You are on page 1of 29

LAPORAN KASUS

“HERNIA SCROTALIS”

Tugas Kepaniteraan Klinik


Departemen Bedah, Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan
Periode 18 November 2018 - 26 Januari 2019

Pembimbing :
dr. Hadi Pranoto, Sp.B(K)BD

Disusun oleh :
Nila Paharagita Purnama
181.0221.043

RUMAH SAKIT UMUM PUSAT PERSAHABATAN, JAKARTA


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN “VETERAN” JAKARTA
2018
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
“HERNIA SCROTALIS”

Diajukan untuk memenuhi persyaratan ujian


Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah, RSUP Persahabatan
Jakarta

Oleh :

Nila Paharagita Purnama


181.0221.043

Jakarta, Desember 2018


Telah dibimbing dan disahkan oleh :

Pembimbing

dr. Hadi Pranoto, Sp.B(K)BD


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan laporan kasus ini
dengan judul Hernia Scrotalis. Tidak ada hasil yang baik tanpa dukungan berbagai
pihak yang telah memberikan bantuan sehingga laporan kasus ini dapat tersusun
dan terselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Hadi Pranoto, Sp.B(K)BD
selaku pembimbing, yang sabar dalam membimbing dan memberikan pengarahan
serta mengorbankan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan,
masukan, serta koreksi demi tersusunnya laporan kasus ini, serta semua pihak
terkait yang telah membantu proses pembuatan laporan kasus ini.
Penulis menyadari laporan kasus ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis memohon maaf jika terdapat kekurangan, dan segala kritik dan saran,
sangat penulis terima dengan tangan terbuka demi kesempurnaan laporan kasus ini.
Penulis berharap laporan kasus ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan serta bagi semua pihak yang membutuhkan.

Jakarta, Desember 2018

Nila Paharagita Purnama


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... i


KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1


BAB II LAPORAN KASUS ................................................................................. 2
BAB III TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 18
BAB IV PEMBAHASAN .................................................................................... 18
BAB V KESIMPULAN ....................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan (Dorland 2011, hlm.
512). Pada hernia abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari
lapisan muskulo-aponeurotik dinding perut yang dicetuskan oleh peningkatan
tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan. Hernia terdiri atas cincin,
kantong dan isi hernia (Sjamsuhidajat, 2010).

Hernia abdominal berdasarkan letaknya terdiri dari hernia inguinalis, hernia


femoralis, hernia umbilical dan hernia diafragma. Hampir 75 % dari hernia
abdomen merupakan hernia ingunalis. Hernia inguinalis merupakan kasus bedah
digestif terbanyak setelah apendisitis. Angka kejadian hernia inguinalis
(medialis/direk dan lateralis/indirek) 10 kali lebih banyak daripada hernia femoralis
dan keduanya mempunyai persentase sekitar 75-80 % dari seluruh jenis hernia,
hernia insisional 10 %, hernia ventralis 10 %, hernia umbilikalis 3 %, dan hernia
lainnya sekitar 3 % (Sjamsuhidajat, 2010).
Hernia inguinalis dapat diderita oleh semua umur, tetapi angka kejadian
hernia inguinalis meningkat dengan bertambahnya umur dan terdapat distribusi
bimodal (dua modus) untuk usia yaitu dengan puncaknya pada usia 1 tahun dan
pada usia rerata 40 tahun. Pada anak, insidensinya 1-2%, dengan 10 % kasus
mengalami komplikasi inkarserasi. Pada usia sekitar satu tahun, sekitar 30 %
processus vaginalis belum tertutup. Secara umum, kejadian hernia inguinalis lebih
banyak diderita oleh laki-laki daripada perempuan. Angka perbandingan kejadian
hernia inguinalis 13,9 % pada laki-laki dan 2,1 % pada perempuan (7:1) (Ruhl,
2017). Kemungkinan adanya hernia ingunalis berkembang menjadi hernia scrotalis
sebanyak 50 %. Hernia inguinalis lebih sering terjadi di sebelah kanan 60 %,
sebelah kiri 20-25 %, dan bilateral 15 % (Sjamsuhidajat, 2010).
Faktor risiko yang dapat menjadi etiologi hernia inguinalis yaitu
peningkatan tekanan intra-abdomen (batuk kronis, konstipasi, ascites, angkat beban
berat dan keganasan abdomen) dan kelemahan otot dinding perut (usia tua,
kehamilan, prematuritas, pembedahan insisi yang mengakibatkan hernia insisional,
overweight dan obesitas (Sjamsuhidajat, 2010 dan Burney, 2012).
Untuk memahami lebih jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan tentang
kanalis inguinalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan
hernia ingunalis medialis dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak
dua pertiga dari hernia ingunalis. Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis
medialis. Kasus kegawatdaruratan dapat terjadi apabila hernia inguinalis bersifat
strangulasi (ireponibel disertai gangguan pasase) dan inkarserasi (ireponibel
disertai gangguan vaskularisasi). Inkarserasi merupakan penyebab obstruksi usus
nomor satu dan tindakan operasi darurat nomor dua setelah apendicitis akut di
Indonesia (Sjamsuhidajat, 2010).
Tindakan yang paling memungkinkan untuk terapi hernia inguinalis adalah
tindakan pembedahan. Salah satu penanganan yang dilakukan pada Hernia adalah
herniotomi atau herniorafi. Dampak kesehatan yang ditimbulkan pada pasien yang
dilakukan herniorafi diantaranya nyeri, aktivitas intoleran dan resiko terjadinya
infeksi.
BAB II
LAPORAN KASUS

