You are on page 1of 61

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Jumlah bayi berat lahir rendah (BBLR) di indonesia masih cukup tinggi.
Data WHO mencatat di indonesia berada di peringkat sembilan dunia dengan
persentase BBLR lebih dari 15.5% dari kelahiran bayi setiap tahunnya.
Kondisi BBLR terjadi dikarenakan kelahiran sebelum usia kehamilan 37
minggu atau bayi prematur. selain itu bayi dengan kelahiran cukup bulan,
tetapi mempunyai berat badan kurang dari 2500 gram.
Tingginya angka kelahiran kelahiran BBLR di indonsia salaha satunya
dikarenakan masih kurang asupan gizi yang mencukupi pada janin dan ibu.
Selain itu, aktivitas ibu yang padat berpotensi meningkatkan stres, BBLR
juga terjadi karena banyak kasus kehamilan yang tidak di inginkan. Wanitu
yang memiliki riwayat melahirkan pematur maupun keguguran juga memiliki
kemungkinan melahirkan prematur di kehamilan berikutnya. Lalu, ibu hamil
di usia muda kurang dari 20 tahun dan hamil di usia lebih dari 35 tahun patut
mewaspadai kehamilannya karena beresiko melahirkan bayi prematur. Begitu
pula pada kehamilan kembar dan ibu pengguna obat rentan melairkan bayi
prematur. Untuk mencegah kelahiran prematur ibu harus sehat dengan cukup
nutrisi dan rutin check up kehamilan. Apabila sudah diketahui janin memiliki
berat kurang dari 2500 gram.
Data WHO tahun 2013 menunjukan angka kelahiran bayi di indonesia
pada tahun 2010 terdapat 4.371.800 jiwa. Sementara dari jumlah tersebut 15,5
per 100 kelahiran hidup atau sebanyak 675.700 prematur. Bayi prematur
adalah kelompok bayi dengan resiko tinggi, terlahir pada usia kehamilan
kurang dari 37 minggu membuat organ tubuh bayi belum matang sehingga
beresiko tinggi mengalami berbagai masalah kesehatan, seperti pada sistem
pernafasan, jantung, pencernaan, pendengaran, mata, serta mudah terkena
infeksi karena sistem kekebalan tubuh yang belum baik, maka BBLR butuh
perawtan khusus dengan baik dan benar.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa definisi bblr ?
2. Bagimana etiologi bblr ?
3. Bagaimana klasifikasi bblr ?
4. Bagaimana patofosiologi terjadinya bblr ?
5. Bagaimana manifestasi klinis bblr ?
6. Bagaimana penatalaksanaan bblr ?
7. Bagaimana pemeriksaan penunjang bblr ?
8. Apa diagnosa yang muncul pada bblr ?
9. Bagaimana asuhan keperawtan pada bblr ?

1.3. Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui definisi bblr .
2. Untuk mengetahui etiologi bblr.
3. Untuk mengetahui klasifikasi bblr.
4. Untuk mengetahui patofosiologi terjadinya bblr.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis bblr.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan bblr.
7. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang bblr.
8. Untuk mengetahui diagnosa yang muncul pada bblr.
9. Untuk mengetahui asuhan keperawtan pada bblr.

1.4. Manfaat Penulisan


1. Menambah wawasan tentang definisi bblr .
2. Menambah wawasan tentang etiologi bblr.
3. Menambah wawasan tentang klasifikasi bblr.
4. Menambah wawasan tentang patofosiologi terjadinya bblr.
5. Menambah wawasan tentang manifestasi klinis bblr.
6. Menambah wawasan tentang penatalaksanaan bblr.
7. Menambah wawasan tentang pemeriksaan penunjang bblr.
8. Menambah wawasan tentang diagnosa yang muncul pada bblr.

2
9. Menambah wawasan tentang asuhan keperawtan pada bblr.

3
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1. DEFINISI
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bila berat badannya
kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram). Bayi yang dilahirkan
dengan BBLR umumnya kurang mampu meredam tekanan lingkungan
yang baru sehingga dapat mengakibatkan pada terhambatnya pertumbuhan
dan perkembangan, bahkan dapat menggangu kelangsungan hidupnya
(Prawirohardjo, 2010).
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir
kurang dari 2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi
pada bayi kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan
(intrauterine growth restriction) (Pudjiadi, dkk., 2010).
Bayi BBLR mempunyai kematian 4 kali lebih tinggi dari kematian
neonatal dari pada bayi yang berat badan lahir 2.500-3,499 gram (
muttaya,2011)

2.2. ETIOLOGI
Beberapa penyebab dari bayi dengan berat badan lahir rendah
(Proverawati dan Ismawati, 2010), yaitu:
a. Faktor ibu
1) Penyakit
a) Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia, perdarahan
antepartum, preekelamsi berat, eklamsia, infeksi kandung
kemih.
b) Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual,
hipertensi, HIV/AIDS, TORCH(Toxoplasma, Rubella,
Cytomegalovirus (CMV) dan Herpes simplex virus),
danpenyakit jantung.
c) Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi alkohol.

4
2) Ibu
a) Angka kejadian prematuritas tertinggi adalah kehamilan pada
usia < 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b) Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1
tahun).
c) Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.
3) Keadaan sosial ekonomi
a) Kejadian tertinggi pada golongan sosial ekonomi rendah. Hal
ini dikarenakan keadaan gizi dan pengawasan antenatal yang
kurang.
b) Aktivitas fisik yang berlebihan
c) Perkawinan yang tidak sah.
b. Faktor janin Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin
kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan
kehamilan kembar.
c. Faktor plasenta Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion,
plasenta previa, solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar
(sindrom parabiotik), ketuban pecah dini.
d. Faktor lingkungan Lingkungan yang berpengaruh antara lain :
tempat tinggal di dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat
beracun. ( proverawati 2010 )

2.3. KLASIFIKASI
1. BBLR merupakan bayi yang berat badannya kurang dari 2500 gram
tanpa memperhatikan usia gestasinya
2. Berat badan ektream redah merupakan bayi yang berat badanya
kurang dari 1000 gram
3. Bayi berat badan bayi sangat rendah merupakan bayi yang berat
badanya kurang dari 1500 gram
4. Bayi berat badannya moderat merupakan bayi yang berat badanya
1500 sampai 2500 gram

5
5. Bayi berat badanya sesuai dengan gestasinya bayi yang BB antara
persentil ke 10 sampai ke 90 pada kurva pertumbuhan intrauterin
6. Berat badan kecil untuk usianya atau kecil untuk usia gestasinya
merupakan bayi yang laju pertumbuhannya intrauterinya lambat dan
yang BB lahir kurang dari persentil ke 10 pada kurva pertumbuhan
itrauteri
7. Refardan pertumbuhan intrauteri ditemukan pada bayi yang
pertumbuhannya intrauterin mengalami refradaksi (terkadang
digunakan istilah pengganti)yang lebih deskriptif untuk bayi yang
lebih kecil usia gestrasinya
8. Bayi besar untuk usia gestasinnya merupakan bayi yang berat
badannya lahir diatas persentil ke 90 pada kuerva pertumbuhan
intrauterin ( surasmi,2009)

2.4. PATOFISIOLOGI
Semakin kecil dan semakin premature bayi itu maka akan
semakin tinggi resiko gizinya. Beberapa faktor yang memberikan efek
pada masalah gizi.
a. Menurunnya simpanan zat gizi padahal cadangan makanan di
dalam tubuh sedikit, hampir semua lemak, glikogen dan mineral
seperti zat besi, kalsium, fosfor dan seng di deposit selama 8
minggu terakhir kehamilan. Dengan demikian bayi preterm
mempunyai potensi terhadap peningkatan hipoglikemia, anemia
dan lain-lain. Hipoglikemia menyebabkan bayi kejang terutama
pada bayi BBLR Prematur.
b. Kurangnya kemampuan untuk mencerna makanan. Bayi preterm
mempunyai lebih sedikit simpanan garam empedu, yang
diperlukan untuk mencerna dan mengabsorpsi lemak
dibandingkan dengan bayi aterm.
c. Belum matangnya fungsi mekanis dari saluran pencernaan,
koordinasi antara refleks hisap dan menelan belum berkembang

