You are on page 1of 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia
atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan bahkan pencegahan
terhadap berbagai gangguan yang terjadi di dalam tubuh. Beberapa faktor
yang mempengaruhi reaksi pengobatan diantaranya absorpsi obat,
distribusi obat dalam tubuh, metabolism obat, dan ekskresi. Obat memiliki
dua efek yakni efek terapeutik dan efek samping. Efek terapeutik obat
memiliki kesesuaian terhadap efek yang diharapkan sesuai dengan
kandungan obatnya seperti paliatif (berefek untuk mengurangi gejala),
kuratif (memiliki efek pengobatan), suportif (menaikkan fungsi atau
respon tubuh), subtitutif (sebagai pengganti), efek kemoterapi (berefek
untuk mematikan atau menghambat), restorative (berefek pada
memulihkan fungsi tubuh yang sehat).
Efek samping merupakan dampak yang tidak diharapkan, tidak
bisa diramal, dan bahkan kemungkinan dapat membahayakan seperti
adanya alergi, penyakit iatrogenic, kegagalan dalam pengobatan, dan lain-
lain. Pemberian obat kepada pasien dapat dilakukan melalui beberapa cara
diantaranya melaui oral, parenteral, rectal, vaginal, kulit, mata, telinga, dan
hidung. Dengan menggunakan prinsip enam tepat dalam pengobatan yakni
tepat pasien, obat, dosis, rute, waktu, dan dokumentasi.
Pemberian obat melalui rektum merupakan cara memberikan obat
dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan
memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut
pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek
terapi obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air
besar.
Di Kalimantan sekitar 80% manusia pernah menderita konstipasi
dalam hidupnya dan konstipasi yang berlangsung singkat adalah normal.

1
Setiap tahunnya di Amerika, kira-kira lebih dari 2,5 juta orang
pergi ke dokter dan menghabiskan 725 juta dollar karena masalah
konstipasi. Sekitar 12% dari populasi penduduk di seluruh dunia
mengalami konstipasi. Kemungkinan seseorang terkena konstipasi dalam
suatu masyarakat adalah sebesar 2 sampai 30%. Sekitar 50% penderita
konstipasi yang berobat ke rumah sakit mengeluhkan bahwa buang air
besar mereka seperti terhambat. Jumlah penderita konstipasi di Amerika
dan Asia-Pasifik sekitar 17,3%, dua kali lebih banyak dibandingkan
dengan Eropa yakni 8,75%. Sekitar 25% penderita konstipasi cenderung
tidak melakukan apapun untuk menyembuhkan konstipasi yang diderita,
dan mereka lebih memilih untuk membiarkannya sembuh dengan
sendirinya. Sekitar 20% penderita sembelit menyepelekan gejalanya
walaupun mereka sudah mengalaminya dalam waktu berbulan-bulan dan
menganggap hal tersebut sudah biasa. Sekitar 18% penderita konstipasi
tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya dan akibatnya sekitar 12%
dari mereka juga tidak dapat menyelesaikan tugas dengan baik.
Konstipasi adalah kondisi sulit buang air besar secara teratur, tidak
bisa benar-benar tuntas, atau tidak bisa sama sekali. Secara umum,
seseorang bisa dianggap mengalami konstipasi apabila buang air besar
kurang dari tiga kali dalam seminggu. Dampak komplikasi konstipasi
dapat menimbulkan Hemoroid (Wasir). Faktor resiko konstipasi biasanya
terjadi pada orang yang menggunakan obat-obatan, kurang cairan, kurang
olahraga, dll. Konstipasi dapat dicegah dengan makan makanan tinggi
serat, minum minimal 8 gelas air sehari, olahraga teratur, jangan terlalu
sering menahan BAB.
1.2 Maksud Dan Tujuan
Secara umum tujuan penyusunan Laporan Tugas akhir ini yaitu
untuk mengetahui sejauh mana kemampuan penulis dalam menyusun data-
data yang telah diperoleh secara khusus. Tujuan penyusunan laporan ini
untuk memberikan informasi serta pengetahuan kepada para pembaca
mengenai “Prosedur Pemberian Obat Melalui Rektum Pada Pasien

2
Konstipasi” dimana tempat penulis melakukan penelitian dan pengambilan
data. Adapun tujuan penyusunan laporan ini adalah :
1. Sebagai syarat bagi siswa/i kelas III untuk mendapatkan sertifikat dan
mengikuti Ujian Akhir nasional (UAN) dan UAS.
2. Agar siswa/i dapat mengetahui “Prosedur Pemberian Obat Melalui
Rektum Pada Pasien Konstipasi”.
3. Untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang di dapat selama proses
belajar di SMKS Putra Bangsa.
4. Melatih kreatifitas siswa/i SMKS Putra Bangsa dalam penyusunan
laporan kompetensi keahlian.
5. Agar setelah tamat dan lulus nanti dapat mempraktekan ilmu yang telah
dimilikinya dan dapat langsung bekerja sesuai dengan jurusan atau
keahlian yang telah dipilih.
1.3 Sistematika Penulisan
Membahas tentang Prosedur Pemberian Obat Melalui Rektum Pada Pasien
Konstipasi antara lain :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini membahas tentang latar belakang, maksud dan tujuan, dan
sistematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini membahas tentang dasar teori pemberian obat melalui
rektum pada pasien konstipasi.
BAB III PROSES KERJA
Bab ini membahas tentang alat dan bahan yang digunakan serta
prosedur pelaksanaan.
BAB IV PENUTUP
Bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Pemberian Obat


a. Definisi
Obat adalah semua bahan tunggal/campuran yang
dipergunakan oleh semua makhluk hidup untuk bagian dalam dan luar
tubuh guna mencegah, meringankan, dan menyembuhkan penyakit
(Syamsuni, 2005). Menurut undang-undang obat adalah suatu bahan
atau campuran bahan untuk dipergunakan dalam menentukan
diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan
penyakit atau gejala penyakit, luka atau kelainan badaniah atau
rohaniah pada manusia atau hewan termasuk untuk memperelok tubuh
atau bagian tubuh manusia. Memberikan obat adalah suatu tindakan
untuk membantu proses penyembuhan dengan cara memberikan obat-
obatan melalui mulut (oral), (injeksi parenteral), dll sesuai dengan
program pengobatan dari dokter.
1) Definisi Obat Secara Khusus Meliputi :
a) Obat baru merupakan obat yang berisi zat (berkhasiat/tidak
berkhasiat), seperti pembantu, pelarut, pengisi, lapisan atau
komponen lain yang belum dikenal sehingga tidak diketahui
khasiat dan kegunaannya.
b) Obat esensial merupakan obat yang paling banyak dibutuhkan
untuk layanan kesehatan masyarakat dan tercantum dalam daftar
Obat Esensial Nasional (DOEN) yang ditetapkan oleh Menteri
Kesehatan RI.
c) Obat generic merupakan obat dengan nama resmi yang
ditetapkan dalam SI untuk zat berkhasiat yang dikandungnya.
d) Obat jadi merupakan obat dalam keadaan murni atau campuran
dalam bentuk salep, cairan, supositoria, kapsul, pil, tablet,

