You are on page 1of 36

MAKALAH SEMINAR PENELITIAN

PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM


ELEKTROLIZER

PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM


ELEKTROLIZER : PERANGKAT ENERGI CARRIER DI INDONESIA

I.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki daratan sekitar 1,9 juta km2 yang tersusun dari 17,5 ribu
pulau besar dan kecil yang dikelilingi lautan dan samudera sekitar 3,2 juta km2.
Letak Indonesia di antara 6° Lintang Selatan dan 11° Lintang Utara membentang
di sepanjang garis khatulistiwa. Potensi feedstock energi terbarukan sangat besar.
Kondisi geografis Indonesia yang spesifik ini memerlukan sistem transportasi dan
distribusi energi dengan metode energi carrier dari suatu sumber energi primer ke
berbagai wilayah. Salah satu alternatif untuk memenuhi sistem distribusi tersebut
perlu teknologi untuk mengubah energi listrik dari suatu sumber energi primer
menjadi hidrogen sebagai energi carrier yang selanjutnya didistribusikan ke
berbagai wilayah di Indonesia.
Pada beberapa tahun terakhir, telah dikembangkan penelitian PEM fuel cell
untuk pembangkit listrik, dan PEM elektrolizer untuk produksi hidrogen yang
murah, terutama elektrolisa air.
PEM fuel cell yang terintegrasi dengan photovoltaic maupun PEM
elektrolizer dapat dioperasikan pada suhu rendah. Dalam sistem terintegrasi yaitu
PEM elektrolizer dan PEM fuel cell belum banyak dijelaskan tentang pengaruh
tegangan dan waktu terhadap performa sistem terintegrasi. Pengaruh faktor-faktor
tersebut diteliti dan dilakukan diskusi terhadap performa sistem terintegrasi PEM
fuel cell dengan PEM elektrolizer.

I.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang perlu diteliti performa sistem integrasi
PEM fuel cell dengan PEM elektrolizer yang dipengaruhi tegangan dan waktu.

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
1
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

I.3 Tujuan Penelitian


1. Mengetahui pengaruh tegangan terhadap arus sistem terintegrasi PEM fuel
cell dengan PEM elektrolizer.
2. Mengetahui pengaruh waktu terhadap arus sistem terintegrasi PEM fuel cell
dengan PEM elektrolizer.

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
2
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengenalan
Telah banyak penelitian tentang teknologi PEM fuel cell penghasil energi
yang telah dilaporkan. Penelitian meliputi pengaruh suhu, tekanan parsial hidrogen
dan oksigen, serta efisiensi. Sampai saat ini, didapatkan performa PEM fuel cell
yang terbaik pada suhu 80 0C, dengan tekanan 3 bar dan 100% kelembaban relatif
[1]. Untuk menghasilkan energi listrik dari PEM fuel cell, dapat digunakan
hidrogen yang berasal dari PEM elektrolizer.
Menurut hasil studi di PUSPIPTEK, didapatkan bahwa jika hidrogen
digunakan sebagai sumber bahan bakar penghasil listrik dengan menggunakan fuel
cell sebagai generator pengubahnya akan membutuhkan hidrogen rata-rata 10
liter/min untuk menghasilkan 1 kW listrik.
Pada beberapa tahun terakhir, telah dikembangkan penelitian PEM fuel cell
dan PEM elektrolizer. PEM fuel cell adalah perangkat pembangkit tenaga listrik
dengan cara kimia yang menggunakan hidrogen dan oksigen. PEM fuel cell terdiri
dari lapisan difusi gas, lapisan elektrokatalis, membran, dan bipolar plate.
Himpunan dari komponen-komponen disebut stack fuel cell yang
pengoperasiannya menghasilkan listrik, panas, dan air pada suhu rendah
25℃ hingga suhu tinggi sekitar 200℃.
Pada suhu rendah yaitu 25℃ dan 1 atm, performa PEM fuel cell memiliki
tegangan 1,182 V dan densitas arus sebesar 0,4 A/cm2 [2]. Pada kondisi yang sama
fuel cell stabil pada tegangan 0,7 V dan densitas arus sebesar 0,622 A/cm2, tetapi
pada suhu 60℃ stabil pada tegangan 0,6 V dengan densitas arus sekitar 0,3928
A/cm2 [3], [4]. Selanjutnya karakteristik yang stabil didapatkan densitas arus
sekitar 0,37 - 1,25 A/cm2 untuk suhu 55℃ sampai dengan 67℃. Untuk kondisi
suhu 253-353 K dan tekanan 2,5 - 4 atm, performa karakteristik PEM fuel cell
menunjukan densitas arus 1 A/cm2 [1], [5], [6]. Jadi, dalam penelitian tersebut

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
3
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

