You are on page 1of 50

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA Tn.

B DENGAN DIAGNOSA
HERNIA INGUINALIS LATERALIS DEXTRA YANG DILAKUKAN
TINDAKAN HERNIA REPAIR DI KAMAR BEDAH
RSU PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

LAPORAN INDIVIDU

Oleh:
Muhammad Kurniawan, S.Kep. Ners

YOGYAKARTA
2017

1
KATA PENGANTAR

Pujidansyukursayapanjatkankehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, saya


dapat menyelesaikan laporan kasus ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan. Pada
penulisan laporan kasus ini penulis mengambil judul “Asuhan Keperawatan Perioperatif pada
Tn. B dengan Hernia Inguinalis Lateralis Dextra yang dilakukan Tindakan Hernia Repair di
Kamar Bedah RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta”.
Dalam penyusunan Laporan BSCORN ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginyakepada yang terhormat :
1. dr. H. Joko Murdiyanto, Sp.AN, MPH selaku Direktur RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di RSU
PKU Muhammadiyah Yogyakarta.
2. dr. Adi Suheno, Sp. B selaku Kepala Instalasi Kamar Bedah RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimbailmu di RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta.
3. dr. HR Nurul Jaqin, Sp.B selaku dokter Bedah Umum di RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di RSU
PKU Muhammadiyah Yogyakarta..
4. Nur Prihartanto, AMK selaku Kepala Ruang Kamar Bedah / Supervisor RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba
ilmu di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta..
5. Muhammad Munif, AMK. , Imam Fathosi, AMK. , Nur Khasananti, AMK. ,Nur
Prihartanto, AMK selaku pembimbing lahan praktek yang telah membimbing dengan
cermat, memberikan saran, kritik, serta masukan – masukan yang bermanfaat bagi
penulis dan demi sempurnanya laporan kasus ini.
6. Semua kepanitiaan pelatihan perawat kamar bedah BSCORN angkatan ke - 7, yang telah
memberikan bimbingan dengan begitu sabar baik berupa materi, wawasan, serta ilmu
yang bermanfaat.
7. Pihak Rumah Sakit RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta beserta staf perawat kamar
bedah dan pasien yang telah memberikan izin dan kesempatan bagi penulis untuk
pengambilan data guna penyelesaikan laporan kasus ini.
8. Kedua orang tua dan keluarga tercinta, yang selalu menjadi sumber inspirasi dan
memberikan dukungan semangat untuk menyelesaikan laporan.
2
9. Teman – teman BSCORN angkatanke – 7 Himpunan Perawat Kamar Bedah Indonesia
(HIPKABI) PD Yogyakarta khususnya teman – teman yang praktek di RSU PKU
Muhammadiyah Yogyakarta, serta berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu -
persatu yang telah memberikan dukungan moral dan spiritual.
Saya menyadari bahwa masih banyak terdapat beberapa kekurangan dalam
pembuatan laporan kasus ini, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun.
Akhirnya saya berharap semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca Amin.

Yogyakarta, April 2017

Penulis

3
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang.................................................................................................. 1
B. RumusanMasalah ............................................................................................ 2
C. RuangLingkup ................................................................................................. 2
D. TujuanPenulisan .............................................................................................. 2
E. ManfaatPenulisan ............................................................................................ 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi ............................................................................................................ 4
B. Anatomi Fisiologi ............................................................................................ 4
C. Etiologi ............................................................................................................ 7
D. Patofisiologi ..................................................................................................... 11
E. Tanda dan gejala .............................................................................................. 12
F. Penatalaksanaan ............................................................................................... 13
G. Diagnosa Keperawatan Yang Sering Muncul ................................................. 18
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF
A. Askep Preoperatif ............................................................................................ 21
B. Askep Intraoperatif .......................................................................................... 30
C. Askep Postoperatif........................................................................................... 40
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN ............................................................................................... 44
B. SARAN ........................................................................................................... 45

DAFTAR PUSTAKA

4
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hernia inguinalis lateralis (HIL) merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga
melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-
aponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia
(Karnadihardja, 2010).
Insiden hernia menduduki peringkat lima besar di dunia yang terjadi di Amerika
Serikat pada tahun 2007 sekitar 700.000 operasi hernia yang dilakukan tiap tahunnya.
Angka kejadian hernia inguinalis lateralis di Amerika dimungkinkan dapat terjadi karena
faktor anomali kongenital atau karena sebab didapat. Ada kira-kira 750.000 herniorrhapy
dilakukan tiap tahunnya di Amerika Serikat, dibandingkan dengan 25.000 untuk hernia
femoralis 166.000 hernia umbilicalis, 97.000 hernia post insisi, dan 76.000 untuk hernia
abdomen lainnya (WHO, 2007).
Bank data Kementerian Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa berdasarkan
distribusi penyakit sistem cerna rawat inap menurut golongan sebab sakit Indonesia tahun
2004, hernia menempati urutan ke-8 dengan jumlah 18.145 kasus, dengan 273 di
antaranya meninggal dunia dan hal ini bisa disebabkan oleh ketidakberhasilan proses
pembedahan terhadap hernia itu sendiri. Dari total tersebut, 15.051 diantaranya terjadi
pada pria dan 3.094 kasus terjadi pada wanita (Depkes, 2008).
Data di Jawa Tengah, mayoritas penderita selama bulan Januari - Desember 2007
diperkirakan 425 penderita. Peningkatan angka kejadian Penyakit Hernia Inguinalis
Lateralis di Indonesia bisa disebabkan karena ilmu pengetahuan dan teknologi semakin
berkembang dengan pesat, sejalan dengan hal tersebut, maka permasalahan manusiapun
semakin kompleks, salah satunya yaitu kebutuhan ekonomi yang semakin mendesak. Hal
tersebut menuntut manusia untuk berusaha memenuhi kebutuhannya dengan usaha yang
ekstra, tentunya itu mempengaruhi pola hidup dan kesehatannya yang dapat menyebabkan
kerja tubuh yang berat yang dapat menimbulkan kelelahan dan kelemahan dari berbagai
organ tubuh (Depkes, 2008).

5
Berdasarkan data yang diperoleh dari Kamar Bedah RSU PKU Muhammadiyah
Yogyakarta jumlah kasus hernia dari bulan Januari – Maret tahun 2017 terdapat 63 kasus
yang dilakukan tindakan operasi hernia repair. Angka kejadian pada laki – laki lebih besar
yakni berkisar 85% dibanding pada wanita sekitar 15%. Ditinjau dari angka sisi anatomi
yang di alami klien HIL memiliki persentase yang sama antara sisi sinistra maupun dextra.
Sekitar 99% dialami oleh lanjut usia. Berkaitan dengan angka kejadian hernia inguinalis
baik karena faktor lanjut usia maupun faktor pekerjaan berat yang mempengaruhi
kelemahan otot dinding rongga perut serta kelelahan dari berbagai organ tubuh, maka
penulis tertarik untuk mengangkat kasus “Asuhan Keperawatan Perioperatif Pada Tn. B
Dengan Diagnosa Hernia Inguinalis Lateralis Dextra Yang Dilakukan Tindakan Hernia
Repair Di Ruang Kamar Bedah RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2017”.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana proses asuhan keperawatan perioperatif pada klien dengan hernia
inguinalis lateralis dextra yang dilakukan tindakan hernia repair?

C. Ruang Lingkup
Dalam penyusunan laporan ini, penulis hanya membatasi permasalahan Asuhan
Keperawatan pada klien Tn. B dengan hernia inguinalis lateralis dextra yang dilakukan
tindakan hernia repair di RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta yang dilaksanakan
tanggal 3 April 2017 di Kamar Bedah RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta.

D. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu memberikan dan menerapkan asuhan keperawatan perioperatif
pada Tn. B dengan diagnosa hernia inguinalis lateralis dextra yang dilakukan tindakan
hernia repair berdasarkan pendekatan proses keperawatan dari tahap pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada Tn. B dengan pre, intra, post operasi hernia
repair.
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan pada Tn. B dengan tindakan hernia
repair.

6
c. Mampu mengidentifikasi rencana tindakan keperawatan pada Tn. B dengan pre,
intra, post operasi hernia repair.
d. Mampu mendiskripsikan tindakan dari Asuhan Keperawatan Perioperatif pada Tn.
B dengan pre, intra, post operasi hernia repair.
e. Mampu melaksanakan evaluasi tindakan dari Asuhan Keperawatan Perioperatif
yang dilakukan pada Tn. B dengan pre, intra, post operasi hernia repair.
f. Mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan Perioperatif yang dilakukan
pada Tn. B dengan pre, intra, post operasi hernia repair.

E. Manfaat
1. Manfaat Bagi HIPKABI
Penulisan laporan ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
membantu dalam penerapan teori yang berhubungan dengan pasien Hernia Inguinalis
Lateralis pada pre, intra, post operasi.

