You are on page 1of 15

KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II

SISTEM PENCERNAAN

PENYAKIT
“HEMOROID”

Oleh :
KELOMPOK 10
Fine Potalangi 17061133
Gebby Purukan 17061112
Debora Kembuan 17061041
Gloria Kondoy 17061079
Kelas C, Semester 4

FAKULTAS KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS KATOLIK DE LA SALLE MANADO
2019
HEMOROID (AMBEIEN)
A. Definisi
Wasir adalah kondisi di mana pembuluh darah vena di sekitar anus meradang atau
bengkak. Kondisi juga sering disebut sebagai hemorrhoid atau lebih terkenalnya disebut
sebagai ambeien.
Hemoroid merupakan pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah anus yang
berasal dari plexus hemorrhoidalis. Di bawah atau diluar linea dentate pelebaran vena yang
berada di bawah kulit (subkutan) disebut hemoroid eksterna. Sedangkan diatas atau di dalam
linea dentate, pelebaran vena yang berada di bawah mukosa (submukosa) disebut hemoroid
interna .

B. Etiologi
Faktor risiko terjadinya hemoroid antara lain faktor mengedan pada buang air besar
yang sulit, pola buang air besar yang salah (lebih banyak memakai jamban duduk, terlalu
lama duduk di jamban sambil membaca, merokok), peningkatan tekanan intra abdomen,
karena tumor (tumor usus, tumor abdomen), kehamilan (disebabkan tekanan janin pada
abdomen dan perubahan hormonal), usia tua, konstipasi kronik, diare kronik atau diare akut
yang berlebihan, hubungan seks peranal, kurang minum air, kurang makanmakanan berserat
(sayur dan buah), kurang olahraga/imobilisasi.
Faktor penyebab hemoroid dapat terjadi karena kebiasaan buang air besar tidak tentu
dan setiap kali berak mengedan terlalu keras, terlalu lama duduk sepanjang tahun, infeksi,
kehamilan dapat merupakan faktor-faktor penyebab hemoroid.
Faktor predisposisi terjadinya hemoroid adalah herediter, anatomi, makanan, pekerjaan,
psikis, dan senilitas. Sedangkan sebagai faktor presipitasi adalah faktor mekanis (kelainan
sirkulasi parsial dan peningkatan tekanan intraabdominal), fisiologis dan radang.Umumnya
faktor etiologi tersebut tidak berdiri sendiri tetapi saling berkaitan.

C. Anatomi Fisiologi
Bagian utama usus besar yang terakhir dinamakan rectum dan terbentang dari colon
sigmoid sampai anus, colon sigmoid mulai setinggi krista iliaka dan berbentuk lekukan
huruf S. Lekukan bagian bawah membelok ke kiri waktu colon sigmoid bersatu dengan
rectum. Satu inci dari rectum dinamakan canalis ani dan dilindungi oleh sfingter eksternus
dan internus. Panjang rectum dan kanalis ani sekitar 15 cm.
Usus besar secara klinis dibagi menjadi belahan kanan dan belahan kiri sesuai dengan
suplai darah yang diterimanya. Arteri mesentrika superior memperdarahi belahan bagian
kanan yaitu sekum, colon asendens dan dua pertiga proksimal colon tranversum, dan arteria
masentrika inferior memperdarahi belahan kiri yaitu sepertiga distal colon transversum,
colon desendens, sigmoid dan bagian proksimal rectum. Suplai darah tambahan untuk
rectum adalah melalui arteria sakralis media dan arteria hemoroidalis inferior dan media
yang dicabangkan dari arteria iliaka dan aorta abdominalis.

Alir balik vena dari colon dan rectum superior melalui vena mesentrika superior dan
inferior dan vena hemoroidalis superior, yaitu bagian dari system portal yang mengalirkan
darah kehati. Vena hemoroidalis media dan inferior mengalirkan darah ke vena iliaka dan
merupakan bagian dari sirkulasi sistemik. Terdapat anastomosis antara vena hemoroidalis
superior, media dan inferior, sehingga peningkatan tekanan portal dapat mengakibatkan
aliran darah balik ke dalam vena-vena ini.