diatas pada kondisi stabil yaitu 0,6 V sampai dengan 0,7 V diperoleh densitas arus
0,37 – 1,25 A/cm2.
Pada suhu tinggi yaitu 160-200℃ dengan tekanan 101,3-200 kPa, performa
dari PEM fuel cell yang menggunakan PBI MEA, TPS MEA untuk konsentrasi
hidrogen yang digunakan 30-100%, didapatkan karakteristik fuel cell pada
tegangan 1 V dan densitas arus sebesar 0,8 A/cm2 [7]. Pada kondisi yang sama
didapatkan 0,65 V dan 0,12 A/cm2, sedangkan performa dari PEM fuel cell pada
suhu 160℃ dengan tekanan 1 atm untuk konsentrasi yang digunakan 30% V/V
oksigen didapatkan karakteristik fuel cell pada tegangan 0,7 V dan densitas arus 0,3
A/cm2 [8], [9]. Jadi, dalam penelitian tersebut diatas pada suhu tinggi didapatkan
tegangan 0,65 V sampai dengan 1 V diperoleh densitas arus 0,12 – 0,8 A/cm2.
PEM elektrolizer adalah suatu perangkat yang terdiri dari Komponen
membran elektrolit dan elektroda untuk mengubah air menjadi hidrogen. Membran
pada alat ini memiliki tujuan ganda, sebagai perangkat pemisahan gas dan
konduktor ion (proton).
Performa dari PEM elektrolizer pada suhu 353 K (80℃) dan tekanan 1-13,6
atm, menunjukkan karakteristik pada tegangan 1,7 V dengan densitas arus 1,5
A/cm2 [10]. Pada kondisi yang sama, PEM elektrolizer menunjukkan karakteristik
dengan 10,5 V didapat 2,4 A/cm2 tetapi pada 0,03 V didapat 0,5 A/cm2 [11], [12].
Pada kondisi suhu 75℃ dapat menghasilkan H2 90 liter/jam pada tegangan 2,8 V
dan densitas arus 0,6 A/cm2 [13]. Performa PEM elektrolizer pada tekanan 1-130
bar umumnya tegangan 1,7 V dan densitas arus 1 A/cm2 [14]. Pada kondisi yang
sama untuk memproduksi hidrogen, performa yang paling rendah adalah 0,12 V
dengan arus listrik sebesar 0,075 A/cm2 [15]. Jadi, berdasarkan penelitian-
penelitian tersebut diatas performa PEM elektrolizer pada tegangan 0,03 – 10,5 V
dengan densitas arus 0,075 – 2,4 A/cm2.
Jika PEM elektrolizer dan PEM fuel cell terintegrasi, performa sistem
terintegrasi pada kondisi suhu 65℃ yang mana karakteristik PEM elektrolizer pada
tegangan 1,5 V dan densitas arus 0,5 A/cm2, serta karakteristik PEM fuel cell pada
tegangan 0,6 V dan densitas arus 1 A/cm2 [16]. Pada kondisi yang sama, telah

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
4
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

diteliti PEM elektrolizer pada tegangan 1,55 V dan densitas arus 1 A/cm2 sedangkan
PEM fuel cell pada tegangan 0,6 V dan densitas arus 1 A/cm2 [17]. Jadi dalam
penelitian tersebut diatas pada suhu 65℃ sistem terintegrasi memiliki tegangan 0,6
- 1,55 V dengan densitas arus sebesar 0,5 – 1 A/cm2.
Dalam sistem terintegrasi yaitu PEM elektrolizer dan PEM fuel cell yang
terintegrasi belum dijelaskan tentang pengaruh tegangan dan waktu terhadap
performa sistem terintegrasi. Oleh karena hal tersebut, dilakukan penelitian pada
sistem terintegrasi untuk suhu rendah.

II.2 Landasan Teori


II.2.1 Proses penghasil listrik fuel cell
Pada PEM fuel cell yang ditunjukkan oleh gambar 1, beroperasi pada suhu
tertentu terjadi reaksi reduksi oksigen dan oksidasi hidrogen pada dua elektroda
yang dipisahkan oleh sebuah membran.

Gambar 1. PEM fuel cell


PEM fuel cell dipengaruhi variabel suhu atau tekanan parsial hidrogen
maupun oksigen. Variabel yang paling mempengaruhi PEM fuel cell adalah suhu.
Suhu mempengaruhi kinetika reaksi, perpindahan massa hidrogen, konduktivitas
lapisan gas difusi elektroda, dan perpindahan panas. Ketika hidrogen digunakan
pada PEM fuel cell akan menghasilkan kalor, listrik, dan air. Performa fuel cell

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
5
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

yang terbaik pada suhu rendah yaitu 80℃, dengan tekanan 3 bar dan kelembaban
relatif 100% [1], [3].

II.2.2 Karakteristik PEM Fuel Cell


Untuk menyatakan karakteristik keadaan PEM fuel cell tersebut diatas
digunakan persamaan Tafel. Persamaan ini telah teruji pada berbagai lapisan
elektroda dan berbagai jenis membran [18].
Model Tafel sangat dipengaruhi oleh struktur lapisan difusi gas. Ketika air
dalam lapisan difusi gas menghampiri kebanjiran, maka model ini menjadi tidak
sesuai lagi. Pada suhu rendah ditemukan ada penyerapan balik air dari lapisan difusi
gas. Pendekatan persamaan semi empiris yang sesuai dengan menggunakan
Nafion 112 dan 115 yaitu:
i i
V = Er − blog i + blog (1 − i ) − iR.................................................................. (1)
0 0

Untuk Nafion 117 penyerapan O2 sangat berpengaruh sehingga digunakan


persamaan berikut :
i
V = Er − b log i − iR ........................................................................................... (2)
0

Pada persamaan (2), Er merupakan tegangan berbalik sel yang ditemukan


dalam sirkuit terbuka (V). Bagian b log (i / io) menunjukkan garis tren kinerja (V)
yang menghampiri logaritma atau eksponen yang tersedia setelah upaya berbalik.
Karena adanya tahanan listrik bagian luar PEM fuel cell yang sangat besar,
sehingga iR dapat diabaikan.
i
V = Er − b log i ................................................................................................... (3)
0

RT
dengan b =
2αF

io merupakan kerapatan arus pada tegangan berbalik, sedangkan i merupakan


kerapatan arus setelah terjadi tegangan berbalik. b adalah kecendurungan kerapatan
arus. α adalah koefisien transfer gas yang dipengaruhi oleh reaksi dan bentuk
elektroda. Secara teori nilai α di antara 0 sampai 1,0 dan nilai b adalah di antara 65
sampai 70 mV. Untuk PEM fuel cell yang menggunakan gas H2, nilai α secara teori

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
6
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

adalah 0,5. R merupakan hambatan listrik di luar dan di dalam fuel cell. Hambatan
dalam fuel cell tergantung pada pembuatan lapisan MEA.
Nilai tegangan dalam persamaan (3), sangat tergantung pada reaksi kimia dan
hambatan dari luar atau dalam fuel cell. Semakin tinggi kerapatan arus atau laju
reaksi kimia, maka tegangan akan semakin turun. Semakin tinggi suhu fuel cell,
semakin berkurang nilai tegangan. Begitu juga ketika hambatan meningkat,
tegangan akan berkurang.
Untuk mengetahui peta performa PEM fuel cell ditunjukkan seperti gambar
2 [2], [4], [7], [9], [19]–[22]
0.9
0.8
Densitas Arus (A/cm2)

0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4
Tegangan (V)

Gambar 2. Karakteristik PEM fuel cell


Gambar 2 menunjukkan karakteristik PEM fuel cell dari para peneliti. Jika
dilakukan pendekatan pada peta karakteristik PEM fuel cell dengan metode
trendline option logaritmik, didapatkan hubungan densitas arus dengan tegangan
yaitu semakin tinggi tegangan pengoperasian PEM fuel cell, maka densitas arus
semakin rendah.