II.1 IDENTITAS
Nama pasien : Tn. RA
Usia : 27 tahun
No. RM : 023965xx
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Pancoran
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Status : Lajang
Agama : Kristen

II.2 ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dengan pasien pada
tanggal 27 November 2018 pukul 14.00 WIB di Bangsal Bedah Kelas, RSUP
Persahabatan Jakarta.
Keluhan Utama :
Nyeri pada benjolan di lipat paha kanan sejak 1 hari SMRS
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang ke IGD RSUP Persahabatan Jakarta hari Sabtu, 24
November 2018 pukul 23.00 WIB dengan keluhan nyeri pada benjolan di
lipat paha sebelah kanan sejak 1 hari SMRS. Nyeri pada benjolan di lipat
paha dirasakan tiba – tiba, terus – menerus dan semakin lama semakin nyeri
disertai bengkak dan kemarahan pada benjolan serta tidak berkurang dengan
istirahat. Selain itu pasien juga mengeluh nyeri, bengkak dan kemerahan
pada skrotum. Pasien mengaku benjolan pada lipat paha sudah dirasakan
sejak 5 tahun yang lalu, benjolan muncul pertama kali setelah pasien bekerja
mengangkat batu, awalnya benjolan kecil dan muncul saat pasien berdiri
dan dapat kembali dengan sendirinya saat berbaring. Lama kelamaan
benjolan semakin membesar dan perlu dipijat atau didorong untuk kembali
ke dalam perut. Benjolan besar biasanya muncul saat pasien berdiri, batuk
atau mengangkat benda berat namun masih dapat dikembalikan lagi dengan
cara dipijat atau didorong sendiri. Pasien mengaku benjolan muncul dan
menetap setelah pasien mengangkat benda berat (piano). Pasien juga
mengeluh nyeri disertai mual, muntah berisi makanan 3 kali, perut
kembung, nafsu makan menurun dan keringat dingin.

Riwayat Penyakit Dahulu :


 Riwayat keluhan serupa : 5 tahun
 Riwayat hipertensi : disangkal
 Riwayat DM : disangkal
 Riwayat alergi : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga :


 Riwayat keluhan serupa : disangkal
 Riwayat hipertensi atau DM : disangkal
 Riwayat alergi : disangkal

Riwayat Pengobatan :
Belum diobati dimanapun.

II.3 PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 24 September 2018 pukul
23.00 WIB di IGD, RSUP Persahabatan Jakarta.
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Berat badan : 70 kg
Tinggi badan : 168 cm
Tanda-tanda vital :
 TD : 120/70 mmHg
 Nadi : 90 x/menit
 Suhu : 36 oC
 Pernapasan : 20 x/menit
 SpO2 : 97%

Status Generalis :
Kepala : Normosefal
Rambut : Hitam, tidak mudah rontok
Mata : Konjungtiva pucat (tidak ada/tidak ada), pupil isokor,
refleks pupil direk (ada/ada), refleks pupil indirek (ada/ada)
Telinga : Bentuk normal, simetris, otorrhea (tidak ada/tidak ada)
Hidung : Napas cuping hidung (tidak ada/tidak ada), deformitas /
septum deviasi (tidak ada/tidak ada), mukosa hiperemis
(tidak ada/tidak ada), sekret (tidak ada/tidak ada)
Mulut : Mulut simetris, bibir sianosis (tidak ada), bibir kering
(tidak ada), sariawan (tidak ada), faring hiperemis (tidak
ada), Tonsil T1/T1 Tenang
Leher : Trakea berada di tengah, tidak berdeviasi, intak, tidak
terdapat pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar getah
bening, JVP tidak meningkat
Thoraks
Cor :
Inspeksi : Tidak tampak iktus kordis
Palpasi : Iktus kordis teraba pulsasi, tidak ada vibrasi
Perkusi :
 Batas atas jantung : ICS II linea parasternal dextra
 Batas pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinistra
 Batas bawah kanan jantung :ICS II-IV linea parasternal dextra
 Batas bawah kiri jantung : ICS V lebih dari 3 cm ke lateral
dari linea midclavicula sinistra
Auskultasi : BJ S1 dan S2 reguler, murmur (tidak ada), gallop (tidak
ada)
Pulmo :
Inspeksi : Normochest, pergerakan simetris, retraksi (tidak ada)
Palpasi : Vokal fremitus kanan = kiri
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (ada/ada), wheezing (tidak
ada/tidak ada), ronkhi (tidak ada/tidak ada)
Abdomen :
Inspeksi : Dinding abdomen datar, jaringan parut / luka bekas
operasi (tidak ada), terdapat benjolan pada regio iliaca
dextra berbentuk lonjong
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Dinding perut supel, hepar dan lien tidak teraba, turgor
kulit normal, teraba massa lunak, fluktuasi (ada), dan
batas tegas pada regio iliaca dextra dan tidak dapat di
kembalikan ke posisi semula dan nyeri tekan (ada)
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen

