You are on page 1of 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada manusia perkembangan fisik dan mental setiap kali mencapai
kematangan terjadi pada waktu dan tempo yang berbeda. Ada yang cepat dan
ada yang lambat. Setiap individu yang normal akan mengalami tahapan atau fase
perkembangan, hal ini berarti bahwa dalam menjalani hidupnya yang normal dan
berusia panjang individu akan mengalami fase-fase perkembangan yaitu bayi,
kanak kanak, anak, remaja, dewasa dan masa tua. Fase perkembangan dapat di
artikan sebagai tahapan atau pembentukan tentang perjalanan kehidupan
individu yang di warnai ciri ciri khusus atau pola pola tingkah laku tertentu.
B. Tujuan
1. Untuk mengetahui tahapan perkembangan mental pada anak, dewasa dan
lansia
2. Untuk mengetahui perubahan kesehatan pada anak, dewasa dan lansia
C. Sistematika Penulisan
Membahas tentang Tahapan Perkembangan Mental dan Perubahan Kesehatan
antara lain :
BAB I Membahas tentang pendahuluan yang berisi mengenai latar
belakang, tujuan, dan sistematika penulisan.
BAB II Membahas tentang landasan teori yang berisi tentang tahapan
perkembangan mental, definisi, gangguan perkembangan mental
pada anak, gangguan perkembangan mental pada dewasa, gangguan
sistem reproduksi pria dan wanita, gangguan perubahan kesehatan
lansia, gangguan perubahan kesehatan pada anak, gangguan
perubahan kesehatan pada dewasa, gangguan perubahan kesehatan
pada lansia.
BAB III Membahas tentang penutup yang berisi kesimpulan dan saran.

1
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tahapan Perkembangan Mental


1. Definisi
Perkembangan (development), adalahperubahan secara berangsur-
angsur dan bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh, meningkat dan
meluasnya kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, kematangan, atau
kedewasaan, dan pembelajaran (wong, 2000).Perubahan yang terjadi dalam
perkembangan dapat dibagi kepada empat bentuk,yaitu perubahan dalam
ukuran besarnya, dalam proporsinya, hilangnya bentuk atau ciri-ciri lama,
timbul atau lahirnya bentuk atau ciri-ciri baru.
Secara etimologi kata “mental” berasal dari bahasa Yunani, yang
mempunyai pengertian sama dengan pengertian psyche, artinya psikis, jiwa
atau kejiwaan. James Draver memaknai mental yaitu “revering to the mind”
maksudnya adalah sesuatu yang berhubungan dengan pikiran atau pikiran itu
sendiri. Pengertian lain “mental” didefinisikan yaitu yang berhubungan
dengan pikiran, akal, ingatan atau proses yang berasosiasi dengan pikiran,
akal dan ingatan.
Perkembangan mental adalah suatu proses kehidupan sosial,psikologi
manusia dalam lingkup masyarakat yang luas yang mencakup 3 aspek, yaitu
pikiran, perasaan dan spiritual. Perkembangan mental juga dapat diartikan
sebagai suatu proses perkembangan yang terdapat pada diri seseorang baik
berupa sikap dan sifat dan rasa percaya diri. Misalnya seorang anak yang
dulunya mempunyai rasa percaya diri yang kurang setelah adanya
perkembangan mental anak tersebut perlahan berubah menjadi anak yang
percaya diri.

2. Gangguan Perkembangan Mental


a. Gangguan Perkembangan Mental pada Anak

2
1) Retardasi Mental
Menurut WHO (dikutip dari Menkes 1990), retardasi mental
adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi. Sedangkan menurut
Melly Budhiman, seseorang dikatakan retardasi mental apabila
memenuhi kriteria yaitu funsi intelektual umum di bawah normal,
terdapat kendala dalam perilaku adaptif sosial, gejalanya timbul dalam
masa perkembangan yaitu di bawah usia 18 tahun.
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dari retardasi mental.
Untuk mengetahui adanya retardasi mental perlu anamnesis yang baik,
pemeriksaan fisik dan laboratorium. Penyebab dari retardasi mental
sangat kompleks dan multifaktorial. Walaupun begitu terdapat
beberapa faktor yang potensial berperan dalam terjadinya retardasi
mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT (1983) dan Shonkof JP
(1992) dibawah ini. Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental
ini berasal dari golongan sosial ekonomi rendah, akibat kurangnya
stimulasi dari lingkungannya sehingga secara bertahap menurunkan IQ
yang bersamaan dengan terjadinya maturasi. Demikian pula pada
keadaan sosial ekonomi yang rendah dapat sebagai penyebab organik
dari retardasi mental, misalnya keracunan logam berat yang subklinik
dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi kemampuan
kognitif, ternyata lebih banyak pada anak-anak dikota dari golongan
sosial ekonomi rendah. Infeksi sitomegalovirus juga lebih banyak
terdapat pada ibu-ibi dari golongan sosial ekonomi rendah. Demikian
pula dengan kurang gizi, baik pada ibu hamil maupun pada anaknya
setelah lahir dapat mempengaruhi pertumbuhan otak anak.
2) Sindrom Down
Sindrom down adalah individu yang dapat dikenali dari
fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas yang terjadi
akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Diperkirakan bahwa
materi genetik yang berlebih tersebut terletak pada bagian lengan
bawah dari kromosom 21 dan interaksinya dengan fungsi gen lainnya

3
menghasilkan suatu perubahan homeostasis yang memungkinkan
terjadinya penyimpangan perkembangan fisik dan susunan saraf pusat.
Sindrom down merupakan kelainan kromosom autosomal yang
paling banyak terjadi pada manusia. Diperkirakan angka terjadinya
terakhir adalah 1,0-1,2 per 1000 kelahiran hidup, dimana 20 tahun
sebelumnya dilaporkan 1,6 per 1000. Penurunan ini diperkirakan
berkaitan dengan menurunnya kelahiran dari wanita yang berumur.
Diperkirakan 20% anak dengan sindrom down dilahirkan oleh ibu yang
berumur diatas 35 tahun. Sindrom down dapat terjadi pada semua ras.
Dikatakan bahwa angka kejadiannya pada bangsa kulit putih lebih
tinggi daripada kulit hitam, tetapi perbedaan ini tidak bermakna.
Sedangkan angka kejadian pada berbagai golongan sosial ekonomi
adalah sama.
Masalah perkembangan belajar Down Syndrome secara
keseluruhannya mengalami keterbelakangan perkembangan dan
kelemahan kognitif. Pada pertumbuhan mengalami masalah lambat
dalam semua aspek perkembangan yaitu lambat untuk berjalan,
perkembangan motorik halus dan berbicara. Perkembangan sosial
mereka agak menggalakkan menjadikan mereka digemari oleh ahli
keluarga. Mereka juga mempunyai sifat periang. Perkembangan
motorik kasar mereka lambat disebabkan otot-otot yang lembek tetapi
mereka akhirnya berhasil melakukan hampir semua pergerakan kasar.
Gangguan down syndrome memiliki gejala seperti gangguan interaksi
sosial, gangguan komunikasi, gangguan perilaku, kurangnya interaksi
sosial, serta kesulitan dalam bahasa.