4
serbuk atau bentuk lainnya yang secara teknis sesuai dengan FI
atau buku resmi lain yang ditetapkan pemerintah.
e) Obat paten merupakan obat jadi dengan nama dagang yang
terdaftar atas nama pembuat yang telah diberi kuasa dan obat itu
dijual dalam kemasan asli dari perusahaan yang
memproduksinya.
b. Bentuk Obat
1. Pulvis (Serbuk)
Merupakan campuran kering bahan obat atau zat kimia yang
dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian
luar.
2. Pulveres
Merupakan serbuk yang dibagi dalam bobot yang lebih kurang
sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk
sekali minum.
3. Tablet
Merupakan sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak dalam
bentuk tabung pipih atau sirkuler kedua permukaan rata atau
cembung mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa
bahan tambahan. Macam-macam tablet yaitu :
a) Tablet Kempa : Paling banyak digunakan, ukuran dapat
bervariasi, bentuk serta penandaannya tergantung design
cetakan.
b) Tablet Cetak : Dibuat dengan memberikan tekanan rendah pada
massa lembab dalam lubang cetakan.
c) Tablet Trikurat : Tablet kempa atau cetak bentuk kecil
umumnya silindris dan sudah jarang ditemukan
d) Tablet Hipodermik : Dibuat dari bahan yang mudah larut atau
melarut sempurna dalam air. Dulu untuk membuat sediaan
injeksi hipodermik, sekarang diberikan secara oral.

5
e) Tablet Sublingual : Dikehendaki efek cepat (tidak lewat hati).
Digunakan dengan meletakkan tablet di bawah lidah.
f) Tablet Bukal : Digunakan dengan meletakkan di antara pipi dan
gusi.
g) Tablet Efervescen : Tablet larut dalam air. Harus dikemas dalam
wadah tertutup rapat atau kemasan tahan lembab. Pada etiket
tertulis “tidak untuk langsung ditelan”.
h) Tablet Kunyah : Cara penggunaannya dikunyah. Meninggalkan
sisa rasa enak di rongga mulut, mudah ditelan, tidak
meninggalkan rasa pahit, atau tidak enak.
4. Pilulae
Merupakan bentuk sediaan padat bundar dan kecil mengandung
bahan obat dan dimaksudkan untuk pemakaian oral. Saat ini sudah
jarang ditemukan karena tergusur tablet dan kapsul. Masih banyak
ditemukan pada seduhan jamu.
5. Kapsul
Merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang
keras atau lunak yang dapat larut. Keuntungan/tujuan sediaan
kapsul yaitu:
a) Menutupi bau dan rasa yang tidak enak
b) Menghindari kontak langsung dengan udara dan sinar matahari
c) Lebih enak dipandang
d) Dapat untuk 2 sediaan yang tidak tercampur secara fisis (income
fisis), dengan pemisahan antara lain menggunakan kapsul lain
yang lebih kecil kemudian dimasukkan bersama serbuk lain ke
dalam kapsul yang lebih besar.
e) Mudah ditelan.
6. Larutan
Merupakan sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia
yang dapat larut, biasanya dilarutkan dalam air, yang karena bahan-
bahannya, cara peracikan atau penggunaannya, tidak dimasukkan

6
dalam golongan produk lainnya (Ansel). Dapat juga dikatakan
sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang larut,
misalnya terdispersi secara molekuler dalam pelarut yang sesuai
atau campuran pelarut yang saling bercampur. Cara penggunaannya
yaitu larutan oral (diminum) dan larutan topikal (kulit).
7. Suspensi
Merupakan sediaan cair yang mengandung partikel padat tidak
larut terdispersi dalam fase cair. Macam suspensi antara lain:
suspensi oral (juga termasuk susu/magma), suspensi topikal
(penggunaan pada kulit), suspensi tetes telinga (telinga bagian
luar), suspensi optalmik, suspensi sirup kering.
8. Emulsi
Merupakan sediaan berupa campuran dari dua fase cairan dalam
sistem dispersi, fase cairan yang satu terdispersi sangat halus dan
merata dalam fase cairan lainnya, umumnya distabilkan oleh zat
pengemulsi.
9. Galenik
Merupakan sediaan yang dibuat dari bahan baku yang berasal dari
hewan atau tumbuhan yang disari.
10. Ekstrak
Merupakan sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut
yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan
dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian
sehingga memenuhi baku yang ditetapkan.
11. Infusa
Merupakan sediaan cair yang dibuat dengan mengekstraksi
simplisia nabati dengan air pada suhu 900 C selama 15 menit.
12. Immunosera (Imunoserum)
Merupakan sediaan yang mengandung Imunoglobin khas yang
diperoleh dari serum hewan dengan pemurnian. Berkhasiat

7
menetralkan toksin kuman (bisa ular) dan mengikat
kuman/virus/antigen.
13. Salep
Merupakan sediaan setengah padat ditujukan untuk pemakaian
topikal pada kulit atau selaput lendir. Dapat juga dikatakan sediaan
setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat
luar. Bahan obat harus larut atau terdispersi homogen dalam dasar
salep yang cocok.
14. Suppositoria
Merupakan sediaan padat dalam berbagai bobot dan bentuk, yang
diberikan melalui rektal, vagina atau uretra, umumnya meleleh,
melunak atau melarut pada suhu tubuh.
15. Guttae atau ObatTetes
Merupakan sediaan cairan berupa larutan, emulsi, atau suspensi,
dimaksudkan untuk obat dalam atau obat luar, digunakan dengan
cara meneteskan menggunakan penetes yang menghasilkan tetesan
setara dengan tetesan yang dihasilkan penetes beku yang
disebutkan Farmacope Indonesia. Sediaan obat tetes dapat berupa
antara lain: Guttae (obat dalam), Guttae Oris (tets mulut), Guttae
Auriculares (tetes telinga), Guttae Nasales (tetes hidung), Guttae
Ophtalmicae (tetes mata).
16. Injeksi
Merupakan sediaan steril berupa larutan, emulsi atau suspensi atau
serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dahulu
sebelum digunakan, yang disuntikkan dengan cara merobek
jaringan ke dalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.
Tujuannya yaitu kerja obat cepat serta dapat diberikan pada pasien
yang tidak dapat menerima pengobatan melalui mulut.

