You are on page 1of 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Cairan dan elektrolit sangat diperlukan dalam rangka menjaga kondisi tubuh tetap
sehat. Keseimbangan cairan dan elektrolit di dalam tubuh adalah merupakan salah satu
bagian dari fisiologi homeostatis. Keseimbangan cairan dan elektrolit melibatkan
komposisi dan perpindahan berbagai cairan tubuh. Cairan tubuh adalah larutan yang
terdiri dari air ( pelarut) dan zat tertentu (zat terlarut). Elektrolit adalah zat kimia yang
menghasilkan partikel-partikel bermuatan listrik yang disebut ion jika berada dalam
larutan. Cairan dan elektrolit masuk ke dalam tubuh melalui makanan, minuman, dan
cairan intravena (IV) dan didistribusi ke seluruh bagian tubuh. Keseimbangan cairan dan
elektrolit berarti adanya distribusi yang normal dari air tubuh total dan elektrolit ke dalam
seluruh bagian tubuh.
Keseimbangan cairan dan elektrolit saling bergantung satu dengan yang lainnya;
jika salah satu terganggu maka akan berpengaruh pada yang lainnya.Cairan tubuh dibagi
dalam dua kelompok besar yaitu : cairan intraseluler dan cairan ekstraseluler.Cairan
intraseluler adalah cairan yang berda di dalam sel di seluruh tubuh, sedangkan cairan
akstraseluler adalah cairan yang berada di luar sel dan terdiri dari tiga kelompok yaitu :
cairan intravaskuler (plasma), cairan interstitial dan cairan transeluler. Cairan
intravaskuler (plasma) adalah cairan di dalam sistem vaskuler, cairan intersitial adalah
cairan yang terletak diantara sel,sedangkan cairan traseluler adalah cairan sekresikhusus
seperti cairan serebrospinal, cairan intraokuler, dan sekresi saluran cerna.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana konsep dasar pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit?
1.2.2 Bagaimana konsep asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan cairan dan
elektrolit?
1.2.3 Bagaimana aplikasinya dalam kasus di kehidupan sehari-hari?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1 Untuk mengetahui tentang konsep dasar kebutuhan cairan dan elektrolit
1.3.2 Untuk mengetahui konsep asuhan keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan
cairan dan elektrolit

1
1.3.3 Untuk memahami aplikasi kasus kebutuhan cairan dan elektrolit di kehidupan
sehari-hari.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Teori


A. Pengertian
2
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme
tubuh membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stresor fisiologis
dan lingkungan. Cairan dan elektrolit saling berhubungan, ketidakseimbangan yang
berdiri sendiri jarang terjadi dalam bentuk kelebihan atau kekurangan.

B. Volume dan Distribusi Cairan Tubuh


1. Volume Cairan Tubuh
Total jumlah volume cairan tubuh (total body water---TBW) kira-kira
60% dari berat badan pria dan 50% dari berat badan wanita. Jumlah volume ini
tergantung pada kandungan lemak badan dan usia. Lemak jaringan sangat sedikit
menyimpan cairan, dimana lemak pada wanita lebih banyak dari pria sehingga
jumlah volume cairan lebih rendah dari pria. Usia juga berpengaruh terhadap
TBW dimana makin tua usia makin sedikit kandungan airnya. Sebagai contoh,
bayi baru lahir TBW-nya 70-80% dari BB, usia 1 tahun 60% dari BB, usia
pubertas sampai dengan 39 tahun untuk pria 60% dari BB dan wanita 52% dari
BB, usia 40-60 tahun untuk pria 55% dari BB dan wanita 47% dari BB,
sedangkan pada usia di atas 60 tahun untuk pria 52% dari BB dan wanita 46%
dari BB.

2. Distribusi Cairan
Cairan tubuh di distribusikan di antara dua kompartemen yaitu pada
intraseluler dan ekstraseluler. Cairan intraseluler kira-kira 2/3 atau 40% dari BB,
sedangkan cairan ekstraseluler 20% dari BB, cairan ini terdiri atas plasma (cairan
intravaskuler) 5%, cairan interstisial (misalnya, cairan di sekitar tubuh seperti
limfe) 10-15% dan transeluler (misalnya, cairan serebrospinalis, sinovia, cairan
dalam peritonium, cairan dalam rongga mata, dan lain-lain) 1-3%.

C. Fungsi Cairan
1. Mempertahankan panas tubuh dan pengaturan temperatur tubuh
2. Transpor nutrien ke sel
3. Transpor hasil sisa metabolisme
4. Transpor hormon
5. Pelumas antar-organ

3
6. Mempertahankan tekanan hidrostatik dalam sistem kardiovaskuler

D. Keseimbangan Cairan
Keseimbangan cairan ditentukan oleh intake atau masukan cairan dan
pengeluaran cairan. Pemasukan cairan berasal dari minuman dan makanan. Kebutuhan
cairan setiap hari antara 1.800-2.500 ml/hari. Sekitar 1.200 ml/hari dari minuman dan
1.000 ml/hari dari makanan. Sedangkan pengeluaran cairan melalui ginjal dalam bentuk
urine 1.200-1.500 ml/hari, feses 100 ml, paru-paru 300-500 ml, dan kulit 600-800 ml.

