Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Keluarga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang berperan dan berpengaruh sangat
besar terhadap perkembangan sosial dan perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga.
Keluarga memerlukan organisasi tersendiri dan perlu kepala rumah tangga sebagai tokoh
penting yang memimpin keluarga disamping beberapa anggota keluarga lainnya. Anggota
keluarga terdiri dari Ayah, ibu, dan anak merupakan sebuah satu kesatuan yang memiliki
hubungan yang sangat baik. Hubungan baik ini ditandai dengan adanya keserasian dalam
hubungan timbal balik antar semua anggota/individu dalam keluarga. Sebuah keluarga
disebut harmonis apabila seluruh anggota keluarga merasa bahagia yang ditandai dengan
tidak adanya konflik, ketegangan, kekecewaan dan kepuasan terhadap keadaan (fisik, mental,
emosi dan sosial) seluruh anggota keluarga. Keluarga disebut disharmonis apabila terjadi
sebaliknya.
Ketegangan maupun konflik antara suami dan istri maupun orang tua dengan anak
merupakan hal yang wajar dalam sebuah keluarga atau rumah tangga. Tidak ada rumah
tangga yang berjalan tanpa konflik namun konflik dalam rumah tangga bukanlah sesuatu
yang menakutkan. Hampir semua keluarga pernah mengalaminya. Yang mejadi berbeda
masalah diselesaikan secara baik dan sehat maka setiap anggota keluarga akan mendapatkan
pelajaran yang berharga yaitu menyadari dan mengerti perasaan, kepribadian dan
pengendalian emosi tiap anggota keluarga sehingga terwujudlah kebahagiaan dalam keluarga.
Penyelesaian konflik secara sehat terjadi bila masing-masing anggota keluarga tidak
mengedepankan kepentingan pribadi, mencari akar permasalahan dan membuat solusi yang
sama-sama menguntungkan anggota keluarga melalui komunikasi yang baik dan lancar.
Disisi lain, apabila konflik diselesaikan secara tidak sehat maka konflik akan semakin sering
fisik sebagai pelampiasan kemarahan, teriakan dan makian maupun ekspresi wajah
melakukan kekerasan fisik. Perilaku seperti ini dapat dikatakan pada tindakan kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT) yang diartikan setiap perbuatan terhadap seseorang terutama
perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual,
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga.
Kdrt diatur dalam Undang – Undang nomor 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
Dalam Rumah Tangga bahwa terdapat Sanksi Pidana atas pelanggaran Pasal 44 ayat 1 dan
Pasal 44 ayat 1 “ Ancaman pidana terhadap kekerasan fisik dalam lingkup rumah tangga ini
adalah pidana penjarapidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak
Rp15 juta. “
Pasal 44 ayat 4 “Dan khusus bagi KDRT yang dilakukan oleh suami terhadap istri yang tidak
menimbulkan penyakit atau halangan untuk menjalankan pekerjaan jabatan atau mata
pencaharian atau kegiatan sehari-hari, ancaman pidananya adalah pidana penjara paling
notabene mempunyai fisik yang lemah di bandingkan dengan suaminya. Tetapi banyak kasus
kekerasan dalam rumah tangga yang tidak melaporkan nasibnya kepada yang berwenang,
salah satu sebabnya adalah ketergantungan korban terhadap pelaku baik secara ekonomi
maupun sosial. Kekerasan dalam rumah tangga ini biasanya di sebabkan oleh faktor tidak
siapnya pasangan dalam menempuh kehidupan berumah tangga yang kemudian di salurkan
ke dalam kehidupan rumah tangga, dan seringkali yang menjadi korban adalah dari pihak
isteri dan anak-anaknya3 . Kekerasan dalam rumah tangga menurut pasal 1 ayat 1 undang-
undang No. 23 tahun 2004, tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
menyatakan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah ; “setiap perbuatan terhadap
secara fisik, seksual psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga, termasuk ancaman
Adapun bentuk Kekerasan Dalam Rumah Tangga seperti yang disebut di atas dapat dilakukan
a. Kekerasan fisik, yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit atau luka berat ;
b. Kekerasan psikis, yang mengakibatkan rasa ketakutan, hilangnya rasa percaya diri,
c. Kekerasan seksual, yang berupa pemaksaan seksual dengan cara tidak wajar, baik
untuk suami maupun untuk orang lain untuk tujuan komersial, atau tujuan tertentu ;
d. Penelantaran rumah tangga yang terjadi dalam lingkup rumah tangganya, yang mana
menurut hukum diwajibkan atasnya. Selain itu penelantaran juga berlaku bagi setiap
melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah, sehingga korban
berada di bawah kendali orang tersebut. Sehingga dengan alasan kekerasan di dalam 3
Dalam Rumah Tangga, : Gramedia, 2006, hal : 6 rumah tangga itu maka pihak isteri
UU No 3 tahun 2006 tentang Peradilan Agama maka ketentuan tentang tata cara
mengajukan cerai talak dan cerai gugat bagi mereka yang beragama islam yang
ketentuan tersebut tercantum dalam pasal 66 sampai pasal 86, dan dengan
dalam pasal 63 ayat 2 UU No.1 tahun 1974 dimana isinya menyebutkan bahwa
memberikan pelayanan hukum dan keadilaan dalam bidang hukum keluarga dan harta
pekawinan bagi orang-orang yang beragama islam antara lain adalah mengenai
persesuainya dengan pedoman Islam tentang perceraian, sebab sebelum ada keputusan
terlebih dulu diadakan penelitian tentang apakah alasan-alasanya cukup kuat untuk
terjadi perceraian antara suami isteri, kecuali itu dimungkinkan pula pengadilan
bertindak sebagai hakam sebelum mengambil keputusan bercerai antara suami isteri.