6
dengan baik sampai kehamilan 32-34 minggu, padahal bayi
BBLR kebutuhan nutrisinya lebih tinggi karena target pencapaian
BB nya lebih besar. Penundaan pengosongan lambung dan
buruknya motilitas usus terjadi pada bayi preterm.
d. Paru yang belum matang dengan peningkatan kerja napas dan
kebutuhan kalori yang meningkat.
e. Potensial untuk kehilangan panas akibat luas permukaan tubuh
tidak sebanding dengan BB dan sedikitnya lemak pada jaringan di
bawah kulit. Kehilangan panas ini akan meningkatkan kebutuhan
kalori.
 Reflek yang terjadi pada bayi lahir disebut dengan reflek
premitif
1. Rooting refleks
Reflek ini terjadi ketika menyentuh pinggir mulut bayi
bayi akan mengikuti arah sentuhan tersebut sambil
membuka mulutnya. Reflek ini mucul sejak lahir hingga
usia 3 sampai 4 bulan
2. Refles menghisap
Mulai muncul pada bayi usia 32 minggu kehamilan
sampai 36 minggu kehamilan
3. Refleks muro ( refleks terkejut)
Bayi akan melakukan gerakan memanjangkan lengan atau
menekuk kakinya
4. Asymetric tonic neck refleks
Ketika kepala bayi menenggok satu sisi dia akan
memanjangkan lengan kesisi yang sama refles ini muncul
sejaklahir hngga usia 2 bulan
5. Refleks menggengam
Ketika bayi dipegang tangannya bayi akan menutup jari-
jarinya seperti memegang dari lahir sampai usia 3 bulan

7
6. Refleks babinski
Refleks ketika mengaruk telapak kaki bayi jempol bayi
akan mengarah keatas dan jari kaki lainnya membuka
reflesk ini menetap hingga 2 tahun
7. Stepping refleks
Bayi seperti melangkah atau menari ketika diposisikan
dalam posisikan tegak dengan kaki yang menyentuh tanah
refleks ini sejak lahir paling jelas saat usia 4 hari.
( jumiarni 2010 )

8
Pathways BBLR

Faktor janin Faktor plasenta Faktor ibu Faktor lingkungan

 Kelainan kromosom  Hidrominion  Penyakit usia ibu  Tempat


 Infeksi janin kronik  Prasentaa prenia  Keadaan gizi ibu tinggaldidaratan tinggi
 Rubela bawaan  Solusio plasenta  Kondisi ibu saat hamil  Terkena radiasi paparan
 Gawat janin  Kehamilan kanker  Kedaan sosial ekonomi zatberacun

BBLR

KOMPLIKASI Manifestasi

 Sindrome aspirasi mekanisme  berat badan kurang dari 2500gram


 Asfiksia neonatus  masa gestasiannya kurang 37 minggu
 Penyakit membran himalin  pergerakan lemah ,tangisan lemah
 hiperbilirubinemia pernafasan belum teratur sering apneu

Organ Organ hepar Ginjal Lemak Pertumbuhan Sistem imun


pencernaan dibawah dada belum yang belum
imature Belum Imaturitas jaringan sempurna matang
berfungsi sekunder kulit
Peristaltik dengan baik
Vasikuler Penurunan
belum Kehilangan
paru imatus daya tahan
sempurna Terapi panas
Konjugasi tubuh
Sekunder melalui kulit
Kurang hiperbilirubin
belum baik Peningkatan
kemampuan untuk Peningkatan kerja nafas
mencerna makanan kebutuhan Resiko
Bayi kurang
kalori infeksi
Refleks menghisap Pola nafas
dan menelan hiperbilirubin tidakefektif
Thermoregu Sistem
kurang baik lasi tubuh thermoregulasi
tidak efektif yang imatur
Ketidakefektifan
pola menyusui
bayi
9
2.5. MANIFESTASI KLINIS
Menurut Jumiarni (2006), manifestasi klinis BBLR adalah sebagai
berikut:

a. Preterm: sama dengan bayi prematuritas murni


b. Term dan posterm:
1) Kulit berselubung verniks kaseosa tipis atau tidak ada
2) Kulit pucat atau bernoda mekonium, kering keriput tipis
3) Jaringan lemak dibawah kulit tipis
4) Bayi tampak gesiy, kuat, dan aktif
5) Tali pusat berwarna kuning kehijauan
Tanda dan gejala bayi prematur menurut Surasmi ( 2009) adalah :
a. Umur kehamilan sama dengan atau kurang dari 37 minggu
b. Berat badan sama dengan atau kerang dari 2500 gr
c. Panjang badan sama dengan atau kurang dari 46 cm
d. Kuku panjangnya belum melewati ujung jarinya
e. Batas dahi dan ujung rambut kepala tidak jelas
f. Lingkar kepala sama dengan atau kurang dari 33 cm
g. Lingkar dada sama dengan atau kurang dari 30 cm
h. Rambut lanugo masih banyak
i. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
j. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhanya,
sehingga seolah-olah tidak teraba tulang rawan daun telinga
k. Tumit mengkilap, telapak kaki halus
l. Alat kelamin : pada bayi laki – laki pigmentasi dan rugae pada
skrotum kurang, testis belum turun ke dalam skrotum, untuk bayi
perempuan klitoris menonjol, labia minora tertutup oleh labia
mayora.
m. Tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakanya
lemah

10
n. Fungsi syaraf yang belum atau kurang matang, mengakibatkan
refleks hisap, menelan dan batuk masih lemah atau tidak efektif
dan tangisanya lemah.
o. Jaringan kelenjar mamae masih kurang akibat pertumbuhan
jaringan lemak masih kurang
p. Verniks tidak ada atau kurang
Menurut Proverawati (2010), Gambaran Klinis atau ciri- ciri Bayi BBLR :
a. Berat kurang dari 2500 gram
b. Panjang kurang dari 45 cm
c. Lingkar dada kurang dari 30 cm
d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm
e. Jaringan lemak subkutan tipis atau kurang
f. Umur kehamilan kurang dari 37 minggu
g. Kepala lebih besar
h. Kulit tipis transparan, rambut lanugo banyak, lemak kurang
i. Tulang rawan daun telinga belum sempurna pertumbuhannya
j. Otot hipotonik lemah merupakan otot yang tidak ada gerakan
aktif pada lengan dan sikunya
k. Pernapasan tidak teratur dapat terjadi apnea
l. Ekstermitas : paha abduksi, sendi lutut/ kaki fleksi-lurus, tumit
mengkilap, telapak kaki halus.
m. Kepala tidak mampu tegak, fungsi syaraf yang belum atau tidak
efektif dan tangisnya lemah.
n. Pernapasan 40 – 50 kali/ menit dan nadi 100-140 kali/ menit.
(Proverawati 2010),

11
2.6. PENATALAKSANAAN
Penanganan dan perawatan bayi dengan berat badan lahir rendah
menurut proverwati (2010) dapat dilakukan sebagai berikut :
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
Bayi prematur akan cepat kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi
dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan badan relatif
luas. Oleh karena itu, bayi prematuritas harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. Bila
belum memiliki inkubator, bayi prematuritas dapat dibungkus
dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas
atau menggunakan metode kangguru yaitu perawatan bayi baru lahir
seperti bayi kanguru dalam kantung ibunya.
b. Pengawasan Nutrisi atau ASI
Alat pencernaan bayi premature masih belum sempurna, lambung
kecil, enzim pecernaan belum matang. Sedangkan kebutuhan protein
3 sampai 5 gr/ kg BB (Berat Badan) dan kalori 110 gr/ kg BB,
sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi
sekitar 3 jam setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan
lambung. Reflek menghisap masih lemah, sehingga pemberian
minum sebaiknya sedikit demi sedikit, tetapi dengan frekuensi yang
lebih sering. ASI merupakan makanan yang paling utama, sehingga
ASI-lah yang paling dahulu diberikan. Bila faktor menghisapnya
kurang maka ASI dapat diperas dan diminumkan dengan sendok
perlahan-lahan atau dengan memasang sonde menuju lambung.
Permulaan cairan yang diberikan sekitar 200 cc/ kg/ BB/ hari.
c. Pencegahan Infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan
tubuh yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang, dan
pembentukan antibodi belum sempurna. Oleh karena itu, upaya
preventif dapat dilakukan sejak pengawasan antenatal sehingga tidak

12
terjadi persalinan prematuritas atau BBLR. Dengan demikian
perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik.
d. Penimbangan Ketat
Perubahan berat badan mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu
penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat.
e. Ikterus
Semua bayi prematur menjadi ikterus karena sistem enzim hatinya
belum matur dan bilirubin tak berkonjugasi tidak dikonjugasikan
secara efisien sampai 4-5 hari berlalu . Ikterus dapat diperberat oleh
polisetemia, memar hemolisias dan infeksi karena hperbiliirubinemia
dapat menyebabkan kernikterus maka warna bayi harus sering
dicatat dan bilirubin diperiksa bila ikterus muncul dini atau lebih
cepat bertambah coklat.
f. Pernapasan
Bayi prematur mungkin menderita penyakit membran hialin. Pada
penyakit ini tanda- tanda gawat pernaasan sealu ada dalam 4 jam
bayi harus dirawat terlentang atau tengkurap dalam inkubator dada
abdomen harus dipaparkan untuk mengobserfasi usaha pernapasan.
g. Hipoglikemi
Mungkin paling timbul pada bayi prematur yang sakit bayi berberat
badan lahir rendah, harus diantisipasi sebelum gejala timbul dengan
pemeriksaan gula darah secara teratur. Proverawati (2010),

2.7. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Menurut Pantiawati (2010) Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan antara lain :
a. Pemeriksaan skor ballard merupakan penilaian yang
menggambarkan reflek dan maturitas fisik untuk menilai reflek pada