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit


1. Usia
Variasi usia berkaitan dengan luas permukaan tubuh, metabolisme yang diperlukan
dan berat badan.
2. Temperatur Lingkungan
Panas yang berlebihan menyebabkan berkeringat. Seseorang dapat kehilangan NaCl
melalui keringat sebanyak 15-30 g/hari.
3. Diet
Pada saat tubuh kekurangan nutrisi, tubuh akan memecah cadangan energi, proses ini
menimbulkan pergerakan cairan dari interstisial ke intraseluler.

4. Stres
Stres dapat menimbulkan peningkatan metabolisme sel, konsentrasi darah dan
glikolisis otot, mekanisme ini dapat menimbulkan retenai sodium dan air. Proses ini
dapat meningkatkan produksi ADH dan menurunkan produksi urine.
5. Sakit
Keadaan pembedahan, trauma jaringan, kelinan ginjal dan jantung, gangguan
hormon akan mengganggu keseimbangan cairan.

F. Pergerakan Cairan Tubuh


Mekanisme pergerakan cairan tubuh melalui tiga proses, yaitu:
a. Difusi
Merupakan proses dimana partikel yang terdapat dalam cairan bergerak dari
konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sampai terjadi keseimbangan. Cairan dan
elektrolit didifusikan menembus membran sel. Kecepatan difusi dipengaruhi oleh
ukuran molekul, konsentrasi larutan, dan temperatur.
b. Osmosis

4
Merupakan bergeraknya pelarut bersih seperti air, melalui membran semipermeabel
dari larutan yang berkonsentrasi lebih rendah ke konsentrasi yang lebih tinggi yang
sifatnya menarik.
c. Transpor Aktif
Partikel bergerak dari konsentrasi rendah ke tinggi karena adanya daya aktif dari
tubuh seperti pompa jantung.

G. Pengaturan Keseimbangan Cairan


a. Rasa Dahaga
Mekanisme rasa dahaga:
 Penurunan fungsi ginjal merangsang pelepasan renin, yang pada akhirnya
menimbulkan produksi angiotensin II yang dapat merangsang hipotalamus
untuk melepaskan substrat neural yang bertanggung jawab terhadap sensasi
haus.
 Osmoreseptor di hipotalamus mendeteksi peningkatan tekanan osmotik dan
mengaktivasi jaringan saraf yang dapat mengakibatkan sensasi rasa haus.
b. Anti Diuretik Hormon (ADH)
ADH dibentuk di hipotalamus dan disimpan dalam neurohipofisis dari hipofisis
posterior. Stimuli utama untuk sekresi ADH adalah peningkatan osmolaritas dan
penurunan cairan ekstrasel. Hormon ini meningkatkan reabsorpsi air pada duktus
koligentes, dengan demikian dapat menghemat air.
c. Aldosteron
Hormon ini disekresi oleh kelenjar adrenal yang bekerja pada tubulus ginjal untuk
meningkatkan absorpsi natrium. Pelepasan aldosteron dirangsang oleh perubahan
konsentrasi kalium, natrium serum, dan sistem angiotensin renin serta sangat efektif
dalam mengendalikan hiperkalemia.
d. Prostaglandin
Prostaglandin adalah asam lemak alami yang terdapat dalam banyak jaringan dan
berfungsi dalam merespons radang, pengendalian tekanan darah, kontraksi uterus,
dan mobilitas gastrointestinal. Dalam ginjal, prostaglandin berperan mengatur
sirkulasi ginjal, respons natrium, dan efek ginjal pada ADH.
e. Glukokortikoid
Meningkatkan reabsorpsi natrium dan air, sehingga volume darah naik dan terjadi
retensi natrium. Perubahan kadar glukokortikoid menyebabkan perubahan pada
keseimbangan volume darah.

H. Cara Pengeluaran Cairan


5
Pengeluaran cairan terjadi melalui organ-organ seperti:
a. Ginjal
 Merupakan pengatur utama keseimbangan cairan yang menerima 170 liter
darah untuk disaring setiap hari
 Produksi urine untuk semua usia 1 ml/kg/jam
 Pada orang dewasa produksi urine sekitar 1,5 lt/hari
 Jumlah urine yang diproduksi oleh ginjal dipengaruhi oleh ADH dan
Aldosteron
b. Kulit
 Hilangnya cairan melalui kulit diatur oleh saraf simpatis yang merangsang
aktivitas kelenjar keringat
 Rangsangan kelenjar keringat dapat dihasilkan dari aktivitas otot, temperatur
lingkungan yang meningkat, dan demam
 Disebut juga Isensible Water Loss (IWL) sekitar 15-20 ml/24 jam
c. Paru-Paru
 Menghasilkan IWL sekitar 400 ml/hari
 Meningkatnya cairan yang hilang sebagai respons terhadap perubahan
kecepatan dan kedalaman napas akibat pergerakan atau demam
d. Gastrointestinal
 Dalam kondisi normal cairan yang hilang dari gastrointestinal setiap hari 100-
200 ml
 Perhitungan IWL secara keseluruhan adalah 10-15 cc/kg/BB/24 jam, dengan
kenaikan 10% dari IWL pada setiap kenaikan suhu 1 derajat celcius.