Genitalia : Skrotum edema (ada) dan eritema (ada), teraba testis


Kanan = kiri, bulat, batas tegas, nyeri tekan (tidak ada)
Ekstremitas :
Atas : Edema (tidak ada/tidak ada), CRT (< 2 detik), akral
dingin (tidak ada/tidak ada), sianosis (tidak ada), turgor
kulit normal
Bawah : Edema (tidak ada/tidak ada), CRT (< 2 detik), akral
dingin (tidak ada/tidak ada), sianosis (tidak ada), turgor
kulit normal.

Status Lokalis ( massa regio iliaca dextra) :


Look : benjolan/massa sebesar telur angsa pada lipat paha kanan, eritema
dan skrotum eritem, edem.
Feel : massa lunak, kenyal, fluktuasi (ada) dan batas tegas, lebih hangat
dari jaringan sekitarnya, nyeri tekan (ada).
Move: massa tidak dapat di reposisi ke cavum abdomen
II.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium, 25 November 2018
HEMATOLOGI
Hemoglobin 13 – 16 g/dL 14.1 g/dL
Hematokrit 40 – 48 % 38.7 % (L)
Eritrosit 4.5 -5.5 10^6/uL 4.57 10^6/uL
MCV 82 – 92 fL 84.7 fL
MCH 27 – 31 pg 30.9 pg
MCHC 32 – 36 g/dL 36.4 g/dL (H)
Trombosit 150 – 400 10^3/uL 280 10^3/uL
Leukosit 5 – 10 10^3/uL 11.41 10^3/uL (H)
Basofil 0–1% 0.4 %
Eosinofil 1–3% 3.3 % (H)
Neutrofil 52 – 76 % 68.9 %
Limfosit 20 – 40 % 21 %
Monosit 2–8% 11.9 %
KIMIA KLINIK
Ureum 19 – 44 mg/dL 19 mg/dL
Kreatinin 0.6 – 1.2 mg/dL 0.9 mg/dL
GDS 70 – 200 mg/dL 99 mg/dL
SGOT (AST) 5 – 34 U/L 20 U/L
SGPT (ALT) 0 – 55 U/L 30 U/L
ELEKTROLIT
Na 135 – 145 mEq/L 139 mEq/L
K 3.5 – 5 mEq/L 3.5 mEq/L
Cl 98 – 107 mEq/L 103 mEq/L
HEMOSTASIS
PT 9.8 – 11.2 detik 11.2 detik
APTT 31 – 47 detik 33.8 detik
Rontgen Thorax, 25 November 2018

Hasil :
Tulang – tulang dan jaringan lunak dinding dada dalam batas normal
Sinus kostofrenikus dan diafragma baik
Jantung : tidak membesar CTR < 50 %
Aorta normal
Trackea relatif digaris tengah
Paru baik
Kesimpulan : tidak tampak kelainan pada radiografi toraks

II.5 DIAGNOSIS
Pre Operasi : Hernia Skrotalis Dextra Ireponibel
Post Operasi : Hernia Skrotalis Dextra Strangulata

II.6 TATALAKSANA
IGD
1. IVFD Asering 500 cc/12 jam
2. Inj. Ranitidin 50 mg 2 x 1
3. Inj. Ketorolac 30 mg 3 x 1
Laporan Operasi
1. Pasien posisi supine dalam anestesi spinal
2. A dan antisepsis lapangan operasi dan sekitarnya
3. Insisi 2 jari inferomedial SIAS ke arah tuberkulum pubicum sejajar
ligamentum inguinale, menembus kutis, subkutis hingga aponeurosis m.
obliqus externus, insisi diantara kras medial dan lateral
4. Nervus ilioepigastrium dipreservasi
5. Saat kantong hernia dibuka keluar cairan serous 50 ml tampak omentum,
omentum dicoba untuk dikembalikan intraabdomen tidak berhasil,
dilakukan omentektomi
6. Furnikulus spermatikus dibebaskan hingga tampak conjoint tendon
tuberkulum pubicum dan ligamentum inguinale
7. Dilakukan pemasangan mesh
8. Perdarahan dirawat luka operasi dicuci dengan saline steril
9. Luka operasi ditutup lapis demi lapis
10. Operasi selesai

Instruksi Pasca Operasi


1. Awasi KU dan tanda vital
2. IVFD RL 1500ml/24 jam
3. Ketorolac 3x30 mg
4. Ranitidin 2x50 mg
5. Ceftriaxone 1x2 gr iv
6. Diet Lunak