3) Gangguan Perkembangan Psikologis


Penyebab dari gangguan perkembangan psikologis bergantung
pada jenis gangguannya itu sendiri. Untuk penyebab spesifik gangguan
bahasa ekspresif masih belum diketahui secara pasti. Diduga

4
penyebabnya adalah adanya kerusakan otak yang samar serta
keterlambatan pematangan perkembangan otak didalilkan sebagai
penyebab yang mendasari. Beberapa penelitian menyebutkanadanya
factor genetic juga memainkan peran dalam gangguan perkembangan
berbahasa seseorang. Gangguan perkembangan psikologis dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu :
a) Gangguan artikulasi berbicara khas
Gangguan perkembangan khas yang ditandai oleh penggunaan suara
bicara dari anak berada dibawah tingkat yang sesuai untuk usia
mentalnya, sedangkan tingkat kemampuan bahasanya normal.
b) Gangguan Berbahasa expresif
Gangguan perkembangan Khas dengan kemampuan anak dalam
mengexpresikan bahasa lisan/ucapan dibawah rata-rata usia
mentalnya, namun pengertian bahasa dalam batas normal, dengan
atau tanpa gangguan artikulasi. Kesulitan yang tampak belakangan
termasuk :
- Perkembangan kosakata yang terbatas
- Kesulitan memilih & mengganti kosakata yang tepat
- Penggunaan berlebihan dari sekelompok kecil kata-kata umum
memendekkan ucapan yang panjang
- Struktur kalimat yang mentah
- Kesalahan kalimat (Syntatical)
- Kehilangan awalan atau akhiran yang khas
- Salah atau gagal dalam menggunakan aturan tata bahasa seperti
kata penghubung, kata ganti, artikel dan kata kerja dan kata benda
yang terinfleksi (berubah)

c) Gangguan Berhitung Khas


Beragam kesulitan berhitung yaitu sulit mengerti konsep
perhitungan yang mendasari, tidak mengerti istilah dan lambang
matematika, tidak mengenal angka, kesulitan mengaksara kan upaya

5
penghitungan dasar, kesulitan mengenal angka yang terkait dengan
soal berhitung, kesulitan dalam menjajarkan angka yang sesuai atau
meletakkan titik desimal atau lambang dalam berhitung, tidak pandai
mengatur ruang dalam perhitungan matematika dan tidak mampu
untuk menghafal perkalian secara memuaskan.
4) Gangguan Perilaku dan Emosional
Secara definitif anak dengan gangguan emosi dan perilaku adalah
anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah
laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam lingkungan
kelompok usia maupun masyarakat pada umumnya, sehingga
merugikan dirinya maupun orang lain, dan karenanya memerlukan
pelayanan pendidikan khusus demi kesejahteraan dirinya maupun
lingkungannya (ditjenPLB.com, 2006). Heward & Orlansky (1988)
dalam Sunardi (1996) mengatakan seseorang dikatakan mengalami
gangguan perilaku apabila memiliki satu atau lebih dari lima
karakteristik berikut dalam kurun waktu yang lama, yaitu :
a) Ketidakmampuan untuk belajar yang bukan disebabkan oleh faktor
intelektualitas, alat indra maupun kesehatan
b) Ketidakmampuan untuk membangun atau memelihara kepuasan
dalam menjalin hubungan dengan teman sebaya dan pendidik.
c) Tipe perilaku yang tidak sesuai atau perasaan yang di bawah keadaan
normal.
d) Mudah terbawa suasana hati (emosi labil), ketidakbahagiaan, atau
depresi.
Empat area umum diidentifikasi turut berperan untuk terjadinya
gangguan emotioal dan perilaku : biologi, lingkungan atau keluarga,
sekolah, dan masyarakat
a) Faktor biologis
Beberapa penyebab biologis telah ditemukan berhubungan dengan
gangguan emosi dan perilaku tertentu. Malnutrisi dapat juga
menyebabkan perubahan perilaku dalam penalaran dan berpikir

6
(Ashem dan Janes, 1978). Selain itu, kelainan seperti skizofrenia
mungkin memiliki dasar genetik.
b) Faktor lingkungan atau keluarga
Keluarga sangat penting dalam perkembangan anak-anak. Interaksi
negatif atau tidak sehat di dalam keluarga seperti pelecehan dan
penelantaran, kurangnya pengawasan, minat, dan perhatian dapat
mengakibatkan atau memperburuk kesulitan emosional yang atau
kesulitan perilaku. Di sisi lain, interaksi yang sehat seperti
kehangatan dan responsif, disiplin konsisten dengan panutan, dan
perilaku yang mengharapkan penghargaan dapat sangat
meningkatkan perilaku positif pada anak-anak (Anderson, 1981).
c) Faktor Sekolah
Guru memiliki pengaruh yang sangat besar dalam interaksi dengan
siswa. Interaksi positif dan produktif guru dan murid dapat
meningkatkan pembelajaran siswa dan perilaku sekolah yang sesuai
serta memberikan dukungan ketika siswa mengalami masa-masa
sulit. Lingkungan akademik yang tidak sehat dengan guru yang tidak
terampil atau tidak sensitif dapat menyebabkan atau memperburuk
perilaku atau gangguan emosi yang sudah ada
d) Faktor Masyarakat
Masalah masyarakat, seperti kemiskinan ekstrim disertai dengan gizi
buruk, keluarga yang tidak berfungsi, berbahaya dan lingkungan
yang penuh kekerasan dan perasaan putus asa, dapat mengakibatkan
atau memperburuk gangguan emosi atau perilaku. Kita tidak boleh
melupakan contoh anak muda yang telah selamat dari situasi yang
mengerikan dan tumbuh menjadi orang dewasa yang sehat. Kita
belajar dari individual yang ulet ini bahwa lingkungan yang
merugikan tidak tak terhindarkan untuk menyebabkan kesulitan
emosional atau perilaku.

7
Lebih lanjut, Hallahan & Kauffman (1988) menjelaskan tentang
karakteristik anak dengan gangguan perilaku dan emosi, sebagai
berikut :
a) Inteligensi dan Prestasi Belajar
Beberapa ahli, seperti dikutip oleh Hallahan dan
Kauffman, 1988. menemukan bahwa anak-anak dengan
gangguan ini memiliki inteligensi di bawah normal (sekitar 90)
dan beberapa di atas bright normal
b) Karakteristik Sosial dan Emosi. Agresif, acting-out behavior
(externalizing)
Conduct disorder (gangguan perilaku) merupakan
permasalahan yang paling sering ditunjukkan oleh anak dengan
gangguan emosi atau perilaku. Perilaku-perilaku tersebut seperti:
memukul, berkelahi, mengejek, berteriak, menolak untuk
menuruti permintaan orang lain, menangis, merusak,
vandalisme, memeras, yang apabila terjadi dengan frekuensi
tinggi maka anak dapat dikatakan mengalami gangguan. Anak
normal lain mungkin juga melakukan perilaku-perilaku tersebut
tetapi tidak secara impulsif dan sesering anak dengan conduct
disorder.
c) Immature, withdrawl behavior (internalizing)
Anak dengan gangguan ini, menunjukkan perilaku
immature (tidak matang atau kekanak-kanakan) dan menarik diri.
Mereka mengalami keterasingan sosial hanya mempunyai
beberapa orang teman, jarang bermain dengan anak seusianya,
dan kurang memiliki ketrampilan sosial yang dibutuhkan untuk
bersenang-senang. Beberapa di antara mereka mengasingkan diri
untuk berkhayal atau melamun, merasakan ketakutan yang
melampaui keadaan sebenarnya, mengeluhkan rasa sakit yang
sedikit dan membiarkan “penyakit” mereka terlibat dalam
aktivitas normal. Ada diantara mereka mengalami regresi yaitu

