You are on page 1of 6

Pemeriksaan Penunjang Hemoroid

Anal canal dan rektum diperiksa dengan menggunakan anoskopi dan sigmoidoskopi. Anoskopi dilakukan
untuk menilai mukosa rektal dan mengevaluasi tingkat pembesaran hemoroid (Halverson, 2007). Side-
viewing pada anoskopi merupakan instrumen yang optimal dan tepat untuk mengevaluasi hemoroid.
Allonso-Coello dan Castillejo (2003) dalam Kaidar-Person, Person, dan Wexner (2007) menyatakan
bahwa ketika dibandingkan dengan sigmodoskopi fleksibel, anoskopi mendeteksi dengan presentasi
lebih tinggi terhadap lesi di daerah anorektal.

Gejala hemoroid biasanya bersamaan dengan inflamasi pada anal canal dengan derajat berbeda.
Dengan menggunakan sigmoidoskopi, anus dan rektum dapat dievaluasi untuk kondisi lain sebagai
diagnosa banding untuk perdarahan rektal dan rasa tak nyaman seperti pada fisura anal dan fistula,
kolitis, polip rektal, dan kanker. Pemeriksaan dengan menggunakan barium enema X-ray atau
kolonoskopi harus dilakukan pada pasien dengan umur di atas 50 tahun dan pada pasien dengan
perdarahan menetap setelah dilakukan pengobatan terhadap hemoroid (Canan, 2002)

Pemeriksaan penunjang

Menurut Sjamsuhidajat dan Jong (2005), pemeriksaan penunjang pada penderita hemoroid yaitu :

a) Colok dubur, apabila hemoroid mengalami prolaps, lapisan epitel penutup bagian yang menonjol ke
luar ini mengeluarkan mucus yang dapat dilihat apabila penderita diminta mengedan. Pada pemeriksaan
colok dubur hemoroid intern tidak dapat diraba sebab tekanan vena didalamnya tidak cukup tinggi, dan
biasanya tidak nyeri. Colok dubur diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rectum.

b) Anoskop, diperlukan untuk melihat hemoroid intern yang tidak menonjol ke luar. Anoskop
dimasukkan dan di putar untuk mengamati keempat kuadran. Hemoroid intern terlihat sebagai stuktur
vascular yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengedan sedikit, ukuran hemoroid
akan membesar dan penonjolan atau prolaps akan lebih nyata.

c) Proktosigmoidoskopi, perlu dikerjakan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh
proses radang atau proses keganasan ditingkat yang lebih tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan
fisiologik saja atau tanda yang menyertai. Feses harus diperiksa terhadap adanya darah samar.

Penatalaksanaan Hemoroid

Menurut Acheson dan Scholefield (2006), penatalaksanaan hemoroid dapat dilakukan dengan beberapa
cara sesuai dengan jenis dan derajat daripada hemoroid.

Penatalaksanaan Konservatif

Sebagian besar kasus hemoroid derajat I dapat ditatalaksana dengan pengobatan konservatif.
Tatalaksana tersebut antara lain koreksi konstipasi jika ada, meningkatkan konsumsi serat, laksatif, dan
menghindari obat-obatan yang dapat menyebabkan kostipasi seperti kodein (Daniel, 2010) Penelitian
meta-analisis akhir-akhir ini membuktikan bahwa suplemen serat dapat memperbaiki gejala dan
perdarahan serta dapat direkomendasikan Universitas Sumatera Utara pada derajat awal hemoroid
(Zhou dkk, 2006). Perubahan gaya hidup lainnya seperti meningkatkan konsumsi cairan, menghindari
konstipasi dan mengurangi mengejan saat buang air besar dilakukan pada penatalaksanaan awal dan
dapat membantu pengobatan serta pencegahan hemoroid, meski belum banyak penelitian yang
mendukung hal tersebut. Kombinasi antara anestesi lokal, kortikosteroid, dan antiseptik dapat
mengurangi gejala gatal-gatal dan rasa tak nyaman pada hemoroid. Penggunaan steroid yang berlama-
lama harus dihindari untuk mengurangi efek samping. Selain itu suplemen flavonoid dapat membantu
mengurangi tonus vena, mengurangi hiperpermeabilitas serta efek antiinflamasi meskipun belum
diketahui bagaimana mekanismenya (Acheson dan Scholrfield, 2008).