I. Pengaturan Elektrolit
a. Natrium (Sodium)
 Merupakan kation paling banyak yang terdapat pada cairan ektrasel
 Na+ memengaruhi keseimbangan air, hantaran impuls saraf dan kontraksi otot
 Sodium diatur oleh intake garam, aldosteron, dan pengeluaran urine.
Normalnya sekitar 135-148 mEq/lt
b. Kalium (Potassium)
 Merupakan kation utama cairan intrasel
 Berfungsi sebagai excitability neuromuskuler dan kontraksi otot
 Diperlukan untuk pembentukan glikogen, sintesa protein, pengaturan
keseimbangan asam basa, karena ion K+ dapat diubah menjadi ion hidrogen
(H+). Nilai normalnya sekitar 3,5-5,5 mEq/lt
c. Kalsium
 Berguna untuk integritas kulit dan struktur sel, konduksi jantung, pembekuan
darah, serta pembentukan tulang dan gigi
 Kalsium dalam cairan ektrasel diatur oleh kelenjar paratiroid dan tiroid
6
 Hormon paratirois mengabsorpsi kalsium melalui gastrointestinal, sekresi
melalui ginjal
 Hormon thirocalcitonin menghambat penyerapan Ca++ tulang
d. Magnesium
 Merupakan kation terbanyak kedua pada intrasel
 Sangat penting untuk aktivitas enzim, neurochemia, dan muscular excibility.
Nilai normalnya sekitar 1,5-2,5 mEq/lt
e. Klorida
 Terdapat pada cairan ektrasel dan intrasel, normalnya sekitar 95-105 mEq/lt
f. Bikarbonat
 HCO3 adalah buffer kimia utama dalam tubuh dan terdapat pada cairan
ekstrasel dan intrasel
 Biknat diatur oleh ginjal
g. Fosfat
 Merupakan anion buffer dalam cairan intrasel dan ekstrasel
 Berfungsi untuk meningkatkan kegiatan neuromuskuler, metabolisme
karbohidrat, pengaturan asam basa
 Pengaturan oleh hormon paratiroid

J. Masalah Keseimbangan Cairan


a. Hipovolemik
Adalah suatu kondisi akibat kekurangan volume cairan ekstraseluler (CES), dan
dapat terjadi karena kehilangan melalui kulit, ginjal, gastrointestinal, pendarahan
sehingga menimbulkan syok hipovolemik. Mekanisme kompensasi pada
hipovolemik adalah peningkatan rangsangan saraf simpatis (peningkatan frekuensi
jantung, kontraksi jantung, dan tekanan vaskuler), rasa haus, pelepasan hormon
ADH dan adosteron. Hipovolemik yang berlangsung lama dapat menimbulkan gagal
ginjal akut. Gejala: pusing, lemah, letih, anoreksia, mual muntah, rasa haus,
gangguan mental, konstipasi dan oliguri, penurunan tekanan darah, HR meningkat,
suhu meningkat, turgor kulit menurun, lidah kering dan kasar, mukosa mulut kering.
Tanda-tanda penurunan berat badan akut, mata cekung, pengosongan vena jugularis.
Pada bayi dan anak-anak adanya penurunan jumlah air mata. Pada pasien syok
tampak pucat, HR cepat dan halus. Hipotensi dan oliguri.
b. Hipervolemi
Adalah penambahan/ kelebihan volume CES dapat terjadi pada saat:
 Stimulasi kronis ginjal untuk menahan natrium dan air
 Fungsi ginjal abnormal, dengan penurunan ekskresi natrium dan air
 Kelebihan pemberian cairan
7
 Perpindahan cairan interstisial ke plasma
Gejala : sesak napas, peningkatan dan penurunan tekanan darah, nadi kuat, asites,
edema, adanya ronchi, kulit lembap, distensi vena leher, dan irama gallop.

K. Ketidakseimbangan Asam Basa


a. Asidosis Respiratorik
Disebabkan karena kegagalan sistem pernapasan dalam membuang CO2 dari
cairan tubuh. Kerusakan pernapasan, peningkatan PCO 2 arteri di atas 45 mmHg
dengan penurunan PH<7,35. Penyebab: penyakit obstruksi, restriksi paru,
polimielitis, penurunan aktivitas pusat pernapasan (trauma kepala, pendarahan,
narkotik, anestesi, dan lain-lain)
b. Alkalosis Respiratorik
Disebabkan karena kehilangan CO2 dari paru-paru pada kecepatan yang lebih
tinggi dari produksinya dalam jaringan. Hal ini menimbulkan PCO 2 atreri <35
mmHg, PH>7,45. Penyebab: hiperventilasi alveolar, anxietas, demam, meningitis,
keracunan aspirin, pneumonia, dan emboli paru.

c. Asidosis Metabolik
Terjadi akibat akumulasi abnormal fixed acid atau kehilangan basa. PH arteri
<7,35, HCO3 menurun di bawah 22 mEq/lt. Gejala: pernapasan kusmaul (dalam dan
cepat), disorientasi, dan koma.
d. Alkalosis Metabolik
Disebabkan oleh kehilangan ion hidrogen atau penambahan basa pada cairan
tubuh. Bikarbonat plasma meningkat >26 mEq/lt dan PH arteri >7, 45. Penyebab:
mencerna sebagian besar basa (misalnya BaHCO3, antasid, soda kue) untuk
mengatasi ulkus peptikum atau rasa kembung. Gejala: apatis, lemah, gangguan
mental, kram, dan pusing. Perbandingan antara bikarbonat, PH, dan PaCO 2 pada
gangguan asam basa sederhana dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Gangguan Asam HCO3 Plasma PH Plasma PaCO2 Plasma