2. Manfaat Bagi Perawat


Penulisan laporan ini diharapkan bermanfaat bagi perawat dalam melakukan
pelayanan kesehatan pasien dengan Hernia Inguinalis Lateralis pada pre, intra, post
operasi.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Istilah hernia berasal dari bahasa Latin, yaitu herniae, yang berarti penonjolan isi
suatu rongga melalui jaringan ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga
yang lemah itu membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini
sering terjadi di daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus (Made,
2009).
Hernia merupakan prostrusi atau penonjolan suatu rongga melalui defek atau
lubang atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen isi
perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeorotik
dinding perut (Karnadihardja, 2010).
Hernia inguinalis lateralis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui
sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah
saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari
perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan (Sjamsuhidayat,
2010).

B. Anatomi Fisiologi

Panjang kanalis inguinalis pada dewasa adalah sekitar 4 cm, terbentuk dari
annulus inguinalis profundus/interna sampai annulus inguinali superfisialis/eksterna.
Kanalis inguinalis terletak sejajar dan tepat di atas ligamen inguinalis. Pada neonatus,
8
annulus inguinalis interna terletak hampir tepat posterior terhadap annulus inguinalis
eksterna sehingga kanalis inguinalis pada usia ini sangat pendek. Kemudian, annulus
interna bergerak ke arah lateral akibat pertumbuhan.
Annulus inguinalis interna adalah suatu lubang berbentuk oval pada fascia
transversalis, terletak sekitar 3 cm di atas ligamentum inguinalis, pertengahan antara
SIAS dan symphisis pubis. Di sebelah medial annulus interna terdapat av. epigastrika
inferior. Pinggir annulus merupakan origo fascia spermatica interna pada pria atau
pembungkus bagian dalam ligamen rotundum rotundum uteri pada wanita.
Annulus inguinalis externa merupakan defek berbentuk segitiga (Hesselbach’s
triangle) pada aponeurosis m. obliquus externus abdominis dan dasarnya dibentuk
oleh crista pubica. Pinggir annulus merupakan origo fascia spermatica externa. Batas
lateral adalah arteri epigastrika inferior, batas medial adalah m. rectus abdominis
bagian lateral, dan batas inferior adalah ligamen inguinalis.
Kanalis inguinalis dibentuk atas dinding anterior, posterior, superior, dan
inferior. Dinding anterior dibentuk oleh aponeurosis m.obliquus eksternus abdominis
yang diperkuat pada 1/3 lateral oleh serabut-serabut m.obliquus internus abdominis.
Seluruh panjang dinding posterior kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia transversalis
yang diperkuat cojoint tendon di 1/3 medial. Cojoint tendon adalah gabungan tendon
insersi m. obliquus internus abdominis dan m. transversus abdominis yang melekat
pada crista pubica dan linea pectinea. Dasar atau dinding inferior kanalis inguinalis
dibentuk oleh ligamentum inguinalis, sedangkan atapnya dibentuk oleh m. obliquus
internus abdominis dan m.transversus abdominis.
1. Usus halus
Panjangnya kira-kira 2-8 m dengan diameter 2,5 cm. Berentang dari sphincter
pylorus ke katup ileocecal. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum) panjangnya 25 cm, usus kosong (jejunum) 1-2 m, dan usus penyerapan
(ileum) 2-4 m.
2. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai
dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak
terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang
9
normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua
muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum berasal
dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari.
3. Usus Kosong (jejunum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah
bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus
penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8
meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan
digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Jejunum diturunkan dari kata
sifat jejune yang berarti "lapar" dalam bahasa Inggris modern. Arti aslinya berasal
dari bahasa Latin, jejunus, yang berarti "kosong".
4. Usus Penyerapan (illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia, ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki
pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12
dan garam-garam empedu.
Fungsi usus halus adalah :
a. Sekresi mukus.
b. Mensekresi enzim.
c. Mensekresi hormon.
d. Mencerna secara kimiawi.
e. Absorpsi.
f. Aktifitas motorik. Mencampur, kontraksi dan peristaltik (Sjamsuhidayat, 2010).

Usus Besar

10
Usus besar dimulai dari katup ileocecal ke anus dan rata-rata panjangnya 1,5
m dan lebarnya 5-6 cm.Usus besar terbagi kedalam cecum, colon, dan rectum.
Vermiform appendix berada pada bagian distal dari cecum. Colon terbagi menjadi
colon ascending, colon transversal, colon descending, dan bagian sigmoid. Bagian
akhir dari usus besar adalah rectum dan anus (Corwin, 2009).
Fisiologi
Fungsi utama usus besar adalah :
a. Sebagai aktifitas motorik.
b. Sekresi.
c. Absorpsi air, garam, dan chlorida.
d. Mensintesa vitamin K, thiamin, riboflavin, vitamin B12, dan folic acid.
e. Membentuk yang terdiri dari ¾ air dan ¼ massa padat. Dan menstimulasi gerakan
isi usus kearah pelepasan.
f. Defekasi. Yaitu aktifitas mengeluarkan feces dari dalam tubuh keluar.
C. Etiologi

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia. Lebih banyak pada lelaki ketimbang
perempuan. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia
pada anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong hernia dan isi
hernia.
Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hernia inguinalis antara lain:
1. Kelemahan aponeurosis dan fasia tranversalis,
2. Prosesus vaginalis yang terbuka, baik kongenital maupun didapat,
3. Tekanan intra abdomen yang meninggi secara kronik, hipertrofi prostat, konstipasi,
dan asites,
4. Kelemahan otot dinding perut karena usia,
5. Defisiensi otot,
6. Hancurnya jaringan penyambung oleh karena merokok, penuaan atau penyakit
sistemik.
Pada neonatus kurang lebih 90 % prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan
pada bayi umur satu tahun sekitar 30 % prosesus vaginalis belum tertutup. Akan tetapi,
kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen. tidak sampai 10 % anak dengan

11
prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada lebih dari separuh populasi anak, dapat
dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral, tetapi insiden hernia tidak melebihi 20 %.
Umumnya disimpulkan adanya prosesus vaginalis yang paten bukan merupakan
penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor lain, seperti anulus inguinalis
yang cukup besar (Made, 2009).

Klasifikasi Hernia Inguinalis


Secara umum hernia diklasifikasikan menjadi:
1. Hernia eksterna, yaitu jenis hernia dimana kantong hernia menonjol secara
keseluruhan (komplit) melewati dinding abdomen seperti hernia inguinal (direk dan
indirek), hernia umbilicus, hernia femoral dan hernia epigastrika.
2. Hernia intraparietal, yaitu kantong hernia berada didalam dinding abdomen.
3. Hernia interna adalah hernia yang kantongnya berada didalam rongga abdomen
seperti hernia diafragma baik yang kongenital maupun yang didapat.
4. Hernia reponibel (reducible hernia), yaitu apabila isi hernia dapat keluar masuk. Usus
keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk
perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
5. Hernia ireponibel (inkarserata), yaitu apabila kantong hernia tidak dapat kembali ke
abdomen. Ini bisaanya disebabkan oleh perlengkatan isi kantong pada peritoneum
kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta, merupakan jenis hernia ireponibel
yang sudah mengalami obstruksi tetapi belum ada gangguan vaskularisasi.
6. Hernia strangulasi adalah hernia yang sudah mengalami gangguan vaskularisasi.

Sedangkan berdasarkan lokasinya hernia diklasifikasikan menjadi :


1. Hernia inguinalis
a. Hernia inguinalis indirek (lateral)
Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis
internus yang terletak di sebelah lateral vasa epigastrika inferior, menyusuri
kanalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui anulus inguinalis eksternus.
b. Hernia inguinalis direk (medialis)

12
Hernia inguinalis direk adalah hernia yang kantongnya menonjol langsung ke
anterior melalui dinding posterior canalis inguinalis medial terhadap arteri vena
epigastrika inferior.
2. Hernia femoralis
Hernia femoralis pada lipat paha merupakan penonjolan kantong di bawah
ligamentum inguinal di antara ligamentum lakunare di medial dan vena femoralis di
lateral. Hernia ini sering ditemukan pada wanita dibanding laki-laki dengan
perbandingan 2:1 dan pada umumnya mengenai remaja dan sangat jarang pada anak –
anak. Pintu masuk dari hernia inguinalis adalah anulus femoralis, selanjutnya isi
hernia masuk kedalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan vena
femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar dari fosa ovalis di lipat paha.
Hernia femoralis disebabkan oleh peninggian tekanan intraabdominal yang
kemudian akan mendorong lemak preperitonial ke dalam kanalis femoralis yang akan
menjadi pembuka jalan terjadinya hernia. Faktor penyebab lainnya adalah kehamilan
multipara, obesitas dan degenerasi jaringan ikat karena usia lanjut. Penderita dengan
hernia femoralis sering mengeluhkan nyeri tanpa pembengkakan yang dapat di palpasi
dalam lipat paha. Nyerinya bersifat nyeri tumpul dan jika telah terjadi obstruksi dapat
menimbulkan muntah dan gangguan konstipasi.