8
c. Prinsip Dasar Pemberian Obat
Prinsip 6 benar dalam pemberian obat menurut WHO meliputi :
1. Benar Pasien
Sebelum obat diberikan , identitas pasien harus diperiksa
(papan identitas di tempat tidur, gelang identitas) atau ditanyakan
langsung kepada pasien atau keluarganya. Jika pasien tidak
sanggup berespon secara verbal, respon non verbal dapat dipakai,
misalnya pasien mengangguk. Jika pasien tidak sanggup
mengidentifikasi diri akibat gangguan mental atau kesadaran, harus
dicari cara identifikasi yang lain seperti menanyakan langsung
kepada keluarganya. Bayi harus selalu diidentifikasi dari gelang
identitasnya.
2. Benar Obat
Obat memiliki nama dagang dan nama generik. Setiap obat
dengan nama dagang yang kita asing (baru kita dengar namanya)
harus diperiksa nama generiknya, bila perlu hubungi apoteker
untuk menanyakan nama generiknya atau kandungan obat.
Sebelum memberi obat kepada pasien, label pada botol atau
kemasannya harus diperiksa tiga kali. Pertama saat membaca
permintaan obat dan botolnya diambil dari rak obat, kedua label
botol dibandingkan dengan obat yang diminta, ketiga saat
dikembalikan ke rak obat. Jika labelnya tidak terbaca, isinya tidak
boleh dipakai dan harus dikembalikan ke bagian farmasi.
3. Benar Dosis
Sebelum memberi obat, perawat harus memeriksa dosisnya.
Jika ragu, perawat harus berkonsultasi dengan dokter yang menulis
resep atau apoteker sebelum dilanjutkan ke pasien. Jika pasien
meragukan dosisnya perawat harus memeriksanya lagi. Ada
beberapa obat baik ampul maupun tablet memilki dosis yang
berbeda tiap ampul atau tabletnya.

9
4. Benar Cara/Rute
Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda.
Faktor yang menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh
keadaan umun pasien, kecepatan respon yang diinginkan, sifat
kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang diinginkan. Obat
dapat diberikan peroral, sublingual, parentral, topikal, rektal,
inhalasi.
5. Benar Waktu
Ini sangat penting, khususnya bagi obat yang efektivitasnya
tergantung untuk mencapai atau mempertahankan kadar darah yang
memadai. Jika obat harus diminum sebelum makan, untuk
memperoleh kadar yang diperlukan, harus diberi satu jam sebelum
makan.
6. Benar Dokumentasi
Setelah obat diberikan, harus di dokumentasikan, dosis,
rute, waktu dan oleh siapa obat itu diberikan. Bila pasien menolak
meminum obatnya, atau obat itu tidak dapat diminum, harus dicatat
alasannya dan dilaporkan.
2.2 Pemberian Obat Topikal (Rektum)
a. Pemberian Obat Topikal
Topikal adalah obat yang cara pemberiannya bersifat lokal,
misalnya tetes mata, salep mata, tetes telinga dan lain-lain (Andry
Natanel, 2013).
Pemberian obat secara topikal adalah memberikan obat secara
lokal pada kulit atau pada membrane pada area mata, hidung, lubang
telinga, vagina dan rectum (Lolooramadhan, 2012).
Obat topikal adalah obat yang diberikan pada tempat-tempat
tertentu pada kulit (Steven, 1999).
Obat topikal adalah obat yang diberikan kepada pasien melalui
kulit (Depkes, 1987).

10
Obat topikal adalah zat yang mengandung kimia yang
digunakan untuk mengobati bagian luar tubuh. Pemberian obat topikal
pada kulit merupakan cara memberikan obat pada kulit dengan
mengoleskan obat yang akan diberikan. Pemberian obat topikal pada
kulit memiliki tujuan yang lokal, seperti pada superficial epidermis.
Obat ini diberikan untuk mempercepat proses penyembuhan, bila
pemberian per-oral tidak dapat mencapai superficial epidermis yang
miskin pembuluh darah kapiler. Efek sistemik tidak diharapkan pada
pemberian obat topikal pada kulit ini. Apabila terjadi kerusakan kulit
setelah penggunaan obat topikal pada kulit, maka kemungkinan besar
efek sistemik akan terjadi.
Pemberian obat topikal pada kulit bertujuan untuk
mempertahankan hidrasi atau cairan tubuh untuk mencapai
homeostasis, melindungi permukaan kulit, mengurangi iritasi kulit,
menghilangkan gejala atau mengatasi infeksi. Kurangnya konsentrasi
obat yang sampai ke tempat sasaran bisa karena proses eksfoliasi
(bagian atas kulit mengelupas), terhapus atau juga karena tercuci.
Obat topikal memiliki dua prinsip, yaitu bahan dasar dan bahan
aktif. Memilih bahan dasar obat topikal merupakan langkah awal dan
terpenting yang harus di ambil pada pengobatan penyakit kulit. Pada
umumnya sebagai pegangan adalah pada keadaan dermatosis yang
membasah dipakai bahan yang cair atau basah misalnya kompres dan
pada keadaan kering dipakai bahan dasar padat, misalnya salep.
Contoh lainnya adalah saat kita memakai bedak terutama untuk daerah
lipatan, misalnya di ketiak, di bawah mammae, daerah ingiuinal,
intergluteal, atau seajari kaki. Ada bedak yang netral, tidak
mengandung zat aktif misalnya taklum venetum. Khasiatnya untuk
mengurangi gesekan di daerah lipatan.
Faktor lain sangat mempengaruhi dalam pemberian obat topikal
ini. Jika terjadi iritasi hentikan pemakaian. Inilah salah satu

11
keuntungan dari obat topikal. Karena digunakan untuk bagian luar
tubuh sehingga mudah untuk mengobati, dan efek samping minimal.
1. Faktor yang mempengaruhi pemberian obat topikal :
a) Umur
b) Pemilihan agen topikal yang tepat
c) Lokasi dan luas tubuh yang terkena atau yang sakit
d) Stadium penyakit
e) Konsentrasi bahan aktif
f) Metode aplikasi
g) Penentuan lama pemakaian obat
2. Keuntungan Obat Topikal
a) Untuk efek lokal, mencegah first-pass effect serta
meminimalkan efek samping sistemik
b) Menempel pada mukosa dengan kuat tanpa iritasi
c) Mempunyai vikositas tinggi
d) Pasien merasa nyaman
e) Mempunyai toxisitas rendah
3. Kerugian Obat Topikal
a) Secara kosmetik kurang menarik
b) Absorbsinya tidak menentu
c) Pemberian topikal pada kulit terbatas pada obat-obat tertentu
d) Jumlah obat yang diserap tergantung pada luas permukaan
kulit
e) Daya obat berpenetrasi pada kulit
4. Beberapa Teknik Pemberian Obat Topikal
a) Pemberian Obat Topikal Pada Kulit
Tujuan dari pemberian obat secara topical pada kulit
adalah untuk memperoleh reaksi lokal dari obat tersebut. Obat
dapat diberikan pada kulit dengan cara digosokkan,
ditepukkan, disemprotkan, dioleskan dan iontoforesis
(pemberian obat pada kulit dengan listrik). Contoh pemberian