Basa
As. Metabolik
Alk. Metabolik
As. Respiratorik
Alk. Respiratorik
8
L. Penatalaksanaan

1. Penatalaksanaan medis utama diarahkan pada pengendalian atau pengobatan penyakit


dasar. Obat-obatan tersebut misalnya; prednison yang dapat mengurangi beratnya
diare dan penyakit. Preparat anti mikrobial diberikan bila preparat infeksius telah
teridentifiksi atau bila diare sangat berat.
2. Untuk diare ringan cairan oral dengan segera ditingkatkan dan glukosa oral serta
larutan elektrolit dapat diberikan untuk rehydrasi pasien. Untuk diare sedang, akibat
sumber non infeksius, obat-obatan tidak spesifik seperti defenosiklat (lomotil) dan
loperamit (imodium) juga diberikan untuk menurunkan motilitas.
3. Terapi cairan intra vena mungkin diperlukan untuk hydrasi cepat, khususnya untuk
anak kecil dan lansia.
2.2 KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
- Klien
Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, status, suku, agama, alamat, pendidikan,
diagnose medis, tanggal dan tanggal masuk rumah sakit, nomor registrasi, dan
tanggal pengkajian diambil.
- Penanggungjawab
Meliputi : Nama, Jenis kelamin, Umur, Pendidikan, Pekerjaan,
Agama, Status perkawinan, Alamat, Kewarganegaraan, Hub.
dengan klien.

2. Riwayat Kesehatan
A. Keluhan utama
Biasanya nyeri abdomen, kram, bising usus hiperaktif atau hipoaktif, anoreksia,
borborigmi, distensi abdomen, perasaan rektal penuh, fefes keras dan berbentuk,
keletihan umum, sakit kepala, tidak dapat makan, nyeri saat defekasi, mual,
muntah, konstipasi, inkontenensia defekasi, diare.
B. Riwayat kesehatan sekarang
1) Ditanyakan / menjelaskan kronologi berjalannya penyakit pasien dan Waktu
terjadinya sakit
9
2) Berapa lama sudah terjadinya sakit? Proses terjadinya sakit? Kapan mulai
terjadinya sakit? Bagaimana sakit itu mulai terjadi?
3) Upaya yang telah dilakukan
Ditanyakan :
- Selama sakit sudah berobat kemana?
- Obat-obatan yang pernah dikonsumsi?
4) Hasil pemeriksaan sementara/sekarang yang perlu dikaji dan ditanyakan:
- TTV meliputi tekanan darah, suhu, respiratorik rate, dan nadi
- Adanya patofisiologi lain seperti saat dipalpasi adanya nyeri abdomen,
sakit kepala, kram,.
- Apakah merasa mual, muntah, anoreksia dsb.

C. Riwayat kesehatan terdahulu


Ditanyakan:
1) Pengobatan saat ini dan masa lalu
2) Alergi terhadap obat dan makanan
3) Tempat tinggal / lingkungan

D. Riwayat kesehatan keluarga


Ditanyakan :
1) Apakah ada anggota keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien.
2) Adakah riwayat penyakit keturunan dalam keluarga
3) Genogram
Dikaji :
1) Jumlah anggota keluarga
2) Garis keturunan / silsilah keluarga
3) Anggota keluarga yang tinggal serumah dengan paien
4) Anggota keluarga lain yang mengalami sakit yang sama dengan pasien
5) Anggota keluarga yang berpotensi memiliki penyakit menular.

3. POLA FUNGSI KESEHATAN (GORDON)


1) Persepsi terhadap kesehatan – manajemen kesehatan
a. Tingkat pengetahuan kesehatan / penyakit
- Apakah pasien mengetahui penyakitnya, cara perawatannya dan cara
pengobatannya.
b. Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
- Apa yang dilakukan jika pasien sakit, bagaimanacara untuk mengobati
penyakitnya.

c. Faktor-faktor resiko sehubungan dengan kesehatan. Perlu ditanyakan:


- Apakah pasien minum – minuman beralkohol·Sering merokok.
2) Pola aktivitas dan latihan.

10
Menggunakan tabel aktifitas yang didasarkan pada skala 0 sampai 4, meliputi
makan, mandi berpakaian, eliminasi, mobilisaasi di tempat tidur, berpindah,
ambulansi, naik tangga.
3) Pola istirahat tidur.
Ditanyakan :
a. Jam berapa biasa pasien mulai tidur dan bangun tidur
b. Sonambolism
c. Kualitas dan kuantitas jam tidur
4) Pola nutrisi - metabolic.
Ditanyakan :
a. Berapa kali makan sehari
b. Makanan kesukaan
c. Berat badan sebelum dan sesudah sakit
d. Frekuensi dan kuantitas minum seharie.
5) Pola eliminasi.
Dikaji :
a. Frekuensi dan kuantitas BAK dan BAB sehari
b. Nyeri
c. Kuantitas
6) Pola kognitif perceptual.
Adakah gangguan penglihatan, pendengaran (Panca Indra)
7) Pola konsep diri
a. Gambaran diri
b. Identitas diri
c. Peran diri
d. Ideal diri
e. Harga diri
8) Pola koping
Ditanyakan :
a. Cara / metode pemecahan dan penyelesaian masalah
b. Hasil koping dari metode yang dilakukan.
9) Pola seksual – reproduksi
Ditanyakan : adakah gangguan pada alat kelaminnya.
10) Pola peran hubungan
a. Hubungan dengan anggota keluarga
b. Dukungan keluarga
c. Hubungan dengan tetangga dan masyarakat.
11) Pola nilai dan kepercayaan
a. Persepsi keyakinan
b. Tindakan berdasarkan keyakinan