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
7
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

II.2.3 Proses produksi hidrogen dari PEM elektrolizer


Pada PEM elektrolizer yang ditunjukkan oleh gambar 3, untuk menguraikan
senyawa air (H2O) menjadi oksigen (O2) dan hidrogen gas (H2) dengan
menggunakan arus listrik dari photovoltaic. Pada katoda, dua molekul air bereaksi
dengan dua elektron dan tereduksi menjadi gas H2 serta ion hidroksida (OH-).
Sementara pada anoda, dua molekul air terurai menjadi gas oksigen (O2) dan
melepaskan 4 ion H+ serta mengalirkan elektron ke katoda. Ion H+ dan OH-
mengalami netralisasi, sehingga terbentuk kembali beberapa molekul air.

Gambar 3. PEM elektrolizer


Menurut teori, tegangan listrik yang dihasilkan akan mempengaruhi volume
hidrogen. Semakin tinggi suhu operasi akan menyebabkan nilai tegangan semakin
rendah. Menurut hasil eksperimen, peningkatkan suhu operasi dari 40-80℃ akan
menurunkan tegangan dan menyebabkan peningkatan performa PEM elektrolizer
[1].

II.2.4 Karakteristik PEM Elektrolizer


Persamaan yang menyatakan karakteristik elektrolizer (persamaan Nerst)
dinyatakan sebagai berikut:
Model dinamik berdasarkan sistem operasi [23].
RT PH2 .PO 1/2 RT i RT i
0 2
VNerst = Vrev + . [ln ( )] + 2αF . ln (i ) + 2.β.F . ln (1 + i ) +i R ... (4)
2αF PH2 O o lim

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
8
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

Menurut hukum Faraday 2, massa zat yang dihasilkan = massa zat ekivalen.
Sehingga didapatkan persamaan :
̅T
R PH2 .PO 0,5
0 2
VNerst = Vrev + . [ln ( )] ..................................................................... (5)
nF PH2 O

Overpotential adalah fungsi dari bahan elektroda, baik untuk katoda maupun
untuk anoda juga tekstur permukaan elektroda, jenis dan konsentrasi elektrolit,
densitas arus (kekuatan arus perluas permukaan elektroda) dan suhu.
Semakin lama waktu berlangsungnya elektrolisis maka volume H2 yang
dihasilkan akan semakin banyak. Secara teoritis hal tersebut dapat di tinjau dari
Hukum Faraday 2.
I.t.Vm
VH₂teoritis = ............................................................................................. (6)
z.F

dengan I. t = n. z. F
V
dan n = Vm , di mana : I . t = Q

Pada persamaan (6) dipengaruhi perubahan volume hidrogen akan


berpengaruh terhadap arus dan waktu. Semakin besar arus yang digunakan pada
elektrolisis, maka volume hidrogen yang terbentuk semakin meningkat begitu juga
terhadap perubahan waktu semakin lama waktu untuk elektrolisis, maka volume
hidrogen akan semakin meningkat.
Kinetika reaksi elektrolisa dari persamaan 3 didapatkan :
𝑑𝑉𝐻2 𝑖.𝑅.𝑇
= ........................................................................................................... (7)
𝑑𝑡 𝑧.𝐹.𝑃

Dimana Constante electrolizer (C)


𝑅. 𝑇
𝐶=
𝑧. 𝐹. 𝑃
𝑑𝑉𝐻2
= 𝐶. 𝑖
𝑑𝑡

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
9
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

Untuk menyatakan performa masing-masing bagian terintegrasi yaitu PEM


elektrolizer pada gambar 4 [12], [14], [15], [24]–[26].
1.6

1.4
Densitas Arus (A/cm2)

1.2

0.8

0.6

0.4

0.2

0
0 0.5 1 1.5 2
Tegangan (V)

Gambar 4. Karakteristik PEM elektrolizer.


Gambar 4 menunjukkan karakteristik PEM elektrolizer dari para peneliti. Jika
dilakukan trendline option logaritmik, didapatkan hubungan densitas arus dengan
tegangan yaitu semakin tinggi tegangan, maka densitas arus juga semakin tinggi.

II.2.5 Penjelasan penggabungan elekrolizer dengan fuel cell


Bagian-bagian sistem terintegrasi adalah PEM elektrolizer yang terhubung
dengan PEM fuel cell. Sumber energi listrik dialirkan ke PEM elektrolizer berasal
dari photovoltaic, untuk menghasilkan hidrogen. Hidrogen digunakan pada PEM
fuel cell untuk menghasilkan listrik. Indikator yang digunakan untuk mengetahui
sistem integrasi PEM fuel cell dan PEM elektrolizer saling terhubung menggunakan
kipas.

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
10
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

Gambar 5. Sistem terintegrasi


Performa sistem integrasi dimodelkan berdasarkan mapping dan analisis
masing-masing bagian terintegrasi dan yang terintegrasi. Untuk menyatakan
performa masing-masing bagian terintegrasi yaitu PEM fuel cell dinyatakan seperti
gambar 2 dan PEM elektrolizer dinyatakan seperti gambar 4. Sedangkan, performa
sistem terintegrasi dinyatakan seperti gambar 5.