II.7 FOLLOW UP
Senin, 26 November 2018
S Nyeri pada luka operas berkurang, perut kembung tidak ada,
kentut bisa, mual dan muntah tidak ada, demam tidak ada.
O KU/Kes : Sakit sedang/ CM
TD : 110/70 mmhg S : 36.7 C
N : 88 x/mnt RR : 20 x/mnt
Abdomen : datar, BU (+) normal, supel, NT (-), luka bekas operasi
rembes (-)
A Herni Scrotalis Dextra Ireponibel post Herniotomi, Mesh dan
Omentektomi
P IVFD RL 1500ml/24 jam
Ketorolac 3x30 mg
Ranitidin 2x50 mg
Ceftriaxone 1x2gr
Diet lunak
Aff kateter urin
Mobilisasi

Selasa, 27 November 2018


S Nyeri pada luka operasi berkurang, mual dan muntah tidak ada,
demam tidak ada, BAB dan BAK lancar
O KU/Kes : Sakit sedang/ CM
TD : 120/80 mmhg S : 37 C
N : 85 x/mnt RR : 20 x/mnt
Abdomen : datar, BU (+) normal, supel, NT (-), luka bekas operasi
rembes (-)
A Herni Scrotalis Dextra Ireponibel post Herniotomi, Mesh dan
Omentektomi
P GV
Rawat Jalan :
1. Cefixime 2x200 mg
2. Asam mefenamat 3x500 mg
3. Ranitidin 2x50 mg
Boleh pulang
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

III.1 Anatomi

Abdomen adalah bagian tubuh yang terletak di antara thorax dan pelvis, dan
di dalamnya terdapat rongga abdomen dan visera (Dorland 2011, hlm.3). Batas
dinding perut anterolateral oleh McVay secara anatomis digambarkan sebagai
berikut. Bagian atas terlindung oleh sangkar dada yaitu prosessus xiphoideus dan
arkus kostarum. Bagian Bawah dari medial ke lateral dibatasi oleh simfisis pubis,
ligamentum inguinal, krista pubikum dan krista iliaka. Bagian belakang dibatasi
oleh tulang belakang. Untuk memberi gambaran tentang lokasi suatu organ
abdominal atau penyebaran rasa nyeri, rongga abdomen dibagi menjadi 9 regio oleh
garis imajiner, 2 garis horizontal dan 2 garis sagital. Garis Horizontal yang
membagi abdomen adalah garis transpyloric dan garis Transtubercular. Sedangkan
garis vertikal yang membagi abdomen adalah garis imajiner yang sejajar dengan
midclavicular line atau lebih sederhana menjadi eempat kuadran yang dibatasi oleh
dua bidang yakni horizontal (transumbilikal) dan vertikal (median) (Moore, 2013).

Sumber: Moore et al 2013, hlm.185

Gambar 1 Regio Abdomen


Dinding abdomen mengandung struktur muskuloaponeurosis yang kompleks.
Pada bagian belakang melekat pada tulang belakang, atas dibatasi oleh cratilaginea
costae VII – XII dan processus xiphoideus dan bawah dibatasi oleh ligamentum
inguinale dan tulang – tulang pelvis. Terdiri dari 3 lapisan yaitu kutis dan subkutis,
otot, fascia dan peritoneum. Kulit dan subkutis terdiri atas kulit, jaringan subkutan/
fascia superfisial (lembar superficial dengan banyak lemak/ fascia Camper dan
lembar profunda berupa selaput/ fascia Scarpa). Otot dinding perut terdiri dari
musculus obliquus externus abdominis, musculus obliquus internus abdominis,
musculus transversum abdominis, musculus rectus abdominis. Berfungsi untuk
melindungi isi rongga abdomen, mencegah terjadinya hernia bawaan, dapatan
maupun iatrogenik, dan menigkatkan tekanan intraabdomen untuk
pernapasan,berkemih dan BAB. Dinding perut di perdarahi dari beberapa arah,
Kraniodorsal oleh cabang aa. Intercostalis VI – XII dan a. epigastrika superior dan
kaudal oleh a. iliaka sirkumfleksa superfisialis, a. pudenda eksterna dan a.
epigastrika inferior serta di inervasi secara segmentalis oleh n. torakal VI – XII dan
n. Lumbalis I.

Sumber: Drake et al 2015, hlm.280

Gambar 2 Lapisan Dinding Abdomen

Kanalis Inguinalis adalah saluran oblik yang melewati bagian dinding bawah
abdomen anterior (Dorland, 2011). Suatu lorong yang melintas serong melalui
bagian kaudal dinding abdomen ventral dalam arah mediokaudal, untuk memberi
jalan kepada funiculus spermaticus (Moore, 2013). Saluran ini memungkinkan
struktur – struktur yang melewatinya menuju ke dan dari testis pada laki – laki dan
ligamentum rotundum dari uterus ke labium majus pada perempuan.