4. PEMERIKSAANFISIK
1. Data klinik, meliputi:
a. Pengukuran Klinik
b. Berat Badan
11
Kehilangan/ bertambanhnya berat badan menunjukkan adanya masalah
keseimbangan asam basa cairan :
+2 % : ringan
+5 % : sedang
+10 % : berat
Pengukuran berat badan dilakukan setiap hari pada waktu yang sama
c. Keadaan Umum
b. Pengukuran TTV seperti nadi, tekanan darah, suhu dan pernafasan
d. Tingkat kesadaran
c. Pengukuran pemasukan cairan
 Cairan oral ; NGT dan oral
 Cairan parenteral termasuk obat-obatan IV
 Makanan yang cenderung mengandung air
 Irigasi kateter atau NGT
d. Pengukuran pengeluaran cairan
 Urine : volume, kelernihan/kepekatan
 Feses : jumlah dan konsisten
 Muntah
 Tube drainase
 IWL
e. Ukuran keseimbangan cairan dengan akurat : normalnya+200 cc

2. Data hasil pemeriksaan yang mungkin ditemukan:


a. Integumen : keadaan turgor kulit, edema, kelemahan otot, tetani dan sensasi
rasa.
b. Kardiovaskuler : distensi vena jugularis, tekanan darah, Hemoglobin dan bunyi
jantung.
c. Mata : cekung, air mata kering.
d. Neurologi : reflex, gangguan motorik dan sensorik, tingkat kesadaran.
e. Gastrointestinal : keadaan mukosa mulut, mulut dan lidah, muntah-untah dan
bising usus.
f. Pemasukan dan pengeluaran cairan dan makanan (oral, parental)
g. Tanda umum masalah elektrolit
h. Tanda kekurangan dan kelebihan cairan
i. Proses penyakit yang menyebabkan gangguan homeostatis cairan dan elektrolit.
j. Pengobatan tertentu yang sedang dijalani dapat mengganggu status cairan
k. Status perkembangan seperti usia atau situasi social
l. Faktor psikologis seperti perilaku emosional yang mengganggu pengobatan.

3. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Pemeriksaan elektrolit
b. Darah lengkap
c. pH
d. Berat jenis urin
12
e. AGD (Analisa Gas darah)

B. DIAGNOSAKEPERAWATAN
1. Aktual / Resiko defisit Volume Cairan Definisi : Kondisi dimana pasien
mengalami resiko kekurangan cairan pada ekstraseluler (CES) dan Vaskuler
(CIV) Berhubungan dengan :
a. Kehilangan cairan secara berlebihan
b. Berkeringant secara terus menerus
c. Menurunnya intake oral
d. Penggunaa diuretic
e. Pendarahan.
 Ditandaidengan:
 Hipotensi
 Takhikardia
 Pucat
 Keklemahan
 Konsentrasi urin pekat
 Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada :
1. Penyakit Addison
2. Koma
3. Ketoasidosis pada disbetik
4. Pendarahn gastrointestinal
5. Muntah diare
6. Intake cairan tidak adekuat
7. AIDS
8. Pendarahan
9. Ulcer kolon

 Tujuan yang diharapkan :


a. Mempertahnkan keseimbangan cairan
b. Menunjukkkan adannya keseimbangan cairan seperti output
adekuat, tekanan darah normal, membrane mukosa lembab, turgor
kulit baik.
c. Secara verbal pasien mengatakan penyebab kekurangan cairan
dapat teratasi.

NO INTERVENSI RASIONAL
1. Ukur dan catat setiap 4 jam: Menentukan kehilangan makan dan
- Intkae dan output cairan minum
- Warna muntahan, urine dan feses
- Monitor turgor kulit
- Tanda – tanda vital

13
- Monitor IV infuse
- CVP
- Elektrolit, BUN, hematokrit dan Hb
- Status mental
- Berat badan
2. Berikan makanan dan cairan Memenuhi kebutuhan makan dan
minum
3. Berikan pengobatan seperti antidiare dan Menurunkan pergerakan usus dan
antimuntah muntah
4. Berikan dukungan verbal dalam pemberian Meningkatkan konsumsi yang lebih
cairan
5. Lakukan kebersihan mulut sebelum makan Meningkatkan nafsu makan
6. Ubah posisi pasien setiap 4 jam Meningkatkan sirkulasi
7 Berikan pendidikan kesehatan tentang: Meningkatkan informasi dann
- Tanda dan gejala dehidrasi kerjasama
- Intake dan output cairan
- Terapi

2. Volume cairan tubuh


Definisi: Kondisi dimana terjadi peningkatan retensi dan edema
 Berhubungan dengan :
a. Retensi garam dan air
b. Efek dari pengobatan
c. Malnutrisi
 Ditandai dengan :
a. Orthopnea
b. Oliguria
c. Edema
d. Distensi vena jugularis
e. Distress pernafasan
f. Anasarka
g. Edema paru
 Kondisi klinis kemungkinan terjadi pada:
a. Obesitas
b. Hipothiroidism
c. Pengobatan dengan kortikosteroid
d. Cushings syndrome
e. Gagal ginjal
f. Sirosis hepatis
g. Kanker
h. Toxemia
 Tujuan yang diharapkan :
14
a. Mempertahankan keseimbangan intake dan output cairan
b. Menurunkan kelebihan cairan
NO INTERVENSI RASIONAL
1. Ukur dan monitor : Dasar pengkajian kardiovaskuler dan
respon terhadap penyakit
- Intake dan output cairan, BB, tensi, CVP
distensi vena, jugularis dan bunyi paru.