13
Jenis hernia yang lain-lain
a. Hernia umbilikalis
Umbilikus adalah tempat umum terjadinya herniasi. Hernia umblikalis
lebih sering terjadi pada wanita, kegemukan dengan kehamilan berulang-ulang
merupakan prekusor umum.
Hernia umbilikalis umum pada bayi dan menutup secara spontan tanpa
terapi khusus jika defek aponeurosis berukuran 1,5 cm atau kurang. Perbaikan
diindikasikan pada bayi dengan defek hernia yang diameternya lebih besar dari
2,0 cm dan dalam semua anak dengan hernia umbilikalis yang masih ada pada
usia 3-4 tahun. Perbaikan klasik untuk hernia umbilikalis adalah hernioplasti
Mayo.
b. Hernia paraumbilikalis.
Hernia para umbilikalis merupakan hernia melalui suatu celah di garis tengah
di tepi kranial umbilikus, jarang terjadi di tepi kaudalnya. Penutupan secara
spontan jarang terjadi sehingga dibutuhkan operasi koreksi.
c. Hernia ventralis
Kebanyakan hernia ventralis disebabkan oleh insisi pada tubuh yang
sebelumnya tidak sembuh secara tepat atau terpisah karena tegangan abnormal.
Cacat ini memungkinkan penonjolan suatu hernia dan operasi umumnya
direkomendasikan.
d. Hernia epigastrika
Hernia yang keluar melalui defek di linea alba di antara umbilikus dan
prosesus xipoideus. Isi hernia berupa penonjolan jaringan lemak preperitoneal
dengan atau tanpa kantong peritoneum.
e. Hernia lumbalis
Di daerah lumbal antara iga XII dan krista iliaka, ada dua buah trigonum
masing-masing trigonum kostolumbal superiorn (Grinfelt) berbentuk segitiga
terbalik dan trigonum kostolumbalis inferior atau trigonum iliolumbalis (Petit)
berbentuk segitiga. Trigonum Grijfelt di batasi di kranial oleh iga XII, di anterior
oleh tepi bebas m. Obligus internus abdominis, sedangkan tutupnya m.
Latisimussdorsi. Trigonum petit dibatasi di kaudal oleh krista iliaka, di anterior
oleh tepi bebas m.obligus eksternus abdominis, dan posterior oleh tepi bebas m.
Latisimuss dorsi. Dasar segitiga ini adalah m. Oblikus internus abdominis dan
tutupnya adalah fasia superfisialis. Hernia pada kedua trigonum ini jarang
14
dijumpai. Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan di pinggang di tepi
bawah tulang rusuk XII atau di tepi kranial panggul dorsal. Diagnosis di tegakkan
dengan memeriksa pintu hernia. Diagnosis banding adalah hematoma, abses
dingin atau tumor jaringan lunak. Pengelolaan terdiri dari atas herniotomi dan
hernioplasti. Pada hernioplasti dilakukan juga penutupan defek.

D. Patofisiologi
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah faktor
kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang
dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis inguinalis, faktor yang
kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat
benda berat dan faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika
cukup panjang maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis eksternus. Apabila
hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi tali
sperma pada laki – laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali
secara spontan maupun manual juga ada yang tidak dapat kembali secara spontan ataupun
manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia
sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan
kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi
penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia
strangulate yang akan menimbulkan gejala ileus yaitu gejala obstruksi usus sehingga
menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai
oksigen yang bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau
kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan
abses lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga
menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada
keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung, muntah dan obstipasi
pada strangulasi nyeri yang timbul letih berat dan kontineu, daerah benjolan menjadi
merah (Corwin, 2009).
(Pathway terlampir)

E. Tanda dan Gejala


Pada umumnya keluhan orang dewasa berupa benjolan di inguinalis yang timbul
pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat dan menghilang pada waktu

15
istirahat berbaring. Pada inspeksi perhatikan keadaan asimetris pada kedua inguinalis,
skrotum, atau labia dalam posisi berdiri dan berbaring. Klien diminta mengedan atau
batuk sehingga adanya benjolan atau keadaan asimetris dapat dilihat. Palpasi dilakukan
dalam keadaan ada benjolan hernia, diraba konsistensinya, dan dicoba mendorong apakah
benjolan dapat direposisi. Setelah benjolan dapat direposisi dengan jari telunjuk, kadang
cincin hernia dapat diraba berupa anulus inguinalis yang melebar (Muttaqin, 2010).
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adanya benjolan di lipat paha yang muncul pada
waktu berdiri, batuk bersin, atau mengejan dan menghilang setelah berbaring. Keluhan
nyeri jarang dijumpai, kalau ada bisaanya dirasakan di daerah epigastrium atau
paraumbilikal berupa nyeri viseral karena regangan pada mesenterium sewaktu satu
segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri yang disertai mual atau muntah
baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau
gangren.
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada inspeksi saat
klien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis lateralis muncul sebagai penonjolan di
regio ingunalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah. Kantong hernia yang
kosong kadang dapat diraba pada vunikulus spermatikus sebagai gesekan dari dua lapis
kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan sutera. Tanda ini disebut tanda
sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar ditentukan. Kalau kantong hernia
berisi organ, tergantung isinya, pada palpasi mungkin teraba usus,omentum (seperti
karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk atau kelingking pada anak, dapat dicoba
mendorong isi hernia dengan menekan kulit skrotum melalui anulus eksternus sehingga
dapat ditentukan apakah isi hernia dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat
direposisi, pada waktu jari masih berada dalam anulus eksternus, klien diminta mengedan.
Kalau ujung jari menyentuh hernia, berarti hernia inguinalis lateralis, disebut hernia
inguinalis lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika inferior.
Disebut juga indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu, anulus dan kanalis
inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong,
sedangkan hernia medialis berbentuk tonjolan bulat. Dan kalau sisi jari yang
menyentuhnya, berarti hernia inguinalis medialis. Dan jika kantong hernia inguinalis
lateralis mencapai skrotum, disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis yang
mencapai labium mayus disebut hernia labialis. Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan
yang dapat direposisi, atau jika tidak dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan
16
yang jelas di sebelah cranial dan adanya hubungan ke cranial melalui anulus eksternus.
Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba
dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya (Muttaqin, 2010).

F. Penatalaksanaan
Penanganan hernia ada dua macam:
1. Konservatif
Pengobatan konservatif terabtas pada tindakan melakukan reposisi dan
pemakaian penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah
direposisi. Bukan merupakan tindakan definitif sehingga dapat kambuh kembali.
Terdiri atas:
a. Reposisi
Reposisi adalah suatu usaha untuk mengembalikan isi hernia ke dalam cavum
peritonii atau abdomen. Reposisi dilakukan secara bimanual. Reposisi dilakukan
pada klien dengan hernia reponibilis dengan cara memakai dua tangan. Reposisi
tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulata kecuali pada anak-anak. Tangan
kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan
mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai
terjadi reposisi.
Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia
jarang terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin
hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Jika dalam 6 jam tidak ada perbaikan
atau reposisi gagal segera operasi.
b. Suntikan
Dilakukan penyuntikan cairan sklerotik berupa alcohol atau kinin di daerah
sekitar hernia, yang menyebabkan pintu hernia mengalami sclerosis atau
penyempitan sehingga isis hernia keluar dari cavum peritonii.
c. Sabuk hernia
Diberikan pada klien dengan hernia yang masih kecil dan menolak dilakukan
operasi. Bentuk kepala sabuk seperti kepala ular. Kepala sabuk ditempatkan tepat
di pintu hernia supaya menghalangi keluarnya organ intra abdomen.
2. Operatif
Operasi merupakan tindakan paling baik dan dapat dilakukan pada:
a. Hernia reponibilis
17
b. Hernia irreponibilis
c. Hernia strangulasi
d. Hernia incarserata

Tujuan operasi hernia:


a. Reposisi isi hernia
b. Menutup pintu hernia
c. Mencegah residif dengan memperkuat dinding perut

Dasar indikasi operasi untuk hernia adalah:


Timing Operasi
Elektif dilakukan pada hernia reponibilis
a. 2 x 24 jam dilakukan pada hernia irreponibilis
b. Speed operasi dilakukan untuk hernia incarserata dengan penderita yang
mengalami tanda-tanda ileus, tetapi belum terjadi iskemi dan ganggren pada isi
hernia.
c. Bila keadaan yang mengancam jiwa maka dilakukan tindakan konservatif
dilakukan bila hernia masih reponibilis. Tindakan paliatif dilakukan pada klien
dengan keadaan umum yang jelek dan hernia incarserata untuk mengatasi ileus,
baru kemudian dilakukan penutupan hernia.