Terdapat dua jenis peristaltic propulsif : (1) kontraksi lamban dan tidak teratur, berasal
dari segmen proksimal dan bergerak ke depan, menyumbat beberapa haustra, (2) peristaltic
massa, merupakan kontraksi yang melibatkan segmen colon. Gerakan peristaltic ini
menggerakkan massa feces ke depan, akhirnya merangsang defekasi. Kejadian ini timbul
dua sampai tiga kali sehari dan dirangsang oleh reflek gastrokolik setelah makan pertama
masuk pada hari itu.
Propulasi feces ke rectum mengakibatkan distensi dinding rectum dan merangsang reflek
defekasi. Defekasi dikendalikan oleh sfingter ani eksterna dan interna. Sfingter interna
dikendalikan oleh system saraf otonom, dan sfingter eksterna berada dibawah control
volunter. Reflek defekasi terintegrasi pada segmen sakralis kedua dan keempat dari medulla
spinalis. Serabut-serabut parasimpatis mencapai rectum melalui saraf splangnikus panggul
dan bertanggung jawab atas kontraksi rectum dan bertanggung jawab atas kontraksi rectum
dan relaksasi sfingter interna. Pada waktu rectum yang mengalami distensi berkontraksi, otot
levator ani berelaksasi, sehingga menyebabkan sudut dan anulus anorektal menghilang.
Otot-otot sfingter interna dan eksterna berelaksasi pada waktu anus tertarik atas melebihi
tinggi massa feces. Defekasi dipercepat dengan adanya peningkatan tekanan intra-abdomen
yang terjadi akibat kontraksi valunter. Otot-otot dada dengan glotis ditutup, dan kontraksi
secara terus menerus dari otot-otot abdomen (maneuver atau peregangan valsava). Defekasi
dapat dihambat oleh kontraksi volunter otot-otot sfingter eksterna dan levator ani. Dinding
rectum secara bertahap akan relaks, dan keinginan untuk berdefaksi menghilang.
D. Patofisiologi
Hemoroid timbul akibat kongesti vena yang disebabkan oleh gangguan aliran balik dari
vena hemoroidalis. Telah diajukan beberapa faktor etiologi yaitu konstipasi, diare, sering
mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroid uteri, dan tumor
rektum. Penyakit hati kronis yang disertai hipertensi portal sering mengakibatkan hemoroid,
karena vena hemoroidalis superior mengalirkan darah ke sistem portal. Selain itu sistem
portal tidak mempunyai katup, sehingga mudah terjadi aliran balik.
Hemoroid dapat dibedakan atas hemoroid eksterna dan interna. Hemoroid eksterna di
bedakan sebagai bentuk akut dan kronis. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan
pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan suatu hematoma, walaupun disebut sebagai
hemoroid trombosis eksternal akut. Bentuk ini sering terasa sangat nyeri dan gatal karena
ujungujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri. Kadang-kadang perlu membuang
trombus dengan anestesi lokal, atau dapat diobati dengan “kompres duduk” panas dan
analgesik. Hemoroid eksterna kronis atau skin tag biasanya merupakan sekuele dari
hematom akut. Hemoroid ini berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang terdiri dari
jaringan ikat dan sedikit pembuluh darah. (Price, 2005)
Hemoroid interna dibagi berdasarkan gambaran klinis atas : derajat 1 , bila terjadi
pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar kanal anus, hanya dapat dilihat dengan
anorektoskop. Derajat 2, pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau masuk
sendiri ke dalam anus secara spontan. Derajat 3, pembesaran hemoroid yang prolaps dapat
masuk lagi ke dalam anus dengan bantuan dorongan jari. Derajat 4, prolaps hemoroid yang
permanen, rentan dan cenderung untuk mengalami thrombosis dan infark.

E. Manifestasi Klinik
Sedangkan tanda dan gejala pasien hemoroid dapat mengeluh hal-hal seperti
berikut:
a. Perdarahan
Keluhan yang sering dan timul pertama kali yakni : darah segar menetes setelah buang air
besar (BAB), biasanya tanpa disertai nyeri dan gatal di anus. Pendarahan dapat juga
timbul di luar wakyu BAB, misalnya pada orang tua. Perdaran ini berwarna merah segar.
b. Benjolan
Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi spontan atau manual merupakan
cirri khas/ karakteristik hemoroid.
c. Nyeri dan rasa tidak nyaman
Dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis ( sumbatan komponen darah di bawah anus),
benjolan keluar anus, polip rectum, skin tag.
d. Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus
Akibat penegluaran cairan dari selaput lender anus disertai perdarahan merupakan tanda
hemoroid interna, yang sering mengotori pakaian dalam bahkan dapat menyebabkan
pembengkakan kulit.

F. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Sjamsuhidajat dan Jong (2005), pemeriksaan penunjang pada penderita
hemoroid yaitu :
a) Colok dubur, apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel penutup bagian yang
menonjol ke luar ini mengeluarkan mucus yang dapat dilihat apabila penderita diminta
mengedan. Pada pemeriksaan colok dubur hemoroid intern tidak dapat diraba sebab tekanan
vena didalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Colok dubur diperlukan untuk
menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum.
b) Anoskop, diperlukan untuk melihat hemoroid intern yang tidak menonjol ke luar.
Anoskop dimasukkan dan di putar untuk mengamati keempat kuadran. Hemoroid intern
terlihat sebagai stuktur vascular yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta
mengedan sedikit, ukuran hemoroid akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih
nyata.
c) Proktosigmoidoskopi, perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan
disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan ditingkat yang lebih tinggi, karena
hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus
diperiksa terhadap adanya darah samar.

G. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan hemoroid tergantung pada macam dan derajat hemoroidnya.
Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksternal yang mengalami trombosis tampak sebagai benjolan yang nyeri pada
anal verge. Jika pasien membaik dan hanya mengeluh nyeri ringan, pemberian analgesik,
sitz baths, dan pelunak feses. Tetapi jika pasien mengeluh nyeri yang parah, maka eksisi di
bawah anestesi lokal dianjurkan. Pengobatan secara bedah menawarkan penyembuhan yang
cepat, efektif dan memerlukan waku hanya beberapa menit dan segera menghilangkan
gejala. Penatalaksanaan secara bedah yaitu pasien berbaring dengan posisi menghadap ke
lateral dan lutut di lipat (posisi seems), dasar hematom diinfiltrasi dengan anestetik lokal.
Bagian atas bokong didorong untuk memaparkan trombosis hemoroid. Kulit dipotong
berbentuk elips menggunakan gunting iris dan forsep diseksi; hal ini dengan segera
memperlihatkan bekuan darah hitam yang khas di dalam hemoroid yang dapat dikeluarkan
dengan tekanan atau diangkat keluar dengan forsep.
Hemoroid Interna
Pengobatan hemoroid interna tergantung dari derajat hemoroidnya.

Hemoroid Interna

Derajat Berdarah Prolaps Reposisi

I + – –

II + + Spontan

III + + Manual

IV + Tetap Irreponibel

Hemorroid interna diterapi sesuai dengan gradenya. Tetapi hemorroid


eksterna selalu dengan operasi. Konservatif indikasi untuk grade 1-2, < 6 jam, belum
terbentuk trombus. Operatif indikasi untuk grade 3-4, perdarahan dan nyeri.

Hemoroid derajat I dan II


Kebanyakan pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan lokal yang
sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat
tinggi, misalnya sayuran dan buah-buahan Makanan berserat tinggi ini membuat gumpalan
isi usus menjadi besar namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi
keharusan mengedan secara berlebihan.
Hemoroid Derajat III dan IV
Pengobatan dengan krioterapi pada derajat III dilakukan jika diputuskan tidak perlu
dilakukan hemoroidektomi. Pengobatan dengan criyosurgery (bedah beku) dilakukan pada
hemoroid yang menonjol, dibekukan dengan CO2 atau NO2 sehingga mengalami nekrosis
dan akhirnya fibrosis. Tidak dipakai secara luas karena mukosa yang dibekukan (nekrosis)
sukar ditentukan luasnya. Hemoroidektomi dilakukan pada pasien yang mengalami
hemoroid yang menahun dan mengalami prolapsus besar (derajat III dan IV).
Ada 3 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi yaitu pengangkatan pleksus dan
mukosa, pengangkatan pleksus tanpa mukosa, dan pengangkatan mukosa tanpa pleksus.
Teknik pengangkatan dapat dilakukan menurut 2 metode :
Metode Langen-beck : yaitu dengan cara menjepit radier hemoroid interna, mengadakan
jahitan jelujur klem dengan catgut crhomic No. 00, mengadakan eksisi di atas klem. Sesudah
itu klem dilepas dan jahitan jelujur di bawah klem diikat, diikuti usaha kontinuitas mukosa.
Cara ini banyak dilakukan karena mudah dan tidak mengandung risiko pembentukan
jaringan parut sirkuler yang biasa menimbulkan stenosis.
Metode whitehead : yaitu mengupas seluruh v. hemoroidalis dengan membebaskan
mukosa dari sub mukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu,
sambil mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
Metode stapled : yaitu dengan cara mengupas mukosa rektum. Metode ini lebih unggul
dan lebih banyak dipakai karena perdarahannya dan nyeri post operasinya berkurang
dibandingkan dengan metode yang lain.