2. Monitor rongtgen paru Mengetahui adanya edema paru

3. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Kerjasama disiplin ilmu dalam


cairan, obat dan efek pengobatan perawatan

4. Hati – hati dalam pembarian cairan Mengurangi kelebihan cairan

5. Pada pasien yang bedrest : Mengurangi edeme

- Ubah posisi setiap 2 jam


- Latihan pasif dan aktif

6. Pada kluit yang edeme, berikan losion, hindari Mencegah kerusakan kulit
penekanan yang teruis – menerus.

7 Berikan pengetahuan kesehatan tentang: Pasien dan keluarga mengetahui dan


kooperatif.Asites adalah penumpukan
- Intake dan output cairan
- Edema, Berat badan cairan di rongga perut. Cairan itu
- Pengobatan terjadi karena berbagai penyakit
kronik (serosis hati)

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. G

A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas Klien
Nama :Tn.G

15
Tanggal Lahir : 08 Maret 1986
Usia : 30 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jalan H. Bacek No.48 Tajur Ciledug
Bangsa : Indonesia
Status Pernikahan : Belum Menikah
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Diagnosa Medis : Diare akut
No.Medical Record : 00107466
Tanggal Masuk : 12 November 2016
Tanggal Pengkajian : 14November 2016

2. Penanggung Jawab
Nama : Ny.R
Usia : 53 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jalan H. Bacek No.48 Tajur Ciledug
Pekerjaan : Wirausaha
Hubungan dengan Klien : Ibu

3. Keluhan Utama
Pasien mengeluh BAB 5 x sehari dengan konsistensi feses yang cair, lemas, mual,
muntah dan tidak napsu makan.

4. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien masuk ke RSU Kab. Tangerang tanggal 12 November 2016 jam 23.00 WIB
dengan keluhan utama BAB 5 x sehari dengan konsistensi feses yang cair, lemas,
mual, muntah, dan tidak napsu makan. Pasien sebelumnya telah berobat ke RS. Kota
Tangerang namun hasil yang didapatkan adalah diare biasa, karena kondisi Tn. G
yang semakin lama semakin memburuk akhirnya keluarga memustuskan untuk
berobat kembali ke RS. Awal Bros, hasil yang didapatkan dari RS tersebut Tn. G
didiagnosa oleh dr. Vivi diare akut yang disebabkan oleh komplikasi dari penyakit
lain yaitu HIV/AIDS karena di RS tersebut pengobatanya kurang lengkap, akhirnya
Tn. G di rujuk oleh dr. Vivi ke RSUD Kab. Tangerang.
b. Riwayat Kesehatan Masalalu
Keluarga mengatakan pasien pernah memiliki riwayat ambien (hemoroid)
c. Riwayat Kesehatan Keluarga

16
Menurut keterangan pasien dan keluarga, anggota keluarganya tidak ada yang
mempunyai penyakit keturunan

5. Data Psikososial
 Status Emosi : Emosi terkontrol dengan baik
 Kecemasan : Pasien gelisah
 Gaya Komunikasi :Pasien berkumonikasi dengan baik menggunakan bahasa
Indonesia
 Pola Koping : Bila ada masalah pasien mengatakan kepada keluarga

6. Data Sosial
Pasien mempunyai hubungan baik dengan keluarga dan masyarakat sekitar, sering
berinteraksi dengan keluarga dan tetangganya namun pasien lebih sering berinteraksi
dengan sesame jenis.

7. Data Spiritual
Pasien beragama islam, namun pasien jarang melakukan ibadah. Pasien akan
melaksanakan ibadahhanya jika di tuntun atau diingatkan oleh orangtuanya, teutama
ibunya seperti ketika ibunya memerintahkan untuk membaca kalimat “lailahailallah”
pasien baru mengikuti perintah ibunya.

8. Pola Aktivitas Sehari-hari


NO POLA SEBELUM SAKIT SETELAH SAKIT
1. Nutrisi
 Makan Makan 3 kali sehari dengan Makan 1 kali sehari dan
1porsi nasi. Dengan lauk dan hanya habis 3 sendok
sayur yang bervariasi makan.
tergantung makan yang
disediakan ibunya.
Minuman yang dikonsumsi
Minum yang dikonsumi yaitu
hanya air mineral.
air mineral. Frekuensinya ± 8
Frekuensinya ±10gelas/hari
gelas/hari

 Minum
17
2. Eliminasi 3 kali sehari, warna urine
± 5x sehari, warna kuning
BAK bening, berbau khas. Tidak
agak kecoklatan. Tidak
mengalami kelainan BAK
mengalami kelainan BAK

BAB 5 kali sehari,


konsistensi cair, berbau
keasaman.
1 kali sehari, konsistensi
lembek, berbau khas feses.
BAB Tidak mengalami kelainan
BAB