Operasi hernia dilakukan dalam 3 tahap:


1) Herniotomy
Membuka dan memotong kantong hernia serta mengembalikan isi hernia ke cavum
abdominalis.
2) Hernioraphy
Mulai dari mengikat leher hernia dan menggantungkannya pada conjoint tendon
(penebalan antara tepi bebas m.obliquus intraabdominalis dan m.transversus
abdominis yang berinsersio di tuberculum pubicum).
3) Hernioplasty
Menjahitkan conjoint tendon pada ligamentum inguinale agar LMR (Locus Menorus
Resisten) hilang/tertutup dan dinding perut jadi lebih kuat karena tertutup otot.
Hernioplasty pada hernia inguinalis lateralis ada bermacam-macam menurut
kebutuhannya:

18
a) Ferguson
Yaitu funiculus spermaticus ditaruh di sebelah dorsal dari m.obliquus eksternus
dan internus abdominis dan m.obliquus internus dan m.transversus abdominis
dijahitkan pada ligamentum inguinale dan meletakkan funiculuc spermaticus di
dorsal, kemudian apponeurosis m.obliquus eksternus dijahit kembali sehingga
tidak ada lagi analis inguinalis.
b) Bassini
M.Obliquus internus dan m.transversus abdominis dijahitkan pada ligamentum
inguinale. Funiculus spermaticus diletakkan ventral dari m. tadi tetapi dorsal dari
apponeurosis m.obliquss eksternus sehingga canalis inguinalis tetap ada. Dengan
cara ini kedua muskuli tadi memperkuat dinding belakang dari canalis inguinalis,
sehingga locus minoris resisten hilang.
c) Halstedt
Dilakukan untuk memperkuat atau menghilangkan locus minoris resistens.
M.Obliquus eksternus abdominalis, m.obliquus internus abdominis dan
m.obliquus transversus dijahitkan pada ligamentum inguinal dan meletakkan
funiculus spermaticus pada subcutis. Hernioplasty pada hernia inguinalis media
dan hernia femoralis dikerjakan dengan cara Mc.Vay, yaitu dengan menarik
m.Obliquus abdominis internal dan m.transversa abdominis serta conjoint tendon
lalu dijahitkan pada ligamentum Cowperi lewat sebelah dorsal dari ligamentum
inguinale. Sehingga dengan demikian annulus femoralis tertutup oleh m.obliquus
abdominis internus dan contjoint tendon, dan juga m.transversus abdominis.
Operasi hernia pada anak:
Operasi hernia dilakukan tanpa hernioplasty, dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Anak berumur kurang dari 1 tahun.
Menggunakan teknik Michele Benc. Dilakukan tanpa membuka aaponeurosis
m.Abdominis eksternus (tanpa membuka canalis inguinalis medialis) , yaitu
mengambil kantong hernia lewat anulus inguinalis medialis, kemudian
dilakukan herniotomy dilanjutkan herniorapy (tanpa digantung) dan tanpa
hernioplasty.
2) Anak berumur lebih dari 1 tahun
Menggunakan teknik POTT. Canalis Inguinalis dibuka (membuka aponeurosis
m.abdominis eksternus), kemudian dilakukan herniotomy, herniorapy tanpa
digantung pada contjoint tendon dan tanpa hernioplasty.
19
Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong, pada hernia ireponibel ini dapat terjadi kalau isi
hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitonial. Disini tidak
timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh
cincin hernia sehingga terjadi hernia strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus
yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial. Bila cincin hernia sempit,
kurang elastis, atau lebih kaku, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi
inkarserasi retrograd, yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam kantong hernia dan
satu segmen lainnya berada dalam rongga peritonium, seperti huruf “W”. Jepitan cincin
hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi
bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di dalam hernia dan transudasi
ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia
makin bertambah, sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia
terjadinekrosis dan kantong hernia berisi transudat berupa cairan serosanguinus.
Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses local, fistel, atau peritonitis, jika terjadi hubungan dengan dengan
rongga perut (Corwin, 2009). Gambaran klinis hernia inguinalis lateralis inkarserata yang
mengandung usus dimulai dengan gambaran obstruksi usus dengan gangguan
keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa. Bila sudah terjadi strangulasi karena
gangguan vaskularisasi, terjadi keadaan toksik akibat gangren dan gambaran klinis
menjadi kompleks dan sangat serius. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat
hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan peritoneal. Pada pemeriksaan local
ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan kembali disertai nyeri tekan dan
tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai tanda peritonitis atau abses local. Hernia
strangulata merupakan keadaan gawat darurat. Oleh karena itu, perlu mendapat
pertolongan segera (Made, 2009).

Pencegahan
Menurut Karnadihardja (2010) pencegahan hernia adalah :
a. Usahakan untuk mempertahankan berat tubuh yang sehat
Hal ini dapat membantu mengurangi tekanan pada otot di bagian perut.
b. Konsumsi makanan yang mengandung serat tinggi

20
Seperti: Buah-buahan, sayuran, dan makanan yang terbuat dari gandum sangat
disarankan untuk dikonsumsi. Makanan tersebut mengandung banyak serat yang
membantu mencegah konstipasi dan mengurangi tekanan di bagian perut.
c. Hindari mengangkat barang yang terlalu berat
Jika harus mengangkat barang berat, lakukan dengan cara yang benar. Postur tubuh
yang tepat saat mengangkat barang berat, yakni tekuk lutut Anda dan hindari
membungkuk untuk mengurangi tekanan.
d. Hindari tekanan Intra abdomen. Seperti batuk kronis dan mengejan yang dapat
mencetuskan hernia.

21
G. Diagnosa yang sering muncul
PRE OPERATIF
Cemas berhubungan dengan krisis situasional (prosedur pembedahan yang akan
dilakukan), pengalaman pembedahan (anestesi, nyeri), hasil akhir pembedahan dan
ancaman maut.

INTRAOPERATIF
1. Hipotermia berhubungan dengan terpapar lingkungan yang dingin
2. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif

POST OPERATIF
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan efek sisa anestesi, imobilisasi.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan.
3. Nyeri berhubungan dengan luka insisi dan distensi abdominal.
4. Resiko injury berhubungan dengan effect anestesi, sedasi, dan anelgesia.
5. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan intra dan post
operasi (Nanda International, 2012).

22
Pathway

Obesitas batuk, kongental, mengedan,


pengangkatan beban

Tekanan intra abdomen meningkat

Rusaknya integritas dinding otot perut

Organ terdorong keluar melalui defek

Mengeluarkan zat-zat proteolitik


Hernia (Bradakini,histamine, Respon nyeri Nyeri
prostaglandin)

Hernia umbikalis Hernia para Hernia Hiatus hernia Hernia insisional


kongenital umbikalis inguinalis

Kantung hernia Kantung hernia


Kantung hernia Kantung hernia Kantung hernia memasuki memasuki celah
keluar melalui melewati dinding memasuki celah rongga thorak bekas insisi
umbikalis abdomen inguinal

Terdorong lewat dinding posterior


canalis inguinal yang lemah

Benjolan pada regio inguinal

Abdomen Pembedahan Cemas


terdesak

Mual, muntah Pemasangan Insisi bedah Dampak anestesi


elektroda

Asupan nutrisi kurang Terputusnya SAB


Posisi tidak kontuinitas jaringan
tepat
Ketidakseimbang Ekstremitas bawah
an nutrisi kurang tidak dapat
Resiko injury Mengeluarkan zat-zat Luka
dari kebutuhan digerakkan
proteolitik terbuka
tubuh (Bradakini,histamine,
prostaglandin) Port de entry Hambatan
kuman mobilitas fisik
Respon nyeri
Resiko infeksi

Nyeri

Kerusakan
integritas kulit 23
Kekurangan volume cairan dan elektrolit
Isi hernia terjepit oleh Menimbulkan hernia
cincin hernia strangulata

Ketidakefektifan perfusi jaringan


Gangguan perfusi Awalnya terjadi
jaringan isi hernia bendungan vena

Menambah jepitan Odema organ/struktur


pada isi hernia didalam hernia

Perfusi jaringan Terjadi transudasi kedalam


semakin terganggu kantong hernia

Isi hernia nekrosis

Kantong hernia akan


terisi transudat yg
bersifat serosanguinis

Terjadi perforasi Abses lokal Fistel

Resiko infeksi Peritonitis

Sepsis

Hipertermi

24
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF

A. Askep Pre Operatif


1. Pengkajian
a. Identitas Klien
Nama : Tn. B
Umur : 67 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tanggal operasi : 3 April 2017
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Ruang OK : Kamar Bedah RSU PKU Muhammadiyah Yogyakarta
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Pendidikan : Sarjana
No MR : 6815xx
Alamat : Kadipiro RT 06 Ngestiharjo Kasihan
Tanggal masuk RS : 2 April 2017
Tanggal pengkajian : 3 April 2017
Waktu : Pukul 16.00 WIB
Diagnosa Medis : Hernia Inguinalis Lateralis Dextra
Rencana tindakan : Hernia Repair
Persiapan puasa : 08.00 WIB

b. Riwayat kesehatan
1) Alasan Masuk Rumah Sakit
Klien masuk rumah sakit via poli Spesialis Bedah dan direncanakan
operasi dari ruang rawat inap pada hari ini pukul 16.00 WIB. Klien datang
diantar oleh keluarganya dengan keluhan klien mengatakan terdapat benjolan
pada bagian perut sebelah kanan bawah, klien mengatakan benjolan terasa
mengganggu jika berdiri terlalu lama atau jongkok, namun menghilang jika
berbaring dan duduk, benjolan dirasakan sejak satu bulan yang lalu. Kemudian
klien diberikan tindakan persiapan preoperasi yaitu TTV dan terapi cairan RL
20 TPM/kolf. TD : 130/84 mmHg, N: 98 x/menit, RR: 21 x/menit, T : 36,70C