H. Penatalaksanaan Keperawatan
Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat hilang dengan Higine Personal yang baik
dan menghindari mengejan berlebihan selama defekasi.
Diet tinggi serat yang mengandug buah dan sekam mungkin satu-satunya tindakan yang
diperlukan;bila tindakan ini gagal laktasif yang berfungsi mengabsorpsi air saat melewati
usus dapat membantu.
Rendam duduk dengan salep dan supositoria yang mengandung anestasi,astringen (witch
hazel) dan tirah baring adalah tindakan yang memungkinkan pembesaran berkurang.

I. Komplikasi
1. Terjadi trombosit

Karena hemoroid keluar sehingga lama-lama darah akan membeku dan menjadi
trombosit
2. Peradangan

Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang
karena disana banyak kotoran yang ada kuman-kumannnya
3. Terjadi perdarahan

Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar . perdarahan akut pada umumnya
jarang,hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat
membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid
smacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering
terjadi yaitu prdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena
jumlah eritrosot yang diproduksi tidak bias mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia
terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita
walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid
keluar,dan tidak dapat masuk lagi(inkarserata/terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang
dapat menyebabkan sepsi dan bias mengakibatkan kematian.

J. Patoflow
K. Askep Teori

- Pengkajian
Menurut Doenges tahun 2000 pengkajian fokus keperawatan

hemoroidectomy meliputi:
1. Aktivitas/ istirahat
Gejala : Kelemahan, malaise.
2. Sirkulasi

Tanda:Takikardi (nyeri ansietas), pucat (kemungkinan adanya perdarahan)


3. Eliminasi

Gejala :Riwayat adanya hemoroid, ketidakmampuan defekasi ( konstipasi), rasa tidak


puas waktu defekasi.
Tanda : Konstipasi (kerasnya) terdapat goresan darah atau nanah, keluar darah sesudah
atau sewaktu defekasi, perdarahan biasanya berwarna merah segar karena tempat
perdarahan yang dekat. Hemoroid interna seringkali berdarah waktu defekasi, sedangkan
hemoroid eksterna jarang berdarah.
4. Makanan/ cairan

Gejala : Anoreksia, mual dan muntah


5. Nyeri/ kenyamanan

Gejala : Terjadi saat defekasi, duduk dan berjalan


Tanda : Terus menerus atau berjangka waktu, tajam atau berdenyut
6. Keamanan

Gejala : Gangguan dalam terapi obat yang mengakibatkan konstipasi


Tanda : konstipasi
7. Penyuluhan/ pembelajaran

Gejala : Riwayat keluarga hemoroid, pola defekasi buruk


Rencana pemulangan : perubahan pola makan yang buruk dengan tinggi serat, dapat
memerlukan bantuan dalam pengobatan dan aktifitas perawatan diri dan pemeliharaan,
perubahan rencana diit.

- Intervensi
1. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan terputusnya jaringan perifer.

Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang setelah perawatan 2X24 jam dengan kriteria hasil :
Skala nyeri 0-1, Klien tampak rileks.
Intervensi :
a. Kaji skala nyeri

Rasional : menentukan tingkat nyeri, untuk menentukan tindakan yang


tepat.
b. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam.

Rasional :untuk mengurangi rasa nyeri.


c. Beri posisi tidur yang nyaman.
Rasional : untuk meningkatkan rasa nyaman.
d. Observasi tanda-tanda vital.

Rasional : identifikasi dini komplikasi nyeri.


e. Berikan bantalan flotasi dibawah bokong saat duduk.

Rasional : menghindari penekanan pada daerah operasi.


f. Kolaborasi untuk rendam duduk setelah tampon diangkat.

Rasional:kehangatan meningkatkan sirkulasi dan membantu


menghilangkan ketidaknyamanan.

g. Kolaborasi untuk pemberian terapi analgetik.