II.2.6 Karakteristik Sistem Terintegrasi


Persamaan yang didapatkan bila menggunakan hidrogen yang dihasilkan
PEM elektrolizer dan yang dimasukkan ke PEM fuel cell untuk menghasilkan listrik
yaitu sebagai berikut:
Subtitusi persamaan (5) dan (6) di PEM elektrolizer ke persamaan (3) PEM fuel
cell.
̅T
R PH2 .PO 0,5
0 2
VNerst = Vrev + . [ln ( )] ..................................................................... (5)
nF PH2 O

̅T
nR ̅T 0,5
nR
( V H2 V )O2
) (
̅T
R
0
VNerst = Vrev + ln
nF nR̅T
( V )
( H2 O )
̅T
R VH2 O (nR̅T)O 0,5
0 2
VNerst = Vrev + ln ( )
nF VH2 VO2

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
11
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

I.t.Vm
VH₂teoritis = .............................................................................................. (6)
z.F
i
V = Er − b log i ................................................................................................... (3)
0

̅T
R
dengan nilai b = 2αF

i ̅T
R VH2 O (nR̅T)O0,5
0 2
Er − b log = Vrev + ln ( )
i0 nF i. t. Vm 0,5
z. F VO2

̅T
R VH2 O (nR ̅T)O 0,5
0 2
Vrev + nF ln ( V. t. Vm )
0,5
i Er VO
log = − R. z. F 2

i0 b b

[ ]
̅T
R ̅ T) 0,5
VH2 O (nR O2
V0rev + ln( V.t.Vm )
nF
Er V 0,5
− R.z.F O2
b b
i
= 10 [ ]
i0
̅T VH O (n𝑅̅ T) 0,5
R 2 O2
V0
rev + ln( V.t.Vm )
nF
Er VO 0,5
− R.z.F 2
b b

i = i0 . 10 [ ]

Er V 0
̅ T) 0,5 )−ln(V.t.VmVO 0,5 )]
− [ rev + ln(VH2 O (nR O 2
i = i0 . 10 b b 2 R.z.F

V.t.Vm
V 0,5 )]
i = i0 . 10A − [B+C−ln( R.z.F O2

Er V0rev
dengan nilai A = ;B= ̅ T)O 0,5 )
; C = ln(VH2 O (nR
b b 2

V.t.Vm
V 0,5 )
i = i0 . 10A−B−C+ln( R.z.F O2

Performa integrasi PEM fuel cell dengan PEM elektrolizer. H2 + ½ O2 => H2O
i = i0 . 10D+ln(V)+ln(t) ........................................................................................... (8)
Vm
dengan nilai D = A – B – C + ln (R.z.F VO2 0,5 )

i = f(V, t)

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
12
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

Untuk menyatakan performa sistem terintegrasi yaitu PEM elektrolizer dan


PEM fuel cell yang terintegrasi pada gambar 6 [2], [4], [7], [9], [12], [14], [15],
[19], [22], [21], [20], [24]–[26].

Gambar 6. Karakteristik Sistem Terintegrasi


Gambar 6 menunjukkan karakteristik sistem terintegrasi dari PEM fuel cell
dan PEM elektrolizer dari para peneliti. Dalam grafik ini terlihat densitas arus yang
dibutuhkan PEM elektrolizer lebih besar dari densitas arus yang dihasilkan oleh
PEM fuel cell. Proses sistem terintegrasi pada tegangan 1,2 V diuraikan sebagai
berikut:
1. PEM elektrolizer membutuhkan 0,6 A/cm2 untuk menghasilkan hidrogen.
Hidrogen tersebut masuk ke dalam PEM fuel cell untuk menghasilkan
listrik.
2. PEM fuel cell menghasilkan densitas arus sebesar 0,375 A/cm2 dan H2O.
H2O masuk PEM elektrolizer untuk diubah menjadi hidrogen.

Dari uraian diatas karakteristik sistem terintegrasi PEM Fuel Cell dengan
PEM Elektrolizer dapat ditunjukkan dengan gambar 7. Gambar 7(a,b) menunjukkan
karakteristik performa PEM fuel cell yaitu semakin besar tegangan, maka arus dan
power yang dihasilkan semakin kecil. Gambar 7(c,d) menunjukkan karakteristik
performa PEM elektrolizer yaitu semakin besar tegangan, maka arus dan power
yang diperlukan semakin besar. Gambar 7(e) menunjukkan garis operasi integrasi

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
13
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

PEM elektrolizer sebagai penghasil hidrogen dari air dengan PEM fuel cell sebagai
penghasil arus listrik dari yang ditunjukkan gambar 8.
Jika hambatan (kipas) diberi pada gambar 8(7), maka kipas yang bergerak
menunjukkan bahwa sistem terintegrasi ini berjalan. Karakteristik keadaan ini
dinyatakan dengan persamaan (8) atau keadaan integrasi PEM elektrolizer dengan
PEM fuel cell seperti gambar 7.

Gambar 7. Karakteristik Sistem Terintegrasi : a. Arus PEM Fuel Cell, b. Arus


PEM Elektrolizer, dan c. Integrasi

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
14
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

II.2 Faktor-faktor yang berpengaruh pada sistem integrasi


𝑅̅ 𝑇
1. Koefisien Tafel (𝑛𝐹 ), kemampuan sistem terhadap tegangan sirkuit terbuka
0
𝑉𝑟𝑒𝑣
( ), laju alir H2O dan O2, volume molar H2.
𝑏

a. Koefisien tafel terdiri dari beberapa komponen yaitu :


- R adalah konstanta gas ideal, 8,31 Joule/K.mol.
- F adalah konstanta Faraday.
- T adalah suhu.
- n adalah 2 kali α (konstanta alih muatan).
b. Laju alir H2O dan laju alir O2
Laju alir H2O dan laju alir O2 tentu akan berpengaruh pada performa
karena semakin besar laju alir/volume H2O maka volume H2 yang dihasilkan
akan semakin besar dan jika volume H2 yang dihasilkan besar maka listrik
yang dihasilkan fuel cell akan semakin besar juga.
c. Volume molar H2
Volume molar H2 yaitu volume per 1 mol H2 biasanya dilambangkan
Vm. Volume molar yang masuk berbanding lurus dengan energi listrik yang
dihasilkan fuel cell, jika Vm semakin besar maka energi listrik akan semakin
besar.
2. Waktu
Waktu pada fuel cell maupun elektrolizer sangat berpengaruh pada jumlah
energi listrik yang dihasilkan. Semakin lama waktu berlangsungnya elektrolisis
maka volume H2 yang dihasilkan akan semakin banyak dan jika volume H2
semakin banyak maka energi listrik yang dihasilkan fuel cell pun akan semakin
besar.
3. Tegangan
Tegangan (V) berbanding lurus dengan arus (I), jika tegangan yang
dimasukkan semakin besar maka arus yang dihasilkan akan semakin besar,
sehingga energi listrik yang dihasilkan pun semakin besar.