25
2) Riwayat Kesehatan Saat Ini
a) Keluhan utama
Klien mengatakan benjolan mulai dirasakan mengganggu, tidak nyaman
apalagi saat bekerja dengan posisi berdiri yang lama (klien seorang
Pensiunan PNS). Klien tampak gelisah dan cemas, klien tampak sering
bertanya tentang prosedur operasi apakah sakit atau tidak.
b) Keluhan penyerta
Klien mengatakan takut dengan sakitnya dan tindakan yang akan
dilakukan, klien menanyakan tindakan prosedur operasi, klien tampak
cemas, klien tampak gelisah. Klien mengatakan takut dengan penyakitnya,
klien menanyakan bagaimana prosedur operasi yang akan dilakukan, klien
berulang kali menanyakan kapan operasi akan dilakukan.
c. Riwayat kesehatan lalu
Klien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami penyakit yang
dialami saat ini, klien mengatakan tidak mempunyai penyakit menular, klien
mengatakan sakit sebelumnya yang dirasakan klien hanya sakit bisaa seperti
batuk dan pilek, jika klien sakit hanya berobat ke bidan ataupun klinik kesehatan
terdekat, klien belum pernah dirawat di rumah sakit sebelumnya, klien belum
pernah melakukan operasi.
d. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menular dan penyakit
keturunan di dalam keluarga. Tidak ada riwayat keluarga klien yang memiliki
penyakit yang sama dengan klien ataupun penyakit kronis lainnya seperti
hipertensi, DM, TB.
GENOGRAM

67th

26
Keterangan :

: Laki- laki meninggal

: Perempuan meninggal

: Laki- Laki

: Perempuan

: Tinggal serumah

: Klien

Klien mengatakan anak ke 3 dari 5 bersaudara, klien tinggal serumah bersama


istrinya dan k 3 anaknya. Klien mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang
menderita penyakit yang sama seperti yang klien alami saat ini. Klien mengatakan
tidak mempunyai riwayat penyakit menular dan penyakit keturunan di dalam
keluarga ataupun penyakit kronis lainnya seperti hipertensi, DM, TBC.

e. Pola Toleransi-Koping Stres


1. Pengambilan keputusan: sendiri dan dibantu keluarga.
2. Masalah utama terkait dengan perawatan di RS atau penyakit (biaya,
perawatan diri, dll): tidak ada.
3. Yang biasa dilakukan apabila stress/mengalami masalah: diskusi dengan
keluarga.
4. Harapan setelah menjalani perawatan: sembuh dan beraktivitas seperti
sediakala.
5. Perubahan yang dirasa setelah sakit: sulit beraktivitas seperti biasanya.

f. Pengkajian fisik
 Pemeriksaan umum

Kesadaran : Composmentis Pernafasan : 21 x/menit


Tekanan Darah : 130/84 mmHg Suhu : 36,70C
Nadi : 98 x/menit BB : 65 Kg

27
 Hasil Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan hematologi tanggal 2 April 2017

No. Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal Interpretasi

1 Jumlah leukosit 5,6 rb/ul 4rb- 11rb/ul Normal


2 Hb 13,9 g/dl 11- 17 g/dl Normal
3 Jumlah trombosit 210 ribu/ul 150-450 ribu/ul Normal
4 PT 11,9 detik 11 – 13.5 detik Normal
5 APTT 38,5 detik 23.0-45.0 detik Normal
6 Ureum 17,3 mg/dl 10-40 mg/dl Normal
7 Creatinin 0,83 mg/dl 0,6-1,1 mg/dl Normal
8 Kimia Darah
Glukosa sewaktu 105 mg/dl 80- 120 mg/dl Normal
9 HIV Nonreaktif Nonreaktif Nonreaktif
10 Gol Darah A+ - -

- EKG: Normal Sinus rhytme (Pemeriksaan tanggal 2 April 2017)


- Radiologi: Tidak ada pembesaran cor dan pulmo (Pemeriksaan tanggal 2
April 2017)

 PERSIAPAN PASIEN
1) Perawat kamar bedah melakukan serah terima pasien dengan perawat rawat
inap pada pukul 16.00 WIB (konfirmasi identitas pasien, prosedur operasi,
marking site, inform consent tindakan bedah dan anastesi, alergi)
2) Perawat sirkuler melakukan sign in
Sebelum induksi anestesi (SIGN IN)
Diisi pukul : 16.05 WIB
Pasien telah dikonfirmasi Nama : Tn. B
a. Identifikasi Pasien Tanggal lahir : 5 September 1950
MR : 6815xx
Gelang identitas : Ada, warna biru
1 Diagnosa : HIL dextra
b. Prosedur Memastikan kepada pasien terhadap
prosedur operasi
c. Informed consent Ada
Operasi

28
d. Informed consent Ada
Anestesi
Lokasi operasi sudah diberi Sudah
2
tanda.
Mesin dan obat obat Sudah
3 anestesi sudah di cek
lengkap
Pulse oximeter sudah Sudah dan terpasang dengan baik
4
terpasang dan berfungsi.
Apakah pasien mempunyai Tidak
5 riwayat alergi?
Kesulitan bernafas/ resiko Tidak
6 aspirasi? Dan mengguna-
kan peralatan bantuan
Resiko kehilangan darah Tidak
7 lebih dari 500ml (7ml/kg).
BB pada anak)
Dua akses intravena/akses Infus RL 20 tts/menit terpasang di tangan
8 sentral dan rencana terapi kiri
cairan.

 PERSIAPAN RUANG OPERASI


1. Perawat mengatur kelembaban udara 45-60 %
2. Mengatur suhu ruangan 18-24oC (Suhu ruangan: 200C)
3. Mengatur lampu operasi
4. Mengatur mesin ESU
5. Mengatur mesin suction
6. Tersedia sampah infeksius dan non infeksius
7. Tersedia safety box
8. Tersedia meja mayo

29
B. Analisa data preoperatif
Nama Klien : Tn. B
Ruang : OK 2
NO MR : 6815xx
No Data Etiologi Masalah
1 S: Tindakan prosedur Ansietas
- Klien mengatakan takut pembedahan
dengan penyakitnya
- Klien menanyakan
bagaimana prosedur operasi Lingkungan kamar
yang akan dilakukan operasi
- Klien berulang kali
menanyakan kapan operasi
akan dilakukan Koping individu
O: maladaktif
- Klien tampak gelisah dan
cemas
- Klien tampak sering Gelisah dan ekspresi
bertanya tentang prosedur wajah tegang
operasi apakah sakit atau
tidak Ansietas
- TTV
TD : 130/84 mmHg
RR : 21 kali/menit
S : 36,7oC
N : 98 x/menit

30
C. Diagnosis keperawatan
Ansietas berhubungan dengan krisis situasional (prosedur pembedahan yang akan dilakukan), hasil akhir pembedahan dan ancaman
maut
Subjektif:

- Klien mengatakan takut dengan penyakitnya


- Klien menanyakan bagaimana prosedur operasi yang akan dilakukan
- Klien berulang kali menanyakan kapan operasi akan dilakukan

Objektif :
- Klien tampak gelisah dan cemas
- Klien tampak sering bertanya tentang prosedur operasi apakah sakit atau tidak
- TTV
TD : 130/984 mmHg
RR : 21 kali/menit
S : 36,7oC
N : 98 x/menit

