Professional Documents
Culture Documents
KOMPONEN PENGUKURAN
Agar lebih jelas memahami tiga komponen yang diperlukan dalam pengukuran maka
disajikan tabel berikut. Dalam contoh, diasumsikan hanya ada dua administrator (Sumi dan
Soma), yang masing-sing mengawasi dua orang bawahan (Johan dan Rena, Andi dan Sekar).
Kemudian kita menaksir kejadian empiris (jenis kelamin administrator dan kepuasan kerja
bawahan) untuk masing-masing individu dan member angka menurutaturan pemetaan yang
telah digariskan oleh peneliti.
Jenis kelamin Angka 1 1 atau 2 -2, -1, 0, -2 bila sangat Kepuasan kerja
administrator jika pria 1, 2 tidak puas bawahan
Angka 2 -1 bila tidak
jika wanita puas
0 bila netral
1 bila puas
2 bila sangat
Puas
-2
-1
0
1 1 JOHAN
2
SOMA
-2
2 -1
0
1 RENA
2
-2
-1
0 ANDI
1 1
2
SUMI
-2
2 -1
0 SEKAR
1
2
B. PROSES PENGUKURAN
Sampai taraf ini proses pengukuran nampaknya amat jelas. Namun dalam
praktek bisanya peneliti akan berhadapan dengan berbagai teori yang mendasari definisi
konstitutif dan operasional. Misalnya, tentang konsep kinerja pekerjaan (job
performance). Konsep ini dapat diartikan sebagai hasil sukses atau sidak sukses dari suatu
tugas; namun peneliti lain barangkali mengartikan kinerja pekerjaan sebagai reaksi
karyawan terhadap konsekuensi menyelesaikan pekerjaan tertentu. Disini, peneliti dan
manajer harus menyetujuai asensi konsep (definisi konstitutif) untuk meyakinkan bahwa
kedua belah pihak mempunyai persepsi yang sama mengenai kinerja pekerjaan. Setalah
tercapai kesepakatan mengenai defiisi konseptual dari suatu konsep, peneliti harus
memilih beberapa alternatif definisi operasi. Sebagai contoh, bila definisi konstitutif dari
kinerja pekerjaan adalah tingkat dimana seorang karyawan mampu enyelesaikan tugas-
tugasnya pada jabatan tertentu, maka konsep ini dapat dioperasionalkan menjadi
beberapaalternatif, seperti proporsi hari kerj dimana si karyawan tidak absen, kuantitas
produksi, kualitas produk yang diukur dengan tingkat kesalahan, atu bahkan tingkat
keterlambatan atau kecerobohan.
C. SKALA PENGUKURAN
Skala pengukuran amat bervariasi. Skala sederhana (simple scale) adalah suatu
skala yang digunakan untuk mengukur beberapa karakterisitik. Misalnya “apakah anda
laki-laki atau perempuan?” skala yang kompleks adalah skala yang beragam. Yang
digunakan untuk mengukur beberapa karaketristik. Misalnya, bagaimana tanggapan anda
tentang pemberantasan penyakit AIDS di kompleks lokasi pelacuran: sangat tidak setuju,
tidak setuju, tidak peduli, setuju, sangat setuju.
Kendati kompleksitas dan variasi alat pengukuran amat beragam, setiap skala
mempunyai ciri-ciri setidaknya satu dari empat tingkatan sekala dalam pengukuran
dalam riset bisnis yaitu: nominal, ordinal, interval, rasio.
Sekal nominal
Adalah sekala yang hanya digunakan untuk memeberikan kategori saja. Sifat
kategori bersifat mutually exclusive. Artinya jika satu indicator sudah masuk pada satu
kategori maka tidak mungkin masuk kedalam kategori lainnya. Sekala nominal
merupakan sekala yang memiliki tingkat yang paling rendah dalam sebuah riset.
Contoh :
Wanita 1
Laki-laki 2
Dari nilai diatas berarti tidak berarti bahwa laki laki lebih tinggi dari perempuan Karena
bernilai 2, atau sebaliknya. Angka diatas hanya diguankan untuk membedakan jenis kelamin
saja,
sekala Ordinal
adalah sekala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat antar
tingkatan. Akan tetapi jarak antau interval antar tingkatan belum jelas. Sekala ordinal
memeiliki tingkatan yang lebih tinggi dinadingak dengan sekala nominal Karena tidak hanya
menyatakan kategori saja. Tetapi sudah dapat menyatakan peringkat.
Contoh :
1.Bagaimana penilaian anda terhadap tempat parkir super market di Dieng Plateau ?
Baik score 4
Cukup score 3
2.Bagaimana penilaian anda terhadap tempat parkir super market di Dieng Jaya ?
Baik score 4
Cukup score 3
3. Menurut anda diantara supermarket dieng plateau dengan dieng jaya, supermarket mana
yang memiliki tempat parkir paling baik?