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
15
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

II.3 Hipotesis
Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa sistem integrasi dapat
dinyatakan dengan persamaan logaritmik. Didapatkan hubungan sebagai berikut:
1. Semakin besar tegangan, semakin kecil juga densitas arus pada PEM fuel
cell, sedangkap pada PEM elektrolizer semakin besar tegangan, semakin
kecil juga densitas arus.
2. Arus listrik yang dibutuhkan PEM elektrolizer lebih besar dari yang
dihasilkan oleh PEM fuel cell.

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
16
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

BAB III
METODE PENELITIAN

III.1 Bahan dan Alat


III.1.1 Bahan
1. Air (H2O).

III.1.2 Alat
1. Seperangkat sistem pembangkit listrik terintegrasi.
2. Stopwatch.

III.2 Rangkaian Alat

Gambar 8. Rangkaian alat solar module

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
17
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

4 7

Gambar 9. Rangkaian alat sistem terintegrasi

Keterangan gambar 9:
1. Photovoltaic 5. Kabel penghubung.
2. Lampu 6. Voltmeter.
3. PEM Elektrolizer. 7. Kipas (load module).
4. PEM Fuel Cell.

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
18
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

III.3 Cara Kerja


III.3.1 Proses Pengamatan Karakteristik Solar Module
Pada proses pengamatan karakteristik solar module, langkah pertama
memasang rangkaian alat seperti pada gambar 8. Kemudian, mengatur jarak
cahaya lampu dengan photovoltaic sepanjang 30 cm agar arus yang dihasilkan
sesuai dengan yang diinginkan. Mengukur tegangan dan arus pada merubah
variabel hambatan yang ada pada alat.
III.3.2 Proses Pengamatan Sistem Terintegrasi
Pada proses pengamatan sistem terintegrasi, langkah pertama yaitu
memasang rangkaian alat seperti pada gambar 9, periksa apakah kabel
penghubung antara tabung di elektrolizer dan fuel cell sudah terhubung
dengan baik. Posisi photovoltaic dan lampu harus tetap selama proses pada
rangkaian terintegrasi. Selanjutnya, memasukkan air ke dalam tabung
elektrolizer sampai volume 120 ml. Sistem yang terintegrasi (elektrolizer,
fuel cell, dan tabung) dicuci dengan gas H2 dan O2 yang dihasilkan
elektrolizer selama 5 menit.
Selanjutnya mengatur tekanannya baik di elektrolizer maupun di fuel
cell dan hambatan pada beban fuel cell berupa kipas. Kemudian, mencatat
tegangan, arus, volume H2, tahanan beban listrik pada waktu yang berbeda
yaitu 1 sampai 10 menit dengan interval 1 menit. Ulangi langkah-langkah di
atas dengan nilai tegangan yang berbeda-beda.

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
19
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

III.4 Diagram Alir


III.4.1 Proses Pengamatan Karakteristik Solar Module
Memasang rangkaian alat seperti pada gambar 7,

Mengatur jarak cahaya lampu dengan photovoltaic sepanjang 30 cm agar


arus yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan.

Mengukur tegangan dan arus pada hambatan yang ada pada alat.

III.4.2 Proses Pengamatan Sistem Terintegrasi

Memasang rangkaian alat seperti pada gambar 7,

Memeriksa apakah kabel penghubung antara tabung di elektrolizer dan fuel


cell sudah terpasang dengan benar. Posisi photovoltaic dan lampu harus
tetap selama proses pada rangkaian terintegrasi.

Memasukkan air ke dalam tabung elektrolizer sampai volume 120 ml.

Mencuci seluruh sistem yang terintegrasi (electrolyzer, fuel cell, dan


tabung) dengan gas H2 yang dihasilkan elektrolizer selama 5 menit.

Mengatur tekanannya baik di elektrolizer maupun di fuel cell dan hambatan


pada beban fuel cell berupa kipas.

Mencatat karakteristik sistem terintegrasi pada waktu yang berbeda, 1


sampai 10 menit dengan interval 1 menit.

Mengulangi langkah di atas dengan nilai tegangan yang berbeda-beda.

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
20
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Karakteristik PEM Fuel Cell


Untuk mengetahui peta performa PEM fuel cell dihasilkan data sebagai
berikut :
Tabel 1. Hasil pengamatan performa PEM fuel cell penelitian.

Densitas Arus
No Tegangan (V)
(A/cm2)
1 0,8 0,6
2 1 0,4625
3 1,2 0,2875
4 1,3 0,175
5 1,4 0,125
6 1,5 0,05
7 1,55 0,025
8 1,6 0,0125
9 1,65 0

1.8
1.6
1.4
Tegangan (V)

1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 0.6 0.7
Densitas Arus (A/cm2)

Gambar 10. Karakteristik PEM fuel cell dari penelitian

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
21
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

Jika dilakukan pendekatan pada peta karakteristik PEM fuel cell dengan
metode trendline option logaritmik, didapatkan hubungan densitas arus dengan
tegangan yaitu semakin tinggi tegangan pengoperasian PEM fuel cell, maka
densitas arus semakin rendah. Untuk menyatakan perbandingan performa PEM fuel
cell dinyatakan seperti gambar 9 [2], [4], [7], [9], [19]–[22].

0.9
0.8
Current Density (A/cm2)

0.7
0.6
0.5
0.4 Reference Data

0.3 Experiment Data

0.2
0.1
0
0 0.5 1 1.5 2
Voltage (V)

Gambar 11. Perbandingan performa PEM fuel cell dari data jurnal dan penelitian.