3. Istirahat & tidur Tidur ±6 jam sehari Tidur ± 6jam seharinamun


sering terbangun pada
malam hari karena ingin
BAB.
4. Personal Hygiene Mandi 2 kali sehari di pagi dan Mandi 2 kali sehari hanya
sore hari. Dengan keramas dilap dengan air hangat.
seminggu 2 kali dan gosok Selama dirawat belum
gigi 2kali sehari saat mandi. pernah keramas dan gosok
gigi
5. Latihan/Olahraga 1 kali dalam satu minggu Hanya berbaring ditempat
tidur.
6. Gaya Hidup Suka minum kopi,merokok, Gaya hidupnya baik
sering makan junk food

9. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
1) Tingkat kesadaran : Compos mentis
2) Gasgow Coma Scale : E:4 M:6 V:5
3) Tanda-Tanda Vital :
Tekanan Darah : 100/70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
Respirasi Rate : 19 kali/menit
Suhu : 36◦c
4) Berat Badan : 55 Kg
5) Tinggi Badan : 175 cm
18
b. Pemeriksaan Head to Toe
1) Kulit
Kulit warna putih. Turgor kulit jelek, terdapat lesi di bibir, akral dingin dan tidak
terdapat edema.

2) Kepala
Kepala simetris dengan tubuh, tidak ada pembesaran, tidak ada benjolan. Rambut
berwarna pirang, distribusinya menyebar, agak kotor, tidak mudah dicabut.
3) Mata
Mata simetris kanan dan kiri, tampak cekung, terdapat kotoran mata, sclera tidak
ikterik, konjungtiva anemis, reaksi pupil mengecilsaat terkena cahaya, pergerakan
bola mata normal, rabun dekat, tidak menggunakan alat bantu penglihatan, TIO
(tekanan intra okuler) normal.
4) Telinga
Kedua telinga simetris, bentuk normal, tidak terdapat kotoran telinga, fungsi
pendengaran baik. Tidak terdapat lesi dan tidak ada nyeri tekan.
5) Hidung
Bentuk hidung simetris, tidak ada lesi, tidak terdapat secret, tidak terdapat polip,
tidak ada napas cuping hidung, tidak ada nyeri tekan pada sinus, fungsi
penciuman baik.
6) Mulut
Bentuk mulut simetris, mukosa bibir kering, gigi kurang bersih, lidah kotor, ,
tidak terdapat stomatitis, pharing tidak ada radang, tidak ada pembesaran tonsil,
fungsi menelan baik.
7) Leher
Bentuk leher simetris, tidak ada lesi, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada distensi vena jugularis, tidak ada nyeri tekan, pergerakan leher normal.
8) Dada dan Thoraks
Bentuk dada simetris, perbandingan ekspirasi dan inspirasi sama, tidak ada
retraksi intercostal, tidak ada nyeri tekan.
9) Jantung
Tidak teraba ictus cordis, suara perkusi jantung pekak, bunyi jantung normal,
tidak ada bunyi jantung tambahan

10) Abdomen

19
Bentuk simetris, tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan, tidak teraba pembesaran hati
dan limfa, serta terdapat bising usus yang meningkat mencapai 36 kali/menit pada
kuadran kiri atas.
11) Ekstrimitas atas
Bentuk tangan simetris, tidak ada lesi, tidak ada edema, tidak ada jaringan parut,
jumlah jari lengkap, fungsi gerak normal, pada lengan kanan terpasang infus
NaCl30 tpm
Kekuatan otot :
Kanan : 3
Kiri : 3
12) Ekstrimitas Bawah
Bentuk kaki simetris, tidak ada lesi, tidak ada jaringan parut, tidak ada varises,
jumlah jari lengkap.
Kekuatan otot:
Kanan : 3
Kiri : 3
13) Genitalia
Genetalia normal, bersih, distribusi rambut mons pubis menyebar, tidak terdapat
kutu pada rambut mons pubis.
14) Anus
Terdapat hemoroid pada anus

10. Pemeriksaan Penunjang


a. Laboratorium
No.LAB/No.RM : 1633380249 / 00107466
Tanggal pemeriksaan : 18 November 2016
JENIS
HASIL NILAI NORMAL UNITS
PEMERIKSAAN

20
HEMATOLOGI

Hemoglobin 12.3 13.2-17.3 g/dl

Leukosit 16.4 3.8-10.6 x /µl

Hematokrit 36 40-52 %

Trombosit 176 150-440 x /µl

ELEKTROLIT

Natrium (Na) 9,2 8.8-10.3 mEg/L

11. Therapi
NO NAMA OBAT ORAL YANG DOSIS
DIBERIKAN SETIAP HARI
1. Prednison 3 x 80mg

NO NAMA OBAT SUNTIK YANG DOSIS


DIBERIKAN SETIAP HARI
1. Citicoline 2 x 500 mg

2. Rantidin 2 x 1 Amp
3. IVFD: Ringer Laktat 20 tpm

B. ANALISA DATA
No Data Etiologi Masalah
1. Ds: Diare Kekurangan volume
- Pasien mengatakan BAB cair
cairan
Frekuensi BAB
5x sehari, minum ±10 gelas,
meningkat
muntah.
Do:
Hilang cairan & elektrolit
- Pasien terlihat gelisah
- Turgor kulit jelek berlebihan
- Mukosa bibir tampak kering
- Hasil TTV: Gangguan keseimbangan
Tekanan Darah :
cairan & elektrolit