Rasional : mengurangi nyeri.

1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penurunan respon paru.

Tujuan : pola nafas kembali efektif.


Kriteria hasil : pola nafas efektif, bunyi nafas normal.
Intervensi :
a. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan

Rasional : mengetahui frekuensi pernafasan.


b. Beri posisi kepala lebih tinggi

Rasional : memudahkan pernafasan.


c. Kolaborasi pemberian oksigen.

Rasional : membantu memaksimalkan pernafasan.


2. Konstipasi berhubungan dengan peristaltik usus menurun.

Tujuan : konstipasi tidak terjadi.


Kriteria hasil : klien dapat buang air besar secara rutin 1x sehari, feses tidak keras.
Intervensi :
a. Anjurkan untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung serat.
Rasional : serat dapat merangsang peristaltik dan eliminasi regular.
b. Anjurkan untuk banyak minum air putih.

Rasional : cairan yang banyak bertujuan untuk mempermudah

defekasi.
c.Berikan huknah gliserin.
Rasional : untuk membantu mempermudah buang air besar..

3. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya luka operasi di daerah

anorektal.
Tujuan : tidak terjadi infeksi setelah perawatan 2X24 jam.
kriteria hasil : Luka sembuh dengan baik, tanda-tanda vital dalam batas normal
Intervensi :
a. Observasi tanda-tanda vital

Rasional : peningkatan nilai tanda-tanda vital merupakan indikator dini proses


infeksi.
b. Berikan rendam duduk setiap kali setelah buang air besar selama 1-2 minggu.

Rasional : mematikan kuman penyebab infeksi.


c. Kaji daerah operasi terhadap pembengkakan dan pengeluaran pus.

Rasional : Merupakan tanda-tanda infeksi.


d. Ganti tampon setiap kali setelah BAB.

Rasional : mencegah infeksi.


e. Kolaborasi untuk pemberian terapi antibiotik.

Rasional : membunuh bakteri yang menyebabkan infeksi.


4. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan spasme otot karena takut

gerak.
Tujuan : Tidak terjadi gangguan mobilitas setelah dilakukan tindakan keperawatan 3X24
jam dengan kriteria hasil : Klien mampu melakukan aktifitas sesuai keadaan untuk
memenuhi kebutuhan sendiri, klien dapat mempertahankan posisi yang fungsional.
Intervensi :
a. Kaji kemampuan klien terhadap aktivitas.

Rasional : untuk mengetahui seberapa kemampuan klien dalam


beraktivitas.
b. Anjurkan pada klien untuk meningkatkan aktivitas secara bertahap.

Rasional : untuk menghindari kekakuan pada otot.


c. Hindari duduk dengan posisi yang tetap dalam waktu lama.

Rasional : menghindari regangan pada anorectal


d. Ubah posisi secara periodik sesuai dengan keadaan klien.

Rasional : mencegah terjadinya luka dekubitus atau komplikasi kulit.


5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri post hemoroidectomy. Tujuan :
Istirahat tidur klien terpenuhi setelah dilakukan tindakan perawatan selama 3X24 jam
dengan kriteria hasil : Pasien dapat tidur 6-8 jam setiap malam, Secara verbal mengatakan
dapat lebih rileks dan lebih segar

Intervensi :
a. Lakukan kajian masalah gangguan tidur pasien dan penyebab kurang

tidur.
Rasional : Memberikan informasi dasar dalam menentukan rencana perawatan.
b. Anjurkan makan yang cukup satu jam sebelum tidur.
Rasional : Meningkatkan tidur.
c. Beri posisi yang nyaman.

Rasional : Meningkatkan pola tidur.


d. Kolaborasi dalam pemberian analgetik dan sedatif setengah jam sebelum tidur.

e. Rasional : Mengurangi gangguan tidur.


(Wartonah, 2006)

DAFTAR PUSTAKA

 LeMoore,Burke&Baudoff. 2015. Keperawatan Medikal Bedah, Ed.5.


Jakarta:EGC
 Hurst. 2015. Keperawatan Medikal Bedah,Vol.3. Jakarta: EGC
 https://www.academia.edu/9811019/LAPORAN_PENDAHULUAN_HEMOROI
D
 http://staff.unila.ac.id/syazilimustofa/2013/12/03/hemoroid-wasir/

You might also like