12
obat pada kulit yaitu dengan menggunakan krim, salep, lotion,
dll.
b) Pemberian Obat Topikal Pada Mata
Pemberian obat melalui mata adalah memberi obat ke
dalam mata berupa cairan dan salep. Tujuan pemberian obat
pada mata yaitu untuk mengobati gangguan pada mata, untuk
mendilatasi pupil pada pemeriksaan ‘struktur internal mata,
untuk melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi
mata, untuk mencegah kekeringan pada mata.
c) Pemberian Obat Topikal Pada Telinga
Memberikan obat pada telinga melalui kanal eksternal,
dalam bentuk cair. Tujuan pemberian obat pada telinga yaitu,
untuk memberikan effek terapi lokal (mengurangi peradangan,
membunuh organisme penyebab infeksi pada kanal telinga
eksternal), menghilangkan nyeri.
b. Pemberian Obat Rektum
Cara memberikan obat dengan memasukkan obat melalui anus
atau rektum, dengan tujuan memberikan efek lokal dan sistemik.
Tindakan pengobatan ini disebut pemberian obat suppositoria yang
bertujuan untuk mendapatkan efek terapi obat, menjadikan lunak pada
daerah feses dan merangsang buang air besar. Tindakan pengobatan
ini disebut juga pemberian obat supositorium. Suppositoria adalah
obat solid (padat) berbentuk peluru yang dirancang untuk dimasukkan
ke dalam anus/rektum (suppositoria rektal), vagina (suppositoria
vagina) atau uretra (suppositoria uretra). Umumnya berbentuk
menyerupai peluru atau torpedo dengan bobot sekitar 2 gram dan
panjang sekitar 1 – 1,5 inci. Suppositoria dapat bertindak sebagai
pelindung jaringan setempat, sebagai pembawa zat terapetik yang
bersifat local atau sistematik (Farmakope Indonesia Edisi IV).
Suppositoria merupakan obat luar karena penggunaannya tidak
melewati mulut dan tidak menuju ke arah lambung, hanya di

13
metabolisme dalam darah dan dinding usus. Suppositoria rektal akan
hancur atau larut dalam suhu tubuh, dan akan menyebar secara
bertahap ke lapisan usus rendah (rektum), dimana disana ia akan
diserap oleh aliran darah.
1. Indikasi
Mengobati gejala-gejala rematoid, spondistis ankiloksa, gout akut
dan osteoritis.
2. Kontra Indikasi
a) Hipersensitif terhadap ketoprofen, esetosal dan ains lain.
b) Pasien yang menderita ulkus pentrikum atau peradangan aktif
(inflamasi akut) pada saluran cerna
c) Bionkospasme berat atau pasien dengan riwayat asma bronchial
atau alergi
d) Gagal fungsi ginjal dan hati yang berat
e) Supositoria sebaiknya tidak di gunakan pada penderita piotitis
atau hemoroid
f) Pembedahan rektal
3. Keuntungan Penggunaan Obat Dalam Suppositoria, yaitu :
a) Dapat menghindari terjadinya iritasi pada lambung
b) Dapat menghindari kerusakan obat oleh enzym pencernaan dan
asam lambung
c) Obat dapat masuk langsung dalam saluran darah sehingga obat
dapat berefek lebih cepat daripada penggunaan obat peroral
d) Baik bagi pasien yang mudah muntah atau tidak sadar
4. Kerugian Penggunaan Obat Dalam Suppositoria, yaitu :
a) Sakit tidak nyaman daya fiksasi lebih lama dari pada IV.
b) Jika pemasangan obat tidak benar, obat akan keluar lagi.
c) Tidak boleh diberikan pada pasien yang mengalami pembedahan
rektal.
Suppositoria dipakai untuk pengobatan lokal, baik dalam
rektum maupun vagina, seperti penyakit hemoroid/wasir/ ambein

14
dan infeksi lainnya. Juga secara rektal digunakan untuk distribusi
sistemik, karena dapat diserap oleh membran mukosa dalam rectum
apabila penggunaan obat peroral tidak memungkinkan, seperti
pasien mudah muntah, tidak sadar. Aksi kerja awal akan diperoleh
secara cepat, karena obat diabsorpsi melalui mukosa rektal
langsung masuk ke dalam sirkulasi darah agar terhindar dari
pengrusakan obat oleh enzym di dalam saluran gastrointestinal dan
perubahan obat secara biokimia di dalam hepar.

2.3 Penyakit Konstipasi


a. Pengertian
Konstipasi adalah kondisi sulit buang air besar secara teratur,
tidak bisa benar-benar tuntas, atau tidak bisa sama sekali. Secara
umum, seseorang bisa dianggap mengalami konstipasi apabila buang
air besar kurang dari tiga kali dalam seminggu (Alodokter). Bila
konstipasi tidak segera diatasi biasanya akan menimbulkan komplikasi
seperti hemorrhoid (wasir), yang disebabkan karena pemaksaan untuk
buang air besar, atau robeknya kulit di sekitar anus, terjadi ketika
feses yang keras melonggarkan otot sphincter. Konstipasi bisa terjadi
pada orang dewasa atau juga bisa terjadi pada anak anak. biasanya
konstipasi terjadi karena pola makan yang tidak sehat, seperti
makanan yang instan atau makanan yang tidak memiliki serat,
sehingga fases sulit untuk di keluarkan. Konstipasi bisa terjadi sesaat
karena pengaruh makanan yang baru di makan, atau bisa juga terjadi
dalam waktu yang lama seperti memakan waktu hingga berhari hari.
Sembelit atau konstipasi merupakan keadaan tertahannya feses
(tinja) dalam usus besar pada waktu cukup lama karena adanya
kesulitan dalam pengeluaran. Hal ini terjadi akibat tidak adanya
gerakan peristaltik pada usus besar sehingga memicu tidak teraturnya
buang air besar dan timbul perasaan tidak nyaman pada perut (Akmal,
dkk, 2010).

15
Konstipasi adalah suatu gejala bukan penyakit. Di masyarakat
dikenal dengan istilah sembelit, merupakan suatu keadaan sukar atau
tidak dapat buang air besar, feses (tinja) yang keras, rasa buang air
besar tidak tuntas (ada rasa ingin buang air besar tetapi tidak dapat
mengeluarkannya), atau jarang buang air besar. Seringkali orang
berpikir bahwa mereka mengalami konstipasi apabila mereka tidak
buang air besar setiap hari yang disebut normal dapat bervariasi dari
tiga kali sehari hingga tiga kali seminggu (Herawati, 2012).
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau
berisiko tinggi mengalami stasis usus besar sehingga menimbulkan
eliminasi yang jarang atau keras, serta tinja yang keluar jadi terlalu
kering dan keras (Uliyah, 2008).
Klasifikasi konstipasi ada 2 jenis konstipasi berdasarkan
lamanya keluhan yaitu konstipasi akut dan konstipasi kronis. Disebut
konstipasi akut bila keluhan berlangsung kurang dari 4 minggu.
Sedangkan bila konstipasi telah berlangsung lebih dari 4 minggu
disebut konstipasi kronik. Penyebab konstipasi kronik biasanya lebih
sulit disembuhkan (Kasdu, 2005).
b. Faktor-Faktor Resiko Konstipasi yaitu :
a) Mengkonsumsi obat-obatan seperti diuretik, analgesik, preparat
besi, dll.
b) Diet rendah sehat
c) Kurang cairan
d) Kurang berolahraga
e) Berpergian jauh dll.
c. Penyebab Konstipasi
1. Penyebab Konstipasi Pada Usia Lanjut
Konstipasi yang dialami oleh setiap orang berbeda beda
penyebabnya karena ada penyebab dan juga faktor risiko yang bisa
menyebabkan konstipasi. Oleh karena itu berikut beberapa
penyebab konstipasi :