21
100/70mmHg
Nadi : 80 kali/menit Dehidrasi
Respirasi Rate : 19 kali/menit
Suhu : 36oC Kekurangan volume
Bising usus : 36x/ menit
cairan
2. Ds: Diare Resiko
ketidakseimbangan
- Pasien mengatakan mual,
nutrisi kurang dari
muntah, lemas, tidak napsu Distensi abdomen
kebutuhan tubuh
makan.
Do:
Mual muntah
- BB = 55 kg, TB = 175 cm
- BMI = 18 Nafsu makan menurun

- Klien tampak pucat, lemas Resiko


ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake
makanan

D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Tanggal No Diagnosa Tujuan & Kriteria Rencana Tindakan


Keperawatan Hasil

14-11- 1. Kekurangan Setelah dilakukan  Ukur TTV


2016 volume cairan tindakan keperawatan  Evaluasi intake

b.d kehilangan selama 2 x 24 jam makanan yang

cairan aktif diharapkan kabutuhan masuk


 Pertahankankan
cairan terpenuhi.
Kriteria Hasil: intake dan output
 Feses berbentuk, yang akurat
BAB 3xsehari  Observasi turgor
 Intake dan output kulit secara rutin
yang akurat  Kolaborasi

22
 Elastisitas turgor pemberian cairan
kulit baik IV(NACL 0,9%)
 Membran mukosa  Kolaborasi
lembab pemberian obat
 Tidak ada rasa antidiare
haus yang
berlebihan
14-11- 2. Resiko Setelah dilakukan - Ukur BB dan TB
- Anjurkan pasien
2016 ketidakseimbang tindakan keperawatan
untuk banyak
an nutrisi selama 1 x 24 jam
istirahat
kurang dari diharapkan
- Anjurkan minum
kebutuhan tubuh berkurangnya resiko
air hangat
b.d penurunan ketidakseimbangan - Beri makanan
intake makanan nutrisi kurang dari dengan porsi
kebutuhan tubuh. sedikit namun
sering
Kriteria Hasil: - Anjurkan makan
selagi hangat
- Nafsu makan
meningkat
- Hilang rasa mual
dan muntah
- BB tetap atau
bertambah
- BMI dalam rentan
normal

23
E. IMPLEMENTASI

No. Tanggal & Implementasi Paraf


Dx Jam

1. 15-11-2016  Mengukur TTV


TD = 100/70 mmHg
06:00 WIB Nadi = 80x/mnt
Suhu = 36oC
RR = 22x/mnt
 Mengevaluasi intake makanan yang masuk
 Mempertahankankan intake dan output
yang akurat
 Mengobservasi turgor kulit secara rutin
 Kolaborasi pemberian cairan IV(NACL
0,9%)
 Kolaborasi pemberian obat antidiare
2. 15-11-2016 - Mengukur BB dan TB,
BB = 55 kg , TB = 175cm
07:00 WIB - Menganjurkan pasien untuk banyak
istirahat
- Menganjurkan minum air hangat
- Memberi makanan dengan porsi sedikit
namun sering
- Menganjurkan makan selagi hangat

24
F. EVALUASI

No. Tanggal & Evaluasi Paraf


Dx Jam
1. 16-11-2016 S = Pasien mengatakan frekuensi BAB sudah
06:00 WIB
mulai berkurang sebanyak 3x sehari, minum: 8
gelas perhari, muntah sudah hilang.

O = Pasien tampak tenang, turgor kulit baik,


mukosa bibir tampak lembab.

A = Masalah teratasi

P = Hentikan intervensi
2. 15-11-2016 S = Pasien mengatakan rasa mual dan
07:00 WIB
muntahnya hilang, nafsu makan mulai
bertambah.

O = Pasien tampak segar, pasien tampak


menghabiskan ½ porsi makannya BB = 55 kg,
TB = 175 cm, BMI = 18

A = Masalah teratasi

P = Hentikan Intervensi

25
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pengaturan keseimbangan cairan perlu memperhatikan 2 parameter penting, yaitu:
volume cairan ekstrasel dan osmolaritas cairan ekstrasel. Ginjal mengontrol volume cairan
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan garam dan mengontrol osmolaritas
ekstrasel dengan mempertahankan keseimbangan cairan. Ginjal mempertahankan
keseimbangan ini dengan mengatur keluaran garam dan air dalam urine sesuai kebutuhan
untuk mengkompensasi asupan dan kehilangan abnormal dari air dan garam tersebut. Ginjal
juga turut berperan dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa dengan mengatur
keluaran ion hidrogen dan ion bikarbonat dalam urine sesuai kebutuhan. Selain ginjal, yang
turut berperan dalam keseimbanganasam-basa adalah paru-paru dengan mengeksresikan ion
hidrogen dan CO2 dan system dapar (buffer) kimia dalam cairan tubuh

4.2 Saran
Kebutuhan cairan tubuh tidak hanya berasal dari konsumsi air putih saja, melainkan juga
dari makanan dan minuman yang mengandung air. Meskipun begitu, akan jauh lebih baik
bila kita memilih untuk mengkonsumsi air putih ketimbang jenis minuman lainnya yang
banyak mengandung gula, kalori, kafein dan zat-zat lainnya.

26

You might also like