2. Permasalahan Penelitian
a. Apakah terdakwa SUHADI SS telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
Untuk memecahkan masalah guna memberikan petunjuk pada permasalahan yang akan di
bahas dan di pertanggung jawabkan kebenarannya, maka dalam penelitian ini diperlukan
metode tertentu. Adapun metode penelitian yang penulis gunakan dalam kerangka penulisan
ini adalah :
Studi Komperatif, dan Studi Dokumen dengan cara membaca, mengutip dan
teori, dan literatur – literatur yang erat hubungannya dengan masalah dan
b. Pendekatan Empiris
Penelitian yang dilakukan dengan cara study lapangan yang bertitik tolak
1. Pembahasan
Menyatakan terdakwa SUHADI SS telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
(dua) bulan ;
2. Menetapkan bahwa pidana tersebut tidak dijalani kecuali apabila dikemudian hari
ada perintah lain dalam putusan Hakim yang berkekuatan hukum tetap karena
3. Membebankan biaya perkara kepada terdakwa sebesar Rp. 5.000,- (lima ribu
rupiah);
2. Analisa
Pengaturan hukum mengenai kekerasan dalam rumah tangga diatur dalam UU No: 23
Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga (UU KDRT).
Penjelasan dan definisi kekerasan dalam rumah tangga dijelaskan dalam Pasal 1 ayat 1 UU
KDRT yang menjelaskan bahwa “Kekerasan dalam Rumah Tangga adalah setiap
dilakukan secara fisik (memukul, menganiaya, penelantaran dsb), kekerasan secara psikis
(tindakan eksploitasi, pelecehan, penghinaan, ancaman dsb), kekerasan seksual, dan dapat
berupa kekerasan dalam rumah tangga yang berhubungan dengan perekonomian . Korban
kekerasan dalam rumah tangga lebih cenderung dialami oleh kaum wanita seperti yang
dialami oleh keluarga dari Suhadi SS yang menjadi korban KDRT menelantarkan orang
3. Kesimpulan
Terdakwa Suhadi SS telah terbukti bersalah atas tindak pidana menelantarkan orang dalam
lingkup rumah tangga dan terdakwa Suhadi SS dijerat hukuman dua bulan penjara, pidana
tersebut tidak dijalani kecuali ada perintah lain dari Hakim yang berkekuatan tetap karna
terpidana belum melewati masa percobaan. Dalam Undang – Undang Nomor 23 tahun 2004
(1) Setiap orang dilarang menelantarkan orang dalam lingkup rumah tangganya,
padahal menurut hukum yang berlaku baginya atau karena persetujuan atau
orang tersebut.
(2) Penelantaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) juga berlaku bagi setiap orang
melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar rumah sehingga korban
Dalam pasal 49 Dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun atau denda paling
banyak Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), setiap orang yang menelantarkan orang
lain dalam lingkup rumah tangganya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1).
Menelantarkan orang lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2). Selain pidana
a. pembatasan gerak pelaku baik yang bertujuan untuk menjauhkan pelaku dari korban
dalam jarak dan waktu tertentu, maupun pembatasan hak-hak tertentu dari pelaku;
tertentu.