31
PERENCANAAN
Implementasi Evaluasi Paraf
Tujuan Intervensi
NOC: Kontrol NIC: Penurunan Tanggal : 3/04/2017 Tanggal : 3/04/2017 Iwan
Kecemasan Kecemasan Jam : 16.00 wib Jam : 16.30 wib
Setelah dilakukan ( √ ) Kaji tingkat (√ ) Mengkaji tingkat S:
tindakan keperawatan kecemasan kecemasan - Klien mengatakan cemas yang
selama 30 menit, cemas (√ ) Orientasikan dengan (√ ) Mengorientasikan dia rasakan sudah mulai
berkurang atau hilang tim operasi dan kamar dengan tim operasi dan berkurang dan klien siap
dengan kriteria: operasi kamar operasi menjalani prosedur pembedahan
1. Mampu ( √ ) Jelaskan jenis (√ ) Menjelaskan jenis
mengendalikan cemas, prosedur tindakan prosedur tindakan O:
tubuh tenang pembedahan dan pembedahan dan - Klien tampak tenang
2. Klien mengatakan pembiusan yang akan pembiusan yang akan - Klien kooperatif
siap akan dioperasi dan dilakukan dilakukan - Vital sign:
kooperatif (√ ) Jelaskan kondisi klien (√ ) Menjelaskan kondisi TD: 110/80 MmHg
3. Klien menyatakan intra dan pasca operasi klien intra dan pasca N: 88 x/mnt
tahu tentang proses kerja (√ ) Ajarkan teknik operasi RR: 20 x/menit
obat anestesi/pembiusan relaksasi pasca operasi (√ ) Mengajarkan teknik
4. Klien menyatakan (√ ) Kolaborasi untuk relaksasi pasca operasi A:
siap dilakukan pemberian obat penenang (√ ) Berkolaborasi untuk Masalah ansietas teratasi
pembiusan pemberian obat penenang

32
5. Klien menyatakan P:
siap dilakukan - Antar klien ke ruang operasi
pembiusan - Beri dukungan klien untuk
6. Klien berdoa agar operasi lancar
mengkomunikasikan
perasaan negative secara
tepat
7. Klien tampak tenang
dan kooperatif
8. Tanda-tanda vital
dalam rentang normal

33
2. Asuhan Keperawatan Intra Operatif
A. Pengkajian
PERSIAPAN
a) Jenis operasi : Hernia Repair
b) Tanggal : 3 April 2017
c) Profilaksis : Ceftriaxone 1 gr
d) Jenis anestesi : Spinal Anastesi
e) Golongan operasi : Bedah mayor
f) Urgensi operasi : Elektif
g) Waktu operasi : 16.00 WIB
h) Area operasi : Abdomen Lateralis Dextra
i) Posisi pasien : Supinasi
j) Operator : dr. HR Nurul Jaqin, Sp.B
k) Anastesi : dr. H. Joko Murdiyanto, Sp.AN, MPH
l) Penata anestesi : Giyanto, SST
m) Asisten Operator 1 : M. Syaiful A, AMK
n) Instrumen : Muhammad Kurniawan, S.Kep. Ners
o) Perawat sirkuler : Erwin Sanusi, Amd.Kep.
p) Keadaan umum : Klien tampak tenang dalam keadaan di anastesi, klien
tampak dilakukan insisi, luka insisi 10 cm.

PERSIAPAN PERAWAT
Perawat sirkuler bertugas untuk mengkonfirmasi identitas pasien, menyiapkan
set instrumen dan set gown, draping, duk mayo, cek mesin suction dan electric cauter,
mempersiapkan desinfeksi lokasi insisi dengan povidon iodine 10% dan alkohol 70%,
membantu dokter bedah memposisikan pasien di meja operasi, dan mempersiapkan
dokumentasi operasi. Setelah persiapan perawat sirkuler selesai, maka perawat
instrumen melakukan cuci tangan melakukan cuci tangan khusus bedah, menggunakan
gown steril, memasang duk steril pada meja mayo dilapisi dengan perlak steril dan
dilapisi duk kecil, kemudian menata alat instrument steril sesuai kebutuhan di atas
meja mayo, melakukan Aseptik dan Antiseptik lokasi insisi dan draping.

34
PERSIAPAN BAHAN ALAT HABIS PAKAI (BAHP)
No Jenis dan alat Jumlah
1. Kassa steril 20 buah
2. Plester 20 x 10 cm
3. Daryantul 20 x 10 cm
4. Povidon iodine 10% 100 cc
5. Alkohol 70% 100 cc
6. Benang absorbsable catgut chromic 0 1 buah
7. Benang nonabsorbsable mersilk 1 tapper 1 buah
8. Benang absorbsable plain 2.0 cutting 1 buah
9. Cateter no 16 1 buah
10. Underpad 1 buah
11. Handscoon steril 4 pasang
12. Masker 4 buah
13. Topi operasi 4 buah
14. Mesh Hernia 6 x 10 cm
15. Nacl 0.9% 500cc 1 kolf
16. Urin bag 1 buah
17. Syringe 10 cc 1 buah
18. Jelly 10 cc
19. Aquades steril 10 cc

PERSIAPAN OPERASI
1) Linen set
No Jenis linen set Jumlah
1. Duk besar steril 2
2. Duk sedang steril 3
3. Duk lubang steril 1
4. Jas operasi steril 4
5. Handuk/sapu tangan steril 4
6. Duk meja mayo steril 1

35
2) Alat non steril
No Bahan Jumlah
1. Tempat sampah medis dan plastik kuning 1
2. Tempat sampah non medis dan plastik hitam 1
3. Grounding/plat diatermi 1
4. Standart infuse 1
5. Meja mayo 1
6. Meja linen dan instrument 1

3) Persiapan penunjang kamar operasi


No Jenis alat Fungsi
1. Lampu Menyala
2. Mesin suction Berfungsi normal / menyala
3. Meja operasi Berfungsi normal
4. AC Menyala, suhu ruangan 19 oC
5. Mesin suhu dan kelembaban ruangan Berfungsi normal / menyala
6. Humidifier Berfungsi normal / menyala
7. Mesin anestesi Berfungsi normal

4) Set instrumen
No Jenis instrument Jumlah
1. Sponge holding forceps 1
2. Kidney tray (bengkok) 1
3. Bowl (kom) 2
4. Scalpel Handle no.4 1
5. Bistury no. 23 1
6. Dressing forceps (doek klem) 5
7. Dissecting forceps (pinset anatomis) 2
8. Tissue forceps (pinset cirurgies) 2
9. Ligature Scissors (gunting benang) 1
10. Metzenbaum scissors (gunting jaringan) 1
11. Hemoestatic forceps (Pean) 10

36
12. Klem kocher 4
13. Middle dofe/haak 2
14. Needle holder 2
15. Cauter/ ESU 1
16. Kanul suction 1

PROSEDUR/JALANNYA OPERASI
1) Pasang underpad non steril di bawah punggung hingga kaki, serta pasang negative
plate di betis kiri.
2) Setelah pasien dilakukan spinal anastesi, posisikan pasien pada posisi supinasi.
3) Tim work (perawat instrumen, asisten operator, dokter operator) melakukan
scrubbing, gowning, dan gloving .
4) Asisten operator (perawat) melakukan skin preparation melakukan teknik aseptik
dan antiseptik dengan menggunakan sponge holding forceps, kassa steril, alkohol
70% dan povidon iodine 10 % dari inguinal kearah scrotum melebar hingga
setinggi umbilicus.
5) Melakukan draping mempersempit area operasi (inguinal hingga scrotum) dengan
memasang duk besar (dari bawah kemudian atas), duk sedang (di kiri dan kanan),
di fiksasi dengan duk klem kemudian dipasang duk lubang. Pasang monopolar
cauter (ESU Monopolar) dan suction, menyambungkan kanul suction ke selang
suction.
6) Tim menempati posisinya masing-masing, meja mayo didekatkan
Gambar posisi operasi:

B
C B

4 2 A

E D 1

37
Keterangan:
1. Dokter Anestesi A. Mesin anestesi
2. Dokter Operator B. Suction
3. Asisten Operator C. Mesin ESU
4. Asisten Instrumen D. Instrumen meja mayo
5. Perawat Sirkuler ` E. Meja linen

7) Perawat sirkuler melakukan Time out


Sebelum insisi (Time Out) Diisi pukul: 13.00 WIB
1 Konfirmasi seluruh Sudah
anggota tim nama Anestator: dr. H. Joko Murdiyanto, Sp.AN, MPH
dan peran Penata anestesi : Giyanto, SST
Operator : dr. HR Nurul Jaqin, Sp.B
Asisten : M. Syaiful A, AMK
Instrumenator: Muhammad Kurniawan, S.Kep. Ners
Sirkuler : Erwin Sanusi, Amd.Kep.
2 Konfirmasi nama Sudah
pasien, prosedur Nama: Tn. B
dan lokasi insisi Diagnosa: Hernia Inguinalis Lateralis Dextra
3 Konfirmasi Antiobiotik: Ceftriaxone
pemberian Dosis : 1 gr
antibiotik dan dosis
4 Antisipasi Kejadian a. Dokter bedah: Antisipasi kehilangan darah lebih
kritis: dari 500 cc tidak ada
b. Dokter anestesi: Antisipasi kehilangan darah lebih
dari 500 cc tidak ada
c. Perawat: alat lengkap, steril, dan tidak ada masalah
5 Foto rongten, BNO Ada
sudah ditayangkan

8) Sebelum insisi, uji efek anastesi dengan menggunakan pinset chirugie yang dilakukan
oleh operator.
9) Memberikan mess no.23 kepada operator untuk melakukan insisi.