Sumber: Drake et al 2013, hlm.403

Gambar 2 Kanalis Inguinalis


Kanalis inguinalis terletak sejajar dan tepat kranial dari ligamentum inguinale,
panjang kanalis inguinalis pada orang dewasa sekitar 4 cm, dibentuk oleh annulus
inguinalis interna dan eksterna. Dinding ventral terutama dibentuk oleh aponeurosis
musculus obliquus externus abdominis yang disebelah lateral diperkuat oleh serabut
musculus obliquus internus abdominis. Dinding dorsal dibentuk oleh fascia
transversalis dan disebelah medial diperkuat oleh conjoint tendon (falx inguinalis),
yakni tendo bersama musculus obliquus extrenus abdominis dan musculus
transversus abdominis. Atap yang dibentuk oleh serabut musculus obliquus internus
abdominis dan musculus transversus abdominis yang melengkung. Dasar yang
dibentuk oleh permukaan kranial ligamentum inguinales dan disebelah medial
diperkuat oleh ligamentum lacunare yakni lanjuan dari ligamentum inguinale
(Moore, 2013).

III.2 Hernia Abdominalis


III.2.1 Definisi
Hernia adalah suatu penonjolan isi suatu rongga melalui pembukaan yang
abnormal atau kelemahannya suatu area dari suatu dinding pada rongga dimana ia
terisi secara normal. Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis
internus/lateralis menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen melalui
anulus inguinalis externa/medialis. Hernia scrotalis adalah
Komponen pada hernia adalah:

a. Kantong hernia (Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis.


Tidak semua hernia memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia
adiposa, hernia intertitialis)
b. Isi hernia (usus,omentum, organ intra ataupun ekstraperitoneal).
c. Pintu atau leher hernia (cincin hernia, lokus minoris dinding abdomen)

III.2.2 Epidemiologi

Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen
muncul didaerah sekitar lipat paha. Hernia indirek lebih banyak daripada hernia
direk yaitu 2:1, dimana hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih sedikit.
Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan pria : wanita
pada hernia indirek adalah 7:1. Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10 % dari
semua hernia tetapi 40% dari itu muncul sebagai kasus emergensi dengan
inkarserasi atau strangulasi. Hernia femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan
laki-laki yang pernah menjalani operasi hernia inguinal meskipun kasus hernia
femoralis pada pira dan wanita adalah sama, insiden hernia femoralis dikalangan
wanita 4 kali lebih sering dibandingkan dikalangan pria, karena secara keseluruhan
sedikit insiden hernia inguinalis pada wanita.

III.2.3 Etiologi
Penyebab hernia inguinalis adalah :

a. Kelemahan otot dinding abdomen


1. Kelemahan jaringan
2. Adanya daerah yang luas diligamen inguinal
3. Trauma
b. Peningkatan tekanan intra abdominal
1. Obesitas
2. Mengangkat benda berat
3. Mengejan
4. Kehamilan
5. Batuk kronik
6. Hipertropi prostate

III.2.4 Klasifikasi

Sumber: Moore et al 2013, hlm.92

Gambar 3 Jenis Hernia Abdominalis

Berdasarkan arah penonjolannya hernia dibagi menjadi hernia eksterna dan


hernia interna. Hernia eksterna adalah hernia yang menonjol keluar melalui dinding
perut, pinggang, atau perineum. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong
hernia melalui suatu lubang dalam rongga perut, seperti foramen Winslow, resesus
retrosekalis atau defek dapatan pada mesenterium umpamanya setelah operasi
anastomosis usus. Berdasar arah hernia dibagi menjadi:

a. Hernia Eksterna ( tampak dari luar )


1. Hernia Inguinalis Lateralis
2. Hernia Inguinalis Medialis
3. Hernia Femoralis
4. Hernia umbilikalis, Sikatrikalis, Sciatic, Petit, Spigelian dan
Perinialis.
b. Hernia Interna ( tidak tampak dari luar)
1. Hernia Obturatoria
2. Hernia diafragmatika
3. Hernia Foramen Winslowi
4. Hernia Ligament Treitz

Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital


dan hernia yang didapat atau aquisita:

a. Hernia bawaan (congenital) : Timbulnya sejak bayi lahir atau pada


anak-anak, umumnya didapatkan pada hernia inguinalis lateralis, yang
disebabkan karena tidak menutupnya prosesus vaginalis setelah proses
penurunan testis ke skrotum baik sebagian atau seluruhnya.
b. Hernia didapat (acquired) : Timbul hernia setelah dewasa dan lanjut
usia. Hal ini disebabkan adanya tekanan intra abdominal yang
meningkat dan dalam waktu yang lama, misalnya pada batuk kronis,
gangguan proses kencing (BPH), konstipasi kronis, asites dan
sebagainya. Insiden ini semakin meningkat dengan bertambahnya usia
karena otot-otot dinding perut yang sudah lemah, manifestasi klinis
umumnya adalah hernia inguinalis medialis.

