You are on page 1of 7

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN KENYAMANAN (NYERI)

DI SUSUN OLEH :
NAMA :MA’ARIFAH
NIM :P00220217021

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN PALU

PRODI DIII KEPERAWATAN POSO

TAHUN 2018/2019
A. DEFINISI

Perubahan kenyamanan adalah suatu keadaan dimana individu mengalami sensasi


yang tidak menyenangkan dalam berespon terhadap suatu rangsangan yang
berbahaya. Gangguan rasa nyaman dibedakan menjadi tiga kenyamanan fisik,
kenyamanan lingkungan, kenyamanan sosial.Gangguan rasa nyaman fisik meliputi
gangguan rasa nyaman, kesiapan meningkatkan rasa nyaman, mual, nyeri akut, nyeri
kronis.
Menurut asosiasi internasional nyeri, nyeri adalah suatu pengalaman sensorik dan
emosional yang tidak menyenangkan yg berhubungan dgn adanya kerusakan jaringan
baik secara aktual maupun potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa. Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi
tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu.
Nyeri sangat bersifat subjektif dan individual. Stimulus nyeri dapat berupa
stimulus yang bersifat fisik atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada
jaringan aktual atau pada fungsi ego seseorang individu (mahon , 1994)

Klasifikasi nyeri
Nyeri dapat diklasifikasikan kedalam beberapa golongan berdasarkan tempat,
sifat, berat ringannya nyeri dan waktu lamanya serangan.
a. Nyeri berdasarkan tempatnya
1) Superfisial yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh misalnya kulit
2) Visceral dalam yaitu nyeri yang terasa pada permukaan tubuh yang lebih dalam
3) Refered pain yaitu nyeri dalam yang disebabkan karena penyakit organ atau
struktur dalam tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh di daerah yang
berbeda, bukan daerah asal nyeri
4) Radiasi yaitu sensasi nyeri meluas dari tempat awal cedera ke bagian tubuh
yang lain.
b. Nyeri berdasarkan sifatnya
1) Incidental pain yaitu nyeri yang timbul sewaktu – waktu atau hilang
2) Steady pain yaitu nyeri yang timbul dan menetap serta dirasakan dalam waktu
yang lama.
3) Paroxysmal pain yaitu nyeri yang dirasakan berintensitas tinggi dan kuat sekali.
Nyeri biasanya menetap sekitar 10 – 15 menit, lalu menghilang kemudian
timbul lagi.
c. Nyeri berdasarkan berat ringannya
1) Nyeri rendah yaitu nyeri dengan intensitas rendah
2) Nyeri sedang yaitu nyeri yang menimbulkan reaksi
3) Nyeri berat yaitu nyeri dengan intensitas yang tinggi
d. Nyeri berdasarkan waktu lamanya serangan
1) Nyeri akut yaitu nyeri yang dirasakan dalam waktu yang singkat dan berakhir
kurang dari 6 bulan, sumber dan daerah nyeri diketahui dengan jelas seperti
luka operasi.
2) Nyeri kronis yaitu nyeri yang dirasakan lebih dari 6 bulan dan polanya
beragam.
B. ETIOLOGI
Penyebab nyeri dapat diklasifikasikan kedalam 2 golongan yaitu penyebab
yang berhubungan dengan fisik dan berhubungan dengan psikis.
a. Secara fisik misalnya penyebab adalah trauma ( mekanik, thermal, kimiawi,
maupun elektrik )
1) Trauma mekanik menimbulkan nyeri karena ujung – ujung saraf bebas
mengalami kerusakan akibat benturan, gesekan, ataupun luka.
2) Trauma thermal menimbulkan nyeri karena ujung saraf reseptor mendapat
rangsangan akibat panas atau dingin
3) Trauma kimiawi terjadi karena tersentuh zat asam atau basa yang kuat
4) Trauma elektrik dapat menimbulkan nyeri karena pengaruh aliran listrik
yang kuat mengenai reseptor rasa nyeri.
b. Neoplasma menyebabkan nyeri karena terjadinya tekanan atau keerusakan
jaringan yang mengandung reseptor nyeri dan juga terikan, jepitan atau
metaphase.
c. Peradangan adalah nyeri yang diakibatkan karena adanya kerusakan ujung-
ujung saraf reseptor akibat pembengkakan.
d. Gangguan sirkulasi dan kelainan pembuluh darah, biasanya pada pasien infark
miokard dengan tanda nyeri pada dada yang khas.

C. MANIFESTASI KLINIS
a. Vakolasi : Mengaduh ,Menangis, sesak nafas, mendengkur
b. Ekspresi Wajah : Meringis, mengeletuk gigi, mengernyit dahi, menutup mata,
mulut dengan rapat, menggigit bibir
c. Gerakan Tubuh : Gelisah
d. Imobilisasi : ketegangan otot , peningkatan gerakan jari dan tangan ,gerakan
ritmik atau gerakan menggosok , gerakan melindungi bagian tubuh
e. Interaksi Sosial , menghindari percakapan, focus hanya pada aktivitas untuk
menghilangkan nyeri, menghindar kontak social, penurunan rentang perhatian.