16
a) Pola makan, pola makan yang menjadi penyebab konstipasi
yang paling sering. Apabila makan makanan yang kurang serat
dan juga lebih serat dalam kehidupan sehari-harinya maka bisa
menyebabkan konstipasi akan dialami. Karena dibutuhkan serat
harian untuk tubuh agar melancarkan buang air besar.
b) Kurang olahraga, gaya hidup kurang sehat karena kurang
olahraga juga bisa menyebabkan konstipasi. Karena kurang
olahraga bisa menyebabkan organ tubuh akan mengalami
penurunan fungsinya sehingga dampaknya bisa menyebabkan
konstipasi.
c) Kurang minum, yang bisa menyebabkan konstipasi juga kurang
minum, kurang minum yang sering diabaikan oleh banyak orang
ini bisa memberikan dampak gangguan kesehatan pada seluruh
organ tubuh. Salah satunya konstipasi, karena kurang cairan
akan menyebabkan feses mengering oleh karena itu akan sulit
dikeluarkan oleh tubuh.
d) Menahan buang air besar, yang banyak diabaikan oleh
kebanyakan orang bukan hanya minum air putih saja, tetapi
keinginan buang air besar juga sering di abaikan oleh banyak
orang karena alasan yang sepele karena malas ke toilet. Dan
dampak buruknya dari menahan buang besar yaitu akan
menyebabkan konstipasi sehingga susah buang air besar jangka
panjang bisa dialami.
e) Obesitas, konstipasi juga bisa terjadi karena berat badan yang
terlalu berlebihan. Seseorang yang obesitas memiliki resiko
yang lebih tinggi untuk menderita konstipasi karena makan
makanan yang masuk ke dalam mulutnya tidak di jaga dengan
baik.
f) Stress, gangguan kesehatan berupa stress atau pun cemas bisa
menyebabkan konstipasi karena hal tersebut akan menurunkan
fungsi organ tubuh juga.

17
2. Penyebab Konstipasi Pada Anak
a) Pola Makan Yang Buruk
Pola makan yang buruk merupakan penyebab konstipasi
pada anak. Anak-anak suka mengkonsumsi makanan yang tidak
sehat, atau membeli makanan sembarangan ketika di sekolah.
Makanan yang menjadi penyebab konstipasi pada anak, bisa
seperti makanan instan atau junk food. dan orang tua kurang
memberikan asupan makanan seperti sayur dan juga buah.
b) Kurang Minum
Anak-anak cenderung akan lupa makan atau minum ketika
sedang asik bermain. Karena kurang minum sehingga memicu
konstipasi pada anak. karena kurang minum juga akan
menghambat sistem pencernaan.
c) Menahan Buang Air Besar
Ketika sedang bermain juga banyak anak-anak akan
menahan buang air besar. Terlebih jika sedang bermain di luar
rumah, sehingga malas untuk pulang ke rumah hanya untuk
buang air besar. Dan ketika buang air besar maka membuat feses
akan mengering, sehingga menimbulkan konstipasi pada anak.
d) Kecemasan
Anak-anak juga dapat merasakan cemas, atau bahkan bisa
depresi. Biasanya kecemasan pada anak-anak karena orang tua,
terlalu menekan untuk mendapatkan prestasi yang baik di
sekolah, sehingga anak anak akan khawatir untuk nilai yang
akan didapatkan. Karena anak-anak memiliki beban pikiran,
sehingga dapat menimbulkan stress. Dan pada saat stress juga
dapat menimbulkan konstipasi pada anak.
e) Penyempitan Usus
Usus mengalami penyempitan usus juga dapat membuat
konstipasi pada anak. penyempitan usus bisa disebabkan oleh
banyak hal, diantaranya adalah kelainan dari lahir, terkena

18
radiasi pada saat kehamilan, dan masih banyak faktor lagi yang
menjadi penyebab usus menyempit. Jika konstipasi pada anak
sebaiknya harus segera ditangani, karena penyempitan usus bisa
mengakibatkan kematian.
d. Gejala-Gejala Penyakit Konstipasi
1. Gejala Pada Usia Lanjut yaitu :
a) Akan Mengalami Rasa Mual
Rasa mual ini bisa dialami oleh siapa saja, bagi yang
akan mengalami penyakit ini. Jenis gejala inilah yang bisa
memicu terjadinya sembelit. Oleh sebab itu, Anda harus bisa
menjaga kondisi kesehatan tubuh serta kebersihan makanan
dengan baik dan benar, agar tidak mudah mengalami penyakit
ini. Yang umumnya, penyakit ini bisa menyebabkan penyakit
wasir, jika tidak segera diatasi atau ditangani dengan tindakan
atau penanganan yang tepat dan cepat.
b) Akan Mengalami Rasa Muntah-Muntah
Rasa muntah ini, bisa dialami oleh siapa saja, bagi yang
akan mengalami penyakit ini. Jenis gejala inilah yang bisa
memicu terjadinya sembelit. Oleh sebab itu, Anda harus bisa
menjaga kondisi kesehatan tubuh serta kebersihan makanan
dengan baik dan benar, agar tidak mudah mengalami penyakit
ini. Yang umumnya, penyakit ini bisa menyebabkan penyakit
wasir, jika tidak segera diatasi atau ditangani dengan tindakan
atau penanganan yang tepat dan cepat.
c) Akan Mengalami Lemas Pada Badan
Lemas badan ini bisa dialami oleh siapa saja, yang akan
mengalami penyakit ini. Jenis gejala inilah yang bisa memicu
terjadinya sembelit. Oleh sebab itu, Anda harus bisa menjaga
kondisi kesehatan tubuh serta kebersihan makanan dengan baik
dan benar, agar tidak mudah mengalami penyakit ini. Yang
umumnya, penyakit ini bisa menyebabkan penyakit wasir, jika

19
tidak segera diatasi atau ditangani dengan tindakan atau
penanganan yang tepat dan cepat.
d) Akan Menghilangkan Nafsu Makan
Hilangnya nafsu makan ini, bisa dialami oleh siapa saja,
jika akan mengalami penyakit ini. Jenis gejala inilah yang bisa
memicu terjadinya sembelit. Oleh sebab itu, Anda harus bisa
menjaga kondisi kesehatan tubuh serta kebersihan makanan
dengan baik dan benar, agar tidak mudah mengalami penyakit
ini. Yang umumnya, penyakit ini bisa menyebabkan penyakit
wasir, jika tidak segera diatasi atau ditangani dengan tindakan
atau penanganan yang tepat dan cepat.
e) Akan Mengalami Perut Kembung
Perut kembung ini bisa menyebabkan masuk angin.
Perut kembung ini bisa dialami oleh siapa saja, jika yang akan
mengalami penyakit ini. Jenis gejala inilah yang bisa memicu
terjadinya sembelit. Oleh sebab itu, Anda harus bisa menjaga
kondisi kesehatan tubuh serta kebersihan makanan dengan baik
dan benar, agar tidak mudah mengalami penyakit ini. Yang
umumnya, penyakit ini bisa menyebabkan penyakit wasir, jika
tidak segera diatasi atau ditangani dengan tindakan atau
penanganan yang tepat dan cepat.
f) Akan Mengalami Penyumbatan Daerah Anus
Penyumbatan daerah anus ini, bisa dialami oleh siapa
saja, jika yang akan mengalami penyakit ini. Jenis gejala inilah
yang bisa memicu terjadinya sembelit. Oleh sebab itu, Anda
harus bisa menjaga kondisi kesehatan tubuh serta kebersihan
makanan dengan baik dan benar, agar tidak mudah mengalami
penyakit ini. yang umumnya, penyakit ini bisa menyebabkan
penyakit wasir, jika tidak segera diatasi atau ditangani dengan
tindakan atau penanganan yang tepat dan cepat.