Berdasarkan sifatnya hernia disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat
keluar masuk. Usus keluar ketika berdiri atau mengedan, dan masuk lagi ketika
berbaring atau bila didorong masuk ke perut. Selama hernia masih reponibel, tidak
ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat kembali
ke perut, hernia disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan
isi kantong kepada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut juga hernia akreta
(perlekatan karena fibrosis). Saat ini hernia masih tidak ada keluhan nyeri, tidak
ada juga tanda sumbatan usus. Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia
strangulata bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap
dan tidak dapat kembali ke rongga perut. Akibatnya, terjadi gangguan pasase atau
vaskularisasi. Secara klinis, istilah hernia inkarserata lebih dimaksudkan untuk
hernia ireponibel yang disertai gangguan pasase, sedangkan hernia strangulata
digunakan untuk menyebut hernia ireponibel yang disertai gangguan vaskularisasi.
Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus, hernianya disebut hernia
Richter.
III.2.5 Patofisiologi
Hernia berkembang ketika terjadi peningkatan tekanan intraabdominal
secara terus – menerus misalnya saat mengangkat sesuatu yang berat, pada saat
buang air besar atau batuk yang kuat atau bersin dan perpindahan bagian usus
kedaerah otot abdominal. Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang
membatasi anulus internus turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intra abdomen
tidak tinggi dan kanalis inguinalis berjalan lebih vertikal. Bila otot dinding perut
berkontraksi kanalis inguinalis berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis
tertutup sehingga dapat mencegah masuknya usus ke dalam kanalis inguinalis. Pada
orang dewasa kanalis tersebut sudah tertutup, tetapi karena kelemahan daerah
tersebut maka akan sering menimbulkan hernia yang disebabkan keadaan
peningkatan tekanan intraabdomen. Pertama-tama terjadi kerusakan yang sangat
kecil pada dinding abdominal, kemudian terjadi hernia jika suplai darah terganggu
maka berbahaya dan dapat menyebabkan gangren. (Sjamsuhidajat, 2010).

III.2.6 Diagnosis
III.2.6.1 Anamnesis

a. Anamnesa hernia inguinale: Secara klasik, pada penderita hernia inguinalis


biasanya ditemukan keluhan – keluhan, antara lain :
1. Pada orang dewasa, biasanya penderita datang dengan keluhan adanya
benjolan dipelipatan paha atau perut bagian bawah pada scrotum atau
labium mayor pada wanita.
2. Pada bayi dan anak-anak, adanya benjolan yang hilang timbul di
pelipatan paha biasanya diketahui oleh orang tuanya.
3. Benjolan timbul pada waktu terjadi peningkatan tekanan intra
abdominal, misalnya mengejan, menangis, batuk, atau mengangkat
beban berat. Benjolan akan menghilang atau mengecil ketika penderita
berbaring (reponibilis), tidak dapat kembali atau tidak menghilang
ketika berbaring (irreponibilis)
4. Keluhan nyeri jarang dijumpai, kalau ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan
pada mesenterium sewaktu segmen usus halus masuk kedalam kantong
hernia Nyeri yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi
inkarserata karena illeus (dengan gambaran obstruksi usus dan
gangguan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa), atau
strangulasi karena nekrosis atau gangrene (akibat adanya gangguan
vaskularisasi)
5. Faktor-faktor predisposisi, antara lain: - Pekerjaan (mengangkat-angkat
beban berat, atlet angkat besi, tentara, kuli bangunan, dll) - Penyakit
ataupun gangguan kronis (BPH, stricture urethra, batuk kronis, ascites,
atau susah BAB) - Faktor usia, semakin tua, otot-otot dinding abdomen
semakin lemah. - Factor kegemukan (obesitas)
b. Ananmnesa hernia femoralis: Keluhan biasanya berupa benjolan di lipat
paha yang muncul terutama pada waktu melakukan kegiatan menaikkan
tekanan intraabdomen seperti mengangkat barang dan batuk.Benjolan ini
hilang pada waktu berbaring. Sering penderita dating ke dokter atau ke
rumah sakit dengan hernia strangulate. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
benjolan lunak di lipat paha di bawah ligamentum inguinaloe di medial
v.femoralis dan lateral tuberkulum pubikum. Tidak jarang yang lebih jelas
adalah tanda sumbatan usus, sedangkan benjolan di lipat paha tidak
ditemukan, karena kecilnya atau penderita gemuk.

III.2.6.2 Pemeriksaan Fisik

(Posisi penderita berdiri dan berbaring)