8
kembali pada tahap-tahap awal perkembangan dan selalu
meminta bantuan dan perhatian, dan beberapa diantara mereka
menjaditertekan (depresi) tanpa alasan yang jelas (Hallahan dan
Kauffman, 1988).
Dirjen PLB merumuskan ciri-ciri perilaku anak dengan gangguan
emosi dan perilaku dengan tipe externalizing behavior memiliki
empat ciri yaitu :
a) Bersikap membangkang.
b) Mudah terangsang emosinya/emosional/mudah marah.
c) Sering melakukan tindakan agresif, merusak, mengganggu.
d) Sering bertindak melanggar norma sosial/norma susila/hukum
b. Gangguan Perkembangan Mental pada Dewasa
1) Gangguan Emosional Tidak Stabil
Banyak orang dewasa muda mengalami kegagalan emosi yang
berhubungan dengan persoalan-persoalan yang dialaminya seperti
persoalan jabatan, perkawinan, keuangan dan sebagainya. Ketegangan
emosional seringkali dinampakkan dalam ketakutan-ketakutan atau
kekhawatiran-kekhawatiran. Ketakutan atau kekhawatiran yang
timbul ini pada umumnya bergantung pada ketercapainya penyesuaian
terhadap persoalan-persoalan yang dihadapi pada suatu saat tertentu,
atau sejauh mana sukses atau kegagalan yang dialami dalam
pergumulan persoalan.
2) Gangguan Paranoid
Curiga, tidak percaya tanpa alasan cemburu berlebih tanpa
dasar, cenderung pendendam, peka terhadap kegagalan dan
penolakan, mudah tersinggung, afek terbatas, kurang hangat, arogan,
bermasalah dalam pekerjaan dan perkawinan.
3) Gangguan Skizoid
Gangguan kepribadian skizoid adalah salah satu dari
sekelompok kondisi yang disebut ‘Cluster A’ atau gangguan
kepribadian eksentrik. Hal ini ditandai dengan perilaku introvert,

9
senang menyendiri, dan acuh tak acuh terhadap hubungan sosial.
Dingin, menghindari kontak mata, komunikasi terbatas, kurang
mampu bersosialisasi, fantasi dan introspeksi berlebihan, tertutup,
kurang tertarik menjalin relasi heteroseksual, cenderung bekerja
secara individu, kerja malam, tidak kompetitif
4) Gangguan Dissosial
Tidak peduli perasaan orang lain, tidak bertanggung jawab,
tidak peduli norma, tidak mampu menerima kesalahan, menyalahkan
orang lain, banyak alasan, pembohong, pandai menampilkan kesan
baik, manipulatif, pelaku tindak kriminal, penyalahgunaan zat, tidak
setia, tidak dapat dipercaya
5) Gangguan Histrionik
Menurut American Psychiatric Association (APA) Histrionic
Personality Disorder didefinisikan sebagai gangguan kepribadian
yang ditandai dengan pola emosi yang berlebihan dalam mencari
perhatian, termasuk perilaku seduktif yang tidak tepat dan kebutuhan
yang berlebihan untuk penerimaan. Sedangkan menurut DSM IV-R,
Histrionik itu dianggap sebagai sebuah pola emosi yang berlebihan
dan kebiasaan mencari perhatian, termasuk kebutuhan akan
persetujuan/pembenaran.
6) Gangguan Anankastik
Meruapakan suatu gangguan kepribadian yang sering muncul
pada dewasa muda dan ditandai antara lain dengan perfeksionisme
yang menghambat, kekakuan, berlebihan dalam kerja, dan kurangnya
hubungan interpersonal, ragu dan hati-hati berlebihan, keras kepala,
memaksa orang lain untuk mengikuti caranya, teratur dan rapi,
disiplin yang keras pada masa anak.
7) Gangguan Cemas
Rasa tegang dan takut yang menetap, merasa tidak mampu/tidak
menarik, khawatir berlebihan terhadap kritik dan penolakan, enggan

10
terlibat dengan orang lain, membatasi gaya hidup, menghindari
aktifitas sosial.
8) Gangguan Dependen
Membiarkan orang lain mengambil keputusan penting
hidupnya, meletakkan kebutuhan diri lebih rendah dan enggan
menuntut pada orang tempat bergantung, merasa tidak berdaya
sendirian, takut tak mampu mengurus diri, kemampuan membuat
keputusan sehari-hari terbatas tanpa nasihat/diyakinkan orang lain,
tidak percaya diri, pesimis.
c. Gangguan Perkembangan Mental pada Lansia
1) Depresi
Gangguan depresi sering terdapat pada lansia dengan penyakit
medis atau neurologis. Faktor terjadinya depresi yaitu :
a) Perasaan Khawatir
Lanjut usia sering merasa depresi karena peradaan khawatir
yang berlebihan. Ada banyak rasa cemas yang sebenarnya terjadi
karena lansia berpikir terlalu panjang. Hal ini menyebabkan orang
tua menjadi gelisah atau jatuh sakit. Setiap orang tua akan
mengalami kondisi ini dan sulit untuk bisa berpikir dengan jernih.
Dekat dengan keluarga dan anak-anak bisa mengobat depresi
karena hal ini.
b) Tinggal Sendiri
Lansia yang tinggal sendiri juga lebih rentan terkena
depresi. Mereka merasa sangat khawatir karena harus melakukan
semua hal sendiri. Lansia selalu mengharapkan anak namun
mereka tidak bisa terus menerus bergantung pada anak. Selain itu
tinggal sendiri akan membuat orang tua merasa kesepian dan
ketakutan. Cara untuk mengatasi hal ini adalah dengan tinggal
bersama orang lain atau pengasuh.
c) Sakit

11
Lansia memang sangat rentan dengan berbagai penyakit
karena metabolisme maupun kondisi lain. Hal ini sering
menyebabkan lansia menjadi sakit kronis. Penyakit yang tidak bisa
disembuhkan dan kondisi yang berlanjut akan menyebabkan orang
tua merasa depresi. Mereka akan merasa bosan dengan obat, rumah
sakit atau dokter. Kondisi ini bisa membuat sakit menjadi lebih
berat.
d) Memikirkan Keluarga
Lansia yang banyak memikirkan keluarga juga bisa
menderita depresi. Banyak orang tua yang merasa depresi karena
memikirkan keluarga. Lansia lebih banyak berpikir mengenai
anak, kehidupan anak dan berbagai perasaan lainnya. Kondisi ini
mendorong orang tua lebih rentan terhadap depresi dan sulit untuk
mendapatkan kehidupan yang baik.
e) Banyak Harapan yang Belum Terpenuhi
Ketika lansia merasa bahwa usia mereka sudah tidak lama
lagi, sakit dan kondisi lain yang lebih buruk, maka bisa membuat
mereka merasa tidak memiliki harapan yang baik. Pada dasarnya
mereka kehilangan semangat hidup. Terlebih jika mereka mulai
memikirkan berbagai keinginan yang belum terpenuhi. Perasaan
bersalah terhadap keluarga atau pasangan akan mendorong rasa
depresi menjadi lebih berat.
f) Tidak Memiliki Aktivitas
Ketika lansia merasa sudah tidak bisa melakukan berbagai
macam aktifitas maka bisa menyebabkan dorongan depresi yang
sangat berat. Hal ini sering menyebabkan orang tua merasa sedih.
Mereka merasa kehidupan sudah banyak berubah. Akibatnya
mereka banyak berpikir dan justru sakit. Kondisi ini sering terjadi
pada orang tua yang awalnya memiliki pekerjaan rutin dan
penghasilan yang lumayan besar.
2) Paranoid