20
g) Akan Mengalami Sakit Perut
Sakit perut ini bisa terjadi oleh siapa saja, jika yang akan
mengalami penyakit ini. Jenis gejala inilah yang bisa memicu
terjadinya sembelit. Oleh sebab itu, Anda harus bisa menjaga
kondisi kesehatan tubuh serta kebersihan makanan dengan baik
dan benar, agar tidak mudah mengalami penyakit ini. Yang
umumnya, penyakit ini bisa menyebabkan penyakit wasir, jika
tidak segera diatasi atau ditangani dengan tindakan atau
penanganan yang tepat dan cepat.
h) Akan Mengalami Panas Tinggi atau Demam
Panas tinggi atau demam ini bisa dialami oleh siapa saja,
jika yang akan mengalami penyakit ini. Jenis gejala inilah yang
bisa memicu terjadinya sembelit. Oleh sebab itu, Anda harus
bisa menjaga kondisi kesehatan tubuh serta kebersihan makanan
dengan baik dan benar, agar tidak mudah mengalami penyakit
ini. Yang umumnya, penyakit ini bisa menyebabkan penyakit
wasir, jika tidak segera diatasi atau ditangani dengan tindakan
atau penanganan yang tepat dan cepat.
2. Gejala Konstipasi Pada Anak yaitu :
a) Saat buang air besar maka feses akan mengeras, dan terlihat
kering.
b) Feses juga akan sulit dikeluarkan karena berukuran besar.
c) Saat setelah buang air besar akan mengalami perasaan kurang
tuntas, seperti gejala pada penyakit Hemoroid.
d) Gejala konstipasi pada anak juga akan merasakan sakit perut
atau keram perut.
e) Perut akan terasa kembung.
f) Mual dan muntah juga akan dialami ketika konstipasi pada anak.
g) Nafsu makan akan hilang.
h) Mengeluarkan bercak seperti cairan pada celana juga akan
terjadi konstipasi pada anak.

21
i) Tubuh akan lemas.
j) Konstipasi pada anak juga akan membuat anak sering menangis
atau rewel.
e. Pencegahan Konstipasi
1. Pencegahan Pada Usia Lanjut
a) Mengonsumsi makanan yang seimbang, tinggi serat yang
terdiri dari kacang-kacangan, serealia, buah segar dan sayur-
sayuran.
b) Meminum cairan yang cukup.
c) Membiasakan diri untuk rutin berolahraga.
d) Meluangkan waktu untuk buang air besar sesaat setelah
sarapan.
e) Tidak menahan keinginan untuk buang air besar ketika
rangsangan untuk defekasi sudah terasa.
f) Tidak stress, karena penyebab konstipsai bisa karena stress,
oleh sebab itu cara mengatasi konstipasi yang baik yaitu
dengan tidak stress. Mengelola stress dengan baik agar tidak
akan menghambat proses buang air besar. alihkan stress
dengan kegaiatan yang positif sehingga tubuh tetap sehat.
2. Pencegahan Konstipasi Pada Anak
a) Berikan Asupan Cairan Yang Cukup
Karena anak-anak suka lupa dalam hal makan atau
minum ketika sedang asik bermain, sebaiknya sebagai orang
tua memiliki inisiatif untuk mengingatkan atau membawakan
minuman pada anak, sehingga anak tidak kekurangan asupan
cairan.
b) Olahraga
Tidak hanya orang dewasa saja yang perlu olahraga,
namun anak-anak juga harus olahraga. Orang tua bisa
mengajak olahraga anak-anak ketika pada hari libur di taman
bermain sekitar rumah atau ke tempat wisata. Olahraga juga

22
membuat perkembangan tumbuh anak menjadi lebih baik
ketika besar nanti, tulangnya juga akan kuat jika rutin
melakukan olahraga. Tidak perlu olahraga yang berat, berlari
pagi dengan melakukan permainan estafet juga sudah cukup,
hal ini juga dapat menambah kedekatan anda dengan anak
semakin erat.
c) Berikan Makanan Teratur
Makan dengan teratur juga bisa mencegah konstipasi pada
anak. Anak-anak juga harus makan dengan teratur agar tidak
mengalami konstipasi pada anak. Orang tua bisa membawakan
anak bekal makan setiap pergi ke sekolah, dan juga selalu
memberikan makanan yang sehat ketika sedang di rumah.
d) Berikan Makanan Mengandung Serat
Makanan yang mengandung serat bisa anda dapatkan dari
buah ataupun sayur. tetapi terkadang anak-anak juga tidak suka
dengan makanan yang terdapat sayur. Namun orang tua bisa
mencari cara agar anak anda ingin memakan sayur dan juga
buah. Karena buah dan sayur dapat mencegah konstipasi pada
anak.
e) Mengajari Anak Untuk Ke Toilet
Karena penyebab konstipasi pada anak bisa dikarenakan
kebiasaan menahan buang air besar, maka orang tua bisa
memberikan penjelasan pada anak agar tidak suka menahan
buang air besar, dan membuat toilet nyaman seperti,
membelikan peralatan mandi dengan memiliki gambar tokoh
animasi yang disukai anak.