13
bayi tersebut untuk mengetahui apakah bayi itu prematuritas atau
maturitas
b. Tes kocok (shake test), dianjurkan untuk bayi kurang bulan
merupakan tes pada ibu yang melahirkan bayi dengan berat kurang
yang lupa mens terakhirnya.
c. Darah rutin, glokoa darah, kalau perlu dan tersedia faslitas diperiksa
kadar elektrolit dan analisa gas darah.
d. Foto dada ataupun babygram merupakan foto rontgen untuk melihat
bayi lahir tersebut diperlukan pada bayi lahir dengan umur
kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau dapat atau
diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas.
Cara Penilaian Skor APGAR

1. Warna Kulit
 2 poin = Warna kulit pink pada tubuh dan ekstrimitas
 1 poin = warna kulit biru pada ekstrimitas, warna kulit pink pada
tubuh
 0 poin = warna kulit seluruh tubuh dan ekstrimitas biru
2. Denyut Jantung
 2 poin = >100 kali/menit
 1 poin = <100 kali/menit
 0 poin = tidak ada denyut jantung
 Denyut jantung dihitung dengan menggunakan stetoskop atau
dengan menggunakan dua jari. Denyut jantung dihitung selama 15
detik, kemudian dikalikan 4 sehingga didapat denyut jantung selama
60 detik (1 menit).

3. Refleks Terhadapn Stimulus Taktil


 2 poin = bayi menangis, batuk atau bersin
 1 poin = meringis atau menangis lemah saat distimulasi
 0 poin = tidak ada respon terhadap stimulasi
4. Tonus Otot

14
 2 poin = bergerak aktif
 1 poin = sedikit gerakan
 0 poin = lemah atau tidak ada gerakan
5. Pernafasan

 2 poin = pernafasan baik dan teratur, menangis kuat


 1 poin = pernafasan lemah, tidak teratur
 0 poin = tidak ada nafas
Skor APGAR dihitung dengan menjumlahkan skor setiap komponen.
 Nilai terbaik adalah 10. Skor 7, 8 dan 9 adalah normal, bayi dapat
dikatakan sehat.
 Skor 10 sangat jarang didapat karena sebagian besar bayi yang baru
lahir akan kehilangan 1 poin dari komponen warna kulit.
 Sebagian besar bayi yang baru lahir akan mempunyai warna kulit
kebiruan pada tangan dan kaki.
Skor APGAR yang rendah biasanya disebabkan oleh:
 Proses kelahiran yang sulit
 Operasi caesar
 Cairan pada jalur pernafasan bayi
Bayi dengan Skor APGAR yang rendah mungkin membutuhkan:
 Oksigen dan pembersihan jalur nafas. Pembersihan jalur nafas dapat
dilakukan dengan menggunakan bulb syringe. Penyedotan dilakukan
melalui mulut terlebih dahulu, kemudian hidung. Urutan ini dipakai
untuk mencegah bayi menghirup cairan sekresi.
 Stimulasi fisik untuk membantu mendapatkan detak jantung yang
normal
Skor APGAR dan Resusitasi

Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh Neonatal Resucitation


Program, Skor APGAR berguna untuk memperoleh informasi
mengenai status klinis bayi yang baru lahir secara umum dan respon
bayi terhadap resusitasi.

15
Namun, resusitasi harus diinisiasi sebelum penentuan Skor APGAR
pada menit ke-1. Oleh karena itu Skor APGAR tidak bisa digunakan
untuk menentukan kebutuhan resusitasi inisial, tahapan resusitasi
yang diperlukan ataupun kapan resusitasi diperlukan.
Untuk menentukan kebutuhan resusitasi pada bayi yang baru lahir,
digunakan Neonatal Resuscitation Algorithm. Persiapan dimulai dari
sebelum bayi lahir yakni dengan menilai resiko perinatal.
Komponen dari Neonatal Resuscitation Algorithm adalah:
 Apakah kehamilan aterem?
 Apakah bayi memiliki tonus otot yang baik?
 Apakah bayi bernafas atau menangis?
Tiga komponen ini dinilai dalam 30 detik pertama kelahiran bayi.
Jika bayi membutuhkan resusitasi, skop APGAR digunakan untuk
kemudian menilai respon bayi terhadap resusitasi.
Pedoman dari Neonatal Resuscitation Program menyatakan bahwa
jika Skor APGAR dibawah 7 setelah menit ke-5 maka penilaian
dengan Skor APGAR diulang setiap 5 menit sampai menit ke-20.
Skor APGAR yang menetap di angka 0 setelah menit ke-10, dapat
menjadi pertimbangan untuk melanjutkan atau menghentikan
resusitasi. Sangat sedikit bayi dengan Skor APGAR 0 setelah menit
ke-10 dapat bertahan hidup tanpa kelainan neurologis.
Pedoman Neonatal Resuscitation Program tahun 2011 menyatakan
jika dapat dikonfirmasi bahwa tidak ada denyut jantung setelah
paling tidak 10 menit maka resusitasi dapat dihentikan.
Laporan dari Neonatal Encephalopathy and Neurologic
Outcome menyatakan bahwa Skor APGAR 7-10 pada menit ke-5
sebagai keadaan yang meyakinkan, skor 4-6 sebagai keadaan yang
tidak normal, skor 0-3 sebagai keadaan yang buruk bagi bayi yang
aterm maupun late-preterm.

16
Keterbatasan Skor APGAR

Skor APGAR adalah penilaian mengenai kondisi bayi yang baru


lahir pada suatu waktu tertentu dan memiliki beberapa komponen
yang bersifat subjektif.
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi penilaian Skor
APGAR, seperti:
 sedasi maternal atau anastesi
 malformasi kongenital
 usia gestasi
 trauma
 variasi antar penilai.
Komponen seperti tonus otot, warna kulit, dan refleks bersifat
subjektif dan sebagian bergantung pada maturitas fisiologis dari bayi
tersebut. Bayi pre-term yang sehat tanpa tanda-tanda asfiksia bisa
memiliki Skor APGAR yang rendah hanya karena usia kelahiran
yang belum cukup (immaturity).
Skor APGAR tidak bisa dijadikan satu-satunya patokan untuk
menentukan keadaan asfiksia pada bayi yang baru lahir. Asfiksia
adalah suatu istilah yang menggambarkan proses dengan beragam
derajat keparahan dan durasi daripada sebuah titik akhir. Oleh karena
itu asfiksia kurang tepat jika digunakan pada momen kelahiran jika
tidak disertai dengan hasil tes laboratorium yang menyatakan adanya
kelainan intrapartum yang spesifik.
Untuk menentukan keadaan asfiksia, selain Skor APGAR,
diperlukan juga hasil dari pemantauan abnormalitas pada umbilical
arterial blood gas, fungsi klinis sistem serebral, hasil
dari neuroimaging, neonatal electroencephalography, patologi
plasenta, hasil tes hematologi, dan indikasi adanya disfungsi
multisistem organ.

17
Ketika bayi yang baru lahir memiliki Skor APGAR kurang dari atau
sama dengan 5 pada menit ke-5 maka sample dari umbilical arterial
blood gas sebaiknya diambil. Uji patologi untuk plasenta juga
sebaiknya dilakukan.
Cara Penilaian Skor APGAR

1. Warna Kulit
 2 poin = Warna kulit pink pada tubuh dan ekstrimitas
 1 poin = warna kulit biru pada ekstrimitas, warna kulit pink
pada tubuh
 0 poin = warna kulit seluruh tubuh dan ekstrimitas biru
2. Denyut Jantung
 2 poin = >100 kali/menit
 1 poin = <100 kali/menit
 0 poin = tidak ada denyut jantung
Denyut jantung dihitung dengan menggunakan stetoskop atau
dengan menggunakan dua jari. Denyut jantung dihitung selama
15 detik, kemudian dikalikan 4 sehingga didapat denyut jantung
selama 60 detik (1 menit).