38
10) Operator melakukkan insisi dengan tekhnik left oblique inguinal .
11) Memberikan arteri klem dan kasa kepada asisten untuk mengontrol perdarahan, lakukan
koagulasi dengan elektrocauter jika perdarahan belum berhenti.
12) Insisi dilanjutkan menggunakan elektrocauter sampai terlihat fasia.
13) Memberikan mess kepada operator untuk menginsisi fasia yang kemudian dilanjutkan
dengan menggunakan gunting jaringan untuk membuka fasia.
14) Memasang hak midle doft untuk membuka daerah lapang operasi.
15) Diseksi muskuloskeletal menggunakan klem artery.
16) Setelah peritonium terlihat, buka menggunakan gunting jaringan.
17) Buat gulungan kasa lembab nacl 0,9% untuk menggantung atau mengamankan duktus
spermatikus dan klem diujung kasssa.
18) Tangan operator mengeksplorasi jaringan lemak sampai bertemu dengan omentum.
Klem omentum dengan 2 klem artery, kemudian buka omentum dengan gunting jaringan.
Klem kembali omentum di beberapa sudut dengan menggunakan klem artery sejumlah 2
untuk membuka daerah omentum agar terlihat lebih terbuka. Masukan jaringan lemak ke
dalam omentum.
19) Berikan MESH Hernia untuk membantu merekatkan
20) Jahit omentum atau kantong hernia dengan mesh hernia menggunakan tekhnik basini,
yaitu menjahit kantong hernia dengan conjuing tendon, menjahit menggunakan needle
holder dan benang mersilk no.1 tapper.
21) Mengembalikan isi hernia (omentum) ke cavum abdomen.
22) Lakukan duplikasi kantong hernia kemudian kantong hernia yang ke arah cavum
abdomen dibebaskan seproksimal mungkin kemudian diikat/dijahit menggunakan
needle holder dan benang catgut chromic 0 tapper.
23) Jahit kantong hernia menggunakan tekhnik basini, yaitu menjahit kantong hernia
dengan conjuing tendon, menjahit menggunakan needle holder dan benang
mersilk 1 tapper.
24) Jahit lapisan berikutnya, yaitu jahit lapisan otot sampai fasia dengan
menggunakan needle holder dan benang chromic 0 tapper.
25) Perawat sirkuler melakukan Sign out
Jumlah instrument sama dengan jumlah yang digunakan, perdarahan ±15 cc,
jumlah kassa yang terpakai 10.

39
No Tindakan Sudah Belum
1. Perawat melakukan konfirmasi secara verbal √
dengan tim
a. Nama prosedur tindakan telah dicatat √
b. Instrument kassa, dan jarum telah dihitung √
dengan benar
c. Spesimen telah diberi label (termasuk nama
- -
pasien dan asal jaringan spesimen)
d. Adakah masalah dengan peralatan selama √
operasi
2. Operator dokter bedah, dokter anastesi dan
perawat melakukan review masalah utama apa √
yang harus diperhatikan untuk penyembuhan
dan manajemen pasien selanjutnya
Hal yang harus diperhatikan - -

NO INSTRUMENT DAN SPONGES JUMLAH


Pre +an Sisa Post
1. Kassa steril 20 - 10 20
2. Handscoon steril 3 - - 3
3. Pean/Hemostatic Forceps pean 10 - 1 10
4. Needle Holder 2 - 1 2
5. Chromic 0 tapper 1 - - 1
6. Mersilk 1 tapper 1 - - 1
7. Plain 2.0 cutting 1 - - 1
8. Scalpel handle no.4 1 - - 1
9. Pisau/mes no.20 1 - - 1
10. Hak kecil/eyelide/middle doft 2 - - 2
11. Kom bethadin 1 - - 1
12. Kom alcohol 1 - - 1
13. Dressing forceps (doek klem) 5 - - 5
14. Metzenbaum scissors (gunting jaringan) 1 - - 1
15. Ligature Scissors (gunting benang) 1 - - 1
16. Tissue forceps (pinset cirurgies) 2 - 1 2
17. Dissecting forceps (pinset anatomis) 2 - 1 2
16. Doek besar 4 - - 4
17. Doek bolong 1 - - 1
18. Cauter 1 - - 1
19. Sponge holding forceps 1 - - 1
20. Kidney tray (bengkok) 1 - - 1
21. Klemkocher 4 - 2 4

40
22. Kanul suction 1 - - 1
23. Foley cateter no. 16 1 - - -
24. Urin bag 1 - - -
25. Syringe 10 1 - - 1
26. Aquadessteril 10 cc - - -
27. Jelly 10 cc - - -

26) Lepaskan hak midle doft.


27) Oles luka dengan povidone iodine 10%.
28) Jahit subkutis menggunakan plain 2/0 cutting dilanjutkan jahitan subkutikuler.
29) Bersihkan luka dengan kassa yang dibasahi NaCl, dan keringkan dengan kassa
kering.
30) Tempelkan Daryantul dan dressing luka dengan kasa
kering dan plester
31) Melakukan pemasangan foley cateter no.16 pada pasien dengan teknik aseptik.
32) Pindahkan klien ke ruang RR dan lakukan monitoring hingga layak pindah ke
ruangan kembali.

B. Analisa Data Intra Operatif


Nama Klien : Tn. B
Ruang : OK 2
NO MR : 6815xx
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1. DS : Insisi operasi Resiko infeksi
-
Adanya jaringan yang
DO : terputus
- Tampak luka insisi
Proses penyembuhan
- Luka insisi sekitar 10
luka
cm
Resiko masuknya
- Usia klien 67 tahun
mikroorganisme luar
(lansia)
resiko infeksi

41
C. Diagnosis keperawatan
Resiko infeksi b.d resiko masuknya mikroorganisme di luka operasi
Subjektif: -
Objektif:
- Tampak luka insisi
- Luka insisi sekitar 10 cm
- Usia klien 67 tahun (lansia)
PERENCANAAN
Implementasi Evaluasi Paraf
Tujuan Intervensi
NOC: Kontrol Resiko NIC: Kontrol infeksi Tanggal : Tanggal : Iwan
1. Setelah dilakukan ( √ ) Bersihkan (skin 3 April 2017 3 April 2017
tindakan preparation) area luka Jam : 16.30 wib Jam : 16.50 wib
keperawatan selama insisi operasi dengan teknik ( √ ) Tim work melakukan S: -
20 menit, resiko aseptik dan antiseptik scrubbing, gowning, dan
O:
cedera tidak terjadi ( √ ) Tim work (operator, gloving dengan prinsip
- luka post insisi tidak kotor
dengan kriteria hasil: tim anestesi, asisten steril
Klien bebas dari operator, instrumentator, ( √ ) melakukan cuci tangan
A: Masalah resiko infeksi teratasi
tanda dan gejala sirkuler) lakukan cuci dengan sabun chlorhexidin
sebagian
infeksi tangan sebelum dan setelah 4% sebelum dan sesudah
P:
2. Mendeskripsikan terpapar dengan area luka kontak dengan luka insisi
- Tutup luka dengan prinsip bersih
proses penyakit, klien klien
(menutup menggunakan plester)

42
faktor yang ( √ ) Gunakan sabun cuci ( √ ) menggunakan linen - Anjurkan klien makan makanan yang
mempengaruhi tangan untuk cuci tangan (duk dan gown) dan bergizi setelah sampai di ruang rawat
penularan serta (Chlorhexidin 4%) instrumen yang steril inap
penatalaksanaannya. ( √ ) Gunakan handscoon ( √ ) melakukan drapping - Batasi jumlah pengunjung
3. Menunjukkan steril sebagai alat pelindung yang benar - cuci tangan dengan sabun sebelum
mencegah timbulnya dan alat operasi (instrumen) dan sesudah kontak dengan luka
infeksi. dalam keadaan steril klien.
( √ ) Kolaborasi dengan
dokter penggunaan
antibiotik yang sesuai

43
3. Asuhan Keperawatan Post Operatif
A. Pengkajian
1) Nama Klien : Tn. B
2) Ruang : Pemulihan OK (Recovery room)
3) Jam/tanggal : 16.50 WIB – 17.20 WIB / 3 April 2017
4) Keadaan Umum
Klien tampak lemas dibawah efek anastesi spinal, klien mengatakan kaki tidak
berasa, klien mengatakan kaki terasa berat, dan tidak bisa digerakkan, kaki
klien tampak tidak bisa digerakkan, klien mengatakan melakukan operasi
dalam waktu 20 menit, klien mengatakan terdapat luka dibagian perut kanan
bawah. Klien terpasang O2 3 liter/mnt dengan nasal kanul. Terpasang infus
RL dan kateter dalam posisi supinasi dengan posisi kepala di beri bantal (300)
5) Tanda-tanda vital
TD : 110/75 mmHg
N : 78 x/menit
S : 36,70C
6) Sistem pernafasan
RR : 20 x/menit. Irama nafas teratur, tidak tampak retraksi dinding dada
saat inspirasi, suara nafas vesikuler, conjunctiva ananemis.
7) Sirkulasi
Perdarahan ± 10 cc, CRT ≤ 3 dtk, kesadaran compos mentis, kuku tidak
sianosis.
8) Eliminasi urine
Klien terpasang kateter dengan produksi urin 200 cc.