23
f. Pengobatan Konstipasi
Beberapa obat yang dapat digunakan untuk mengatasi
konstipasi antara lain:
a) Agen pembentuk serat merupakan Suplemen penambah serat pada
feses contohnya metilselulosa, psyllium, kalsium polycarbophil dan
guar gum.
b) Agen hiperosmolar (osmotik) membantu agar cairan pada rongga
usus tercukupi contohnya susu magnesium, magnesium sitrat,
laktulosa, polietilen glikol.
c) Emolien berfungsi melunakkan tinja, tetapi kurang efektif
dibandingkan obat lain. Contoh emolien docusate atau minyak
mineral.
d) Stimulan berfungsi meningkatkan gerakan usus atau dikenal juga
dengan istilah obat pencehar. misalnya senna, bisacodyl (contohnya
dulcolax), dan minyak jarak. Obat sembelit ini tidak cocok untuk
penggunaan jangka panjang.
e) Agen prokinetik obat sembelit ini akan meningkatkan kekuatan
pergerakan usus, contohnya misoprostol, colchicine, dan tegaserod.
f) Obat dulcolax digunakan untuk memperlancar buang air besar.
Dulcolax digunakan pada kasus konstipasi atau sembelit dan
sebagai salah satu persiapan tindakan operasi atau tindakan lainnya.
Konstipasi Dulcolax mengandung zat bisacodyl. Zat ini berfungsi
untuk meningkatkan motilitas (gerakan) dinding usus besar serta
memiliki efek meningkatkan kadar air dalam feses (membuat feses
menjadi lebih lunak). Dengan cara kerja ini, dulcolax membantu
proses buang air besar.
g) Obat pencahar pembentuk tinja membuat tinja menyerap cairan dan
menjadi lunak sehingga dapat dikeluarkan dengan mudah. Contoh:
sekam ispaghula dan metilselulosa. Kontraindiaksi penggunaan
dulcolax yaitu riwayat alergi pada bisacodyl, dehidrasi berat,
intoleransi laktosa atau sukrosa, gangguan gerakan usus (ileus),

24
sumbatan pada usus, pasien yang baru menjalani operasi pada
bagian perut, usus buntu, peradangan usus, dan nyeri perut hebat
disertai muntah.
Obat-obat konstipasi di atas dapat digunakan pada anak,
tetapi dosis harus disesuaikan. Enema dan laksatif stimulan tidak
boleh digunakan untuk mengatasi sembelit pada bayi. Walaupun
biasanya dapat ditoleransi dengan baik, obat pencahar tetap
berpotensi menimbulkan perut kembung, mual, anoreksia, kram.
g. Dosis Obat Suppositoria (Dulcolax)
Untuk dulcolax suppositoria (berbentuk seperti peluru), dewasa
dan anak diatas 10 tahun dosis 1 supositoria (10 mg), sementara anak
usia 6-10 tahun menggunakan 1 suppositoria (5 mg). Obat harus
dimasukan seluruhnya ke dalam anus.
1. Indikasi
Kegunaan dulcolax (bisacodyl) adalah untuk mengatasi sembelit
atau konstipasi, dan untuk mengosongkan perut sebelum prosedur
operasi, colonoscopy, endoscopy, x-ray, atau prosedur pada usus
lainnya.
2. Kontraindikasi
a) Jangan digunakan untuk penderita yang mengalami reaksi
hipersensitivitas/alergi terhadap bisacodyl.
b) Hindarkan juga pemakaian obat ini pada bedah perut akut,
penderita obstruksi usus, obstruksi ileus, perforasi usus, toksik
kolitis, toksik megakolon, inflammatory bowel disease akut,
apendisitis, dan dehidrasi berat.
c) Penggunaan obat ini selama hamil, hanya boleh jika benar-benar
dibutuhkan. Sebaiknya dilakukan perubahan pola makan terlebih
dahulu, misalnya lebih banyak mengkonsumsi makanan
berserat.
d) Jika perubahan pola makan seperti di atas tidak memberikan
hasil memuaskan, obat pencahar mungkin diperlukan.

25
Sebaiknya dipilih obat pencahar jenis pembentuk massa tinja
seperti metilselulosa, atau pencahar osmotik, seperti laktulosa
terlebih dahulu. Jika benar-benar diperlukan obat pencahar
stimulan seperti bisacodyl atau senna dapat digunakan.
e) Bisacodyl tablet atau supositoria telah banyak digunakan selama
masa hamil tanpa adanya bukti terjadinya relaksasi uterus. Obat
ini termasuk obat yang diabsorpsi minimal, oleh karena itu
resiko terhadap janin dianggap rendah.
h. Dampak Konstipasi
a) Hemoroid atau wasir, pembengkakan dinding anus akibat pelebaran
pembuluh darah yang biasanya disebabkan oleh proses mengejan
yang terlalu lama. Pembuluh darah ini bisa pecah sehingga
menyebabkan pendarahan.
b) Fisura pada anus, mengejan terlalu lama dan tinja yang keras atau
besar dapat mengakibatkan fisura atau robeknya kulit pada dinding
anus.
c) Impaksi feses, menumpuknya tinja yang kering dan keras di rektum
akibat konstipasi yang berlarut-larut.
d) Prolaps rektum, rektum jatuh dari posisinya di dalam tubuh dan
mencuat keluar dari anus akibat terlalu lama mengejan.

26
BAB III

PROSES KERJA

3.1 Alat Dan Bahan


1. Alat :
No. Peralatan Satuan

1. Bengkok 1

2. Gunting 1

3. Perlak 1

2. Bahan :

No. Bahan Satuan


1. Obat Suppositoria (Dulcolax) 1 kapsul

2. Handscoond 1 pasang
3. Tissue secukupnya
4. Kain Kasa b) lembar

3.2 Prosedur Pelaksanaan


A. Tahap Pra Interaksi
Tahap pra interaksi adalah masa persiapan sebelum mengevaluasi
dan berkomunikasi dengan klien (mulai sebelum kontak dengan klien).
Pada masa ini, perawat perlu membuat rencana interaksi dengan klien,
yaitu melakukan evaluasi diri, menetapkan tahapan hubungan/interaksi,
dan merencanakan interaksi.
1. Baca catatan keperawatan
Membaca rekam medik perlu dilakukan agar tidak salah dalam
melakukan tindakan sebelum menangani klien dan memastikan
identitas klien. Apabila klien belum memiliki catatan rekam medik
atau riwayat penyakit konstipasi maka perawat akan melakukan
anamnesa untuk mengetahui riwayat kesehatan klien.

27
2. Menyiapkan alat
Perawat menyiapkan alat dan bahan untuk melalakukan
tindakan pemberian obat melalui rektum atau anus. Pastikan bahwa
alat yang akan digunakan dibawa di hadapan klien, termasuk alat
tulis sebagai dokumentasi, untuk mengurangi gangguan komunikasi.
3. Mencuci tangan
Mencuci tangan adalah teknik yang sangat mendasar dalam
mencegah dan mengendalikan infeksi, dengan mencuci tangan dapat
menghilangkan sebagian besar mikroorganisme yang ada di kulit.
B. Tahap Orientasi
Tahap orientasi merupakan kontak pertama kali antara perawat dan
klien. Tugas perawat dalam tahap ini yaitu menetapkan alasan klien
untuk mencari bantuan, membina rasa percaya diri klien, penerimaan
dan komunikasi terbuka, mengidentifikasi masalah klien, menetapkan
tujuan dengan klien dan merumuskan bersama kontrak yang bersifat
saling menguntungkan dengan mencakupkan nama, peran, tanggung
jawab, harapan, tujuan, tepat pertemuan, waktu pertemuan, kondisi
untuk terminasi dan kerahasiaan.
1. Berikan salam, panggil klien dengan namanya
Perawat memberikan salam dan menanyakan nama lengkap atau
nama panggilan klien.
2. Jelaskan prosedur dan tujuan tindakan yang akan dilakukan
Dengan memberitahu dan menjelaskan prosedur pada klien dan
tujuan pemberian obat melalui rektum yaitu
3. Meminta persetujuan pasien
Perawat menjabarkan tindakan yang akan dilakukan yang kemudian
disepakati bersama antara perawat dan klien.
C. Tahap Kerja
Tahap kerja merupakan inti hubungan perawat dan klien yang
berkaitan erat dengan pelaksanaan rencana tindakan keperawatan yang
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai. Tujuan tindakan keperawatan