Pembedahan

Acheson dan Scholfield (2008) menyatakan apabila hemoroid internal derajat I yang tidak membaik
dengan penatalaksanaan konservatif maka dapat dilakukan tindakan pembedahan. HIST (Hemorrhoid
Institute of South Texas) menetapkan indikasi tatalaksana pembedahan hemoroid antara lain:

a. Hemoroid internal derajat II berulang.

b. Hemoroid derajat III dan IV dengan gejala.

c. Mukosa rektum menonjol keluar anus.

d. Hemoroid derajat I dan II dengan penyakit penyerta seperti fisura.

e. Kegagalan penatalaksanaan konservatif.

f. Permintaan pasien.

Pembedahan yang sering dilakukan yaitu:

1. Skleroterapi. Teknik ini dilakukan menginjeksikan 5 mL oil phenol 5 %, vegetable oil, quinine, dan urea
hydrochlorate atau hypertonic salt solution. Lokasi injeksi adalah submukosa hemoroid. Efek injeksi
sklerosan tersebut adalah edema, reaksi inflamasi dengan proliferasi fibroblast, dan trombosis
intravaskular. Reaksi ini akan menyebabkan Universitas Sumatera Utara fibrosis pada sumukosa
hemoroid. Hal ini akan mencegah atau mengurangi prolapsus jaringan hemoroid (Kaidar-Person dkk,
2007). Senapati (1988) dalam Acheson dan Scholfield (2009) menyatakan teknik ini murah dan mudah
dilakukan, tetapi jarang dilaksanakan karena tingkat kegagalan yang tinggi.

2. Rubber band ligation. Ligasi jaringan hemoroid dengan rubber band menyebabkan nekrosis iskemia,
ulserasi dan scarring yang akan menghsilkan fiksasi jaringan ikat ke dinding rektum. Komplikasi prosedur
ini adalah nyeri dan perdarahan.

3. Infrared thermocoagulation. Sinar infra merah masuk ke jaringan dan berubah menjadi panas.
Manipulasi instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengatur banyaknya jumlah kerusakan jaringan.
Prosedur ini menyebabkan koagulasi, oklusi, dan sklerosis jaringan hemoroid. Teknik ini singkat dan
dengan komplikasi yang minimal.

4. Bipolar Diathermy. Menggunakan energi listrik untuk mengkoagulasi jaringan hemoroid dan
pembuluh darah yang memperdarahinya. Biasanya digunakan pada hemoroid internal derajat rendah.

5. Laser haemorrhoidectomy.

6. Doppler ultrasound guided haemorrhoid artery ligation. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan
proktoskop yang dilengkapi dengan doppler probe yang dapat melokalisasi arteri. Kemudian arteri yang
memperdarahi jaringan hemoroid tersebut diligasi menggunakan absorbable suture. Pemotongan aliran
darah ini diperkirakan akan mengurangi ukuran hemoroid.

7. Cryotherapy. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan temperatur yang sangat rendah untuk
merusak jaringan. Kerusakan ini disebabkan kristal yang terbentuk di dalam sel, menghancurkan
membran sel dan jaringan. Namun prosedur ini menghabiskan banyak waktu dan hasil yang cukup
mengecewakan. Cryotherapy adalah teknik yang paling jarang dilakukan untuk hemoroid (American
Gastroenterological Association, 2004). Universitas Sumatera Utara

8. Stappled Hemorrhoidopexy. Teknik dilakukan dengan mengeksisi jaringan hemoroid pada bagian
proksimal dentate line. Keuntungan pada stappled hemorrhoidopexy adalah berkurangnya rasa nyeri
paska operasi selain itu teknik ini juga aman dan efektif sebagai standar hemorrhoidectomy (Halverson,
2007).

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan hemoroid tergantung pada macam dan derajat hemoroidnya.

Hemoroid Eksterna

Hemoroid eksternal yang mengalami trombosis tampak sebagai benjolan yang nyeri pada anal verge.
Jika pasien membaik dan hanya mengeluh nyeri ringan, pemberian analgesik, sitz baths, dan pelunak
feses. Tetapi jika pasien mengeluh nyeri yang parah, maka eksisi di bawah anestesi lokal dianjurkan.
Pengobatan secara bedah menawarkan penyembuhan yang cepat, efektif dan memerlukan waku hanya
beberapa menit dan segera menghilangkan gejala. Penatalaksanaan secara bedah yaitu pasien berbaring
dengan posisi menghadap ke lateral dan lutut di lipat (posisi seems), dasar hematom diinfiltrasi dengan
anestetik lokal. Bagian atas bokong didorong untuk memaparkan trombosis hemoroid. Kulit dipotong
berbentuk elips menggunakan gunting iris dan forsep diseksi; hal ini dengan segera memperlihatkan
bekuan darah hitam yang khas di dalam hemoroid yang dapat dikeluarkan dengan tekanan atau
diangkat keluar dengan forsep.

