You are on page 1of 4

PENGERTIAN.

Resusitasi jantung paru suatu sistem/metode untuk mengatasi henti jantung dan/atau henti nafas.
Henti jantung adalah berhentinya kontraksi jantung yang ditandai tak terabanya denyut jantung,
denyut nadi dan/atau denyut arteri karotis.Henti nafas adalah berhentinya gerakan pernafasan da
n ditandai dengan tak terasanya hembusan nafas dari kedua lubang hidung.

TUJUAN : Agar nyawa penderita henti jantung dan/atau henti paru segera bisa diselamatkan dan
tidak memberikan gejala sisa.

KEBIJAKAN :

1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

PROSEDUR.

Periksa respon:a) Petugas IGD RS NAMARS segera memeriksa ada tidaknya cedera dan tentukan
ada respon atau tidak.b) Tepuk atau guncangkan secara halus, panggil atau tanya.c) Bila diduga
ada trauma kepala atau leher, pasien tak boleh digerakkan kecuali bila benar-benar diperlukan.A
ktifkan sistem pelayanan emergensi yang ada:Bila terjadi di luar RS :

a. panggil bantuan,

b. sebutkan jenis bantuan yang diperlukan,

c. lokasi korban,

d. nomor telpon yang digunakan,

e. apa yang terjadi,

f. jumlah orang yang memerlukan pertolongan,

g.kondisi korban, dan informasi lainnya.AIRWAY (Jalan nafas):

Bila korban tak memberikan respon:


a) petugas IGD RS NAMARS harus menentukan apakah korban tersebut bernafas secara adekuat.
b) Letakkan korban pada posisi terlentang dan jalan nafas terbuka.c) Posisi korban :i) Tempatkan
korban pada posisi terlentang, pada tempat yang keras dan datar.ii) Bila korban telungkup, balik
kan korban dalam satu kesatuan sehingga kepala, bahu dan badan bergerak serentak hingga tak
ada yang terputar. Kepala dan leher harus berada pada satu bidang, lengan berada di samping
badan.d) Posisi petugas/penolong:

Penolong harus berada pada sisi korban sehingga memungkinkan melakukan bantuan nafas dan
kompresi dada.e) Buka jalan nafas:i) Bila korban tak berrespon/tak sadar lakukan manuver ”head
tilt-chin lift” untuk membuka jalan nafas, dengan syarat pasien tak ada bukti trauma kepala atau
leher.ii) Bila dicurigai adanya trauma leher lakukan manuver ”jaw- thrust”.iii) Bila ada benda asing
yang terlihat atau muntahan, segera keluarkan dari dalam mulut dengan jari tangan yang mem
akai sarung tangan. Benda yang keras dapat dikeluarkan dengan jari telunjuk, sementara tangan
yang lain tetap mempertahankan lidah dan rahang.Manuver ”head tilt-chin lift”:a) Letakkan satu t
angan pada dahi korban, tekan dengan telapak tangan hingga kepala menjungkit ke belakang. L
etakkan jari-jari tangan yang sebelah lagi di bawah tulang rahang bawah dekat dagu. Angkat ra
hang dan dagu ke depan.b) Jangan menekan bagian lunak di bawah dagu dan jangan menggu
nakan ibu jari untuk mengangkat dagu. Buka mulut sehingga memungkinkan pernafasan spontan
dan memungkinkan bantuan nafas dari mulut ke mulut. Bila gigi korban goyah atau ada gigi p
alsu, maka gigi tsb harus lepaskan.Manuver ”jaw-thrust”:

Letakkan tangan penolong pada masing-masing sisi kepala korban, letakkan siku penolong pada
bidang dimana korban berbaring. Raih sudut rahang bawah korban dan angkat dengan ke dua
tangan. Bila bibir korban terkatup, regangkan atau buka dengan ibu jari ke dua tangan.BREATHI
NG (Pernafasan):a) Periksa ada tidaknya nafas:i) Tempatkan telinga penolong dekat mulut dan hi
dung korban sambil tetap membuka jalan nafas. Sambil memperhatikan dada korban lakukan:

(1) Look: lihat ada tidaknya pergerakan dada;

(2) Listen: dengar ada tidaknya hembusan nafas;