3. Refleks Terhadapn Stimulus Taktil


 2 poin = bayi menangis, batuk atau bersin
 1 poin = meringis atau menangis lemah saat distimulasi
 0 poin = tidak ada respon terhadap stimulasi
4. Tonus Otot
 2 poin = bergerak aktif
 1 poin = sedikit gerakan
 0 poin = lemah atau tidak ada gerakan
5. Pernafasan

 2 poin = pernafasan baik dan teratur, menangis kuat


 1 poin = pernafasan lemah, tidak teratur

18
 0 poin = tidak ada nafas
Skor APGAR dihitung dengan menjumlahkan skor setiap
komponen.
 Nilai terbaik adalah 10. Skor 7, 8 dan 9 adalah normal, bayi
dapat dikatakan sehat.
 Skor 10 sangat jarang didapat karena sebagian besar bayi
yang baru lahir akan kehilangan 1 poin dari komponen warna
kulit.
 Sebagian besar bayi yang baru lahir akan mempunyai
warna kulit kebiruan pada tangan dan kaki.
Skor APGAR yang rendah biasanya disebabkan oleh:
 Proses kelahiran yang sulit
 Operasi caesar
 Cairan pada jalur pernafasan bayi
Bayi dengan Skor APGAR yang rendah mungkin membutuhkan:
 Oksigen dan pembersihan jalur nafas. Pembersihan jalur
nafas dapat dilakukan dengan menggunakan bulb syringe.
Penyedotan dilakukan melalui mulut terlebih dahulu, kemudian
hidung. Urutan ini dipakai untuk mencegah bayi menghirup
cairan sekresi.
 Stimulasi fisik untuk membantu mendapatkan detak jantung
yang normal
Skor APGAR dan Resusitasi

Berdasarkan pedoman yang dikeluarkan oleh Neonatal


Resucitation Program, Skor APGAR berguna untuk memperoleh
informasi mengenai status klinis bayi yang baru lahir secara
umum dan respon bayi terhadap resusitasi.
Namun, resusitasi harus diinisiasi sebelum penentuan Skor
APGAR pada menit ke-1. Oleh karena itu Skor APGAR tidak
bisa digunakan untuk menentukan kebutuhan resusitasi inisial,

19
tahapan resusitasi yang diperlukan ataupun kapan resusitasi
diperlukan.
Untuk menentukan kebutuhan resusitasi pada bayi yang baru
lahir, digunakan Neonatal Resuscitation Algorithm. Persiapan
dimulai dari sebelum bayi lahir yakni dengan menilai resiko
perinatal.
Komponen dari Neonatal Resuscitation Algorithm adalah:
 Apakah kehamilan aterem?
 Apakah bayi memiliki tonus otot yang baik?
 Apakah bayi bernafas atau menangis?
Tiga komponen ini dinilai dalam 30 detik pertama kelahiran bayi.
Jika bayi membutuhkan resusitasi, skop APGAR digunakan untuk
kemudian menilai respon bayi terhadap resusitasi.
Pedoman dari Neonatal Resuscitation Program menyatakan
bahwa jika Skor APGAR dibawah 7 setelah menit ke-5 maka
penilaian dengan Skor APGAR diulang setiap 5 menit sampai
menit ke-20.
Skor APGAR yang menetap di angka 0 setelah menit ke-10, dapat
menjadi pertimbangan untuk melanjutkan atau menghentikan
resusitasi. Sangat sedikit bayi dengan Skor APGAR 0 setelah
menit ke-10 dapat bertahan hidup tanpa kelainan neurologis.
Pedoman Neonatal Resuscitation Program tahun 2011
menyatakan jika dapat dikonfirmasi bahwa tidak ada denyut
jantung setelah paling tidak 10 menit maka resusitasi dapat
dihentikan
Laporan dari Neonatal Encephalopathy and Neurologic
Outcome menyatakan bahwa Skor APGAR 7-10 pada menit ke-5
sebagai keadaan yang meyakinkan, skor 4-6 sebagai keadaan
yang tidak normal, skor 0-3 sebagai keadaan yang buruk bagi
bayi yang aterm maupun late-preterm

20
Keterbatasan Skor APGAR

Skor APGAR adalah penilaian mengenai kondisi bayi yang baru


lahir pada suatu waktu tertentu dan memiliki beberapa komponen
yang bersifat subjektif.
Ada banyak faktor yang dapat mempengaruhi penilaian Skor
APGAR, seperti:
 sedasi maternal atau anastesi
 malformasi kongenital
 usia gestasi
 trauma
 variasi antar penilai.
Komponen seperti tonus otot, warna kulit, dan refleks bersifat
subjektif dan sebagian bergantung pada maturitas fisiologis dari
bayi tersebut. Bayi pre-term yang sehat tanpa tanda-tanda asfiksia
bisa memiliki Skor APGAR yang rendah hanya karena usia
kelahiran yang belum cukup (immaturity).
Skor APGAR tidak bisa dijadikan satu-satunya patokan untuk
menentukan keadaan asfiksia pada bayi yang baru lahir. Asfiksia
adalah suatu istilah yang menggambarkan proses dengan beragam
derajat keparahan dan durasi daripada sebuah titik akhir. Oleh
karena itu asfiksia kurang tepat jika digunakan pada momen
kelahiran jika tidak disertai dengan hasil tes laboratorium yang
menyatakan adanya kelainan intrapartum yang spesifik.
Untuk menentukan keadaan asfiksia, selain Skor APGAR,
diperlukan juga hasil dari pemantauan abnormalitas
pada umbilical arterial blood gas, fungsi klinis sistem serebral,
hasil dari neuroimaging, neonatal electroencephalography,
patologi plasenta, hasil tes hematologi, dan indikasi adanya
disfungsi multisistem organ.

21
Ketika bayi yang baru lahir memiliki Skor APGAR kurang dari
atau sama dengan 5 pada menit ke-5 maka sample dari umbilical
arterial blood gas sebaiknya diambil. Uji patologi untuk plasenta
juga sebaiknya dilakukan.

2.8. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Menurut Proverawati (2010), diagnosa keperawatan yang mungkin muncul
pada BBLR adalah:
a. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan prematuritas pusat
pernafasan, keterbatasan perkembangan otot, penurunan
energi/kelelahan, ketidakseimbangan metabolik.
b. Ketidakektifan pola menyusui bayi berhubungan dengan prematuritas
c. Resiko hipotermi berhubungan dengan kontrol suhu yang imatur dan
penurunan lemak tubuh subkutan.
d. Resiko gangguan kebutuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidak mampuan mencerna nutrisi karena
imaturitas.
e. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang.
f. Ketidakefektifan pola menyusui bayi bd prematuritas
g. Resiko sindrom kematian bayi mendadak

2.9. INTERVENSI
No Tanggal Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional
dan Jam Keperawatan Hasil (Noc)
1 Ketidakektifan Label : 1020 Label : 1056
pola menyusui Status nutrisi bayi Pemberian makan
bayi Definisi : dengan tabung
berhubungan Jumlah nutrisi enteral
dengan dicerna dan Definisi :
prematuritas diserap untuk Memberi nutrisi
memenuhi dan air melalui

22
kebutuhan selang
metabolism serta gastrointestinal
meningkatkan 1. Monitor 1. Untuk
pertumbuhan intake dan mengeta
bayi. output hui
Setelah dilakukan asupan intake
tindakan nutrisi dan
keperawatan output
selama 3 x 24 jam nutrisi
diharapakan bayi
Ketidak efsui 2. Isi ualng 2. Untuk
ektifan pola makanan memenu
menyusui bayi setiap 3 jam hi
berhubungan sekali kebutuha
dengan n nutrisi
prematuritas dapat bayi
teratasi dengan 3. Buang 3. Agar
kriteria hasil : wadah makanan
1. Intake nutrisi (spuit) dan tetap
(2 sedikit alat hygyenis
adekuat - 4 pemberian
sebagian besar prosedur
adekuat) setiap 24 jam
2. Perbandingan 4. Konsultasika 4. Agar
berat atau n dengan pemberi
tinggi badan anggota tim an
(2 sedikit lainnya nutrisi
adekuat - 4 dalam pada
sebagian besar memilih bayi
adekuat) jenis dan sesuai
3. Pertumbuhan persentasi

23
(2 sedikit maknan
adekuat - 4 Label : 6820
sebagian besar Perawatan bayi
adekuat)nn Definisi :
Menyediakan
perawatan
berpusat pada
keluarga yang
tepat sesuai
dengan
perkembangan
anak pada usia
dibawah satu
tahun
1. Monitor 1. Untuk
berat dan mengeta
panjang bayi hui
tingkat
perkemb
angan
bayi
sesuai
usia
2. Berikan 2. Agar
makanan makanan
sesuai usia dapat
perkembanga diberika
n n dengan
sesuai
2 Resiko Label : 0801 Label : 3900
hipotermi Termoregulasi: Pengaturan suhu

24
baru lahir Definisi :
Definisi : Mencapai atau
Keseimbangan memelihara suhu
antara prosedur tubuh dalam batas
panas, normal
mendapatkan 1. Monitor suhu 1. Untuk
panas, dan bayi baru lahir menegtahui
kehilangan panas sampai stabil suhu tubuh
selama 28 hari bayi
pertama setelah 2. Tempatkan 2. Untuk
dilahirkan bayi baru lahir mencegah
Setelah dilakukan dalam terjadinya
tindakan penghangat hipotermi
keperawatan bila diperlukan
selama 3 x 24 jam 3. Sebelumnya 3. Agar bayi
diharapkan hangatkan tidak
masalah risiko (misal selimut) merasa
hipotermi dapat yang akan kedinginan
teratasi dengan ditempatkan
kriteria hasil : bayi di
1. Berat badan inkubator
(2 banyak 4. Sesuaikan
terganggu – suhu untuk 4. Untuk
4 sedikit kebutuhan mencegah
terganggu) pasien terjadinya
2. Mengambil dehidrasi
postur retensi
panas untuk
hipotermi (2
banyak
terganggu –