a. Inspeksi
1. Tampak benjolan dilipatan paha simetris atau asimetris pada posisi
berdiri. Apabila tidak didapatkan benjolan, penderita kita minta untuk
melakukan manuver valsava.
2. Benjolan berbentuk lonjong (HIL) atau bulat (HIM)
3. Tanda-tanda radang ada atau tidak, pada hernia inguinalis biasanya
tanda radang (-).
b. Palpasi
1. Dilakukan dalam keadaan ada benjolan hernia, bila tidak tampak
benjolan penderita diminta mengejan atau melakukan manuver valsava.
2. Tentukan konsistensinya
3. Lakukan reposisi (bisa masuk atau tidak)
4. Untuk membedakan antara hernia inguinalis lateralis dan medialis dapat
dilakukan beberapa macam test (provokasi test)
c. Auskultasi
Ditemukan suara bising usus (diatas benjolan).
d. Pemeriksaan Khusus
1. Zieman’s Test
Penderita dalam keadaan berdiri atau. Bilamana kantong hernia terisi,
kita masukkan dulu kedalam kavum abdomen.Untuk memeriksa bagian
kanan digunakan tangan kanan dan sebaliknya. Test ini dapat dikerjakan
pada penderita laki-laki ataupun perempuan. Dengan jari kedua tangan
pemeriksa diletakkan diatas annulus inguinalis internus ( ± 1,5 cm diatas
pertengahan SIAS dan tuberkulum pubikum), jari ketiga diletakkan
pada annulus inguinalis ekternus dan jari keempat pada fossa ovalis.
Penderita disuruh mengejan maka timbul dorongan pada salah satu jari
tersebut diatas.Bilamana dorongan pada jari kedua berarti hernia
inguinalis lateralis, bila pada jari ketiga berarti hernia inguinalis
medialis dan bila pada jari keempat berarti hernia femoralis.

2. Finger Test

Sumber: Drake et al 2015, hlm.403

Gambar Finger Test


Test ini hanya dilakukan pada penderita laki-laki. Dengan menggunakan
jari telunjuk atau kelingking skrotum diinvaginasikan menyelusuri
annulus eksternus sampai dapat mencapai kanalis inguinalis kemudian
penderita disuruh batuk, bilamana ada dorongan atau tekanan timbul
pada ujung jari maka didapatkan hernia inguinalis lateralis, bila pada
samping jari maka didapatkan suatu hernia inguinalis medialis.
3. Thumb Test
Penderita dalam posisi tidur telentang atau pada posisi berdiri. Setelah
benjolan dimasukkan kedalam rongga perut, ibu jari kita tekankan pada
annulus internus.Penderita disuruh mengejan atau meniup dengan
hidung atau mulut tertutup atau batuk.Bila benjolan keluar waktu
mengejan berarti hernia inguinalis medialis dan bila tidak keluar berarti
hernia inguinalis lateralis.

III.2.6.3 Pemeriksaan Penunjang


Untuk mencari kemungkinan adanya tekanan intraperitoneal meningkat,
sebagai penyebab timbulnya hernia.

a. Rectum toucher : BPH, Stenosis Anal, Tumor Recti


b. Thorax foto : Batuk kronis, asma, tumor paru
c. USG Abdomen : Asites, tumor abdomen
d. Genitalia Eksterna : Striktura urethra, phymosis

III.2.7 Diagnosis Banding


1. Hernia Inguinale
a. Hidrokel testis
b. Limfadenopati
c. Abses inguinal
d. Varikokel
e. Hematom karena trauma
f. Lipoma
g. Tumor testis

Untuk membedakannya perlu diketahui bahwa munculnya hernia


erat hubungannya dengan aktifitas seperti mengejan , batuk dan gerak lain
yang disertai dengan peningkatan tekanan intra abdomen, sedangkan
penyakit lain tidak berhubungan dengan aktifitas demikian.
III.2.8 Komplikasi
a. Terjadi perlekatan antara isi hernia dengan kantong hernia, sehingga isi
hernia tidakdapat dimasukkan kembali (hernia inguinalis lateralis
ireponibilis). Pada keadaan inibelum ada gangguan penyaluran isi usus.
b. Terjadi penekanan pada cincin hernia, akibatnya makin banyak usus yang
masuk. Cincin hernia menjadi relatif sempit dan dapat menimbulkan
gangguan penyaluran isi usus.Keadaan ini disebut hernia inguinalis lateralis
incarcerata.
c. Bila incarcerata dibiarkan, maka timbul edema sehingga terjadi penekanan
pembuluhdarah dan terjadi nekrosis. Keadaan ini disebut hernia inguinalis
lateralis strangulata.
d. Timbul edema bila terjadi obstruksi usus yang kemudian menekan
pembuluh darah dankemudian timbul nekrosis.
e. Bila terjadi penyumbatan dan perdarahan akan timbul perut kembung,
muntah danobstipasi.
f. Bila isi perut terjepit dapat terjadi: shock, demam, asidosis metabolik, abses.

