You are on page 1of 6

1.1.

Pengertian Sekolah
Kata Sekolah berasal dari bahasa latin, yaitu skhhole, scola, scolae atau skhola
yang berarti waktu luang atau waktu senggang. Sekolah adalah kegiatan di waktu
luang bagi anak-anak di tengah kegiatan mereka yang utama, yaitu bermain dan
menghabiskan waktu menikmati masa anak-anak dan remaja. Kegiatan dalam waktu
luang ialah mempelajari cara berhitung, membaca huruf-huruf dan mengenal tentang
moral (budi pekerti) dan estetika (seni)(Restyawan, 2017).

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis


melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu
siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik yang menyangkut aspek moral,
spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial. Lingkungan sekolah adalah jumlah
semua benda hidup dan mati serta seluruh kondisi yang ada di dalam lembaga
pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program pendidikan dan
membantu siswa mengembangkan potensinya.

Sekolah adalah tempat utama dimana individu mengikuti proses pendidikan


formal untuk manambah pengetahuan dan mengasah keterampilan sebagai bekal
kehidupannya di kemudian hari. Lingkungan sekolah adalah tatanan yang dapat
melindungi peserta didik dan staf sekolah dari kecelakaan dan penyakit serta dapat
meningkatkan kegiatan pencegahan dan mengembangkan sikap terhadap faktor resiko
yang dapat menyebabkan penyakit. Lingkungan fisik sekolah harus memenuhi
kriteria sebagai berikut(Ratnasari, 2012) :

1. Mampu menyediakan kebutuhan dasar dan insan sekolah lain.


2. Mampu melindungi insan sekolah dari ancaman penyakit.
3. Mampu melindungi insan sekolah dari ancaman biologis.
4. Mampu melindungi insan sekolah dari ancaman kimiawi

Sedangkan lingkungan psikososial harus dapat memberikan:


1. Iklim belajar dan kerja sama yang baik.
2. Rasa keterikatan sesama insan sekolah.
3. Rasa saling menghargai.
4. Perlindungan terhadap kekerasan.

Membentuk dan memelihara lingkungan sekolah yang sehat membutuhkan


upaya dan kerja keras dari setiap unsur di sekolah. Menyediakan suatu lingkungan
yang sehat bagi insan sekolah merupakan suatu persyaratan dalam mengembangkan
pola pertumbuhan mental, fisik, dan sosial.
1.2. Pengertian Sekolah Sehat
Sebagai suatu konsep, sekolah sehat tidak hanya meliputi kesehatan fisik,
tetapi juga kesehatan dalam arti sosial dan psikis. Ini berarti konsep sekolah sehat
mengacu pada definisi kesehatan dari World Health Organization (WHO) yang
menggambarkan kesehatan secara luas sebagai keadaan (status) sehat utuh secara
fisik, mental (rohani) dan sosial, dan bukan hanya suatu keadaan yang bebas dari
penyakit, cacat dan kelemahan. Warga sekolah diharapkan memiliki tiga dimenasi
sehat yaitu : dimensi medis, sosial dan psikologi yang dapat digolongkan dalam
status kesehatan yang normal. Secara ideal ketiga dimensi kesehatan tersebut harus
hadir secara bersama untuk menunjang proses belajar mengajar di sekolah di
berbagai jenjang.
Kesehatan secara fisik meliputi kesehatan anak (physical endurance) yang
didukung oleh asupan gizi, kesehatan dalam arti terbatas dari berbagai penyakit.
Kesehatan sosial, secara sosiologis, berkaitan erat dengan ekspose peserta didik
dengan wilayah sosial yang cenderung bersifat “deviant” seperti di daerah pasar
atau tempat-tempat keramaian lainnya. Sekolah-sekolah seperti ini cenderung
berlokasi di kota-kota besar. Kesehatan dalam arti psikologi, amat berkaitan
dengan citra diri (self conseft) seorang anak.
Beberapa defenisi lainnya tentang Sekolah sehat adalah sekolah yang secara
terus menerus menguatkan kapasitasnya sebagai tempat yang sehat untuk tinggal,
belajar dan bekerja. Kesehatan tidak hanya berupa keadaan tanpa penyakit tetapi
merupakan keadaan sehat baik secara fisik, sosial dan emosional. Sekolah sehat
adalah sekolah yang mengikutsertakan para petugas kesehatan dan pendidikan,
guru, murid, orang tua, dan tokoh masyarakat dalam upaya mempromosikan
kesehatan. Sekolah sehat adalah sekolah yang berupaya menciptakan wilayah yang
sehat dan aman. Sekolah sehat adalah sekolah yang memberikan pendidikan
keterampilan dasar kesehatan. Sekolah sehat adalah sekolah yang menyediakan
akses pelayanan kesehatan. Sekolah sehat adalah sekolah yang menerapkan
kebijakan dan praktik promosi kesehatan(Hijjang, 2017).
Pemerintah mengeluarkan kebijakan sebagai upaya untuk meningkatkan
kesehatan siswa dengan program “Sekolah Sehat”. Sekolah Sehat adalah sekolah
yang berhasil membantu peserta didik unggul secara optimal dengan
mengedepankan aspek kesehatan. Sekolah Sehat selalu berusaha membangun
kesehatan jasmani dan kesehatan rohani melalui pemahaman, kemampuan, dan
perilaku yang bertanggung jawab, pengambilan keputusan terbaik untuk terciptanya
kesehatan secara mandiri dapat diwujudkan. Menurut Panduan Pengembangan
Model Sekolah Sehat di Indonesia, manfaat yang didapat dari program Sekolah
Sehat antara lain(Zubaidah et al., 2017):
1) bagi masyarakat yaitu sebagai tempat menghasilkan siswa yang
mempunyai budaya hidup sehat dan aktif,
2) bagi pemerintah yaitu sebagai tempat pembelajaran yang dapat dijadikan
percontohan bagi sekolah-sekolah lain karena diharapkan sekolah tersebut
dapat menghasilkan sumber daya yang berkualitas, dan
3) bagi swasta atau dunia kerja yaitu dapat memberi peluang pada swasta
untuk berperan dalam pengembangan Sekolah Sehat.