(3) Feel: rasakan adanya hembusanii) Prosedur pemeriksaan ini tak boleh lebih dari 10 detik.b) T
entukan ada/tidaknya dan adekuat/tidaknya pernafasan.i) Bila korban tak berespon/tak sadar den
gan nafas normal, tak ada cedera tulang belakang, posisikan penderita pada posisi mantap, jaga
jalan nafas terbuka.ii) Bila korban tak berespon dan tak bernafas, lakukan bantuan nafas 2 kali. B
ila tak dapat dilakukan pemberian bantuan nafas awal, atur ulang posisi kepala dan ulang lagi u
saha ventilasi.iii) Bila tetap tak berhasil memberikan ventilasi hingga dada mengembang, tenaga t
erlatih harus melakukan manuver untuk mengatasi sumbatan jalan karena benda asing (Heimlich
manuver atau abdominal thrust/back thrust).iv) Pastikan dada korban turun naik pada tiap bantu
an nafas yang diberikan.v) Periksa ada tidaknya tanda-tanda sirkulasi.a) Periksa ada tidaknya tand
a-tanda sirkulasi;i) Setelah pemberian bantuan nafas awal, periksa adanya pernafasan normal, k a
tau gerakan dari korban sebagai respon terhadap bantuan nafas yang diberikan. Sekaligus periks
a ada tidaknya nadi karotis jangan lebih dari 10 detik.ii) Periksa denyut nadi arteri karotis adalah
dengan mempertahankan posisi kepala (head tilt) dengan satu tangan. Raba trakhea dengan 2 a
tau 3 jari tangan yang lain, geser jari-jari tersebut ke lateral sisi penolong hingga celah antara tr
akhea dan otot.iii) Gunakan tekanan yang lembut saja sehingga tidak menekan arterinya. Bila den
yut arteri karotis tak teraba lakukan kompresi dada.b) Kompresi dada:i) Jari penolong mencari ar
kus kosta bagian bawah.ii) Ditelusuri ke atas hingga teraba bagian terbawah sternum.iii) Taruh sa
lah satu pangkal tangan pada bagian separuh bawah sternum, dan taruh tangan yang satu lagi
di atas punggungn tangan yang pertama, sehingga tangan dalam keadaan paralel. Pastikan sum
bu pangkal tangan tepat pada sumbu sternum.iv) Jari-jari tangan dapat dibiarkan terbuka atau s
aling mengunci satu sama lain tetapi jangan menekan dada.v) Usahakan mendapatkan posisi yan
g tepat di sternum dengan cara meletakkan pangkal tangan penolong diantara ke dua papilla m
ammae.vi) Lakukan kompresi yang efektif dengan memperhatikan hal- hal sebagai berikut:

(1) Posisi siku tidak menekuk, posisi lengan tegak lurus dengan dada korban.

(2) Tekan di tengah sternum.

(3) Lepaskan tekanan hingga dada kembali ke posisi normal agar darah masuk ke dada dan jant
ung, posisi tangan tetap menempel di sternum.

(4) Lakukan 30 kali kompresi dada, pastikan dada kembali ke posisi semula diantara dua kompre
si. Buka lagi jalan nafas dan berikan lagi 2 kali bantuan nafas, masing- masing 1 detik. Bila suda
h dilakukan intubasi kompresi dada dan ventilasi dapat dilakukan kontinyu dan tidak perlu sinkro
n.a) Evaluasi ulang korban, bila tetap tak ada tanda-tanda sirkulasi ulangi RJP dengan dimulai da
ri kompresi dada. Bila tanda-tada sirkulasi sudah tampak, periksa pernafasan.b) Bila ada nafas, te
mpatkan dalam posisi mantap dan awasi nafas dan sirkulasi.c) Bila tak ada nafas tapi ada tanda-
tnda sirkulasi, berikan bantuan nafas 10-12 kali/menit dan awasi adanya tanda-tanda sirkulasi tiap
menit.d) Bila tak ada tanda sirkulasi teruskan kompresi dada dan ventilasi dengan rasio 30 kom
presi 2 ventilasi.e) Berhenti dan periksa tanda-tanda sirkulasi dan adanya pernafasan spontan tiap
menit.i) Jangan berhenti RJP kecuali karena keadaan khusus.j) Bila didapatkan adanya pernafasa
n yang adekuat dan adanya tanda-tanda sirkulasi, pertahankan jalan nafas tetap terbuka dan po
sisikan dalam posisi mantap; dengan cara:i) Satu lutut difleksikan.ii) Satu lengan yang sepihak dil
etakkan dibawah pantat, lengan yang lain difleksikan didepan dada.iii) Pelan pelan diguligkan kea
rah yang sepihak dengan lutut yang fleksi.iv) Kepala di ekstensikan, lengan yang fleksi didepan d
ada diletakkan mengganjal rahang bewah (agar tidak terguling ke depan )

You might also like