Jawaban :
Dari jawaban tersebut responden memberikan tanggapan yang sama untuk dua
supermarket yaitu memeberikan tanggapan baik dengan score 4. Tetapi ketika dilanjutkan ke
pertanyaan yang ketiga responden menjawab kondisi tempat parkir supermarket dieng plateau
yang lebih baik. Hal ini bisa terjadi Karena tingkatan antar jawaban belum memiliki jarak
interval yang pasti.dalam hal ini, jawaban baik dengan score 4 bukan berarti memiliki kondisi
2 kali lebih baik jika responden menjawab tidak baik dengan score 2.
Skala interval
Sekala interval adalah sekala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk
menyatakan peringkat antar tingkatan. Pada sekala ini jarak atau interval antar tingkatan
sudah jelas. Tetapi belum memiliki nilai 0(nol) yang mutlak. Skala interval memiliki
tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan sekla ordinal Karena selain menyatakan peringkat,
jarak antar tingkat sudah jelas.
Contoh :
Suhu dala ruangan adalah 15 derajat celcius ,sedangkan ruangan yang lain memiliki
suhu 30 derajat celcius. Bisa diakakan bahwa selisih suhu antara satu ruangan dengan
ruangan yang lain adlaha 15derajat celcius.akan tetapi, ketika suatu ruangan bersuhu 0 derajat
celcius maka tidak berarti bahwa ruangan tersebut benar-benar tidak bersuhu Karena pada
sekala nilai ini bukan merupakan nilai yang mutlak.
Skala rasio
Adalah sekala pengukuran yang sudah dapat digunakan untuk menyatakan peringkat
antar tingkatan. Pada sekala ini jarak atau interval antar tingkatan sudah jelas dan memiliki
nilai 0 mutlak. sekala rasio memiliki tingkatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan sekala
interval Karena disamping dapat menyatakan peringkat, jarak antar tingkatan sudah jelas dan
sudah memiliki niai nol mutlak. Nilai nil mutlak memiliki arti bahwa nol benar- benar
menyatakan tidak ada.
Contoh:
berat badan FAKHRUN 30 KG sedangkan berat badan Jevi 60 kg denga demikian dapat
diakatakan bahwa selisih berat badan jevi dengan berat badan fakhrun 30 kg .juga dapat
dikatakan bahwa berat badan jevi dua kali lebih berat dibandingkan berat badan fkhrun.
Apabila berat suatu barang adalah 0 maka barng tersebut memang benar benar tidak memiliki
berat.
Tipe sekala pengukuran juga sangat berkaitan dengan alat analisis data yagn
diguknakan jika sekala pengukuran yang digunakan adalah sekala nominal dan ordinal maka
alat analisi stastistik yang digunakan adalah statisitk non-parametik akan tetapi, jika sekala
pengukuran yang digunakan adalah interval dan rasio maka alat analisis ststistik yang
diguanakan adalah non parametirik.
Setelah variabel yang menjadi perhatian diidentifikasi dan didefinisikan secara
konseptual, suatu jenis sekala harus dipilih. Pemilihan sekala amat tergantung dari ciri-
ciri yang mendasari konsep dan antisipasi peneliti terhadap penggunaan variabel yang
digunakan dalam tahap analisi data. Dengan kata lain, untuk memilih skala yang sesuai,
peneliti harus memilih peralatan yang dapat mengukur secara tepat dan konsisten apa
yang harus diukur untuk mencapai tujuan penelitian. Proses ini disebut evalusai mengenai
skala pengukuran. Dalam mengevalusai skala pengukuran, harus diperhatikan dua hal (1)
validitas dan (2) reliabelitas
D. VALIDASI
Sutau skala pengukuran disebut valid bila melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan
mengukur apa yang seharusnya diukur. Bila skala pengukuran tidak valid maka tidak
bermanfaaat bagi peneliti Karena tidak mengukur atau melakukan apa yang seharusnya
dilakukan.
E. REHABILITAS
Reliabilitas menunjukkan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor (skala
pengukuran). Reliabilitas berbeda dengan validitas karena yang pertama memusatkan
perhatian pada masalah kosistensi, sedang yang kedua lebih memperhatikan masalah
ketepatan. Dengan demikian, realibilitas mencakup dua hal utama yaitu; stabilitas ukuran
dan konsistensi internal ukuran (Sekaran, 2000:207-7)
F. STABILITAS UKURAN
Stabilitas ukuran menunjukkan kemampuan sebuah ukuran untuk tetap stabil
atau tidak rentan terhadap perubahan situasi apapun. Kestabilan ukuran dapat
membuktikan kebaikan (goodness) sebuah ukuran dalam mengukur sebuah konsep.
Terdapat dua jenis uji stabilitas, yaitu test-retest realibility dan realibilitas bentuk paralel
(paralel-form realibility).
Test-Retest Realibility, yaitu koefisien realibilitas yang diperoleh dari
pengulangan pengukuran konsep yang sama dalam dua kali kesempatan. Yaitu ketika
kuisioner yang berisi item-item untuk mengukur konsep yang sama diberikan kepada
responden pada saat ini dan diberikan kembali pada responden yang sama dalam waktu
yang berbeda (misalnya, 2 minggu – 6 bulan). Kemudian korelasi antar skor yang
diperoleh dari responden yang sama dengan dua waktu yang erbeda inilah yang disebut
dengan koefisien test-retest. Semakin tinggi koefisien, semakin baik test-retest realibility,
sehingga semakin stabil sebuah ukuran untuk waktu yang berbeda.