D. PATOFISIOLOGI dan PATHWAY


Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, perilaku. Cara yang paling
baik untuk memahami pengalaman nyeri, akan membantu untuk menjelaskan tiga
komponen fisiologis berikut yakni: resepsi, persepsi, dan reaksi. Stimulus penghasil
nyeri mengirim impuls melalui serabut saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medulla
spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan akhirnya sampai
kedalam masa berwarna abu-abu di medulla spinalis. Terdapat pesan nyeri dan
berinteraksi dengan sel-sel saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri mencapai otak
atau trasmisi tanpa hambatan ke korteks serebral. Maka otak menginterpretasi kualitas
nyeri dan memproses informasi tentang pengalaman dan pengetahuan yang lalu serta
asosiasi kebudayaan dalam upaya mengekspresikan nyeri.
Pathway

Trauma jaringan , infeksi

Kerusakan sel

Pelepasan mediator nyeri


(histamin, bradikinin,
prostaglandin)

Merangsang
n
nosiseptor(reseptor nyeri)

Dihantarkan serabut tipe A


serabut tipe c

Medulla spinalis

Sistem aktivasi
retikuler

Hipotalamus di otak

Persepsi nyeri

Nyeri akut

Gangguan rasa nyaman


E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan diagnostik sangat penting dilakukan agar dapat mengetahui apakah
ada perubahan bentuk atau fungsi dari bagian tubuh pasien yang dapat menyebabkan
timbulnya rasa nyeri seperti :
a. Melakukan pemeriksaan laboratorium dan radiologi
b. Menggunakan skala nyeri
i. Ringan = Skala nyeri 1-3 : Secara objektif pasien masih dapat berkomunikasi
dengan baik
ii. Sedang = Skala nyeri 4-6 : Secara objektif pasien dapat menunjukkan lokasi
nyeri, masih merespon dan dapat mengikuti instruksi yang diberikan
iii. Berat = Skala nyeri 7-9 : Secara objektif pasien masih bisa merespon, namun
terkadang klien tidak mengikuti instruksi yang diberikan.
iv. Nyeri sangat berat = Skala 10 : Secara objektif pasien tidak mampu
berkomunikasi dan klien merespon dengan cara memukul.

F. PENATALAKSANAAN
1. Relaksasi
Relaksasi merupakan kebebasan mental dan fisik dari ketegangan dan stress.
Teknik relaksasi memberikan individu kontrol diri ketika terjadi rasa tidak
nyaman atau nyeri stress fisik dan emosi pada nyeri. Dalam imajinasi terbimbing
klien menciptakan kesan dalam pikiran, berkonsentrasi pada kesan tersebut
sehingga secara bertahap klien dapat mengurangi rasa nyerinya.
2. Teknik imajinasi
Biofeedback merupakan terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan
individu informasi tentang respon fisiologis misalnya tekanan darah.Hipnosis diri
dapat membantu mengubah persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif dan
dapat mengurangi ditraksiMengurangi persepsi nyeri adalah suatu cara sederhana
untuk meningkatkan rasa nyaman dengan membuang atau mencegah stimulus
nyeri.
3. Teknik Distraksi
Teknik distraksi adalah pengalihan dari focus perhatian terhadap nyeri ke
stimulus yang lain. Ada beberapa jenis distraksi yaitu ditraksi visual (melihat
pertandingan, menonton televise,dll), distraksi pendengaran (mendengarkan
music, suara gemericik air), distraksi pernafasan ( bernafas ritmik), distraksi
intelektual (bermain kartu).
4. Terapi dengan pemberian analgesic
Pemberian obat analgesic sangat membantu dalam manajemen nyeri seperti
pemberian obat analgesik non opioid (aspirin, ibuprofen) yang bekerja pada saraf
perifer di daerah luka dan menurunkan tingkatan inflamasi, dan analgesic opioid
(morfin, kodein) yang dapat meningkatkan mood dan perasaan pasien menjadi
lebih nyaman walaupun terdapat nyeri.
5. Immobilisasi
Biasanya korban tidur di splint yang biasanya diterapkan pada saat kontraktur
atau terjadi ketidakseimbangan otot dan mencegah terjadinya penyakit baru
seperti decubitus.

G. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut Berhubungan dengan Trauma jaringan infeksi (cedera)
2. Nyeri kronis Berhubungan dengan Ketidakmapuan psiko sosial atau fisik secara
kronis

H. PERENCANAAN
1. Nyeri akut Berhubungan dengan Trauma jaringan infeksi (cedera) :
- Kaji tingkat nyeri meliputi : lokasi, karakteristik, dan onset, durasi,
frekuensi,kualitas,intensitas/beratnya nyeri, faktor-faktor presipitasi
- Kontrol faktor-faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap keidaknyamanan
- Ajarkan teknik relaksasi
- Berikan analgesik yang tepat sesuai dengan resep
2. Nyeri kronis Berhubungan dengan Ketidakmapuan psiko sosial atau fisik secara
kronis
- Kaji tingkat nyeri meliputi : lokasi, karakteristik, dan onset, durasi,
frekuensi,kualitas,intensitas/beratnya nyeri, faktor-faktor presipitasi
- Ajarkan teknik nonfaramakologi untuk mengurangi nyeri (relaksasi,
distraksi)
- Tingkatkan istirahat atau tidur untuk memfasilitasi manajemen nyeri
- Pilih analgetik atau kombinasi yang tepat apabila lebih satu analgetik yang
diresepkan.
DAFTAR PUSTAKA

Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi. 2009-


2011. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta
Santosa, Budi. 2012. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima
Medika.
Tarwoto dan Wartonah. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses
Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Potter dan Perry. 2005. Buku ajar Fundamental Keperawatan Volume 2,Edisi 4 .
Jakarta : EGC.

Poso, februari 2019


Mahasiswa

(................................................)

Mengetahui

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik

(..........................................) (............................................)

You might also like