25
4 sedikit
terganggu)
3 Resiko infeksi Label : 1902 Label : 3660
Kontrol resiko Perawatan luka
Definisi : Definisi :
Tindakan individu Pencegahan
untuk mengerti, kompilkasi luka
mencegah, dan peningkatan
mengeliminasi, penyembuhan
atau mengurangi luka
ancaman 1. Monitor 1. Untuk
kesehatan yang karakteristik mengetah
telah dimodifikasi luka ui
Stelah dilakukan keadaan
tindakana tali pusat
keperwatan bayi
selama 3 x 24 jam 2. Berikan 2. Agar tali
diharapkan resiko balutan pusat
infeksi dapat sesuai cepat
teratasi dengan dengan jenis kering
kriteri hasil : luka
1. Mengidentifik 3. Anjurkan 3. Agar
asi faktor keluarga kleurga
resiko (3 mengetahui dapat
kadang – prosedur mengganti
kadang perawatan balutan
menunjukkan luka tali pusat
– 1 tidak sendiri di
pernah rumah
menunjukkan) 4. Dorong 4. Untuk
2. Memonitor nutrisi/ mendukun

26
faktor resiko cairan yang g tali
individu (3 sesuai pusat
kadang – cepat
kadang kering
menunjukkan
– 1 tidak
pernah
menunjukkan)

27
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. PENGKAJIAN KEPERWATAN PERINATOLOGI


FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN ANAK

(Stase PERINATOLOGI)

Nama Mahasiswa : Alfi, Yuliana Larasati, Mega, Emilia, M rifa’i

Semester/Tingkat : 5/3

Tempat Praktek : Rsud Dr.Tjitrowardojo purworejo

Tanggal Pengkajian : 17 Januari 2019 jam : 11.00 wib

Sumber Data : Keluarga

DATA KLIEN

A. IDENTITAS KLIEN
1. Nama inisial klien : By. A
2. Umur : 0 hr
3. Jenis Kelamin : laki-laki
4. Alamat : Mulyosari 01/01 Prembun Kebumen
5. Pendidikan : pendidikan ibu diploma
6. Pekerjaan : ibu rumah tangga
7. Agama : Islam
8. Tanggal masuk RS/RB : 17 januari 2019 jam : 09:57 wib
9. Nomor Rekam Medis : 00509xxx
10. Diagnosa Medis : BBLR

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


1. Nama : Tn. p
2. Umur : 36 thn

28
3. Alamat : Mulyosari 01/01 Prembun Kebumen
4. Pekerjaan : Pegawai Tenaga Kesehatan
5. Hubungan dengan Pasien : Ayah

Riwayat Kesehatan Umum / Pola Presepsi dan Manajemen Kesehatan


Informan : Orang tua
Alasan masuk RS : Klien mengalami berat badan lahir rendah
(BBLR) yaitu 1800 gram , reflek hisap
lemah , bayi lahir menangis kuat
Riwayat Penyakit Sekarang : Bayi lahir pada tanggal 17 januari 2019
di Rsud purworejo secara Sc G4P3A0
dengan usia kehamilan 31 minggu dengan
berat lahir 1800 gram setelah lahir bayi
menangis kuat , reflek hisap klien lemah
APGAR score menit pertama 8, menit
kelima 9
Riwayat Penyakit Dahulu : Ibu klien tidak ada riyawat penyakit
Riwayat Penyakit Keluarga :Ibu klien tidak ada riyawat penyakit
kelurga seprti hipertensi, ashma, diabetus
dll.
Alergi : tidak ada alergi; Makanan : tidak ada; Obat ,jenis : tidak ada
Vital Sign : N 140 x/menit, RR 48 x/menit, S 36,5 C, PB 41 cm, BB 1800 gr

Riwayat kehamilan dan kelahiran


a. Prenatal
- Kehamilan ke : G4P3A0
- Tempat Kontrol : Bidan/ Dokter
- Jumlah kunjungan : > 6 kali
- Usia Kehamilan saat melahirkan : 31 Minggu
- Suntikan TT selama hamil : 1 kali,Oleh Bidan

29
- Jamu /obat obatan selama hamil :Ya,jika Ya sebutkan
jenisnya : vitamin
- Kenaikan BB selama hamil : 12 kg
- Masalah selama hamil : tidak ada

b. Intranatal
- Tanggal /bulan / tahun persalinan : 17 januari 2019
- Tempat persalinan : Rumah Sakit
- Penolong persalinan : Dokter
- Cara lahir : operasi seasar
- Keadaan lahir :
o Kulit : Merah
o Lilitan tali pusat : Tidak ada lilitan tali pusat
o Memakai oksigen : tidak memakai oksigen
o Memakai Infus :menggunakan infus D 10%
- APGAR SCORE

NO Tanggal Karakteristik 1 menit 5 menit


/Jam yang di nilai
17 januari Appearance 2 2
2019
10.40 Pulse 1 2
Grimace 2 2
Approximately 2 2
Reflek 1 1
Total 8 9
Kesimpulan : Normal

30
Panduan mengisi APGAR Score
Nilai
Tanda
0 1 2
Appearance Biru/pucat Tubuh Tubuh dan
(warna kulit) kemerahan,ekstremitas ekstremitas
biru kemeragan
Pulse (Nadi) Tidak ada <100x/menit >100x/menit
Grimace (tonus Lumpuh Fleksi lemah Aktif
otot)
Approximately Tidak ada Lemah,merintih Tangis kuat
(usaha nafas)
Refleks Tidak ada Gerakan sedikit Menangis
(Refleks)

c. Postnatal
- Dirawat di ruang : Peristi - Incubator
- Menyusui : Langsung ASI melalui OGT
- Jumlah menyusu :17 cc/ 24 jam
- BAK pertama : H0
- BAB pertama : H0
- Menangis : Menangis kuat
- Warna Kulit : Merah
- Gerakan Bayi : aktif
- Peralatan yang digunakan : Infus, OGT
- Obat obatan yang di dapat : pemasangan infs D 10%, vit k1 1mg

31
C. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA
1. HEALTH PROMOTION
a. Kesehatan Umum :
- Alasan masuk rumah sakit : bayi baru lahir dengan sc indikasi
gemelli lahir tanggal 17 januari 2019 keadaan umum cukup ,
menangis kuat , klien lahir dengan berat badan rendah ( BBLR )
yaitu 1800 gram , gerak bayi aktif , reflek hisap lemah
- Tekanan darah : belum bisa dikaji
- Nadi : 140 x/menit
- Suhu : 36,5 C
- Respirasi : 48 x/menit
b. Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan,dll):
Tidak ada

c. Riwayat pengobatan
No Nama obat/jamu Dosis Keterangan
1. - - -
2. - - -

d. Kemampuan mengontrol kesehatan:


- Yang dilakukan bila sakit : kontrol ke puskesmas terdekat
- Pola hidup (konsumsi/alkohol/olah raga, dll) :
Ibu klien suka mengkomsumsi sayur saat hamil
Ibu klien dalam berolahraga saat hamil kurang/kurang olahraga, ibu
klien tidak mengkonsumsi alkohol selama hamil.
e. Faktor sosial ekonomi (penghasilan/asuransi kesehatan, dll):
Klien menggunakan jasa asuransi kesehatan BPJS
f. Pengobatan sekarang:
No Nama obat Dosis Manfaat Keterangan
1. Inf D 10% 6 tpm Untuk menyediakan cairan Iv

32
yang membawa gula ke
dalam tubuh saat klien tidak
dapat meminum cairan yang
yang cukup atau saat cairan
tambahan dibutuhkan
2. Inj vit K1 1 mg Mencegah terjadinya Subcutan
perdarahan

2. NUTRITION
a. A (Antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA, IMT:
1) BB biasanya :1800gram dan BB sekarang : - gram
2) Lingkar perut : 27 cm
3) Lingkar kepala : 29 cm
4) Lingkar dada : 28cm
5) Lingkar Lengan atas : 9 cm
6) IMT :-
b. B (Biochemical) meliputi data laboratorium yang abormal:
Netrofil 26.40% (L), Limfosit 58.30% (H), Monosit 13.10% (H),
Eosinofil 1.30% (L)
c. C (Clinical) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa
bibir, conjungtiva anemis/tidak:
Rambut : bersih, distribusi rambut di puncak kepala
Konjungtiva : tidak anemis
Mukosa bibir : lembab
Turgor kulit : elastis, berwarna kemerehan tidak ada ikterik
d. D (Diet) meliputi nafsu, jenis, frekuensi makanan yang diberikan
selama di rumah sakit:
Jenis: Susu ASI
Frekuensi: 17 cc/3 jam