28
yaitu untuk meningkatkan pengertian dan pengenalan klien tentang diri,
perasaan, pikiran, dan perilakunya (tujuan kognitif), mengembangkan,
mempertahankan,, dan meningkatkan kemampuan klien secara mandiri
dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi (tujuan psikologi),
melaksanakan terapi/tindakan klinis keperawatan, melaksanakan
pendidikan kesehatan, dan melaksanakan observasi dan pemantauan.
1. Mengatur posisi pasien, pada posisi litotomi
Posisi litotomi dilakukan untuk memberi kenyamanan pada
klien dan untuk mempermudah tindakan pemberian obat melalui
rektum (anus).

2. Membuka suppositoria menggunakan gunting


Perawat menggunakan gunting untuk membuka obat
suppositoria yang masih dalam kemasan steril.

3. Menggunakan sarung tangan


Tujuan penggunaan sarung tangan (handscoon) adalah untuk
mencegah terjadinya infeksi serta mencegah terjadinya penularan
kuman. Dengan menggunakan sarung tangan akan melindungi

29
perawat dari resiko terjangkitnya penyakit dan menjaga agar obat
tersebut tetap steril.

4. Memegang obat suppositoria dengan kain kasa


Jika perawat memegang obat suppositoria (dulcolax)
menggunakan kain kasa maka obat akan mudah untuk dimasukkan
ke dalam anus klien tetapi jika hanya menggunakan handscoon tanpa
memakai kain kasa, obat akan menempel pada handscoon karena
obat suppositoria (dulcolax) memilik tekstur yang lunak.

5. Memasukkan ujung obat sejauh 7-8 cm ke dalam rektum


Perawat memasukkan obat suppositoria tersebut ke dalam anus
sejauh 7-8 cm agar obat tidak keluar kembali.

30
6. Menganjurkan klien untuk tarik nafas dalam
Perawat menganjurkan klien untuk tarik nafas dalam untuk
membantu merelaksasikan sfingter ani.

7. Menarik jari telunjuk keluar dan menjepitkan kedua belahan bokong


pasien
Tujuan dari penjepitan kedua belahan bokong yaitu agar obat yang
telah dimasukkan ke dalam rektum tidak akan kembali keluar.

8. Membersihkan daerah anus dengan tissue


Tujuan penggunaan tissue yaitu untuk kenyamanan klien setelah
melakukan tindakan memasukkan obat ke dalam rektum, perawat akan

31
membersihkan anus klien dengan tissue agar tidak ada kotoran atau sisa
obat yang tertinggal pada anus.

9. Menganjurkan agar klien tetap terbaring kurang lebih 20 menit


Perawat menganjurkan klien untuk berbaring kurang lebih 20
menit agar obat tidak keluar dan obat dapat bereaksi dengan baik.

10. Mengobservasi klien


Setelah melakukan tindakan perawat akan mengobservasi secara
objektif dan subjektif untuk mengetahui perkembangan klien setelah
dilakukan tindakan.

32
D. Tahap Terminasi
Tahap terminasi merupakan akhir dari setiap pertemuan perawat dengan
klien. Tahap terminasi dibagi dua yaitu terminasi sementara dan terminasi
akhir. Terminasi sementara adalah akhir dari tiap pertemuan perawat dan
klien, setelah hal ini dilakukan perawat dan klien masih akan bertemu
kembali pada waktu yang berbeda sesuai dengan kontrak waktu yang telah
disepakati bersama. Sedangkan terminasi akhir dilakukan oleh perawat
setelah menyelesaikan seluruh proses keperawatan.
1. Evaluasi hasil tindakan
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai
tindakan keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui
pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur hasil dari
proses keperawatan. Evaluasi hasil berfokus pada respons klien.
Tujuan dari evaluasi antara lain :
a) Untuk menentukan perkembangan kesehatan klien.
b) Untuk menilai efektifitas, efisiensi, dan produktifitas dari tindakan
keperawatan yang telah diberikan.
c) Untuk menilai pelaksanaan asuhan keperawatan.
d) Mendapatkan umpan balik.
e) Sebagai tanggung jawab dalam pelaksanaan pelayanan keperawatan.
Hasil dari evaluasi tindakan dapat meliputi :
a) Tujuan tercapai, jika klien menunjukkan perubahan sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan
b) Tujuan tercapai sebagian, jika klien menunjukkan perubahan sebagian
dari standar dan kriteria yang telah ditetapan
c) Tujuan tidak tercapai, jika klien tidak menunjukkan perubahan dan
kemajuan sama sekali dan bahkan timbul masalah baru.
1. Kontrak waktu untuk kegiatan selanjutnya.

33
E. Tahap Dokumentasi
Tahap dokumentasi merupakan pelaksanaan tindakan keperawatan yang
harus diikuti oleh pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap suatu
kejadian dalam proses keperawatan. Perencanaan evaluasi memuat kriteria
keberhasilan proses dan keberhasilan tindakan keperawatan.
1. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan perawatan

34
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Konstipasi adalah kondisi sulit buang air besar secara teratur, tidak bisa
benar-benar tuntas, atau tidak bisa sama sekali. Secara umum, seseorang bisa
dianggap mengalami konstipasi apabila buang air besar kurang dari tiga kali
dalam seminggu. Salah satu pencegahan dari konstipasi yaitu tidak menahan
BAB dan beberapa cara pengobatan konstipasi yaitu agen pembentuk serat,
agen hiperosmolar (osmotik), emolien, stimulan, agen prokinetik, obat
dulcolax, obat pencahar pembentuk tinja.
Pemberian obat melalui rektum merupakan cara memberikan obat
dengan memasukkan obat melalui anus atau rektum, dengan tujuan
memberikan efek lokal dan sistemik. Tindakan pengobatan ini disebut
pemberian obat suppositoria yang bertujuan untuk mendapatkan efek terapi
obat, menjadikan lunak pada daerah feses dan merangsang buang air besar.
4.2 Saran
Sebelum mengakhiri laporan ini penulis ingin menyampaikan beberapa
saran yang mungkin bisa berguna bagi kami.
a. Saran untuk sekolah :
Sebaiknya siswa dibekali tata cara penyusunan Tugas Akhir sebelum
mengerjakan tugas tersebut.
b. Saran untuk penulis selanjutnya :
Dalam penyusunan Tugas Akhir sesuai dengan standar pembuatan
Tugas Akhir dan Standar Operasional Prosedur Tindakan.
c. Saran untuk pembaca :
Semoga Tugas Akhir ini dapat dijadikan acuan pembuatan Tugas Akhir
selanjutnya.

35

You might also like