44
Skor BROMAGE paska spinal anestesi (SA)
SKALA BROMAGE JAM 4/15 JAM 5/15’ JAM 6/15’ JAM 7/15’
Gerakan penuh dari
0
tungkai
Tidak mampu
1
mengekstensi tungkai
Tidak mampu memfleksi
2 √
tungkai
Tidak mampu memfleksi
3 √ √ √ √
pergelangan kaki
BROMAGE SKOR < 2 2
KELUAR DARI RUANG
PULIH SADAR

B. Analisa Data Keperawatan Post Operatif


Nama Klien : Tn. B
Ruang : OK 2
NO MR : 6815xx
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1. DS: Pembedahan Resiko cidera
- Klien mengatakan kaki
Tidak ada
tidak berasa penyangga di
sekitar tempat tidur
- Klien mengatakan kaki
terasa berat dan tidak Pengaruh anestesi
spinal
bisa digerakkan
DO: Resiko cedera
- klien tampak lemah
- klien dalam pengaruh
anestesi spinal (skala
bromage jam 1/15 = 3)
- kaki klien tampak tidak
bisa digerakkan

45
C. Diagnosis keperawatan
a. Resiko cedera akibat kondisi perioperatif berhubungan dengan gangguan sensorik/persepsi akibat anestesi
Subjektif :
- Klien mengatakan kaki tidak berasa
- Klien mengatakan kaki terasa berat dan tidak bisa digerakkan

Objektif :
- klien tampak lemah
- klien dalam pengaruh anestesi spinal
- kaki klien tampak tidak bisa digerakkan
PERENCANAAN
Implementasi Evaluasi Paraf
Tujuan Intervensi
NOC: Kontrol Resiko NIC: Manajemen Tanggal : Tanggal : Iwan
Setelah dilakukan Lingkungan 3 April 2017 3 April 2017
tindakan keperawatan ( √ ) Tempatkan klien pada Jam : 16.50 wib Jam : 17.20 wib
selama 25 menit, resiko brankart yang aman dan ( √ ) Mengatur posisi klien S:
cedera tidak terjadi nyaman ( √ ) Memasang pengaman - Klien mengatakan kaki masih
dengan kriteria hasil: ( √ ) Jaga posisi immobile tempat tidur terasa berat
1. Selama operasi klien ( √ ) Ubah tempat atau atur ( √ ) Menjaga - klien mengatakan ujung jari
tenang posisi klien untuk keseimbangan cairan dan sudah bisa di gerakkan
2. Klien aman dan tidak meningkatkan fungsi mencegah komplikasi O:

46
jatuh fisiologis dan psikologis ( √ ) Memantau vital sign - Selama operasi klien tenang
3. Klien kooperatif ( √ ) Cegah resiko ( √ ) Memantau gejala mual - Klien kooperatif
4. Klien mampu injuri/jatuh muntah - Klien aman dan tidak jatuh
melakukan gerakan yang ( √ ) Pasang pengaman - Vital sign:
bertujuan tempat tidur TD: 110/75 mmHg
5. Klien mampu ( √ ) Pantau penggunaan N: 78 x/menit
bergerak dan obat anestesi dan efeknya RR: 20 x/menit
berkomunikasi ( √ ) Dampingi klien S: 36,70C
6. Tanda-tanda vital selama dalam pengaruh A:
dalam rentang normal anestesi Masalah resiko cedera teratasi
P:
- Tempatkan klien pada brankart
yang aman dan nyaman
- Jaga posisi immobile
- Ubah tempat atau atur posisi
klien untuk meningkatkan fungsi
fisiologis dan psikologis
- Cegah resiko injuri/jatuh
- Pasang pengaman tempat tidur
- Pantau penggunaan obat anestesi
dan efeknya

47
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hernia merupakan protusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah dari dinding rongga bersangkutan. Hernia adalah proporsi abnormal organ jaringan
atau bagian organ melalui stuktur yang secara normal berisi bagian ini.
Hernia inguinalis lateralis adalah suatu keadaan dimana sebagian usus masuk melalui
sebuah lubang pada dinding perut ke dalam kanalis inguinalis. Kanalis inguinalis adalah
saluran berbentuk tabung, yang merupakan jalan tempat turunnya testis (buah zakar) dari
perut ke dalam skrotum (kantung zakar) sesaat sebelum bayi dilahirkan.
Keputusan mengambil keputusan ini didasarkan pada hasil pemeriksaan fisik,
penunjang dan juga atas dasar persetujuan keluarga pasien setelah mendapatkan
penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan dengan segala aspeknya (inform
consent).
Asuhan keperawatan perioperatif hernia inguinalis lateralis dextra yang dilakukan
tindakan hernia repair di Kamar Bedah RSU PKU Muhammadiyah Bantul dilakukan
secara komprehensif meliputi pre-operatif, intra-operatif dan post-operatif.
Asuhan keperawatan tersebut dilakukan melalui tahap-tahap kegiatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Asuhan
keperawatan perioperatif pada pasien Tn. B yang dilakukan tindakan hernia repair
meliputi:
1. Pre operatif
Fase ini adalah kelanjutan dari perawatan yang sudah dilakukan di ruang rawat inap
terutama menyangkut persiapan pasien, pada fase ini dilakukan :
a. Pengkajian data demografi, keluhan utama, riwayat kesehatan, pemeriksaan fisik,
pola fungsi kesehatan, pemeriksaan penunjang, dan verifikasi persiapan sebelum
operasi.
b. Setelah melalui analisa data dirumuskan 1 diagnosa keperawatan yaitu ansietas
berhubungan dengan krisis situasional (prosedur pembedahan yang akan dilakukan),
hasil akhir pembedahan dan ancaman maut.
c. Pelaksanaan intervensi dilakukan dimulai dengan tahapan perkenalan sebagai
bagian dari tahapan komunikasi terapeutik ketika memulai pengkajian.

48
2. Intra operatif
Pada fase ini dilakukan:
a. Pengkajian pada persiapan perawat, persiapan alat dan ruang kemudian persiapan
pasien
b. Melalui analisa disimpulkan ada 1 rumusan diagnosa yaitu resiko infeksi b.d resiko
masuknya mikroorganisme di luka operasi
c. Setelah implementasi dilakukan evaluasi dengan hasil usaha untuk mengontrol
infeksi sudah dilakukan optimal.
3. Post operatif
Pada fase ini dilakukan:
a. Pengkajian klien dengan post anestesi terutama pada dengan status post anestesi
spinal
b. Melalui analisa disimpulkan ada 1 rumusan diagnosa yaitu resiko cedera akibat
kondisi perioperatif berhubungan dengan gangguan sensorik/persepsi akibat
anestesi.
c. Dilakukan implementasi dengan hasil
1) Pasien aman tidak jatuh
2) Luka operasi tertutup bersih

B. Saran
1. Bagi Perawat dan Rumah Sakit
a. Diharapkan semakin meningkatkan pemberian pelayanan yang optimal dan
prosedural serta menjunjung tinggi disiplin ilmu keperawatan dalam pemberian
asuhan keperawatan perioperatif.
b. Pendokumentasian tindakan asuhan keperawatan perioperatif sangat penting
dilakukan karena merupakan bukti legal serta tanggung jawab sebagai perawat.
2. Bagi Pasien dan Keluarga
a. Tetap menjaga kebersihan luka untuk mencegah terjadinya infeksi silang dan
mematuhi semua anjuran dokter dalam kesinambungan pengobatan.
b. Budayakan perilaku hidup sehat guna mencapai standar kesehatan yang lebih baik.

49
DAFTAR PUSTAKA

Corwin, E. J. (2009). Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Depkes. (2008). Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah dalam www.depkes.go.id diakses
Maret 2017.

Made, K.G. (2009). Hernia Inguinalis Lateralis Pada Anak-anak. Laboratorium Ilmu Bedah,
Fakultas Kedokteran Universitas Hasanusin, Ujung Pandang.

Muttaqin, A. (2010). Pengkajian keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Nanda International. (2012). Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2012, 2014.
Jakarta: EGC.

Register Rekam Medis Instalasi Bedah Sentral RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Januari –
Maret 2017. Yogyakarta.

Karnadihardja W, Hadi S, Ruchiyat Y. (2010). Penyulit Pascabedah. Dalam: Buku Ajar Ilmu
Bedah. Jakarta: EGC.

Sjamsuhidayat. (2010). Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi. Edisi 2. Jakarta: EGC.

WHO. (2007). Data Insiden Hernia. dalam www.who.go.id diakses Maret 2017.

50

You might also like