12
Paranoid atau ketakutan tanpa sebab dan sering terjadi para
perempuan. Dimana paranoid ini mengganggu kerja kenetralan
kepala kita sebagai seseorang yang bisa berpikir dan ketergantungan
dengan orang lain untuk terus ditemani dan juga dilindungi. Hal ini
sering tejadi pada lansia dan orang usia lanjut.
3) Gangguan Tidur
Gangguan tidur mungkin bukan murni gangguan mental, namun
hal ini termasuk satu diantara hal lain yang sulit untuk diatasi para
lansia. Gangguan tidur merupakan keadaan dimana penderita sulit
untuk tidur, tidur gelisah (tidur tidak menyegarkan), sering bangun
mendadak pada waktu tidur, bangun sebelum waktunya. Hal ini
sangat mengganggu mengingat jika lansia seringkali kelelahan.
4) Sering Melamun
Sering melamun merupakan permasalahan selanjutnya, dimana
gangguan ini disebabkan oleh pikiran atau permasalahan yang
dipikirkan oleh lansia. Seringkali mereka memikirkan keluarga,
anak, cucu dan lainnya namun secara bersamaan mereka tidak bisa
bergerak terlalu banyak, berkegiatan ataupun membantu
keluarganya. Hal ini menyebabkan mereka mengalami gangguan
seperti sering melamun dan melantur.
5) Krisis Kepercayaan diri
Mungkin krisis ini bisa dikategorikan gangguan mental dimana
seorang lansia merasa bahwa ia jelek dan tua sehingga tak ingin lagi
bertemu siapapun bahkan keluarganya. Meskipun jarang ada
beberapa kejadian yang dialami oleh lansia yang menderita
gangguan mental ini. Cukup mengganggu memang mengingat
banyak lansia yang bersikap layaknya anak-anak dan cukup
menyulitkan.
6) Sensitif
Sensitif merupakan gangguan selanjutnya yang sudah pasti
terjadi pada semua lansia. Dimana mereka menangis dengan mudah,

13
tertawa dengan mudah, marah dengan mudah dan sebagainya. Hal
tersebut efek dari psikologis seorang lansia yang semakin lama
semakin seperti anak-anak.
7) Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu yang paling sering terjadi.
Mereka yang tidak sadar antara kenyataan dan tidak kenyataan yang
menyebabkan halusinasi lebih indah. Sering juga karena mereka
yang ditinggalkan oleh keluarganya sehingga ia menghibur diri
sendiri dengan halusinasi.
8) Skizofrenia
Skizofrenia memang jarang terjadi pada manusia jika sudah
menjelang lansia, namun bukan berarti tidak mungkin terjadi.
Mungkin perbandingannya hanya sedikit. Gangguan ini merupakan
gangguan mental yang memiliki ciri hilangnya perasaan afektif atau
respon emosional. Pasien menarik diri dari hubungan antarpribadi
dengan sesamanya. Biasanya sudah dimulai dari remaja akhir atau
dewasa awal.
9) Anti sosial
Anti sosial mungkin nama yang lucu atau judul yang aneh untuk
lansia. Namun, anti sosial bisa terjadi pada lansia yang sudah males
untuk bergaul karena merasa temannya sudah tidak ada. Hal ini
seringkali menjadi alasan mengapa lansia menyendiri.
10) Tempramental
Sering terjadi pada lansia mengalami hal seperti tempramental
atau tiba-tiba menjadi marah. Dimana lansia sudah jelas sering
marah-marah dadakan dan tidak tahu tempat.
11) Bunuh Diri
Bunuh diri merupakan gangguan terburuk yang mungkin
terjadi. Dimana, mereka merasa mati adalah hal yang akan terjadi
baik cepat atau lambat. Maka dibandingkan menunggu lama mereka

14
berpikir bahwa mati dengan bunuh diri lebih baik dibandingkan
menunggu kematian.
B. Perubahan Kesehatan
1. Gangguan pada Sistem Reproduksi Manusia
a. Gangguan pada Sistem Reproduksi Wanita
Gangguan pada alat reproduksi wanita dapat berupa keputihan,
gangguan menstruasi, kanker rahim, kista, polip dan lain-lain. Salah satu
dari jenis gangguan yang lebih sering terjadi di masyarakat adalah
keputihan. Pengertian umum dari keputihan yaitu penyakit kelamin pada
perempuan (vagina) di mana terdapat cairan berwarna putih kekuningan
atau putih kekelabuan baik encer maupun kental, berbau tidak sedap dan
bisa menyebabkan rasa gatal. Penyakit gangguan alat reproduksi wanita
ini bisa diakibatkan oleh beberapa hal, yaitu jamur, bakteri, virus dan
parasit. Di bawah ini merupakan penjelasan singkat masing-masing faktor
pemicu atau penyebab keputihan tersebut :
1) Jamur, umumnya disebabkan oleh jamur candida albicans yang
menyebabkan rasa gatal di sekitar vulva / vagina. Warna cairan
keputihan akibat jamur berwarna putih kekuning-kuningan dengan bau
yang khas. Keputihan jamur bisa diakibatkan oleh kehamilan,
penggunaan pil KB, steroid, diabetes, obesitas, antibiotik, daya tahan
tubuh rendah, dan lain sebagainya.
2) Bakteri biasanya diakibatkan oleh bakteri gardnerella dan keputihannya
disebut bacterial vaginosis dengan ciri-ciri cairannya encer dengan
warna putih keabu-abuan beraroma amis. Keputihan akibat bakteri
biasanya muncul saat kehamilan, gonta-ganti pasangan, penggunaan
alat kb spiral atau iud dan lain sebagainya.
3) Virus, keputihan yang diakibatkan oleh virus biasanya bawaan dari
penyakit hiv/aids, condyloma, herpes dan lain-lain yang bisa memicu
munculnya kanker rahim. Keputihan virus herper menular dari
hubungan seksual dengan gejala ada luka melepuh di sekeliling liang
vagina dengan cairan gatal dan rasanya panas. Sedangkan condyloma

15
memiliki ciri gejala ada banyak kutil tubuh dengan cairan yang bau
yang sering menyerang ibu hamil.
4) Parasit, keputihan akibat parasit diakibatkan oleh parasit trichomonas
vaginalis yang menular dari kontak seks / hubungan seks dengan cairan
yang berwarna kuning hijau kental dengan bau tidak enak dan berbusa.
Kadang bisa gatal dan membuat iritasi. Parasit keputihan ini bisa
menular lewat tukar-menukar peralatan mandi, pinjam-meninjam
pakaian dalam, menduduki kloset yang terkontaminasi, dan lain
sebagainya.
5) Gangguan menstruasi. Gangguan menstruasi terdiri atas amenore
primer dan amenore sekunder. Amenore primer adalah tidak terjadinya
manarkhe (menstruasi) sampai usia 17 tahun dengan atau tanpa
perkembangan seksual sekunder. Amenore sekunder adalah tidak
terjadinya menstruasi selama 3 – 6 bulan atau lebih pada orang yang
telah mengalami siklus menstruasi.
6) Kanker genitalia. Kanker genitalia pada wanita dapat terjadi pada
vagina, serviks, dan ovarium. Kanker vagina tidak diketahui
penyebabnya, mungkin karena iritasi yang disebabkan oleh virus.
Pengobatannya dengan kemoterapi dan bedah laser. Kanker serviks
terjadi bila pertumbuhan sel-sel yang abnormal di seluruh lapisan epitel
serviks. Penanganannya dengan pengangkatan uterus, oviduk, ovarium,
sepertiga bagian atas vagina, dan kelenjar limfa panggul. Kanker
ovarium gejalanya tidak jelas. Biasanya dapat berupa rasa pegal pada
panggul, perubahan fungsi saluran pencernaan, atau mengalami
pendarahan vagina abnormal. Penanganannya dengan kemoterapi dan
pembedahan.
7) Endometriosis adalah keadaan di mana jaringan endometrium terdapat
di luar rahim yaitu dapat tumbuh di sekitar ovarium, oviduk, atau jalur
di luar rahim. Gejalanya berupa nyeri perut, pinggang terasa sakit, dan
nyeri pada saat menstruasi. Jika tidak ditangani akan menyebabkan sulit