Gambar 10 menunjukkan performa data jurnal 0,4 sampai 1,2 V dengan


densitas arus 0,2 sampai 0,8 A/cm2 dan dari penelitian densitas arus 0 sampai 0,6
A/cm2. Jika dilakukan trendline option logaritmik pada data-data gambar tersebut,
didapatkan hubungan semakin tinggi tegangan, maka densitas arus semakin rendah,
karena untuk menghasilkan daya konstan dibutuhkan hubungan yang berbanding
terbalik dari tegangan dan densitas arus. Berdasarkan grafik tersebut, hasil
penelitian yang telah dilakukan mendekati hasil dari penelitian-penelitian lain
sehingga disimpulkan bahwa alat PEM fuel cell yang digunakan masih relevan
untuk mengambil data-data garis operasi.

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
22
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

IV.2 Karakteristik PEM Elektrolizer


Untuk mengetahui peta performa elektrolizer dihasilkan data sebagai
berikut :
Tabel 2. Hasil pengamatan performa PEM elektrolizer
Densitas Arus
No Tegangan (V)
(A/cm2)
1 1,45 0,059171598
2 1,5 0,177514793
3 1,6 0,473372781
4 1,7 0,857988166
5 1,8 1,24260355
6 1,9 1,568047337

1.8
1.6
1.4
Densitas Arus (A/cm2)

1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.5 1 1.5 2
-0.2
Tegangan (V)

Gambar 12. Karakteristik PEM elektrolizer.

Jika dilakukan trendline option logaritmik pada data-data gambar tersebut,


didapatkan hubungan densitas arus dengan tegangan yaitu semakin tinggi tegangan,
maka densitas arus juga semakin tinggi. Untuk menyatakan performa PEM
Elektrolizer dinyatakan seperti gambar 13 [12], [14], [15], [24]–[26].

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
23
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

1.6

1.4
Current Density (A/cm2)

1.2

0.8
Reference Data
0.6 Experiment Data
0.4

0.2

0
0 0.5 1 1.5 2
Voltage (V)

Gambar 13. Perbandingan performa PEM elektrolizer dari data jurnal dan
penelitian.

Gambar 13 menunjukkan performa data jurnal 1 sampai 1,8 V dengan


densitas arus 0,2 sampai 1,5 A/cm2 dan dari penelitian densitas arus 0,05 sampai
1,56 A/cm2. Jika dilakukan trendline option logaritmik pada data-data gambar
tersebut, didapatkan hubungan yaitu semakin tinggi tegangan, densitas arus
semakin tinggi. Berdasarkan grafik tersebut, terdapat garis yang berpotongan yaitu
pada tegangan 1,75 V dan densitas arus 1,05 A/cm2 yang dapat menyatakan
performa PEM elektrolizer untuk mewakili penelitian-penelitian. Hal ini didukung
𝑑𝑉𝐻2
dengan persamaan (7) yang menyatakan hubungan antara I vs seperti
𝑑𝑡

ditunjukkan pada gambar 14 dengan menggunakan data penelitian sebelumnya.


Jika dilakukan trendline option linear, didapatkan hubungan yaitu semakin besar
arus, maka perubahan volume H2 terhadap waktu semakin besar sesuai dengan
𝑑𝑉𝐻2
persamaan dinamika produksi hidrogen PEM elektrolizer yaitu : = 𝐶. 𝑖
𝑑𝑡
𝑅.𝑇
dimana 𝐶 = . Kesimpulan alat PEM elektrolizer yang digunakan masih relevan
𝑧.𝐹.𝑃

untuk mengambil data-data garis operasi.

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
24
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

0.12

0.1
dVH2/dt (ml/detik)
0.08

0.06

0.04

0.02

0
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1
I (A)

Gambar 14. Dinamika produksi hidrogen PEM elektrolizer terhadap arus

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
25
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

IV.3 Karakteristik Sistem Terintegrasi PEM Fuel Cell dengan PEM


Elektrolizer
Aplikasi integrasi berdasarkan gambar 7 sebagai berikut:
1. Aplikasi sistem terintegrasi suhu 28 ℃.
Tabel 11. Data nilai tegangan dan densitas arus pada suhu 28 ℃
Voltage Current Density
(V) (mA/cm2)
0,8 0,027753712
1 0,046394301
1,2 0,070596991
1,3 0,084884598
1,4 0,100678531
1,45 0,109151118
1,5 0,11801297
1,55 0,127268101
1,6 0,136920432
1,65 0,146973799

Gambar 15. Karakteristik Sistem Terintegrasi untuk suhu 28 ℃

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
26
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

Gambar 15 menunjukkan, jika pada aplikasi diinginkan suhu operasi PEMFC


28 ℃, nilai suhu dimasukkan ke trendline sistem terintegrasi yang dipresentasikan
dengan persamaan (8) maka akan didapatkan kecenderungan PEMFC 52 mV seperti
ditunjukkan Garis Operasi Sistem Terintegrasi pada gambar 15(e). Dapat dibaca
untuk prestasi PEMFC 1,42 V arus yang dihasilkan 100 mA/cm2, memerlukan PEM
Elektroliser 1,45 V dengan arus sebesar 110 mA/cm2.

2. Aplikasi sistem terintegrasi suhu 50 ℃.


Tabel 12. Data nilai tegangan dan densitas arus pada suhu 50 ℃
Voltage Current Density
(V) (mA/cm2)
0,8 0,052245195
1 0,087335318
1,2 0,132895863
1,3 0,159791683
1,4 0,189523096
1,45 0,205472385
1,5 0,222154449
1,55 0,239576843
1,6 0,257746951
1,65 0,27667199

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
27
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

Gambar 16. Karakteristik Sistem Terintegrasi untuk suhu 50 ℃

Gambar 16 menunjukkan, jika pada aplikasi diinginkan suhu 50 ℃, nilai


suhu dimasukkan ke trendline sistem terintegrasi yang dipresentasikan dengan
persamaan (8) maka akan didapatkan kecenderungan PEMFC 56 mV dan
karakteristik trendline sistem terintegrasi. Dapat dibaca untuk prestasi PEMFC 1,33
V arus yang dihasilkan 180 mA/cm2, memerlukan PEM Elektroliser 1,5 V dengan
arus sebesar 210 mA/cm2.

