. pneumonia positif, batuk, dan demam didapatkan pada
semua kasus (100%). Sesak nafas didapatkan lebih jarang pada kasus IgM positif ketika dibandingkan
dengan IgM negatif, yang bermakna secara signifikan. Temuan diagnostik Jumlah leukosit >10.000/mm
didapatkan pada 55,6% dengan IgM positif M. pneumonia dan 50% dengan IgM positif C. pneumonia.
Rontgen toraks memperlihatkan gambaran infiltrasi paru 88,9% dan 87,5% pada infeksi M. pneumoniae
dan C. pneumoniae. Konsolidasi didapatkan pada 11,1% dan 12,5% anak. Tidak satupun kasus
menunjukkan gambaran efusi pleura.

DISKUSI
Sembilan dari 94 kasus terdeteksi IgM positif terhadap M.pneumoniae dan 8 kasus IgM positif terhadap
C. pneumoniae dengan usia median 4 tahun dan 3 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa usia anak prasekolah
memiliki episode pneumonia atipikal lebih banyak dibandingkan anak yang lebih tua. Prevalensi usia
terbanyak infeksi M.pneumoniae dan C.pneumoniae yaitu usia <24 bulan dimana tidak didapatkan
perbedaan yang signifikan karena jumlah kasus positif yang kecil pada kelompok usia lain. Batuk
merupakan gejala utama yang didapatkan pada kedua kelompok grup. Sesak nafas satu-satunya gejala
yang didapatkan lebih rendah pada kelompok dengan IgM positif dengan didapatkan perbedaan yang
signifikan sedangkan limfadenopati servikal satu-satunya gejala yang didapatkan lebih tinggi pada
kelompok dengan IgM positif, dengan didapatkan perbedaan yang signifkan. Berdasarkan kriteria WHO
sianosis merupakan tanda dari pneumonia berat dan sangat berat. Tidak didapatkanya sianosis
menunjukkan bahwa klinis penyakit yang disebakan oleh infeki M.pneumoniae dan C.pneumonia ringan.
Crackles dan ronkhi lebih sering didapatkan dibandingkan bronchial breathing, hal ini secara tidak
langsung menunjukkan bahwa konsolidasi lebih jarang didapatkan pada kedua kelompok. Temuan
radiologi berupa gambaran infiltrat paru yang meliputi infiltrat di interstitial dan alveoli serupa pada kedua
kelompok.

KESIMPULAN
Studi ini menunjukkan bahwa M. pneumonia dan C. pneumonia memainkan peranan penting dalam
pneumonia komunitas pada anak di India. Tes diagnostik spesifik cepat IgM Elisa harus digunakan dalam
evaluasi CAP karena tidak dapat diidentifikasi dan dikonfirmasi berdasarkan klinis atau gambaran
radiologi. Pemeriksaan terebut membantu untuk tata laksana yang lebih baik karena terapi empiris yang
saat ini digunakan untu CAP tidak dapat meliputi kedua organisme tersebut. Identifikasi terhadap kedua
organisme tersebut dapat mengurangi kebutuhan rawat inap dan pemberian antibiotik intravena.

You might also like