33
e. E (Enegy) meliputi kemampuan klien dalam beraktifitas selama di
rumah sakit:
Kemampuan klien dalam beraktiftas di rumah sakit di bantu perawat
dan orang tua klien
f. F (Factor) meliputi penyebab masalah nutrisi: (kemampuan menelan,
mengunyah,dll)
Klien terpasang OGT, reflek hisap lemah
g. Penilaian status gizi :
Berat badan klien 1800 gram
h. Pola asupan cairan :
Infus D 10% 6tpm = 150 ml/8jam, vit k 1jam = 0,5ml, sonde 6tpm =
17cc/3 jam atau 44cc/8jam
i. Cairan masuk
Infus : 130 ml/ 8 jam = 420ml/24 jam
Vit k : 0.5 ml
Sonde : 6ml/3 jam= 48ml/8jam = 120 ml/24 jam
j. Cairan keluar
Urine : 5x= 100 cc
Bab : 3x= 30 cc
Muntah : 10 cc
IWL : 26.25 ml
k. Penilaian Status Cairan (balance cairan)
Input-output = (infus + vit K1 + sonde ) – (urine + Bab + muntah + iwl)
= (130 + 0,5 + 48) – (100 + 30 + 10 )
= 178,5 – 140
= 38,5 cc
l. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : tidak ada pembengkakan di abdomen, abadomen
tampak bulat dan simetris terdapat tali pusat berwarna putih kebiruan
Auskultasi : terdapat bunyi ada
Palpasi : abdomen lunak tidak nyeri tekan

34
Perkusi : tympani kecuali redup pada hati, limfa dan ginjal

3. ELIMINATION
a. Sistem Urinary
1) Pola pembuangan urine (Frekuensi , jumlah, ketidaknyamanan) :
Frekuensi: 5 kali bak
Jumlah: 100 cc
Ketidaknyamanan: -
2) Riwayat kelainan kandung kemih :
Tidak ada riwayat kelainan kandung kemih
3) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau) :
Jumlah: 100 cc
Warna : kuning
Kekentalan: tidak ada kekentalan
Bau: amoniak
4) Distensi kandung kemih/retensi urine :
Tidak ada distensi kandung kemih/retensi urine
b. Sistem Gastrointestinal
1) Pola eliminasi :
Kilen BAB 3 x
2) Konstipasi dan faktor penyebab konstipasi :
Tidak ada konstipasi
c. Sistem Integument
1) Kulit (integritas kulit / hidrasi/ turgor /warna/suhu) :
Intergritas kulit: lembab, hangat dan tidak ada pengelupasan
Turgor: elastis
Warna: warna kemerahan tidak ada ikterik
Suhu: 36,5

35
4. ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : 12 jam klien terbangun saat haus,BAB dan BAK
2) Insomnia : tidak ada insomnia klien terbangun saat haus,BAB
dan BAK
3) Pertolongan untuk merangsang tidur: saat di beri ASI dan di ganti
pempres
b. Aktivitas
1) ADL
a) Makan : melalu OGT
b) Toileting : di bantu perawat dan orang tua
c) Kebersihan : di bantu perawat dan orang tua
d) Berpakaian : di bantu perawat dan orang tua
2) Resiko untuk cidera : klien beresiko untuk cedera jika ortu atau
perawat lali dalam menjaga
3) Gerakan bayi : aktif
c. Cardio respons
1) Penyakit jantung : tidak ada penyakit jantung
2) Edema esktremitas : tidak ada edama pada ekstremitas
3) Tekanan darah dan nadi
a) Berbaring : Belum dapat dikaji
b) Duduk : Belum dapat dikaji
4) Tekanan vena jugularis : teraba
5) Pemeriksaan jantung
a) Inspeksi : gerakan dinding dada simetris, tidak ada
lesi
b) Palpasi : nadi di apeks teraba di ruang interkosta
keempat atau kelima tanpa kardiomegali
c) Perkusi : redup
d) Auskultasi : frekuensi jantung 140x/menit

36
d. Pulmonary respon
1) Penyakit sistem nafas : tidak ada gangguan pada sistem pernafasan
2) Penggunaan O2 : tidak menggunakan O2
3) Kemampuan bernafas : baik
4) Gangguan pernafasan (batuk, suara nafas, sputum, dll) :
Tidak mengalami batuk, suara nafas tambahan, sputum.
5) Pemeriksaan paru-paru
a) Inspeksi : pergerakan dada simetris , tidak ada
retraksi dada, tidak ada lesi dan jejas
b) Palpasi : tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan
c) Perkusi : tidak ada peningkatan timpani pada lapang
paru
d) Auskultasi : suara nafas jernih sama kedua sisi

5. PERCEPTION/COGNITION
a. Orientasi/kognisi
1) Tingkat pendidikan : pendidikan ibu diploma
2) Kurang pengetahuan : ibu sudah mengerti akan keadaan
bayinya saat dijelaskan oleh dokter
3) Pengetahuan tentang penyakit: pengetahuan ibu tentang bayinya
cukup banyak
b. Orientasi (waktu, tempat, orang): Orentasi dilakukan dengan orang tua
klien di bangsal peristi pada tanggal 17 januari 2019 jam 11.00 wib
c. Sensasi/persepi
1) Riwayat penyakit jantung : ibu tidak ada riwayat penyakit
jantung
2) Sakit kepala : ibu tidak mengalami sakit kepala
3) Penggunaan alat bantu : OGT
4) Penginderaan : Baik
d. Communication

37
1) Bahasa yang digunakan : klen belum bisa berbicara
sedangkan ibu menggunakan bahasa indonesi atau bahasa jawa
2) Kesulitan berkomunikasi : ibu klien mampu berkomunikasi
dengan baik dan koopratif

6. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : cemas karena ibu dan bayi terpisah
2) Perasaan putus asa/kehilangan: tidak ada perasaan putus asa
3) Keinginan untuk menceder : tidak ada keinginan untuk
mencederai
4) Adanya luka/cacat : tidak ada cacat atau luka pada bayi

7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan :Anak
2) Orang terdekat :Orang tua
3) Perubahan konflik/peran : tidak ada perubahan konflik
4) Perubahan gaya hidup : tidak ada perubahan gaya hidup
5) Interaksi dengan orang lain : baik

8. SEXUALITY
a. Identitas seksual
1) Masalah/disfungsi seksual : penis lurus dan skrotum
penuh,tingkat seksual bayi dalam masa apabila diberikan sentuhan
akan nyaman

9. COPING/STRESS TOLERANCE
a. Coping respon
1) Rasa sedih/takut/cemas : ibu sedih karena tidak bisa
rawat gabung dengan bayinya

38
2) Kemampan untuk mengatasi : selalu mengunjungu setiap
3 jam
3) Perilaku yang menampakkan cemas : tidak ada

10. LIFE PRINCIPLES


a. Nilai kepercayaan
1) Kegiatan keagamaan yang diikuti : pengajian
2) Kemampuan untuk berpartisipasi : mengikuti kegiatan
di desanya
3) Kegiatan kebudayaan :7 bulanan
4) Kemampuan memecahkan masalah : bermusyawarah

11. SAFETY/PROTECTION
a. Alergi : tidak ada alergi
b. Penyakit autoimune : tidak ada penyakit autoimun
c. Tanda infeksi : resiko infeksi pada tali pusat
bayi
d. Gangguan thermoregulasi : resiko hipotermi
e. Gangguan/resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi, disfungsi
neurovaskuler peripheral, kondisi hipertensi,pendarahan, hipoglikemia,
Sindrome disuse, gaya hidup yang tetap) :
resiko jatuh jika ortu atau perawat lalai dalam menjaga bayi

12. COMFORT
a. Kenyamanan/Nyeri
1) Provokes (yang menimbulkan nyeri) :tidakada
2) Quality (bagaimana kualitasnya) :tidakada
3) Regio (dimana letaknya) :tidakada
4) Scala (berapa skalanya) :tidakada
5) Time (waktu) :tidakada
b. Rasa tidak nyaman lainnya : tidak ada

39
c. Gejala yang menyertai : tidak ada

13. GROWTH/DEVELOPMENT
a. Pertumbuhan dan perkembangan : masih dalam pengawasan
karena berat badan lahir rendah BBLR

D. DATA LABORATORIUM
Tanggal Jenis Hasil Harga Satuan Interpretasi
& Jam Pemeriksaan Pemeriksa Normal
an
17/01/19 Hemogoblin 18.0 15.2-22.6 g/dl N
10.41
Leukosit 9.7 9.4 – 34.0 10^3/ul N

Hematokrit 56 44 – 72 % N

Eritr0sit 5.2 4.30 – 10^6/ul N


6.30
Trombosit 335 150 – 400 10^3/ul N

Netrofil 26.40 50 – 70 % L

Limfosit 58.30 25 – 40 % H

Monosit 13.10 2–6 % H

Eosinofil 1.30 2.00 – % L


4.00
Basofil 0.90 0–1 % N

40
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK (CT-SCAN, USG, RONGTEN)

Tidak dilakukan pemeriksaan diagnostik

41
3.2. ANALISA DATA

Nama inisial klien : By. Ny. A Diagnosa medis : BBLR

No rekam medis : 00509xxx Bangsal : peristi

NO Tanggal Data Subjektif Data Objektif Etiologi Problem


dan Jam
1 17  Ibu klien  Nampak reflek prematuritas Ketidak
januari mengatakan menghisab klien efektifan
2019 asi masih belum efektif pola
11.00 belum lancar  Nampak terpasang menyusui
Ogt bayi
 Bb : 1800 gram