Hemoroid Interna

Pengobatan hemoroid interna tergantung dari derajat hemoroidnya.


Hemoroid Interna

Derajat Berdarah Prolaps Reposisi

I + – –

II + + Spontan

III + + Manual

IV + Tetap Irreponibel

Hemorroid interna diterapi sesuai dengan gradenya. Tetapi hemorroid eksterna selalu
dengan operasi. Konservatif indikasi untuk grade 1-2, < 6 jam, belum terbentuk trombus. Operatif
indikasi untuk grade 3-4, perdarahan dan nyeri.

Hemoroid derajat I dan II

Kebanyakan pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan lokal yang sederhana
disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi, misalnya
sayuran dan buah-buahan Makanan berserat tinggi ini membuat gumpalan isi usus menjadi besar
namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara
berlebihan.

Hemoroid Derajat III dan IV

Pengobatan dengan krioterapi pada derajat III dilakukan jika diputuskan tidak perlu dilakukan
hemoroidektomi. Pengobatan dengan criyosurgery (bedah beku) dilakukan pada hemoroid yang
menonjol, dibekukan dengan CO2 atau NO2 sehingga mengalami nekrosis dan akhirnya fibrosis. Tidak
dipakai secara luas karena mukosa yang dibekukan (nekrosis) sukar ditentukan luasnya.
Hemoroidektomi dilakukan pada pasien yang mengalami hemoroid yang menahun dan mengalami
prolapsus besar (derajat III dan IV).

Ada 3 prinsip dalam melakukan hemoroidektomi yaitu pengangkatan pleksus dan mukosa,
pengangkatan pleksus tanpa mukosa, dan pengangkatan mukosa tanpa pleksus. Teknik pengangkatan
dapat dilakukan menurut 2 metode :

Metode Langen-beck : yaitu dengan cara menjepit radier hemoroid interna, mengadakan jahitan jelujur
klem dengan catgut crhomic No. 00, mengadakan eksisi di atas klem. Sesudah itu klem dilepas dan
jahitan jelujur di bawah klem diikat, diikuti usaha kontinuitas mukosa. Cara ini banyak dilakukan karena
mudah dan tidak mengandung risiko pembentukan jaringan parut sirkuler yang biasa menimbulkan
stenosis.

Metode whitehead : yaitu mengupas seluruh v. hemoroidalis dengan membebaskan mukosa dari sub
mukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu, sambil mengusahakan
kontinuitas mukosa kembali.

Metode stapled : yaitu dengan cara mengupas mukosa rektum. Metode ini lebih unggul dan lebih
banyak dipakai karena perdarahannya dan nyeri post operasinya berkurang dibandingkan dengan
metode yang lain.

PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat hilang dengan Higine Personal yang baik dan menghindari
mengejan berlebihan selama defekasi.

Diet tinggi serat yang mengandug buah dan sekam mungkin satu-satunya tindakan yang diperlukan;bila
tindakan ini gagal laktasif yang berfungsi mengabsorpsi air saat melewati usus dapat membantu.
Rendam duduk dengan salep dan supositoria yang mengandung anestasi,astringen (witch hazel) dan
tirah baring adalah tindakan yang memungkinkan pembesaran berkurang.

KOMPLIKASI

1. Terjadi trombosit
Karena hemoroid keluar sehingga lama-lama darah akan membeku dan menjadi trombosit
2. Peradangan
Kalau terjadi lecet karena tekanan vena hemoroid dapat terjadi infeksi dan meradang karena
disana banyak kotoran yang ada kuman-kumannnya
3. Terjadi perdarahan
Pada derajat satu darah keluar menetes dan memancar . perdarahan akut pada umumnya
jarang,hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat
membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid smacam ini
mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu
prdarahan kronis dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosot
yang diproduksi tidak bias mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis,
sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena
adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar,dan tidak dapat masuk
lagi(inkarserata/terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsi dan bias
mengakibatkan kematian.

You might also like