3. Aplikasi sistem terintegrasi suhu 80 ℃.


Tabel 13. Data nilai tegangan dan densitas arus pada suhu 80 ℃
Voltage Current Density
(V) (mA/cm2)
0,8 0,102514761
1 0,171368089
1,2 0,260766327
1,3 0,313540912
1,4 0,371879459
1,45 0,403174921
1,5 0,435908223

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
28
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

1,55 0,470094191
1,6 0,505747311
1,65 0,542881749

Gambar 17. Karakteristik sistem terintegrasi untuk suhu 80 ℃

Gambar 17 menunjukkan, jika pada aplikasi diinginkan suhu 80 ℃, nilai


suhu dimasukkan ke trendline sistem terintegrasi yang dipresentasikan dengan
persamaan (8) maka akan didapatkan kecenderungan PEMFC 61 mV dan
karakteristik trendline sistem terintegrasi. Dapat dibaca untuk prestasi PEMFC 1,2
V arus yang dihasilkan 250 mA/cm2, memerlukan PEM Elektroliser 1,58 V dengan
arus sebesar 500 mA/cm2.

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
29
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

4. Aplikasi sistem terintegrasi suhu 100 ℃.


Tabel 14. Data nilai tegangan dan densitas arus pada suhu 100 ℃
Current Density
Voltage (V)
(mA/cm2)
0,8 0,163136766
1 0,272706444
1,2 0,414970246
1,3 0,498953031
1,4 0,591790021
1,45 0,641592026
1,5 0,693682134
1,55 0,748083941
1,6 0,8048205
1,65 0,863914352

Gambar 18. Karakteristik Sistem Terintegrasi untuk suhu 100 ℃

Gambar 18 menunjukkan, jika pada aplikasi diinginkan PEMFC beroperasi


pada suhu 100 ℃. Nilai suhu dimasukkan ke trendline sistem terintegrasi yang
dipresentasikan dengan persamaan (8), maka akan didapatkan kecendurungan
PEMFC 65 mV, akan tetapi kapasitas PEM Elektrolizer sudah tidak cukup. Dalam

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
30
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

hal ini sistem terintegrasi memerlukan kapasitas elektrolisa yang lebih tinggi,
sehingga kapasitas PEM Elektrolizer ditingkatkan.

 Karakteristik performa sistem terintegrasi PEM fuel cell dengan PEM


elektrolizer menunjukkan semakin besar tegangan yang dibutuhkan sistem
terintegrasi, maka semakin besar arus yang dihasilkan.
 Karakteristik performa sistem terintegrasi PEM fuel cell dengan PEM
elektrolizer menunjukkan semakin lama waktu sistem terintegrasi, maka
semakin besar arus yang dihasilkan.

Tabel Performa Integrasi Pada Berbagai Suhu Operasi


Garis Operasi
PEM Elektrolizer PEM Fuel Cell
Slope Suhu
No Current Current
(mV) (℃) Voltage Power Voltage Power
Density Density
(V) (Watt) (V) (Watt)
(mA/cm2) (mA/cm2)
1 52 28 1,45 110 0,19 1,42 100 0,15
2 56 50 1,5 210 0,3 1,33 180 0,19
3 61 80 1,58 500 0,79 1,2 250 0,25
4 65 100 - - - 1,1 350 0,35

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
31
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

1.2 0.007

1 0.006

0.005
0.8 Power Elektrolizer
Power (Watt)

Slope (V)
0.004 Power Fuel Cell
0.6
0.003 Slope
0.4 Linear (Power Elektrolizer)
0.002
Linear (Power Fuel Cell)
0.2 0.001 Linear (Slope)
0 0
0 20 40 60 80 100 120
Suhu (oC)

Gambar 19. Hubungan Suhu Operasi vs Power dan Slope

Gambar 19 menunjukkan hubungan antara suhu operasi dengan power yang


dihasilkan. Jika dilakukan trendline options linear maka didapatkan hubungan
semakin besar suhu maka power yang dihasilkan akan semakin besar. Pada PEM
elektrolizer besarnya power sangat dipengaruhi suhu sehingga nilainya menjadi
sangat besar, sedangkan pada PEM fuel cell besarnya power tidak terlalu
dipengaruhi suhu. Hal ini juga berlaku untuk nilai kecenderungan tegangan (slope),
semakin besar suhu maka slope yang dihasilkan juga semakin besar.

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
32
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

1.4 1.4

1.2 1.2
Current Density (A/cm2)

1 1

Power (W)
0.8 0.8

0.6 0.6

0.4 0.4

0.2 0.2

0 0
1.2 1.25 1.3 1.35 1.4 1.45 1.5 1.55 1.6 1.65 1.7
Voltage (V)
Current Density PEMFC Current Density PEM Elektrolizer
Power PEMFC Power PEM Elektrolizer
Operating Line 95 oC Operating Line 28 oC
Operating Line 50 oC Operating Line 80 oC
Operating Line 100 oC

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
33
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