Realibilitas Bentuk Paralel (Parallel-Form Realibility), terjadi ketika
respons dari dua pengukuran yang sebanding dalam menyusun konstruks yang sama
memiliki korelasi yang tinggi. Kedua bentuk pengukuran memiliki item yang serupa dan
format respons yang sama dengan sedikit perubahan dalam penyusunan kalimat dan
urutan pertanyaan. Yang ingin diketahui di sini adalah kesalahan variabilitas (error
variability) yang disebabkan oleh adanya perbedaan dalam penyusunan kalimat dan
urutan pertanyaan. Jika dua bentuk pengukuran yang sebanding memiliki korelasi yang
tinggi (katakanlah 0,8 atau lebih) maka dapat dipastikan ukuran tersebut dapat dipercaya
(reliable) dengan kesalahan varian minimal karena faktor penyusunan kalimat dan ukuran
pertanyaan.
Jenis-Jenis Validitas
Validitas Deskripsi
a. Skala Likert
Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam
penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh
peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.
Dengan skala likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai
titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa
pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala likert
mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat
berupa kata-kata antara lain:
1. Sangat setuju 1. selalu
2. Setuju 2. sering
3. Ragu-ragu 3. kadang-kadang
4. Tidak setuju 4. tidak pernah
5. Sangat tidak setuju
Jawaban
No. Pertanyaan
SS ST RG TS STS
1. Sekolah ini akan menggunakan √
teknologi informasi dalam
pelayanan administrasi dan
akademik.
.............................................
2.
20 orang menjawab SS
40 orang menjawab ST
5 orang menjawab RG
20 orang menjawab TS
b. Pernah
b. Punya
c. Semantic Defferensial
Contoh :
Mohon diberi nilai gaya kepemimpinan
Kepala Sekolah
Mempercayai 5 4 3 2 1 Mendominasi
d. Rating Scale
Contoh 1:
Jumlah skor kriterium (bila setiap butir mendapat skor tertinggi) = 4 x 10 x 30 = 1200.
Untuk ini skor tertinggi tiap butir= 4, jumlah butir = 10 dan jumlah responden= 30.
Jumlah skor hasil pengumpulan data= 818. Dengan demikian kualitas tata ruang kelas
lembaga lembaga pendidikan A menurut presepsi 30 responden itu 818 : 1200 = 68% dari
kriteria yang ditetapkan. Hal ini secara kontinum dapat dibuat kategori sebagai berikut.
Nilai 818 termasuk dalam kategori interval “kurang baik dan cukup baik”. Tetapi
lebih mendekati cukup baik.
Contoh 2:
Seberapa tinggi pengetahuan anda terhadap mata pelajaran berikut sebelum dan
sesudah mengikuti pendidikan dan latihan. Arti setiap angka adalah sebagai berikut.
Mohon dijawab dengan cara melingkari nomor sebelum dan sesudah latihan
Pengetahuan Pengetahuan
sebelum sesudah
Mata pelajaran
mengikuti mengikuti
diklat diklat
0 1 2 0 1 2
Komunikasi
3 4 3 4
0 1 2 Tata ruang 0 1 2
3 4 kantor 3 4
0 1 2 Pengambilan 0 1 2
3 4 keputusan 3 4
0 1 2 Sistem 0 1 2
pembuatan
3 4 3 4
laporan
0 1 2 0 1 2
Pemasaran
3 4 3 4
0 1 2 0 1 2
Akuntansi
3 4 3 4
0 1 2 0 1 2
Statistik
3 4 3 4
Dengan dapat diketahuinya pegetahuan sebelum dan sesudah mengikuti diklat, maka
pengaruh pendidikan dan latihan dalam menambah pengetahuan para pegawai yang
mengikuti diklat dapat dikenali.
Data dari pengukuran sikap dengan skala sikap dan pengukuran tata ruang adalah
berbentuk data interal. Tetapi data hasil dari pengukuran penambahan pengetahuan seperti di
atas menghasilkan rasio.
Selain instrument seperti yang di atas, ada instrument penelitian yang digunakan
untuk mendapatkan data nominal dan ordinal.
Contoh:
Misalnya murid bernama E adalah yang paling baik prestasinya, maka murid tersebut
diberi rangking 1.
Pada tabel 6.3 diberikan contoh instrument untuk mendapatkan data ordinal. Dengan
instrumen tersebut responden diminta untuk mengurutkan rangking 23 faktor yang
mempengaruhi produktivitas kerja karyawan. Misalnya sistem pembinaan karir
merupakan faktor yang paling berperan dalam mempengaruhi produktivitas, maka faktor
no 10 diberi rangking 1.
TABEL 6.3
dikerjakan
……… 15. kreativitas
……… 16. kebersihan ruangan
kerja karyawan