Professional Documents
Culture Documents
asal-usul dari makanan yang biasa kita sebut tahu. Kita mungkin sudah sering
makan tahu tapi kita yakin kamu belum tentu tahu darimana dan bagaimana
asal usul tahu itu sendiri #ribet yee kalimatnya#. Yap, ga perlu panjang lebar
lagi mari kita simak kisah makanan lezat nan lembut satu ini.
Yang pasti makanan bernama tahu ini sudah menjadi makanan yang populer
di Asia mulai dari Jepang, Korea, dan juga di negara kita Indonesia. Dan
uniknya, meski makanan ini tersebar di berbagai negara di Asia semua
negara menyebut makanan ini dengan sebutan yang boleh dibilang hampir
sama. Perbedaan dari masing-masing negara menyebut makanan ini
dibedakan oleh dialek dan bahasa masing-masing negara saja.
Para petani hanya boleh makan tahu saat ada hari-hari perayaan tertentu
saja. Mereka menyebut hari-hari itu sebagai Hare-no-hi yang jika
diterjemahkan secara harafiah menjadi “Hari terbaik.”
Jadi para petani hanya bisa makan hidangan tahu ini saat ada perayaan atau
hari istimewa seperti Festival Obon, perayaan tahun baru, atau perayaan dan
festival lain dimana terkadang mereka perlu memakai pakaian khusus untuk
merayakannya.
Jika sedang tidak ada perayaan, menu makanan sehari-hari orang Jepang
adalah sup miso, acar, kinzanji miso (miso isi sayur), dan lain-lain. Menu
makanan ini sudah menjadi norma dan budaya dari para petani di awal
zaman Edo.
Menurut catatan sejarah, kata “tahu” pertama kali muncul di dalam literatur
Jepang pada akhir era Heian sekitar tahun 794-1185. Dimana makanan tahu
ini disinggung dalam dokumen persembahan yang ada di kuil Kasuga, kota
Nara.
Buku legendaris mengenai resep masakan tahu yang dibilang legendaris ini
berjudul Tofu Hyakuchin dan terbit di Jepang pada tahun 1782. Buku ini ditulis
oleh pengarang yang bernama Seikyoudoujin Kahitsujun.
Mungkin kalian bingung, apa hebatnya sih buku ini sampai sejarah harus
menilai bahwa ini buku yang penting? Jawabannya adalah, ini adalah sebuah
buku tentang masakan tahu yang memuat hingga 100 macam menu dari
bahan dasar tahu.
Uniknya lagi buku ini sebenarnya bukan ditulis oleh seseorang yang ahli
memasak tapi ditulis karena hobi. Buku Tofu Hyakuchin begitu laris hingga
dibuatkan buku lain yang berjudul “Tofu Hyakuchin Sequel” dan “Tofu
Hyakuchin Addendum Edition”
Jika dibaca sekilas, buku ini menunjukkan berbagai variasi memasak mulai
dari merebus, tim, dipanggang, goreng dan lain-lain. Catatan ini menunjukkan
bahwa masyarakat zaman Edo sudah memahami banyak teknik memasak.