16
terjadinya kehamilan. Penanganannya dengan pemberian obat-obatan,
laparoskopi, atau bedah laser.
8) Infeksi vagina. Gejalanya berupa keputihan dan timbul gatal-gatal.
Infeksi ini menyerang wanita usia produktif terutama yang menikah.
Penyebabnya adalah akibat hubungan kelamin.
b. Gangguan pada Sistem Reproduksi Pria
Gangguan yang terjadi pada alat/organ reproduksi laki- laki akan
menyebabkan terjadinya gangguan pada sperma. Gangguan ini
menyebabkan seorang laki-laki menjadi kurang subur bahkan bisa tidak
subur, gangguan sperma tersebut biasanya terjadi pada produksi
spermanya, bentuk spermanya, fungsi spermanya, transportasi spermanya.
Selain itu juga masih ada gangguan sperma yang tidak diketahui
penyebabnya dan ini semua akan menyebabkan tidak baiknya kualitas dan
kuantitas sperma. Masalah gangguan reproduksi pada pria ini disebabkan
oleh hal-hal berikut ini
1) Cryptorchidism. Buah pelirnya hanya satu atau tidak ada di dalam
kantung pelirnya.
2) Hypospadia. Lubang keluar sperma/kencing pada laki-laki di sebelah
bawah biasanya ketika buang air kecil alirannya “tidak deras.”
3) Pseudohermaphrodite. Bentuk alat kelamin ganda ( laki-laki dan
perempuan), tetapi tidak sempurna. Vagina tidak sempurna (tidak
memiliki lubang vagina misalnya) atau tidak memiliki vagina.
4) Micro penis. Penis kecil / tidak berkembang.
5) Hipogonadisme merupakan penurunan fungsi testis yang disebabkan
oleh gangguan interaksi hormon, seperti hormon androgen dan
estrogen. Gangguan ini menyebabkan infertilitas, impotensi, dan tidak
adanya tanda-tanda kepriaan. Penanganannya dapat dilakukan dengan
terapi hormon.
6) Kriptorkidisme
Merupakan kegagalan dari satu atau kedua testis untuk turun
dari rongga abdomen ke dalam scrotum pada waktu bayi.

17
Penanganannya dapat dilakukan dengan pemberian hormon human
chorionic gonadotropin untuk merangsang testoteron.
7) Uretritis peradangan uretra dengan gejala rasa gatal pada penis dan
sering buang air kecil. Penyebabnya adalah Chlamydia trachomatis,
Ureplasma urealyticum, atau virus herpes.
8) Prostatitis merupakan peradangan prostat. Penyebabnya adalah bakteri
Escherichia coliataupun bukan bakteri.
9) Epididimitis merupakan infeksi yang sering terjadi pada saluran
reproduksi pria. Penyebabnya adalah E. coli dan Chlamydia.
10) Orkitis merupakan peradangan pada testis yang disebabkan oleh virus
parotitis. Jika terjadi pada pria dewasa dapat menyebabkan infertilitas.
Penyakit pada sistem reproduksi manusia dapat disebabkan oleh virus
ataupun bakteri. Penyakit yang menyerang sistem reproduksi manusia
dinamakan juga penyakit kelamin. Pada umumnya, penyakit kelamin
ditularkan melalui hubungan seksual. Penyakit tersebut dapat menyerang
pria maupun wanita.
1) Sifilis adalah penyakit kelamin yang disebabkan oleh bakteri. Tanda-
tanda sifilis antara lain terjadinya luka pada alat kelamin, rektum, lidah,
dan bibir, pembengkakan getah bening pada bagian paha, bercak-
bercak di seluruh tubuh, tulang dan sendi terasa nyeri ruam pada tubuh,
khususnya tangan dan telapak kaki. Tanda-tanda penyakit ini dapat
hilang, namun bakteri penyebab penyakit tetap masih di dalam tubuh,
setelah beberapa tahun dapat menyerang otak sehingga bisa
mengakibatkan kebutaan dan gila. Penyakit ini dapat disembuhkan jika
dilakukan pengobatan dengan penggunaan antibiotik secara cepat.
2) Gonore (kencing nanah) disebabkan oleh bakteri. Gejala dari gonore,
antara lain keluarnya cairan seperti nanah dari saluran kelamin, rasa
panas dan sering kencing. Bakteri penyebab penyakit ini dapat
menyebar ke seluruh tubuh sehingga menyebabkan rasa nyeri pada
persendian dan dapat mengakibatkan kemandulan. Penyakit ini dapat

18
disembuhkan jika dilakukan pengobatan dengan penggunaan antibiotik
secara cepat.
3) Herpes Genetalis disebabkan oleh virus. Virus penyebab penyakit
herpes genetalis adalah Herpes simpleks. Gejala penyakit herpes
genetalis, antara lain timbulnya rasa gatal atau sakit pada daerah
kelamin dan adanya luka yang terbuka atau lepuhan berair.
4) Condiloma Accuminata disebabkan oleh virus Human papilloma.
Gejalanya adalah timbulnya kutil yang dapat membesar di mulut rahim
yang bisa menimbulkan kanker rahim.
5) Ejakulasi dini ( ED ) Ejakulasi dini ( ED ), yaitu gangguan seksual pada
pria dimana proses ejakulasi tidak bisa dikendalikan.

2. Gangguan Perubahan Kesehatan pada Anak


a. Labioskizis dan Labiopalatoskiziskrisis
Merupakan deformitas daerah mulut berupa celah atau sumbing
atau pembentukan yang kurang sempurna semasa embrional berkembang,
bibir atas bagian kanan dan bagian kiri tidak tumbuh bersatu.Labioskizis
terjadi akibat kegagalan fungsi atau penyatuan frominem maksilaris
dengan frominem medial yang diikuti disrupsi kedua bibir rahang dan
palatum anterior. Masa krisis fusi tersebut terjadi sekitar minggu keenam
pasca konsepsi.
b. Atresia Esofagus
Atresia esofagus merupakan suatu kelainan bawaan pada bayi baru
lahir yaitu tidak terbentuknya kerongkongan (esophagus) secara
sempurna.Pada perkembangan jaringan terjadi gangguan pemisahan
antara trakea dan esophagus pada minggu ke 4 sampai minggu ke 6
kehidupan embryonal. Resiko tinggi dapat terjadi pada ibu hamil dengan
hidramnion yaitu amniosentesis harus dicurigai. Bayi dengan
hipersalivasi, berbuih, sulit bernafas, batuk dan sianosis. Tindakan
pembedahannya segera dilakukan pembedahan torakotomi kanan retro
pleural.