2 17  Ibu klien  Berat badan klien Resiko


januari mengatakan lahir hipotermi
2019 usia kehamilan 1800 gram
11.00 31 minggu

3 17  Terdapat tali Resiko


januari pusat yang masih infeksi
2019 basah
11.00

42
3.3. RENCANA KEPERAWATAN

Nama inisial klien : By. Ny. A Diagnosa medis : BBLR

No rekam medis : 00509xxx Bangsal : peristi

No Tanggal Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


dan Jam Keperawatan Hasil (Noc)
1 17 Ketidakektifan Label : 1020 Label : 1056
januari pola menyusui Status nutrisi bayi Pemberian makan
2019 bayi Definisi : dengan tabung
11.00 berhubungan Jumlah nutrisi enteral
dengan dicerna dan Definisi :
prematuritas diserap untuk Memberi nutrisi
memenuhi dan air melalui
kebutuhan selang
metabolism serta gastrointestinal
meningkatkan 1. Monitor 1. Untuk
pertumbuhan intake dan mengeta
bayi. output hui
Setelah dilakukan asupan intake
tindakan nutrisi dan
keperawatan output
selama 3 x 24 jam nutrisi
diharapakan bayi
Ketidak efsui 2. Isi ualng 2. Untuk
ektifan pola makanan memenu
menyusui bayi setiap 3 jam hi
berhubungan sekali kebutuha
dengan n nutrisi
prematuritas dapat bayi
teratasi dengan 3. Buang 3. Agar

43
kriteria hasil : wadah makanan
4. Intake nutrisi (spuit) dan tetap
(2 sedikit alat hygyenis
adekuat - 4 pemberian
sebagian besar prosedur
adekuat) setiap 24 jam
5. Perbandingan 4. Konsultasika 4. Agar
berat atau n dengan pemberi
tinggi badan anggota tim an
(2 sedikit lainnya nutrisi
adekuat - 4 dalam pada
sebagian besar memilih bayi
adekuat) jenis dan sesuai
6. Pertumbuhan persentasi
(2 sedikit maknan
adekuat - 4 Label : 6820
sebagian besar Perawatan bayi
adekuat)nn Definisi :
Menyediakan
perawatan
berpusat pada
keluarga yang
tepat sesuai
dengan
perkembangan
anak pada usia
dibawah satu
tahun
1. Monitor 1. Untuk
berat dan mengeta
panjang bayi hui

44
tingkat
perkemb
angan
bayi
sesuai
usia
2. Berikan 2. Agar
makanan makanan
sesuai usia dapat
perkembanga diberika
n n dengan
sesuai
2 17 Resiko Label : 0801 Label : 3900
januari hipotermi Termoregulasi: Pengaturan suhu
2019 baru lahir Definisi :
11.00 Definisi : Mencapai atau
Keseimbangan memelihara suhu
antara prosedur tubuh dalam batas
panas, normal
mendapatkan 1. Monitor suhu 1. Untuk
panas, dan bayi baru lahir menegtah
kehilangan panas sampai stabil ui suhu
selama 28 hari tubuh bayi
pertama setelah 2. Tempatkan 2. Untuk
dilahirkan bayi baru lahir mencegah
Setelah dilakukan dalam terjadinya
tindakan penghangat hipotermi
keperawatan bila diperlukan
selama 3 x 24 jam 3. Sebelumnya 3. Agar bayi
diharapkan hangatkan tidak
masalah risiko (misal selimut) merasa

45
hipotermi dapat yang akan kedinginan
teratasi dengan ditempatkan
kriteria hasil : bayi di
3. Berat badan inkubator
(2 banyak 4. Sesuaikan 4. Untuk
terganggu – suhu untuk mencegah
4 sedikit kebutuhan terjadinya
terganggu) pasien dehidrasi
4. Mengambil
postur retensi
panas untuk
hipotermi (2
banyak
terganggu –
4 sedikit
terganggu)
3 17 Resiko infeksi Label : 1902 Label : 3660
januari Kontrol resiko Perawatan luka
2019 Definisi : Definisi :
11.00 Tindakan individu Pencegahan
untuk mengerti, kompilkasi luka
mencegah, dan peningkatan
mengeliminasi, penyembuhan
atau mengurangi luka
ancaman 1. Monitor 1. Untuk
kesehatan yang karakteristik mengetah
telah dimodifikasi luka ui
Stelah dilakukan keadaan
tindakana tali pusat
keperwatan bayi
selama 3 x 24 jam 2. Berikan 2. Agar tali

46
diharapkan resiko balutan pusat
infeksi dapat sesuai cepat
teratasi dengan dengan jenis kering
kriteri hasil : luka
3. Mengidentifik 3. Anjurkan 3. Agar
asi faktor keluarga kleurga
resiko (3 mengetahui dapat
kadang – prosedur mengganti
kadang perawatan balutan
menunjukkan luka tali pusat
– 1 tidak sendiri di
pernah rumah
menunjukkan) 4. Dorong 4. Untuk
4. Memonitor nutrisi/ mendukun
faktor resiko cairan yang g tali
individu (3 sesuai pusat
kadang – cepat
kadang kering
menunjukkan
– 1 tidak
pernah
menunjukkan)

47
3.4. IMPLEMENTASI

Nama inisial klien : By. Ny. A Diagnosa medis : BBLR

No rekam medis : 00509xxx Bangsal : peristi

No Tgl/ dx. implementasi Respon Paraf


jam keperawatan
1 17 Ketidakektifan 1. Memonitor intake Ds : Emilia
januari pola menyusui dan output asupan Do :
2019 bayi nutrisi input
11.05 berhubungan  Sonde:
dengan 6cc/3jam
prematuritas  Infus:
130ml/8jam
 Obat: vit k1
0.5ml
Output
 Bab: 3x
 Bak: 100cc
 Muntah :
10cc
 Iwl : 26.25
cc
11.15 2. Memonitor berat Ds :
badan bayi Do :
 BB : 1800
gram
11.20 3. Memberikan sonde Ds :
setiap 3 jam sekali Do :
melalui selang  Pemberian
OGT makanan

48
pada bayi 6
cc/3 jam, 6
tpm
11.30 4. Memberikan Ds :
makanan sesuai Do :
usia perkembangan  Ibu rajin
dengan pemberian dan tepat
asi setiap 3 jam waktu
sekali dalam
pemberian
asi setiap 3
jam sekali
2 17 Resiko 1. Memonitor suhu Ds : Alvi
januari hipotermi bayi baru lahir Do :
2019 sampai stabil  S : 36.5oc
11.45 2. Menempatkan bayi Ds :
11.50 baru lahir dalam Do :
penghangat dengan  Bayi
menempatkan bayi terlihat
dalam inkubator nyaman
dengan suhu  Kulit bayi
inkubator 24oc hangat
12.00 3. Sebelumnya Ds :
menghangatkan Do :
(misal selimut) yang  Bayi
akan ditempatkan terlihat
bayi di inkubator nyaman
12.10 4. Menyesuaikan suhu Ds :
untuk kebutuhan Do :
pasien suhu dalam  Bayi
inkubator di terlihat

49
sesuaikan sesuai merasa
kebutuhan bayi nyaman
yaitu 24oc
3 17 Resiko infeksi 1. Memonitor Ds : Laras
januari karakteristik luka Do :
2019  Terdapat
12.20 tali pusat
yang masih
basah
 Berwarna
putih
kebiruan
2. Memberikan Ds :
12.25 balutan sesuai Do :
dengan jenis luka  Tali pusat
yaitu dengan bersih
mengganti balutan  Tidak ada
setiap 2x/hari perdarahan
dengan kassa steril
3. Menganjurkan Ds :
12.30 keluarga  keluarga
mengetahui mengatak
prosedur an sudah
perawatan luka tali mengerti
pusat akan
Dengan cara perawtan
mengganti balutan tali pusat
setiap 2x/hari dan dengan
menganjurkan benar
keluarga untuk Do :
selalu mencuci  Tali pusat

50
tangan sebelum bersih
dan sesudah  Kelurga
memegang bayi koopratif
serta perawat saat
selalu memakai diberikan
handscon saat edukasi
mengganti balutan perawatan
tali pusat tali pusat
12.40 4. Memberikan Ds :
nutrisi/ cairan yang  Ibu
sesuai melalu mengataka
selang OGT dan di n akan
atur oleh syiring terus
pump memberika
n asi
Do :
 Pemeberian
nutrisi
melalui ogt
per 3 jam
4 18 Ketidakektifan 1. Memonitor intake Ds : - Mega
januari pola menyusui dan output asupan Do :
2019 bayi nutrisi input
08.00 berhubungan  Sonde:
dengan 6cc/3jam
prematuritas  Infus:
130ml/8ja
m
Output
 Bab:4x
 Bak:

51
120cc
08.05 2. Memonitor berat Ds : -
badan bayi Do :
 Bb : 1820
gram
08.10 Ds : -
3. Mengisi ualng Do :
makanan setiap 3  Bayi tidak
jam sekali muntah
 Bab:4x
 Bak:
120cc

5 18 Resiko 1. Memonitor suhu Ds : - Laras


januari hipotermi bayi baru lahir Do :
2019 sampai stabil  36.8oc
09.00 2. Menempatkan bayi Ds : -
09.05 baru lahir dalam Do :
penghangat  Bayi
terlihat
nyaman
 Tidak
kedinginan
6 18 Resiko infeksi 1. Memberikan Ds : - Emil
januari balutan sesuai Do :
2019 dengan jenis luka  Tidak ada
14.00 perdarhan
pada tali
pusat
 Tali pusat

52
bersih
2. Memberikan Ds : -
14.05 nutrisi/ cairan Do :
yang sesuai melalu  Pemberian
selang OGT dan di asi
atur oleh syiring 6cc/3jam
pump tepat
waktu
7 19 Ketidakektifan 1. Monitor intake dan Ds : Rifa’i
januari pola menyusui output asupan Do :
2019 bayi nutrisi input
08.00 berhubungan  Sonde:
dengan 6cc/3jam
prematuritas  Infus:
130ml/8jam
Output
 Bab:3x
 Bak: 120cc
08.10 2. Memonitor berat Ds : -
badan bayi Do :
 Bb : 1825
gram
08.15 Ds : -
3. Isi ualng makanan Do :
setiap 3 jam sekali  Pemberian
asi 6 cc/3
jam
8 19 Resiko 1. Memonitor suhu Ds : - Alvi
januari hipotermi bayi baru lahir Do :
2019 sampai stabil  36.7oc

53
09.00 2. Menempatkan bayi Ds : -
09.05 baru lahir dalam Do :
penghangat  Bayi
terlihat
nyaman
 Tidak
kedinginan
9 19 Resiko infeksi 1. Memberikan Ds : - Mega
januari balutan sesuai Do :
2019 dengan jenis luka  Tidak ada
09.30 perdarhan
pada tali
pusat
 Tali pusat
bersih
09.35 2. Memberikan Ds : -
nutrisi/ cairan Do :
yang sesuai melalu Pemberian asi
selang OGT dan di 6cc/jam tepat
atur oleh syiring waktu
pump

54
3.5. EVALUASI

Nama inisial klien : By. Ny. A Diagnosa medis : BBLR

No rekam medis : 00509xxx Bangsal : peristi

Tanggal Diagnosa Evaluasi Paraf


dan Keperawatan (Subjektif,Objektif,Assesmen/Plan
Jam
1 17 Ketidakektifan S: Emil
januari pola menyusui  Ibu mengatakan asi masih
2019 bayi belum lancar
11.40 berhubungan O:
dengan  Reflek hisap bayi kurang kuat
prematuritas  Bayi muntah 10 cc
 Bb : 1800 gram
A: Masalah ketidakektifan pola
menyusui bayi berhubungan
dengan prematuritas belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Monitor intake dan output
asupan nutrisi
2. Monitor berat dan panjang
bayi
3. Isi ualng makanan setiap 3
jam sekali
2 17 Resiko S:- Alvi
januari hipotermi O:
2019  S : 36.5oc
12.15  Bayi terlihat nyaman dan
tenang
A : masalah resiko hipotermi belum

55
teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor suhu bayi baru
lahir sampai stabil
2. Tempatkan bayi baru lahir
dalam penghangat
3 17 Resiko infeksi S:- Laras
januari O:
2019  Terdapat tali pusat yang masih
12.45 basah
 Berwarna putih kebiruan
 Tidak ada perdarahan
A : Masalah resiko infeksi belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Berikan balutan sesuai
dengan jenis luka
2. Berikan nutrisi/ cairan yang
sesuai
4 18 Ketidakektifan S: Mega
januari pola menyusui  Ibu mengatakan asi mulai
2019 bayi lancar
08.15 berhubungan O:
dengan  Reflek hisap bayi kurang kuat
prematuritas  Bayi tidak muntah
 Bb : 1820 gram
A: Masalah ketidakektifan pola
menyusui bayi berhubungan
dengan prematuritas belum teratasi
P: lanjutkan intervensi

56
1. Monitor intake dan output
asupan nutrisi
2. Monitor berat dan panjang
bayi
3. Isi ualng makanan setiap 3
jam sekali
5 18 Resiko S:- Laras
januari hipotermi O:
2019  S : 36.8oc
09.10  Bayi terlihat nyaman dan
tenang
 Bb : 1820 gram
A : masalah resiko hipotermi belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi
1. Monitor suhu bayi baru
lahir sampai stabil
2. bayi baru lahir dalam
penghangat
6 18 Resiko infeksi S:- Emil
januari O:
2019  Tidak ada perdarahan
16.00  Tali pusat bersih
 Tali pusat masih sedikit basah
A : Masalah resiko infeksi belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Berikan balutan sesuai
dengan jenis luka
2. Berikan nutrisi/ cairan yang

57
sesuai

7 19 Ketidakektifan S: Rifa’i
januari pola menyusui  Ibu mengatakan asi lancar
2019 bayi O:
08.40 berhubungan  Reflek hisap bayi lemah
dengan  Bayi tidak muntah
prematuritas  Bb : 1825 gram
A: Masalah ketidakektifan pola
menyusui bayi berhubungan
dengan prematuritas belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
1. Monitor intake dan output
asupan nutrisi
2. Monitor berat dan panjang
bayi
3. Isi ualng makanan setiap 3
jam sekali
8 19 Resiko S:- Alvi
januari hipotermi O:
2019  S : 36.8oc
09.20  Bayi terlihat nyaman dan
tenang
 Bb : 1820 gram
A : masalah resiko hipotermi belum
teratasi
P : lanjutkan intervensi

58
1. Monitor suhu bayi baru
lahir sampai stabil
2. bayi baru lahir dalam
penghangat

9 19 Resiko infeksi S:- Mega


januari O:
2019  Tidak ada perdarahan
09.50  Tali pusat bersih
 Tali pusat masih sedikit basah
A : Masalah resiko infeksi belum
teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Berikan balutan sesuai
dengan jenis luka
2. Berikan nutrisi/ cairan yang
sesuai

59
BAB IV
KESIMPULAN

4.1. PEMBAHASAN
Dari kasus yang kami ambil adalah By. Ny. A dengan bblr (berat badan
lahir rendah) atas indikasi gemelli proses persalinan secsio caesaria dengan
berat badan 1800gram, refleks hisap bayi lemah. Didapat masalah
Ketidakektifan pola menyusui bayi berhubungan dengan prematuritas karena
reflek bayi yang lemah dan berat badan 1800gram, resiko hipotermi karena
by mengalami prematuritas, resiko infeksi karena terdapat tali pusat yang
masih basah.
Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 3 x 24 jam Ketidakektifan
pola menyusui bayi berhubungan dengan prematuritas masih belum teratasi
akan tetapi berat badan bayi menigkat 150gram, resiko hipotermi belum
teratasi karena bb masih kurang dan bayi masih harus dalam inkubator namun
suhu bayi tetap stabil, resiko infeksi belum teratasi karena tali pusat belum
kering dan masih harus diberikan perawatan tali pusat.

4.2. KESIMPULAN
Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram tanpa memandang usia gestasi. BBLR dapat terjadi pada bayi
kurang bulan (< 37 minggu) atau pada bayi cukup bulan (intrauterine growth
restriction).Yang disebabkan karena faktor ibu, Faktor janin, Faktor plasenta,
Faktor lingkungan.

4.3. SARAN
Dalam menangani kasus BBLR diharapkan mahasiswa dapat mengetahui
asuhan keperawtan pada bblr.

60
DAFTAR PUSTAKA

Bulechec, Gloria M. Dkk (2013). Nursing Intervention Classification (NIC). 6th


Indonesia edition. Indonesia: Moco Media
Herdaman HT dan Kamitsuru T. 2018. Nanda Internation Nursing Diagnoses
Definition and Classification 2018 – 2020 11nd. Ed. Jakarta: EGC
Moorhed Sae. dkk (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th. Indonesia.
Edition Indonesia: Moco Media.
Jumiarni.2010. Asuhan Keperawatan Perinatal.Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono.2010.Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta : YBP –SP
Pantiawati, I. 2010. Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta: Nuha
Medika
Pudjiadi Antonius, H., Hegar Badriul, dkk. (2010). Pedoman Pelayanan Medis
Ikatan Dokter Anak Indonesia.Jakarta: IDAI
Proverawati, A., Ismawati, C. 2010. Berat Badan Lahir Rendah. Yogyakarta:
Nuha Medika

Surasmi A., Handayani S., Kusuma H.2009. Perawatan Bayi Resiko Tinggi.
Jakarta: EGC

61

You might also like