DAFTAR PUSTAKA

[1] B. Abderezzak, B. Khelidj, and M. Tahar Abbes, “Performances prediction


study for proton exchange membrane fuel cells,” Int. J. Hydrogen Energy,
vol. 39, no. 27, pp. 15206–15214, 2014.
[2] A. E. Gonnet, S. Robles, and L. Moro, “Performance study of a PEM fuel
cell,” Int. J. Hydrogen Energy, vol. 37, no. 19, pp. 14757–14760, 2012.
[3] K. Ou, W. W. Yuan, M. Choi, S. Yang, and Y. B. Kim, “Performance
increase for an open-cathode PEM fuel cell with humidity and temperature
control,” Int. J. Hydrogen Energy, pp. 1–11, 2017.
[4] N. Chaisubanan, W. Maniwan, and M. Hunsom, “Effect of heat-treatment on
the performance of PtM/C (M = Cr, Pd, Co) catalysts towards the oxygen
reduction reaction in PEM fuel cell,” Energy, vol. 127, pp. 454–461, 2017.
[5] J. C. Kurnia, A. P. Sasmito, and T. Shamim, “Performance evaluation of a
PEM fuel cell stack with variable inlet flows under simulated driving cycle
conditions,” Appl. Energy, vol. 206, no. August, pp. 751–764, 2017.
[6] S. O. Mert, I. Dincer, and Z. Ozcelik, “Performance investigation of a
transportation PEM fuel cell system,” Int. J. Hydrogen Energy, vol. 37, no.
1, pp. 623–633, 2012.
[7] M. G. Waller, M. R. Walluk, and T. A. Trabold, “Performance of high
temperature PEM fuel cell materials. Part 1: Effects of temperature, pressure
and anode dilution,” Int. J. Hydrogen Energy, vol. 41, no. 4, pp. 2944–2954,
2016.
[8] C. Zhang, Z. Liu, W. Zhou, S. H. Chan, and Y. Wang, “Dynamic
performance of a high-temperature PEM fuel cell - An experimental study,”
Energy, vol. 90, pp. 1949–1955, 2015.
[9] F. J. Pinar, N. Pilinski, M. Rastedt, and P. Wagner, “Performance of a high-
temperature PEM fuel cell operated with oxygen enriched cathode air and
hydrogen from synthetic reformate,” Int. J. Hydrogen Energy, vol. 40, no.
15, pp. 5432–5438, 2015.

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
34
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

[10] B. Han, S. M. Steen, J. Mo, and F. Y. Zhang, “Electrochemical performance


modeling of a proton exchange membrane electrolyzer cell for hydrogen
energy,” Int. J. Hydrogen Energy, vol. 40, no. 22, pp. 7006–7016, 2015.
[11] Z. Yang, G. Zhang, and B. Lin, “Performance evaluation and optimum
analysis of a photovoltaic-driven electrolyzer system for hydrogen
production,” Int. J. Hydrogen Energy, vol. 40, no. 8, pp. 3170–3179, 2015.
[12] H. Ito et al., “Experimental study on porous current collectors of PEM
electrolyzers,” Int. J. Hydrogen Energy, vol. 37, no. 9, pp. 7418–7428, 2012.
[13] S. Siracusano et al., “Optimization of components and assembling in a PEM
electrolyzer stack,” Int. J. Hydrogen Energy, vol. 36, no. 5, pp. 3333–3339,
2011.
[14] P. Millet et al., “PEM water electrolyzers: From electrocatalysis to stack
development,” Int. J. Hydrogen Energy, vol. 35, no. 10, pp. 5043–5052,
2010.
[15] J. L. Corona-Guinto et al., “Performance of a PEM electrolyzer using
RuIrCoOx electrocatalysts for the oxygen evolution electrode,” Int. J.
Hydrogen Energy, vol. 38, no. 28, pp. 12667–12673, 2013.
[16] E. Özgirgin, Y. Devrim, and A. Albostan, “Modeling and simulation of a
hybrid photovoltaic (PV) module-electrolyzer-PEM fuel cell system for
micro-cogeneration applications,” Int. J. Hydrogen Energy, vol. 40, no. 44,
pp. 15336–15342, 2015.
[17] Y. Devrim and L. Bilir, “Performance investigation of a wind turbine–solar
photovoltaic panels–fuel cell hybrid system installed at İncek region –
Ankara, Turkey,” Energy Convers. Manag., vol. 126, pp. 759–766, 2016.
[18] R. O’Hayre, Fuel Cell Fundamentals. New York USA: John Wiley & Sons,
Inc, 2006.
[19] E. Ozden and I. Tari, “PEM fuel cell degradation effects on the performance
of a stand-alone solar energy system,” Int. J. Hydrogen Energy, vol. 42, no.
18, pp. 13217–13225, 2017.
[20] S. H. Han, N. H. Choi, and Y. D. Choi, “Performance and flow characteristics
of large-sized PEM fuel cell having branch channel,” Int. J. Hydrogen

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
35
MAKALAH SEMINAR PENELITIAN
PERFORMA INTEGRASI PEM FUEL CELL DENGAN PEM
ELEKTROLIZER

Energy, vol. 40, no. 14, pp. 4819–4829, 2015.


[21] M. Seyhan, Y. E. Akansu, M. Murat, Y. Korkmaz, and S. O. Akansu,
“Performance prediction of PEM fuel cell with wavy serpentine flow channel
by using artificial neural network,” Int. J. Hydrogen Energy, vol. 42, no. 40,
pp. 25619–25629, 2017.
[22] S. Tamalouzt, N. Benyahia, T. Rekioua, D. Rekioua, and R. Abdessemed,
“Performances analysis of WT-DFIG with PV and fuel cell hybrid power
sources system associated with hydrogen storage hybrid energy system,” Int.
J. Hydrogen Energy, vol. 41, no. 45, pp. 21006–21021, 2016.
[23] A. Ganguly, D. Misra, and S. Ghosh, “Modeling and analysis of solar
photovoltaic-electrolyzer-fuel cell hybrid power system integrated with a
floriculture greenhouse,” Energy Build., vol. 42, no. 11, pp. 2036–2043,
2010.
[24] A. S. Tijani and A. H. A. Rahim, “Numerical Modeling the Effect of
Operating Variables on Faraday Efficiency in PEM Electrolyzer,” Procedia
Technol., vol. 26, pp. 419–427, 2016.
[25] A. A. AlZahrani and I. Dincer, “Thermodynamic and electrochemical
analyses of a solid oxide electrolyzer for hydrogen production,” Int. J.
Hydrogen Energy, vol. 42, no. 33, pp. 21404–21413, 2017.
[26] S. Becker and V. Karri, “Predictive models for PEM-electrolyzer
performance using adaptive neuro-fuzzy inference systems,” Int. J.
Hydrogen Energy, vol. 35, no. 18, pp. 9963–9972, 2010.

WAHID MUCHLASON 121150060


APRIN PRATAMA LUBIS 121150072
36

You might also like