19
c. Atresia Rekti dan Anus
Atresia ani atau anus imperforate adalah tidak terjadinya peforasi
membran yang memisahkan bagian endoderm mengakibatkan
pembentukan lubang anus yang tidak sempurna. Anus tampak rata atau
sedikit cekung ke dalam atau kadang berbentuk anus namun tidak
berhubungan langsung dengan rektum. patofisiologinya dapat dilihat dari
kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan
pertumbuhan, dan pembentukan anus dari tonjolan embrionik, putusnya
saluran pencernaan dari atas dengan daerah dubur sehingga bayi lahir
tanpa lubang dubur, gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab
atresia ani karena adanya kegagalan pertumbuhan saat bayi dalam
kandungan berusia 12 minggu atau tiga bulan.
d. Hirschprung
Penyakit hirschprung (Megakolon Kongenital) adalah suatu
penyumbatan pada usus besar yang terjadi akibat pergerakan usus yang
tidak adekuat karena sebagian dari usus besar tidak memiliki saraf yang
mengendalikan kontraksi ototnya. Patofisiologi dapat dilihat dari
congenital aganglionic megacolon menggambarkan adanya kerusakan
primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa kolon
distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rektum dan bagian
proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan
atau tidak adanya gerakan tenaga pendorong (peristaltik) dan tidak adanya
evakuasi usus spontan serta spinkter rektum tidak dapat berelaksasi
sehingga mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan
adanya akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna.
e. Campak
Sebagian besar kasus campak adalah anak-anak usia pra-sekolah dan
usia SD. Selama periode 4 tahun, kasus campak lebih banyak terjadi pada
kelompok umur 5-9 tahun (3591 kasus). Penyakit ini terutama menyerang
anak-anak usia 5-9 tahun. Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak
dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang

20
dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapatkan
kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan
setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat
menderita morbili. Bila ibu belum pernah menderita morbili ketika ia
hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus,
bila ia menderita morbili pada trimester pertama, kedua atau ketiga maka
ia mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau
seorang anak dengan berat badan lahir rendah atau lahir mati anak yang
kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.
Virus campak ditularkan lewat infeksi droplet lewat udara,
menempel dan berkembang biak pada epitel nasofaring. Tiga hari setelah
invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan
terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem
retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi
awal. Adanya giant cells dan proses keradangan merupakan dasar
patologik ruam dan infiltrat peribronchial paru. Juga terdapat udema,
bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi dan
penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah
dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk, pilek
makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari
penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam
makulopapuler warna kemerahan.Virus dapat berbiak juga pada susunan
saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis. Setelah masa
konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan
ruam menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan
hiperpigmentasi. Proses ini disebabkan karena pada awalnya terdapat
perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit.
f. Obesitas
Obesitas sering didapatkan pada anak-anak dan remaja. Remaja
dengan obesitas secara sosial sering terpinggirkan. Keadaan ini akan
makin memperburuk emosi remaja tersebut dan pertumubuhannya.

21
Disamping itu, obesitas terutama obesitas sentral adalah faktor risiko PKV.
Angka kematian total meningkat 1,9 kali lebih tinggi pada populasi dengan
berat badan lebih dari 40 persen dibandingkan berat badan normal.
Beberapa faktor risiko konvensional PKV berkolerasi dengan derajat
obesitas sentral. Derajat obesitas sentral juga berkolerasi dengan kecepatan
terjadinya PKV. Bahkan obesitas sentral derajat sedang sudah
meningkatkan risiko PKV.
Obesitas merupakan penyakit kronis yang dipengaruhi oleh
berbaai faktor antara lain: genetik, budaya, sosio-ekonomi, kebiasaan dan
faktor situasi, semuanya berperan menumbuhkan kebiasaan makan dan
pengontrolan BB. Jelas, ada beberapa subtipe obesitas, dari komponen
genetik dan klasifikasi penyakit yang mendasari. Hanya ada 5% obes anak
dan remaja yang disertai dengan penyakit spesifik yang mendasarinya,
terdiri dari 3% dari masalah endokrin (hipotiroid, sindrom cushing,
hipogonadisme) dan 2% dari sindrom yang jarang (Prader-Willi,
Laurence-Moon-Biedl,Frochlich,Alstrom,Kallmann).
Menurut patogenesisnya,obesitas dapat digolongkan atas :
Regulatory obesity atau obesitas reguler dan metabolic obesity atau
obesitas metabolik. Pada obesitas reguler terjadi ganggguan primer pada
pusat yang mengatur masukan makanan, misalnya pada kerusakan
hipotalamus. Sedangkan pada obesitas metabolik terjadi kelainan pada
metabolisme lemak dan karbohidrat, misalnya pada obesitas karena
kelainan genetik. Obesitas juga dapat dibagi berdasarkan teori sel lemak
(Fat Cell Theory), yang pertama jumlah sel lemak normal, tetapi tejadi
hiprtrofi, dan yang kedua jumlah sel meningkat/hiperplasi dan juga terjadi
hipertrofi sel. Pembesaran dan penambahan jumlah sel lemak paling cepat
pada tahun pertama kehidupan dan remaja. Setelah masa dewasa,
penambahan jumlah sel tidak akan terjadi, tetapi hanya terjadi pembesaran
sel. Obesitas yang terjadi pada masa anak selain sel hipertrofi juga terjadi
hiperplasi, sedangkan pada obesitas yang terjadi setelah dewasa pada
umumnya hanya terjadi hipertrofi sel.

22
Obesitas pada anak terjadi kalau asupan kalori berlebihan, terutama
pada tahun pertama kehidupan. Rangsangan untuk meningkatkan jumlah
sel terus berlanjut sampai dewasa. Penurunan berat badan setelah masa
dewasa mengakibatkan bentuk sel lemak berkurang, dan bukan sebagai
akibat dari jumlah sel lemak yang berkurang. Kebiasaan pemberian susu
botol pada anak setiap kali anak menangis, menumbuhkan kebiasaan anak
untuk mengharapkan makanan kalau sedang stres. Penderita obesitas
menjadi resisten terhadap insulin. Sehingga kadar insulin di dalam
peredaran darah meningkat. Jadi, insulin akan menurunkan lipolisis dan
meningkatkan pembentukan lemak.
Dalam observasi, individu yang obes gerak/aktifitasnya lebih
rendah dibandingkan individu dengan BB normal, jadi pemakaian
energinya lebih rendah. Pada pengamatan tingkah laku umumnya cara
makannya dilakukan dengan cepat dan pada waktu makan malam dalam
jumlah kalori yang banyak. Kadang-kadang ditemukan mereka makan
ketika sedang depresi atau cemas, dan makan sambil beraktifitas lain
(nonton televisi), seringkali yang dipilih adalah makanan jenis cepat saji.