Kemendiknas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar menjelaskan bahwa


standar Sekolah Sehat meliputi:
1) Standar fisik sekolah yang meliputi: Bangunan sekolah yang memenuhi
pembakuan standar minimal Depdiknas, sekolah memiliki akreditasi dari
pemerintah, minimal B, sekolah yang memenuhi persyaratan kesehatan (fisik,
mental, lingkungan), sekolah yang memiliki pagar, sekolah yang memiliki
ruang terbuka yang memadai untuk pembelajaran pedidikan jasmani, dan
sekolah memiliki sertifikat hak milik (SHM).
2) Standar sarana prasarana meliputi: memiliki sarana prasarana untuk
pendidikan kesehatan yang memadai, memiliki sarana prasarana untuk
pendidikan jasmani, memiliki sarana prasarana penunjang kegiatan UKS,
3) Standar ketenagaan yang meliputi: memiliki guru pendidikan jasmani,
olahraga dan kesehatan, memiliki guru pembina UKS, memiliki kader
kesehatan sekolah (dokter kecil, kader kesehatan remaja),
4) Standar peserta didik yang meliputi: memiliki derajat kesehatan yang
optimal, tumbuh kembang secara optimal, dan memiliki tingkat kebugaran
jasmani yang optimal.
1.3. Pengertian Sekolah Aman
Sekolah aman dibagi menjadi tiga definisi, yaitu definisi umum,
definisi khusus dan definisi terkait Pengurangan Risiko Bencana (PRB).
Berikut rinciannya (BNPB 2014):

A. Pengertian umum: Sekolah aman adalah sekolah yang


mengakui dan melindungi hak-hak anak dengan menyediakan
suasana dan lingkungan yang menjamin proses pembelajaran,
kesehatan, keselamatan, dan keamanan siswanya terjamin
setiap saat;
B. Pengertian Definisi Khusus: Sekolah aman adalah sekolah
yang menerapkan standar sarana dan prasarana yang mampu
melindungi warga sekolah dan lingkungan di sekitarnya dari
bahaya bencana;
C. Pengertian terkait PRB: Sekolah aman adalah komunitas
pembelajar yang berkomitmen akan budaya aman dan sehat,
sadar akan risiko, memiliki rencana yang matang dan mapan
sebelum, saat, dan sesudah bencana, dan selalu siap untuk
merespons pada saat darurat dan bencana.

Pelaksanaan Sekolah aman dari bencana dalam pedoman ini


mempertimbangkan nilai-nilai(BNPB 2014)

1. Perubahan Budaya. Penerapan Sekolah Aman dari Bencana ditujukan


untuk menghasilkan perubahan budaya yang lebih aman dari bencana
dan perubahan dari aman menjadi berketahanan dalam upaya
mewujudkan masyarakat Indonesia yang tangguh bencana.
2. Berorientasi Pemberdayaan. Meningkatkan kemampuan pengelolaan
sekolah dan warga sekolah termasuk anak untuk menerapkan Sekolah
Aman dari Bencana dalam pengembangan kurikulum, sarana prasarana,
pendidik dan tenaga kependidikan, pengelolaan dan pembiayaan di
sekolah
3. Kemandirian. Mengoptimalkan pendayagunaan sumberdaya yang
dimiliki sekolah .
4. Pendekatan berbasis hak. Hak-hak asasi manusia termasuk hak-hak
anak sebagai pertimbangan utama dalam upaya penerapan Sekolah
Aman dari Bencana.
5. Keberlanjutan. Mengutamakan terbentuknya pelembagaan aktivitas
warga sekolah termasuk anak dalam upaya penerapan sekolah dari
bencana dengan mengaktifkan lembaga yang sudah ada seperti TP UKS,
Komite Sekolah, OSIS, Ekstrakurikuler, dsb.
6. Kearifan lokal. Menggali dan mendayagunakan kearifan lokal yang
mendukung upaya penerapan sekolah aman dari bencana.
7. Kemitraan. Berupaya melibatkan pemangku kepentingan termasuk
anak secara individu maupun dalam kelompok untuk bekerjasama
dalam mencapai tujuan berdasarkan prinsip-prinsip Sekolah. Aman dari
bencana.
8. Inklusivitas. Memperhatikan kepentingan warga sekolah terutama
anak berkebutuhan khusus.
DAFTAR PUSTAKA

badan nasional penanggulangan bencana (2014) ‘PERATURAN KEPALA BADAN


NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG
PEDOMAN PENERAPAN SEKOLAH/MADRASAH AMAN DARI BENCANA’.
Hijjang, P. (2017) ‘Perintisan model sekolah sehat di sekolah dasar sebagai upaya peningkatan
kesehatan warga sekolah di kabupaten pangkep provinsi sulawesi selatan’.
Ratnasari, P. (2012) ‘Analisis Preferensi Pelajar Terhadap Kepentingan Atribut Sekolah
Menengah Atas Menggunakan Metode Konjoin’. Available at:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/43785/4/Chapter II.pdf.
Restyawan, R. (2017) ‘Sistem Informasi Kepegawaian’.
Zubaidah, S. et al. (2017) ‘Evaluasi Program Sekolah Sehat Di Sekolah Dasar’, Jurnal
Manajemen Pendidikan, 4(1), p. 72.

You might also like