III.2.9 Tatalaksana
a. Nonoperatif
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia
yang telah direposisi (pemakaian sabuk TRUSS). Indikasinya adalah :
1. Bila menolak operasi
2. Disertai penyakit berat yang dapat meningkatkan tekanan
intraabdominal (ascites, cirrhosis hepatic, tumor paru).
3. Hernia Inguinalis Medialis ukuran kecil dan belum mengganggu (atasi
dulu faktor penyebabnya)
b. Operatif
Pada Hernia inguinalis:
1. Hernia inguinalis dengan komplikasi inkarserata ataupun stangulata.
2. Hernia inguinalis lateralis pada anak maupun dewasa (reponibilis atau
irreponibilis)
3. Hernia inguinalis medialis yang cukup besar dan mengganggu.
4. Jenis Operasi
a) Herniotomy, yaitu: membuang kantong hernia seproximal mungkin,
terutama pada anak-anak karena dasarnya adalah congenital tanpa
adanya kelemahan dinding perut.
b) Herniorrhapy, yaitu: herniotomy disertai tindakan bedah untuk
memperkuat dinding perut bagian bawah di belakang kanalis
inguinalis (hernioplasty). Untuk tindakan bedah ini (hernioplasty)
ada 3 macam:
1) Bassini: Menjahit conjoint tendon dengan ligament inguinal
untuk memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Funiculus spermaticus tetap berada di kanalis inguinalis.
2) Halstedt : Jahitan seperti bassini tetapi funiculus spermaticus
berada diatas aponeurosis MOE dibawah kulit.
3) Fergusson : Conjoint tendon dijahitkan pada lig. Inguinal
diatas funiculus spermaticus, kecuali pada daerah annulus
eksternus dimana tempat funiculus keluar menuju skrotum.
Saat ini sering digunakan prolene mesh (mersilen mesh)
untuk menutup atau memperkuat dinding belakang canalis
inguinalis.
5. Komplikasi Post Operasi
a) Hematoma (pada luka atau pada skrotum)
b) Infeksi pada luka operasi
c) Nyeri kronis
d) Nyeri dan pembengkakan testis yang menyebabkan atrofi testis
e) Rekurensi / residif
f) Cedera v. Femoralis, n.Illionguinalis, n.Illiofemoralis, duktus
deferens, atau buli-buli.

III.2.10 Prognosis
Prognosa tergantung pada keadaan umum penderita serta ketepatan
penanganan. Tapi pada umumnya baik karena kekambuhan setelah operasi jarang
terjadi, kecuali pada hernia berulang. Pada penyakit hernia ini yang penting adalah
mencegah faktor predisposisinya.
BAB IV

PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

IV.1 Pembahasan

Pada pasien ini terjadi hernia scrotalis ireponibel, dimana terdapatnya


benjolan dengan konsistensi lunak dan kenyal pada regio inguinal sampai dengan
skrotum. Gejala klinis pasien sesuai dengan teori yaitu pasien merasa nyeri pada
benjolan di regio inguinal dan skrotum dan benjolan tidak dapat di reposisi kembali
ke rongga perut serta mobilisasi yang terbatas karena merasa terhambat saat
berjalan. Pada pasien ini ditemukan demam, nyeri pada benjolan dan scrotum,
benjolan tidak dapat di reposisi disertai adanya gangguan vaskularisasi. Hal ini
didukung oleh hasil laboratorium terdapat peningkatan leukosit sehingga pada
pasien ini harus dilakukan herniotomi dan herniorafi emergensi atau cito.
Penatalaksanaan pada pasien dilakukan operasi herniotomi dan herniorafi
cito untuk mereposisi isi hernia (usus) kembali ke rongga abdomen, dilakukan
herniotomi untuk membebaskan kantong hernia sampai ke lehernya dengan cara
kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan jika terdapat perlekatan lalu direposisi
kemudian kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu di potong dan herniorafi
dilakukan untuk memperkecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding
blekang kanalis inguinalis. Herniorafi/hernioplasti lebih efektif mencegah
terjadinya residif dibandingkan dengan herniotomi. Tindakan sudah sesuai dengan
teori yang sudah dijabarkan.

IV.2 Kesimpulan

Hernia scrotalis ireponibel termasuk sebagai salah satu cedera yang serius.
Butuh pemantauan untuk melihat kondisi pasien apakah termasuk pasien dengan
hernia reponibel atau ireponibel inkarserata atau strangulata sehingga dokter dapat
memberikan tatalaksana yang tepat bagi pasien dengan hernia scrotalis ireponibel.
Pada pasien ini penanganan sudah baik dan tepat. Penanganan sudah sesuai
dengan teori yang sudah dijabarkan.
DAFTAR PUSTAKA

Dorland, WAN 2014, Kamus Saku Kedokteran Dorland Ed. 28, EGC, Jakarta

Drake, RL, Vogl, AW & Mitchell, A 2015, Gray’s Anatomy for Students, 3rd
Edition, Elsevier

Moore, K & Agur, A 2013, Anatomi Klinis Dasar, Hipokrates, Jakarta

Rabow, MW 2015, Current Medical Diagnosis & Treatment, 54th ed, Mc Graw-
Hill Education, United States of America

Resmisari, T & Liena 2007, Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi, EGC, Jakarta

Sjamsuhidajat, R, Karnadihaja, Prasetyono & Rudiman 2010, Buku Ajar Ilmu


Bedah, Ed.3, EGC, Jakarta

Tanto, C, Liwang, F, Hanifati, S dan Pradipta, EA 2014, Kapita Selekta


Kedokteran, Ed. 4 Jilid II, Media Aesculapius, Jakarta

You might also like