3. Gangguan Perubahan Kesehatan pada Dewasa


a. Obesitas
Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan
dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan
adiposa sehingga dapat mengganggu kesehatan. Keadaan obesitas ini,
terutama obesitas sentral, meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular
karena keterkaitannya dengan sindrom metabolik atau sindrom resistensi
insulin yang terdiri dari resistensi 10 insulin/hiperinsulinemia,
hiperuresemia, gangguan fibrinolisis, hiperfibrinogenemia dan hipertensi
(Sudoyo, 2009). Obesitas timbul sebagai akibat masukan energi yang
melebihi pengeluaran energi. Bila energi dalam jumlah besar (dalam
bentuk makanan) yang masuk ke dalam tubuh melebihi jumlah yang
dikeluarkan, maka berat badan akan bertambah dan sebagian besar

23
kelebihan energi tersebut akan di simpan sebagai lemak. Perkembangan
obesitas pada orang dewasa juga terjadi akibat penambahan jumlah
adiposit dan peningkatan ukurannya. Seseorang dengan obesitas yang
ekstrem dapat memiliki adiposit sebanyak empat kali normal, dan setiap
adiposit memiliki lipid dua kali lebih banyak dari orang yang kurus
(Guyton, 2007).
b. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kelainan metabolik yang
dikarakteristikkan dengan hiperglikemia kronis serta kelainan
metabolisme karbohidrat, lemak dan protein diakibatkan oleh kelainan
sekresi insulin, kerja insulin maupun keduanya. Diagnosis penyakit
diabetes melitus selain berdasarkan aspek klinis yang meliputi anamnesis
dan pemeriksaan fisik sangatlah diperlukan pemeriksaan penunjang
berupa pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang paling
sederhana adalah pemeriksaan gula darah. Tahapan preanalitik dan
interpretasi hasil pemeriksaan gula darah sangatlah perlu diperhatikan agar
didapatkan hasil yang bermakna sehingga diagnosis diabetes melitus dapat
ditegakkan dan sebagai monitoring hasil pengobatan.
DM tipe 1 atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin Dependent
Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel β pankreas (reaksi
autoimun). Sel β pankreas merupakan satu-satunya sel tubuh yang
menghasilkan insulin yang berfungsi untuk mengatur kadar glukosa dalam
tubuh. Bila kerusakan sel β pankreas telah mencapai 80-90% maka gejala
DM mulai muncul. Perusakan sel ini lebih cepat terjadi pada anak-anak
daripada dewasa. Sebagian besar penderita DM tipe 1 sebagian besar oleh
karena proses autoimun dan sebagian kecil non autoimun. DM tipe 1 yang
tidak diketahui penyebabnya juga disebut sebagai type 1 idiopathic, pada
mereka ini ditemukan insulinopenia tanpa adanya petanda imun dan
mudah sekali mengalami ketoasidosis. DM tipe 1 sebagian 4 besar (75%
kasus) terjadi sebelum usia 30 tahun dan DM Tipe ini diperkirakan terjadi
sekitar 5-10 % dari seluruh kasus DM yang ada.

24
DM tipe 2 merupakan 90% dari kasus DM yang dulu dikenal
sebagai non insulin dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Pada diabetes
ini terjadi penurunan kemampuan insulin bekerja di jaringan perifer
(insulin resistance) dan disfungsi sel β. Akibatnya, pankreas tidak mampu
memproduksi insulin yang cukup untuk mengkompensasi insulin
resistance. Kedua hal ini menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relatif.
Kegemukan sering berhubungan dengan kondisi ini. DM tipe 2 umumnya
terjadi pada usia > 40 tahun. Pada DM tipe 2 terjadi gangguan pengikatan
glukosa oleh reseptornya tetapi produksi insulin masih dalam batas normal
sehingga penderita tidak tergantung pada pemberian insulin.Walaupun
demikian pada kelompok diabetes melitus tipe-2 sering ditemukan
komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler.
c. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang
dibawa oleh darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang
membutuhkannya (Sustrani, 2006). Hipertensi adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal
yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas dan angka kematian
atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam
waktu yang lama ( Saraswati, 2009). Penyebab hipertensi dibagi menjadi
dua golongan yaitu hipertensi essensial (primer) merupakan hipertensi
yang tidak diketahui penyebabnya dan ada kemungkinan karena faktor
keturunan atau genetik (90%).
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang merupakan akibat dari
adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat hubungannya dengan gaya hidup
dan pola makan yang kurang baik. Faktor makanan yang sangat
berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi garam dapur
yang tinggi, merokok dan minum alkohol.

25
4. Gangguan Perubahan Kesehatan pada Lansia
a. Perkembangan Jasmani
Penuaan terbagi atas dua, yaitu penuaan primer dan penuaan
sekunder. Pada penuaan primer, tubuh mulai melemah dan mengalami
penurunan alamiah. Sedangkan pada proses penuaan sekunder, terjadi
proses penuaan karena fakto-faktor eksteren, seperti lingkungan atau
perilaku.Penuaan yang terjadi pada lansia, kulit menjadi semakin menebal
dan kendur atau semakin banyak keriput yang terjadi. Rambut yang
menjadi putih juga merupakan salah satu ciri-ciri yang menandai proses
penuaan.Pada lansia juga mengalami perubahan kefungsian organ-organ
dan alat reproduksi baik pria maupun wanita. Dari perubahan-perubahan
fisik yang dapat nyata dilihat membuat lansia merasa minder atau kurang
percaya dirijika harus berinteraksi dengan lingkungannya (J.W
Santrock,2002:198).
b. Perkembangan Intelektual
Menurut David Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran
kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme
secara umum, hampir sebagian penelitian menunjukkan bahwa setelah
mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan
seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga berlaku
pada seorang lansia. Ketika lansia memperlihatkan kemunduran
intelektualitas yang mulai menurun, kemunduran tersebut juga cenderung
mempengaruhi keterbatasan memori tertentu. Misalnya seseorang yang
memasuki masa pensiun, yang tidak menghadapi tantangan-tantangan
penyesuaian intelektual sehubungan dengan masalah pekerjaan, dan
dimungkinkan lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang
termotivasi untuk mengingat beberapa hal, jelas akan mengalami
kemunduran memorinya.
c. Perkembangan Emosional
Memasuki masa tua, sebagian besar lanjut usia kurang siap
menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga menyebabkan

26
para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dan memecahkan masalah
yang dihadapi (Widyastuti,2000). Munculnya rasa tersisih, tidak
dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti
penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan
sebagian kecil dari keseluruhan perasaan yang tidak enak yang harus
dihadapi lanjut usia. Hal-hal tersebut di atas yang dapat menjadi penyebab
lanjut usia kesulitan dalam melakukan penyesuaian diri. Bahkan sering
ditemui lanjut usia dengan penyesuaian diri yang buruk.
d. Perkembangan Spritiual
Sebuah penelitian menyatakan bahwa lansia yang lebih dekat
dengan agama menunjukkan tingkatan yang tinggi dalam hal kepuasan
hidup, harga diri dan optimisme. Kebutuhan spiritual ( keagamaan ) sangat
berperan memberikan ketenangan batiniah, khususnya bagi para lansia.
Pada lansia perubahan status kesehatan banyak didominasi oleh masalah
terkait penurunan fisiologis sistem di dalam tubuh antara lain:
a. Osteoporosis
Osteoporosis adalah kondisi saat kualitas kepadatan tulang
menurun. Kondisi ini membuat tulang menjadi keropos dan rentan
retak.Osteoporosis umumnya baru diketahui setelah ditemukan retak pada
tulang setelah pasien mengalami jatuh ringan. Retak pada pergelangan
tangan, tulang pinggul, dan tulang belakang adalah kasus yang paling
banyak ditemui pada penderita osteoporosis.Di Indonesia, sebanyak 23
persen wanita berusia 50-80 tahun dan 53 persen wanita berusia 70-80
tahun mengidap osteoporosis, berdasarkan hasil penelitian pada tahun
2006. Risiko wanita mengidap osteoporosis empat kali lebih besar
dibandingkan dengan risiko pada pria.Ada banyak faktor risiko untuk
osteoporosis, yaitu berat badan kurang, kebiasaan gaya hidup (duduk terus
menerus atau tidak aktif), konsumsi alkohol, merokok, gangguan makan,
mengkonsumsi obat tertentu, penyakit kronik dan tirah baring atau
imobilisasi yang lama.
b. Reumatoid Arthritis

27
Rheumatoid arthritis atau artritis reumatoid adalah peradangan
kronis pada sendi yang menyebabkan rasa sakit, bengkak dan kaku pada
persendian (misalnya sendi kaki dan tangan).Seiring waktu, peradangan
ini bisa menghancurkan jaringan persendian dan bentuk tulang. Efek dari
kondisi ini akan membatasi aktivitas keseharian, seperti sulit untuk
berjalan dan menggunakan tangan.Walau bagian tubuh yang paling sering
terkena dampak rheumatoid arthritis adalah pada bagian kaki dan tangan,
penyakit ini juga bisa menjangkiti bagian tubuh lainnya, seperti mata,
paru-paru, pembuluh darah, dan kulit.
Rheumatoid arthritis terjadi saat sistem kekebalan tubuh
menyerang jaringan tubuh. Penyakit ini lebih sering diderita oleh wanita
terutama di atas 40 tahun. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan pria
dan siapa pun di luar usia tersebut terjangkit penyakit ini.Gejala
rheumatoid arthritis pada masing-masing orang berbeda dan bisa berubah
seiring waktu, namun gejala yang sering timbul pada persendian adalah
rasa kaku, kemerahan, bengkak, terasa hangat, dan nyeri.Rheumatoid
arthritis harus segera ditangani karena jika penyakit bertambah parah,
gejala bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya dan menyebabkan
persendian bergeser atau bahkan berubah bentuk.
Rheumatoid arthritis disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh yang
seharusnya melawan infeksi, tetapi justru menyerang sel normal pada
persendian dan membuat sendi terasa nyeri, bengkak, dan kaku.Walau
alasan kenapa sistem kekebalan tubuh keliru menyerang tubuh dalam
rheumatoid arthritis masih belum diketahui, ada beberapa faktor yang bisa
meningkatkan risiko, seperti faktor usia, hormon, genetika, lingkungan,
obesitas dan kebiasaan merokok.
c. Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi kronis di mana
tekanan darah pada dinding arteri (pembuluh darah bersih) meningkat.
Berikut ini adalah faktor-faktor pemicu yang diduga dapat memengaruhi
peningkatan risiko hipertensi.

28
1) Berusia di atas 65 tahun.
2) Mengonsumsi banyak garam.
3) Kelebihan berat badan.
4) Memiliki keluarga dengan hipertensi.
5) Kurang makan buah dan sayuran.
6) Jarang berolahraga.
7) Minum terlalu banyak kopi (atau minuman lain yang mengandung
kafein).
8) Terlalu banyak mengonsumsi minuman keras.
Risiko mengidap hipertensi dapat dikurangi dengan mengubah hal-
hal di atas dan menerapkan gaya hidup yang lebih sehat. Pemeriksaan
tekanan darah secara rutin juga bisa membantu diagnosis pada tahap awal.
Diagnosis hipertensi sedini mungkin akan meningkatkan kemungkinan
untuk menurunkan tekanan darah ke taraf normal. Hal ini bisa dilakukan
dengan mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat tanpa perlu
mengonsumsi obat.
d. Gout
Gout adalah bentuk artritis yang dapat menyebabkan terjadinya
rasa sakit yang tiba-tiba dan parah, sembap, kemerahan, dan
penghangatan, dan pembengkakan pada persendian. Penyakit ini
merupakan jenis pembengkakan artritis pada pria yang berusia di atas 40
tahun. Wanita biasanya terlindung dari gout hingga usia menopause.Gout
atau asam urat adalah akibat dari menumpuknya kristal asam urat seperti
jarum dalam ruang sendi. Asam urat, unsur yang dihasilkan dari
penguraian purin dalam tubuh, biasanya larut dalam darah dan disaring
dalam ginjal lalu dibuang dalam urin. Pada penderita gout, tingkat asam
urat dalam darah meningkat. Ini disebut hyperuricaemia atau asam urat
tinggi dan bisa diakibatkan oleh meningkatnya produksi asam urat karena
konsumsi makanan yang kaya akan purin maupun karena berkurangnya
daya buang asam urat dari ginjal misalnya karena menurunnya fungsi
ginjal.

29
Serangan biasanya terjadi mendadak dengan rasa sakit maksimum
dicapai dalam waktu beberapa jam. Sendi yang terkena terasa sangat sakit
dan sering kali membengkak, terasa hangat, dan berwarna merah.
Meningkatnya rasa sakit pada sendi dalam waktu singkat adalah ciri yang
membedakan gout daripada bentuk artritis lainnya. Sendi yang paling
sering terkena umumnya adalah sendi pertama pada ibu jari jempol kaki.
Sendi lain yang mungkin terpengaruh adalah sendi lutut, kaki, tangan,
pergelangan, dan siku. Sendi bahu, panggul, dan tulang belakang jarang
terkena gout
e. Menopause
Menopause merupakan periode peralihan dari fase reproduksi
menuju fase usia tua (senium) yang terjadi akibat menurunnya fungsi
generatif ataupun endokrenologik ovarium (Baziad, 2003). Menopause
adalah titik dimana menstruasi berhenti yang dihadapi wanita ketika tahun-
tahun kesuburannya menurun, sehingga bagi sebagian wanita
menimbulkan rasa cemas dan risau sementara bagi yang lain menimbulkan
percaya diri (Bobak, dkk, 2004). Ketika seseorang memasuki masa
menopause, fisik mengalami ketidak nyamanan seperti rasa kaku dan linu
yang dapat terjadi secara tiba-tiba disekujur tubuh (Spencer, 2006).
Beberapa gejolak psikologi yang menonjol ketika menopause adalah
mudah tersinggung, sukar tidur, tertekan, gugup, kesepian, tidak sabar,
tegang, cemas dan depresi sampai kehilangan harga diri karena
menurunnya daya tarik fisik dan seksual (Brien, 1994).
f. Andropause
Andropause adalah suatu kondisi yang timbul pada saat maskulinitas
menurun, oleh karena itu andropause adalah sindrom dimana perubahan
yang menyertai penuaan terkait dengan tanda-tanda dan gejala defisiensi
androgen pada pria yang lebih tua (usia> 50 tahun). Tanda dan gejala yang
disertai dengan tingkat serum testosterone yang rendah (Balasubramanian
et al., 2012). Andropause mengacu pada sindrom endokrin, somatik, dan
perubahan psikis yang terjadi pada laki-laki normal dengan penuaan.

30
Istilah ini menekankan sifat multidimensi perubahan yang berkaitan
dengan usia, termasuk penurunan hormon lain seperti hormon
pertumbuhan (GH), Insulin-like Growth Factor-1 (IGF-1),
Dehydroepiandrosterone (DHEA), dan melatonin, tetapi tidak
berhubungan aspek sindrom penuaan laki-laki secara khusus dengan
tingkat androgen.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan adalah tahap mencapai kedewasaan. Pada manusia dilihat
dari kematangan organ reproduksi, yang siap untuk menghasilkan keturunan
selanjutnya. Perkembangan manusia tidak hanya tentang kemampuan untuk
bereproduksi saja namun banyak aspek-aspek lainnya yang harus diperhatikan.
Studi tentang perkembangan manusia merupakan usaha yang terus berlangsung
dan berkembang. Seiring dengan perkembangannya, studi tentang
perkembangan manusia telah menjadi disiplin ilmu dengan tujuan untuk

31
memahami lenih dalam tentang apa dan bagaimana proses perkembangan
manusia baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.
B. Saran
Bagi para pembaca, jika ingin menambah wawasan dan ingin mengetahui
lebih dalam tentang perkembangan manusia kami mengharapkan dengan rendah
hati agar membaca buku-buku ilmiah.

32

You might also like